• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkebunan, (3) PDRB sub sektor peternakan, (4) PDRB sub sektor perikanan, (5) PDRB sub sektor kehutanan, (6) PDRB sektor pertanian, (7) PDRB sektor industri, (8) PDRB sektor jasa, (9) PDRB sektor pertambangan, (10) PDRB sektor listrik, gas, dan air, (11) PDRB sektor bagunan, (12) PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran, (13) PDRB sektor angkutan, (14) PDRB sektor keuangan, (15) PDRB sektor non pertanian, (16) produk domestik regional bruto, dan (17) produk domestik regional bruto per kapita.

B.1. Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan

Sub sektor tanaman pangan sangat penting, karena pencapaian dan keberhasilan memelihara ketahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga maupun tingkat nasional, akan menghasilkan penurunan kemiskinan dan pangurangan insiden kelaparan (Timmer, 2008 dalam Siregar, 2009). Jumlah output sub sektor tanaman pangan dapat dilihat dari produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor tanaman pangan.

Produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor tanaman pangan dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, PDRB sub sektor tanaman pangan tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Peningkatan total pengeluaran Pemerintah Daerah berdampak pada peningkatan bahan pangan, sehingga PDRB sub sektor tanaman pangan akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan baik teknologi maupun sarana pendukung bagi sub sektor tanaman pangan dapat dilihat dari PDRB sub sektor tanaman pangan tahun lalu. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor tanaman pangan antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy

selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor tanaman pangan antara wilayah di bagian selatan dan utara.

PDRBPGNit = κ0 + κ1 TPDit + κ2 DKKit + κ3 DNSit +

κ4 LPDRBPGNit + u10 ... (18)

Parameter dugaan: κ1 >0 ; κ2 < 0; 0 < κ4 < 1 dimana:

PDRBPGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan (juta Rp)

TPDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp)

LPDRBPGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

PDRB sub sektor perkebunan dipengaruhi oleh pengeluaran pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sub sektor perkebunan tahun sebelumnya, dan dummy selatan/utara. Peningkatan pengeluaran pembangunan akan mendorong para petani untuk meningkatkan produksi perkebunannya. Oleh karena itu, semakin besar pengeluaran pembangunan daerah maka diharapkan PDRB sub sektor perkebunan semakin besar. Tenaga kerja merupakan faktor input bagi usaha perkebunan disamping faktor input lain. Dalam teori produksi, dinyatakan bahwa penambahan input akan meningkatkan output. Demikian juga pada model makroekonomi standar tentang hubungan

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

pendapatan dengan tenaga kerja, dimana dinyatakan bahwa pendapatan riil dipengaruhi oleh tenaga kerja dan kapital (Scarth, 1996). Dalam hal ini, semakin banyak tenaga kerja di sektor pertanian maka diharapkan tenaga kerja yang bekerja di sektor perkebunan akan semakin besar. Semakin banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor perkebunan maka diharapkan PDRB sub sektor perkebunan akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sub sektor perkebunan dapat dilihat dari PDRB sub sektor perkebunan tahun lalu. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan teknologi dan kinerja daerah dalam meningkatkan PDRB sub sektor perkebunan. Dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor perkebunan antara wilayah di bagian selatan dan utara.

PDRBBUNit = λ0 + λ1 PEMDit + λ2 LTANit + λ3 TRENDit +

λ4 DNSit + λ5 LPDRBBUNit + u11 ... (19)

Parameter dugaan: λ 1, λ 2, λ3 >0; 0 < λ5 < 1 dimana:

PDRBBUNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Perkebunan (juta Rp)

PEMDit = Pengeluaran Pembangunan Daerah (juta Rp)

LTANit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (orang)

LPDRBBUNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Perkebunan

Tahun Sebelumnya (juta Rp) TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n) DNSit

B.3. Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Peternakan

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

Peternakan merupakan salah satu sumber pangan hewani. Pangan hewani sangat penting karena merupakan sumber protein untuk kecerdasan, memelihara stamina tubuh, mempercepat regenerasi sel, dan menjaga sel darah merah agar tidak mudah pecah. Peranan protein hewani dalam membentuk masyarakat yang sehat, cerdas, produktif, dan berkualitas hampir tidak dapat digantikan oleh protein nabati (Daryanto, 2009). Output pangan hewani tersebut dapat dilihat dari PDRB sub sektor peternakan.

Produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor peternakan dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sub sektor peternakan tahun sebelumnya, trend, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Peningkatan total pengeluaran daerah akan mendorong para peternak untuk meningkatkan produksi ternaknya. Oleh karena itu, semakin besar total pengeluaran daerah maka diharapkan PDRB sub sektor peternakan semakin besar. Dalam teori makroekonomi, sebuah fungsi produksi memberikan sebuah hubungan antara faktor input, misalnya jumlah tenaga kerja yang digunakan, jumlah maksimum output yang dapat diproduksi oleh tenaga kerja tersebut (Dornbusch dan Fischer, 1987). Oleh karena itu, pada penelitian ini jumlah tenaga kerja sektor pertanian diduga berpengaruh terhadap PDRB sektor peternakan. Dengan semakin banyak tenaga kerja di sektor pertanian maka diharapkan tenaga kerja di sub sektor peternakan akan meningkat. Peningkatan tenaga kerja di sektor peternakan diharapkan akan meningkatkan PDRB sub sektor peternakan. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sub sektor peternakan dapat dilihat dari PDRB sub sektor peternakan tahun sebelumnya. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan teknologi

dan kinerja daerah terhadap PDRB sub sektor peternakan daerah. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor peternakan antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor peternakan antara wilayah di bagian selatan dan utara.

PDRBTNKit = μ0 + μ1 PTDit + μ2 LTANit + μ3 TRENDit +

μ4 DKKit + μ5 DNSit + μ6 LPDRBTNKit + u12 ... (20)

Parameter dugaan: μ1, μ2, μ3 >0; μ4 <0; 0 < μ6 < 1 dimana:

PDRBTNKit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Peternakan (juta Rp)

PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp) LTANit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (orang) LPDRBTNKit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Peternakan

Tahun Sebelumnya (juta Rp) TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

Produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor perikanan dipengaruhi oleh pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan dummy selatan/utara. Peningkatan pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi akan mendorong para nelayan dan peternak ikan untuk meningkatkan produksi perikanannya. Oleh karena itu, semakin besar pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi maka

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

diharapkan PDRB sub sektor perikanan semakin besar. PDRB sub sektor perikanan juga dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Hal ini dibangun dari fungsi produksi dalam teori makroekonomi yang ditulis oleh Dornbusch dan Fischer (1987). Fungsi produksi tersebut memberikan sebuah gambaran hubungan antara faktor input, misalnya jumlah tenaga kerja yang digunakan, dengan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi oleh tenaga kerja tersebut, sementara faktor lain, seperti kapital, dalam jangka pendek dianggap konstan. Pada penelitian ini, tenaga kerja merupakan salah satu input faktor dari usaha perikanan disamping jumlah armada kapal untuk perikanan laut dan luas kolam atau tambak untuk perikanan darat. Sementara itu, daerah yang memiliki lebih banyak tenaga kerja di sektor pertanian diharapkan lebih banyak juga tenaga kerja yang bekerja di sektor perikanan. Dengan semakin banyak tenaga kerja di sektor perikanan maka diharapkan PDRB sub sektor perikanan akan meningkat. Sementara itu, wilayah utara atau pantai utara diperkirakan lebih banyak PDRB sub sektor perikanan dibandingkan di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat.

