• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

4. Produk pembiayaan

a. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat untuk membiayai kebutuha modal kerja.

Ada 2 jenis kredit modal kerja yaitu : 1) Produk Pembiayaan Mudharabah (MDA)

Mudharabah adalah jenis pembiayaan dengan akad syirkah. Merupakan pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT kepada aggotanya, dimana pengelola usaha

69

sepenuhnya diserahkan kepad anggota sebagai debitur atau mitra. Dalam hal ini anggota menyediakan usaha dan sistem manajemenya. Sedangkan hasil keuntungan yang didapatkan akan dibagi sesuai dengan akad antara kedua belah pihak. 2) Produk pembiayaan Musyarakah (MSA)

Musyarakah merupakan jenis pembiayaan dengan akad syirkah yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota berupa sebagian modal dari modal keseluruhan. Pihak BMT terlibat dalam pengelolaan dana dimana resiko dan keuntungan atas hasil usaha ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi pernyertaan masing-masing.

b. Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi merupakan kredit yang diberikan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai barang modal dalam usaha kegiatan nasabah.

Kredit konsumsi dapat dibagi kedalam tiga jenis produk pembiayaan yang berdasarkan sistem mark-up, antara lain :

1. Pembiayaan Bai’Bitsaman Ajil (BBA)

Pembiayaan Bai’Bitsaman Ajil merupakan jenis

pembiayaan berakad jual beli yaitu siuatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan atau pemberian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses

70

pembayarannya dilakukan secara angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah jumlah atas barang modal dan mark-up yang disepakati.

2. Pembiayaan Murababah (MBA)

Pembiayaan Murababah merupakan jenis pembiayaan yang berakad jual beli atau pembiayaan kepada peminjam yang pembiayaannya dilakukan sekaligus pada waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, nasabah menjual harga jual barang yang telah disepakati kepada BMT.

3) Pembiayaan ijarah

Pembiayaan Ijarah merupakan pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk menyewa tempat usaha atau suatu barang. Cara angsuran pada pembiayaan ijarah ini bisa dibuat seperti menggunakan akad murabahah atau bai’bitsaman ajil.

c. Pembiayaan Lain

1) Pembiayaan Rahn / Gadai

Pembiayaan Rahn merupakan pembiayaan yang diberikan kepada anggota dengan menyerahkan barang sebagai jaminan kepada BMT. Keuntungan yang diperoleh dari jasa perawatan seperti perhiasan.

2) Pembiayaan Qardhul Hasan

Pembiayaan Qardhul Hasan merupakan pembiayaan yang diberikan kepada anggota yang memenuhi persyaratan karena

71

anggota cukup mengembalikan pinjamnnya tanpa imbalan atau tanpa mark-up.

Syarat pengajuan pembiayaan pada BMT Bina Insani adalah sebagai berikut :

a. Penduduk Kecamatan Pringapus (Ditunjukkan dengan identitas yang masih berlaku, KTP/SIM)

b. Menjadi anggota, Simpanan Pokok minimal Rp. 10.000,00 c. Mengisi Formulir Aplikasi Pembiayaan

d. Fotokopi identitas (KTP/SIM) e. Fotokopi Kartu Keluarga

f. Agunan BPKB kendaraan diatas tahun 2010 g. Surat kuasa jika agunan milik orang lain h. Slip gaji (bila ada)

i. Bersedia disurvey

j. Semua berkas dimasukkan ke dalam stopmap

B. IDENTITAS RESPONDEN

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai data-data responden yang digunakan sebagai sampel yang diambil dari nasabah BMT Bina Insani kecamatan Pringapus berikut ini:

72

1. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin Responden (orang) Prosentase (%) 1 Pria 41 57% 2 Wanita 31 43% Jumlah 72 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2015

Dari data responden di atas, dapat diketaui bahwa pelaku usaha bejenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang atau sebesar 57% dan pelaku usaha perempuan berjumlah 31 orang atau 43%. Meskipun responden laki-laki lebih banyak, akan tetapi selisih dengan responden perempuan tidak begitu besar yaitu hanya 10 orang atau sebesar 14%.

