• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Produk

1. Pengertian Produk

Pengertian produk bank harus mereferensi kepada fungsi bank sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 2 UU Perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selanjutnya berdasarkan pasal 6 dan 7 UU Perbankan, diuraikan secara lebih rinci dan secara limitativ jenis-jenis usaha bank umum dan dalam pasal 10 UU Perbankan terdapat larangan-larangan usaha bank umum.

Sedangkan untuk Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam pasal 13 dan 14 UU Perbankan.

Dari ketentuan-ketentuan tersebut, maka sebagai batasan, produk bank adalah seluruh usaha bank dalam menerima simpanan dan penyalurannya kembali kepada masyarakat (nasabah) dan jasa-jasa lain sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku di bidang perbankan. Dengan kata lain, produk bank adalah seluruh fasilitas, layanan dan jasa yang ditawarkan oleh bank kepada masyarakat, baik pada sisi asset, misalnya kredit yang berada pada off balance sheet (letter of credit, namk garansi) dan sisi liabilities, berupa simpanan masyarakat serta jasa-jasa lainnya (Try, 2006: 9).

Dalam pengertian yang lain, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Pelanggan memuaskan kebutuhannya dan keinginannya lewat produk. Istilah lain dari produk adalah penawaran atau pemecahan. (Riva’i, 2012: 12).

2. Produk Bank Syariah

Adapun produk-produk bank syariah diantaranya: a) Al-wadi’ah(Simpanan)

Al-wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada bank syariah. Prinsip Al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki.

Dalam islam, wadi’ah juga dijelaskan dalam kitab Al-Qur’an, yaitu pada surat Al-Imran (3): 75

ﻻا ﻚﯿﻟا هدﺆﯾ ﻻ رﺎﻨﯾﺪﺑ ﮫﻨﻣﺎﺗ نا ﻦﻣ ﻢﮭﻨﻣو ﻚﯿﻟا هدﺆﯾرﺎﻄﻨﻘﺑ ﮫﻨﻣﺎﺗ نا ﻦﻣ بﺎﺘﻜﻟا ﻞھا ﻦﻣو ﺎﻤﺋﺎﻗ ﮫﯿﻠﻋ ﺖﻣد ﺎﻣ , ﺳ ﻦﯿﻣﻻا ﻰﻓ ﺎﻨﯿﻠﻋ ﺲﯿﻟ اﻮﻟﺎﻗ ﻢﮭﻧﺎﺑ ﻚﻟاذ بﺬﻜﻟا ﷲ ﻰﻠﻋ نﻮﻟﻮﻘﯾو ﻞﯿﺒ نﻮﻤﻠﻌﯾ ﻢھو .

Yang artinya: “Di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan; “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui (Mardani, 2012: 85).

b) Ba’i al-Murabahah

Ba’i al-Murabahahmerupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dahulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkan. Menurut PSAK 102 tahun 2007, murabahahadalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.

c) Ba’i as-Salam

Ba’i as-Salamadalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dahulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. Menurut PSAK 103, salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saatakaddisepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. d) Ba’i al-Istishna’

Ba’i al-Istishna’ adalah bentuk khusus dari ba’i as-salam, oleh karena itu, ketentuan dari Ba’i al-Istishna’ mengikuti ketentuan ba’i as-salam. Menurut PSAK 104, istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,mustashni’) dan penjual (pembuat,shani’).

e) Al-Ijarah

Al-ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Menurut PSAK 107, ijarah merupakan sewa menyewa obyek ijarah tanpa pemindahan risiko dan manfaat yang terkait kepemilikan asset terkait, dengan atau tanpawa’ad(janji dari satu pihak kepada pihak

lain untuk melaksanakan sesuatu) untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.

f) Al-Wakalah

Al-wakalah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak ke pihak lain. Mandat itu harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.

g) Al-Kafalah

Al-kafalah adalah jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ke tiga untuk memenuhi kewajiban pihak ke dua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang. h) Al-Hawalah

Al-hawalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban hutang dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjang piutang ataufactoring.

i) Ar-Rahn

Ar-rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan hutang atau gadai.

j) Pembiayaan denganBagi Hasil

Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah bunga, tetapi bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasildalam bank syariah yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah (Kasmir, 2013: 168-176).

Dokumen terkait