PDRBIKNit = ν0 + ν1 PEMDPIit + ν2 LTANit + ν3 DNSit + u13 ... (21) Parameter dugaan: ν1, ν2, ν3 >0

dimana:

PDRBIKNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Perikanan

(juta Rp)

PEMDPIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian dan Irigasi (juta Rp)

LTANit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (orang) DNSit

= 1, Wilayah Utara = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan

B.5. Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Kehutanan

PDRB sub sektor kehutanan dipengaruhi oleh pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sub sektor kehutanan tahun sebelumnya, dan dummy selatan/utara. Hal ini dibangun dari teori makroekonomi. Pada teori makroekonomi dinyatakan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah berdampak pada peningkatan permintaan agregat, dan menghasilkan peningkatan pendapatan nasional (Galbraith dan Darity, 1994). Pada penelitian ini, peningkatan pengeluaran Pemerintah Daerah untuk pembangunan sektor pertanian dan irigasi diduga dapat mendorong peningkatan output di sektor kehutanan. Oleh karena itu, semakin banyak pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi maka diharapkan PDRB sub sektor kehutanan akan meningkat. Dalam teori makroekonomi, fungsi produksi memberikan sebuah hubungan antara faktor input, misalnya jumlah tenaga kerja yang digunakan, jumlah maksimum output yang dapat diproduksi oleh tenaga kerja tersebut (Dornbusch dan Fischer, 1987). Oleh karena itu, pada penelitian ini jumlah tenaga kerja sektor pertanian diduga berpengaruh terhadap PDRB sub sektor kehutanan. Dengan semakin banyak tenaga kerja di sektor pertanian maka diharapkan tenaga kerja di sub sektor kehutanan akan meningkat. Peningkatan tenaga kerja di sektor kehutanan diharapkan akan meningkatkan PDRB sub sektor kehutanan. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sub sektor kehutanan dapat dilihat dari PDRB sub sektor kehutanan tahun sebelumnya. Dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor kehutanan antara wilayah di bagian selatan dan utara.

ξ4 LPDRBHTNit + u14 ... (22) Parameter dugaan: ξ1, ξ2 > 0; 0 < ξ4 < 1

dimana:

PDRBHTNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Kehutanan (juta Rp)

PEMDPIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian dan Irigasi (juta Rp)

LTANit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (orang) LPDRBHTNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Kehutanan Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DNSit = Dummy Selatan/Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

B.6. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian

Produk domestik regional bruto sektor pertanian dapat dipakai sebagai ukuran keberhasilan pembangunan di sektor pertanian. Produk domestik regional bruto sektor pertanian pada penelitian ini adalah penjumlahan dari: (1) produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor pertanian pangan, (2) PDRB sub sektor perkebunan, (3) PDRB sub sektor peternakan, (4) PDRB sub sektor perikanan, dan (5) PDRB sub sektor kehutanan.

PDRBTANit = PDRBPGNit + PDRBBUNit + PDRBTNKit +

PDRBIKANit + PDRBHTANit ……….. (23) dimana:

PDRBTANit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian (juta Rp)

PDRBPGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan (juta Rp)

PDRBBUNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Perkebunan (juta Rp)

PDRBTNKit

(juta Rp)

PDRBIKANit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Perikanan (juta Rp)

PDRBHTANit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Kehutanan (juta Rp)

B.7. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri

Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor industri dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sektor industri, total pengeluaran daerah, PDRB sektor industri tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Tenaga kerja di industri sebagai salah satu faktor produksi berpengaruh terhadap output sektor industri. Oleh karena itu peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri maka PDRB sektor industri diharapkan akan meningkat. Total pengeluaran daerah berpengaruh terhadap PDRB sektor industri. Hal ini dibangun dari teori makroekonomi. Pada teori tersebut dinyatakan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah akan menggeser kurva IS, dan berdampak pada pergeseran kurva permintaan agregat, sehingga berdampak pada peningkatan output (Branson dan Litvack, 1981). Oleh karena itu, peningkatan total pengeluaran daerah diduga dapat mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi sektor industri. Oleh karena itu semakin besar total pengeluaran daerah maka diharapkan PDRB sektor industri semakin besar. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sektor industri dapat dilihat dari PDRB sektor industri tahun sebelumnya. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sektor industri antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sektor industri antara wilayah di bagian selatan dan utara.