2. Usia Responden

Tabel 4.2 Usia Responden

No. Usia Responden

(orang) Prosentase (%) 1 < 30 th 3 4% 2 30 – 40 th 41 57% 3 >40 th 28 39% Total 72 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2015

Dari data responden di atas, dapat diketaui bahwa pelaku usaha paling banyak merupakan usia 30-40 tahun sebanyak 41 orang atau 57%, dan usia diatas 40 tahun sebanyak 28 orang atau 39%, sisanya berusia di bawah 30 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 4%.

73 3. Status Pernikahan Tabel 4.3 Status Pernikahan No. Status Penikahan Responden (orang) Prosentase (%) 1 Belum menikah 3 4% 2 Menikah 69 96% 3 Janda/duda - - Total 72 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2015

Dari tabel di atas, pengusaha yang melakukan pembiayaan di BMT berstatus menikah yaitu sebanyak 69 orang atau 96%. Hanya sedikit nasabah yang berstatus belum menikah yaitu 3 orang atau 4%. Status menikah mendominasi, dan tidak ada yang berstatus janda atau duda. 4. Pendidikan Responden

Tabel 4.4

Pendidikan Responden

No. Pendidikan Responden (orang) Prosentase (%) 1 SD,MI 14 20% 2 SMP 19 26% 3 SMA 31 43% 4 S1 8 11% Total 72 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Dari data di atas diketahui bahwa pelaku usaha yang menjadi nasabah BMT Bina Insani Kecamatan Pringapus kebanyakan berpendidikan sedang yaitu kelulusan SMP berjumlah 19 orang atau 26%, dan berkelulusan SMA berjumlah 31 orang atau sebesar 43%. Sisanya

74

yang berkelulusan SD dan Sarjana hanya 14 orang atau 20 % dan 8 orang atau 11%.

5. Jenis usaha

Tabel 4.5

Jenis Usaha Responden

No. Jenis Usaha Responden (orang) Prosentase (%) 1 Perdagangan 39 54% 2 Pertanian 1 1% 3 Peternakan 7 10% 4 Perkebunan 2 3% 5 Perikanan 1 1% 6 Manufaktur 6 8% 7 Kerajinan 7 10% 8 Jasa 9 13% Total 72 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2015

Dari tabel di atas kebanyakan pembiayaan digunakan untuk usaha perdagangan yaitu sebanyak 39 0rang atau 54%, sedangkan untuk usaha pertanian 1 orang atau 1%, untuk usaha peternakan 7 orang atau 10%, untuk usaha perikanan 1 orang atau 1%, untuk usaha manufaktur 6 orang atau 8%, untuk usaha kerajinan 7 orang atau10%, dan untuk usaha jasa berjumlah 9 orang atau 13%.

6. Jumlah Pembiayaan

Tabel 4.6 Jumlah Pembiayaan

No. Jml.Pembiayaan Responden (orang) Prosentase (%) 1 I jt – 7 jt 32 44% 2 8 jt – 14 jt 18 25% 3 15 jt – 21 jt 12 17% 4 22 jt – 28 jt 2 3%

75

5 29 jt – 35 jt 6 8%

6 >35 jt 2 3%

Total 40 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah pembiayaan yang diberikan BMT kepada nasabah, yaitu sebesar 44 % atau 32 nasabah dengan jumlah pembiayaan 1 jt- 7 jt. Sebesar 25 % atau 18 nasabah dengan jumlah pembiayaan 8 jt – 14 jt. Sebesar 17 % atau 12 nasabah dengan jumlah pembiayaan 15 jt – 21 jt. Sebesar 3 % atau 2 nasabah dengan jumlah pembiayaan 22 jt – 28 jt. Sebesar 8 % atau 6 nasabah dengan jumlah pembiayaan 29 jt – 35 jt. Sebesar 3 % atau 2 nasabah dengan jumlah pembiayaan datas 53 jt. Dapat disimpulkan jumlah pembiayaan yang terbanyak adalah dengan jumlah 1jt – 7 jt.