π5 LPDRBIit + u15 ... (24) Parameter dugaan: π1, π2 >0; 0< π5 < 1

dimana:

PDRBIit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri

(juta Rp)

LINDit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri (orang) PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp)

LPDRBIit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor jasa dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, penyerapan tenaga kerja sektor jasa, PDRB sektor jasa tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Total pengeluaran daerah berpengaruh terhadap PDRB sektor jasa. Hal ini dibangun dari teori makroekonomi. Pada teori tersebut dinyatakan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah akan menggeser kurva IS, dan berdampak pada pergeseran kurva permintaan agregat, sehingga berdampak pada peningkatan output (Branson dan Litvack, 1981). Peningkatan total pengeluaran daerah dapat mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi pada sektor jasa. Oleh karena itu, semakin besar total pengeluaran daerah maka diharapkan aktivitas perekonomian dan produksi di sektor jasa akan meningkat, sehingga PDRB sektor jasa semakin besar. Tenaga kerja merupakan faktor input bagi usaha di sektor jasa disamping faktor input lain seperti modal. Oleh karena itu, peningkatan tenaga kerja di

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

sektor jasa maka diharapkan PDRB sektor jasa akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sektor jasa dapat dilihat dari PDRB sektor jasa tahun sebelumnya. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sektor jasa antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sektor jasa antara wilayah di bagian selatan dan utara.

PDRBJSit = q0 + q1 PTDit + q2 LJSit + q3 DKKit + q4 DNSit +

q5 LPDRBJSit + u16 ...… (25) Parameter dugaan: q1, q2 > 0; 0 < q5 < 1

dimana:

PDRBJSit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Jasa

(juta Rp)

PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp)

LJSit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa (orang) LPDRBJSit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Jasa Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertambangan dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, PDRB sektor pertambangan tahun sebelumnya,

dummy kabupaten/kota dan dummy selatan/utara. Total pengeluaran daerah

berpengaruh terhadap PDRB sektor pertambangan. Hal ini dibangun dari teori makroekonomi. Pada teori tersebut dinyatakan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah akan menggeser kurva IS, dan berdampak pada pergeseran kurva permintaan agregat, sehingga berdampak pada peningkatan output (Branson dan

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

Litvack, 1981). Peningkatan total pengeluaran daerah dapat mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi pada sektor pertambangan. Oleh karena itu, semakin besar pengeluaran pembangunan daerah maka diharapkan aktivitas perekonomian dan produksi di sektor pertambangan akan meningkat, sehingga PDRB sektor pertambangan semakin besar. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sektor pertambangan dapat dilihat dari PDRB sektor pertambangan tahun sebelumnya. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sektor pertambangan antara kabupaten dan kota, sedangkan

dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sektor pertambangan antara

wilayah di bagian selatan dan utara.

PDRBTAMit = r0 + r1 PTDit + r2 DNSit + r3 LPDRBTAMit

+ u17 ………. (26) Parameter dugaan: r1 > 0; r2 < 0; 0 < r4 < 1

dimana:

PDRBTAMit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan (juta Rp)

PEMDit = Pengeluaran Pembangunan (juta Rp) LPDRBTAMit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor listrik, gas dan air dipengaruhi oleh jumlah penduduk, total pengeluaran pemerintah, dan penyerapan tenaga kerja sektor listrik, gas dan air, PDRB sektor listrik, gas dan air tahun