7. Jumlah Pendapatan

Tabel 4.7 Jumlah Pendapatan

No. Jml.Pendapatan Responden (orang) Prosentase (%) 1 I jt – 5 jt 20 28% 2 6 jt – 10 jt 32 44% 3 11 jt – 15 jt 15 21% 4 16 jt – 20 jt 2 3% 5 21 jt – 25 jt 3 4% Total 40 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setelah memperoleh pembiayaan dari BMT, nasabah dengan pendapatan 1 jt - 5 jt sebesar 28 % atau 20 nasabah. Dengan pendapatan 5 jt - 10 jt sebesar 44 % atau 32 nasabah. Dengan pendapatan 11 jt – 15 jt sebesar 21 % atau 15 nasabah.

76

Dengan pendapatan 16 jt – 20 jt sebesar 3 % atau 2 nasabah. Dengan pendapatan 21 jt – 25 jt sebesar 4 % atau 3 nasabah. Dengan tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah memperoleh pembiayaan dari BMT pendapatan yang diperoleh nasabah paling banyak dengan pendapatan 6 jt- 10 jt.

C. ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearity

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinearity di dalam model. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode VIF ( Variance Inflation Factor) dan Nilai Tolerance juga matrik korelasi.

Menurut Bawono (2006:123) kedua nilai VIF dan Tolerance ini, nilainya berlawanan, kalau tolerance nya besar maka VIF nya kecil dan sebaliknya. Jika nilai VIF tidak melebihi 5 maka tidak terkena multikolinearity

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standar

dized Coeffici

ents

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 3098097,201 2021014,420 1,533 ,130

JML.PBY ,283 ,057 ,565 4,980 ,000 ,706 1,416 JK.WT.PBY 79192,079 115302,566 ,078 ,687 ,494 ,706 1,416 a. Dependent Variable: PEND.SSD

77

Dari tabel tersebut diatas maka dapat dilihat pada kolom Collinearity Statistic yaitu nilai tolerance dan VIF. Yang menunjukkan nilai VIF tidak lebih besar dari angka 5 dan nilai tolerance menunjukkan lebih besar dari angka 5. Hal tersebut berarti bahwa variabel pembiayaan dan jangka waktu tidak terdapat gejala Multikolinearity.

b. Uji Heteroscedasticity

Pada penelitian ini teknik pendeteksian ada atau tidaknya heteroscedasticity menggunakan metode park yaitu dengan melihat tabel coefficient hasil regresi linear. Sebelum diregresi variabel dependen dijadikan Unstandardized (res_1) kemudian dikuadratkan (u2i) dan kemudian di LG 10 (lnu2i). Untuk mendeteksi data yang dipakai terkena gejala heteroscedasticity, kita dapat melihat nilai sig. pada tabel coefficient. Jika nilai signifikansi lebih dari nilai alfa (0,05 atau 5%) maka data homoscedasticity. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka terdapat gejala heteroscedasticity (Bawono, 2006: 141).

Adapun hasil uji heteroskedastisitas sebagai berikut:

Tabel 4.9 Uji Heteroscedasticity Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11,743 ,438 26,827 ,000 JML.PBY 2,389E-008 ,000 ,259 1,943 ,056 JK.WT.PB Y ,030 ,025 ,159 1,197 ,235

78

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai signifikansi jumlah pembiayaan 0,056, berarti data termasuk homogen karena diatas nilai alfa 0,05. Nilai signifikansi untuk variabel jangka waktu pembiayaan sebesar 0,235, ini berarti data termasuk homogen karena diatas nilai alfa 0,05. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa tidak terjadi heteroscendasticity pada data, sehingga asumsi persamaan regresi baik.