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Peningkatan jumlah penduduk perlu diimbangi dengan peningkatan output sektor listrik, gas dan air. Peningkatan total pengeluaran daerah diduga dapat meningkatkan output sektor listrik, gas dan air. Tenaga kerja merupakan faktor input bagi usaha listrik, gas, dan air di samping faktor input lain, seperti mesin dan instalasi. Hal ini dibangun dari fungsi produksi dalam teori makroekonomi yang ditulis oleh Dornbusch dan Fischer (1987). Fungsi produksi tersebut memberikan sebuah gambaran hubungan antara faktor input, misalnya jumlah tenaga kerja yang digunakan, dengan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi oleh tenaga kerja tersebut, sementra faktor lain, seperti kapital, dalam jangka pendek dianggap konstan. Oleh karena itu, peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor listrik, gas dan air maka diharapkan PDRB sektor listrik, gas dan air akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sektor listrik, gas dan air dapat dilihat dari PDRB sektor listrik, gas dan air tahun sebelumnya. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sektor listrik, gas dan air antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sektor listrik, gas dan air antara wilayah di bagian selatan dan utara.

PDRBLGAit = s0 + s1 PTDit + s2 LLGAit + s3 DKKit + s4 DNSit + s5 LPDRBLGAit + u18 ………. (27) Parameter dugaan: s1, s2 > 0; 0 < s5 < 1

dimana:

PDRBLGAit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air (juta Rp)

PNDKit = Jumlah Penduduk (orang)

PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp)

dan Air (orang)

LPDRBLGAit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor bangunan dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, penyerapan tenaga kerja sektor bangunan, PDRB sektor bangunan tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota dan dummy selatan/utara. Peningkatan total pengeluaran daerah dapat mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi pada sektor bangunan. Oleh karena itu, semakin besar total pengeluaran daerah maka diharapkan aktivitas perekonomian di sektor bangunan akan meningkat, sehingga PDRB sektor bangunan semakin besar. Tenaga kerja merupakan faktor input bagi usaha di sektor bangunan disamping faktor input lain, seperti bahan-bahan bangunan. Hal ini dibangun dari fungsi produksi dalam teori makroekonomi yang ditulis oleh Dornbusch dan Fischer (1987). Fungsi produksi tersebut memberikan sebuah gambaran hubungan antara faktor input, misalnya jumlah tenaga kerja yang digunakan, dengan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi oleh tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu, peningkatan tenaga kerja di sektor bangunan maka diharapkan PDRB sektor bangunan akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sektor bangunan dapat dilihat dari PDRB sektor bangunan tahun sebelumnya. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sektor bangunan antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

untuk melihat perbedaan PDRB sektor bangunan antara wilayah di bagian selatan dan utara. PDRBBGNit = t0 + t1 PTDit + t2 LBGNit + t3 DKKit + t4 DNSit + t5 LPDRBBGNit + u19 ... (28) Parameter dugaan: t1, t2 > 0; 0 < t5 < 1 dimana:

PDRBBGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Bangunan (juta Rp)

PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp)

LBGNit = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Bangunan (orang) LPDRBBGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sektor Bangunan Tahun Sebelumnya (juta Rp)

DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit

Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor perdagangan, hotel dan restoran dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Peningkatan total pengeluaran daerah dapat mendorong para pengusaha untuk meningkatkan usaha pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, semakin besar total pengeluaran daerah diharapkan aktivitas perekonomian di sektor perdagangan, hotel, dan restoran akan meningkat, sehingga PDRB sektor

= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara

B.12. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

perdagangan, hotel, dan restoran semakin besar. Tenaga kerja merupakan faktor input bagi usaha di sektor perdagangan, hotel, dan restoran disamping faktor input lain, seperti bangunan hotel. Hal ini dibangun dari fungsi produksi dalam teori makroekonomi yang ditulis oleh Dornbusch dan Fischer (1987). Fungsi produksi tersebut memberikan sebuah gambaran hubungan antara faktor input, misalnya jumlah tenaga kerja yang digunakan, dengan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi oleh tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu, peningkatan tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran diharapkan PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran dapat dilihat dari PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran tahun sebelumnya. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran antara wilayah di

Dokumen terkait