c. Uji Autocorelation

Menurut Bawono (2006: 160) salah satu uji autokorelasi dapat dilakukan menggunakan uji Durbin Watson yang disediakan pada program SPSS dengan hipotesis yang akan diuji adalah

Ho : tidak ada autocorelation positif maupun negatif Ha : ada autocorelation

Pengambilan keputusan Ho jika du < dw < 4-du, di mana du diambil dari tabel Durbin Watson dan dw merupakan nilai hasil uji (kolom durbin watson). Adapun hasil pengujian autocorelation adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Uji Autocorelation

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,611a ,373 ,355 4172270,996 1,509

a. Predictors: (Constant), JK.WT.PBY, JML.PBY b. Dependent Variable: PEND.SSD

79

Berdasarkan tabel Durbin Watson diatas menunjukkan bahwa nilai DW 1,509 dengan sampel 72 dan variabel independent sebanyak 2, maka nilai du pada tabel Durbin Watson = 1,67. Dan nilai 4-du = 2,48. Dengan demikian didapatkan nilai dw (1,509) < du (1,67) < 4-du (2,48). Dengan kata lain Ho (du<dw<4-du) ditolak karena tidak sesuai, ini artinya ada autocorelation dalam penelitian ini.

Perbaikan terhadap penyakit autocorelation ini penting dilakukan, karena kalau tidak diperbaiki maka korelasi penaksir OLS tidak efisien (Bawono, 2006:170). Cara perbaikannya variabel dependennya di-lag-kan 1, kemudian di regresi seperti biasa. Berikut hasil perbaidi-lag-kan uji autocorelation

Tabel 4.11 Perbaikan Uji Autocorelation

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,145a ,021 -,008 5189842,77573 1,794

a. Predictors: (Constant), JK.WT.PBY, JML.PBY b. Dependent Variable: pend_y

Berdasarkan tabel di atas hasil perbaikan uji autocorelation menunjukkan nilai DW 1,794 dengan sampel 72 dan variabel independent sebanyak 2 , maka nilai du = 1,67. Dan nilai 4-du = 2,48. Dengan demikian didapatkan nilai du (1,67) < dw (1,794) < 4-du (2,48). Dengan kata lain Ho (du<dw<4-du) diterima karena sesuai dengan ketentuan tersebut, ini artinya setelah diadakan perbaikan tidak terdapat gejala penyakit autocorelation.

80

d. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilakukan dengan Kolmogrov Smirnov, tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012: 160). Dengan uji ini, normal atau tidak data yang kita gunakan dapat dilihat dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat nilai sigifikansi. Dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05.

Berikut hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS.

Tabel 4.12 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 4113086,84897346

Most Extreme Differences

Absolute ,107

Positive ,107

Negative -,068

Kolmogorov-Smirnov Z ,910

Asymp. Sig. (2-tailed) ,379

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Kita dapat mengetahui normal atau tidaknya data yang kita pakai dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai sigifikansi diatas nilai alfa 0,05 (5%) maka data yang kita gunakan normal. Apabila nilai signifikandi di bawah nilai alpha maka data yang kita pakai tidak normal.

81

Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi sebesar 0,379 (37,9%). Nilai tersebut di atas nilai alfa 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normal.

2. Hasil Regresi Berganda

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi memiliki fungsi untuk menjelaskan sejauh mana kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, serta seberapa besar presentase (%) pengaruh keseluruhan variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen (Bawono, 2006: 92). Adapun hasil uji koefisien determinasi sebagai berikut:

Tabel 4.13

Uji Koefisien Determinasi Model Summary Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,611a ,373 ,355 4172270,996

a. Predictors: (Constant), JK.WT.PBY, JML.PBY Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Hasil pengujian koefisien determinasi di atas menunjukkan koefisien korelasi (R) sebesar 0,611 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat dan positif antara jumlah pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan terhadap pendapatan usaha karena nilai R mendekati angka 1. Artinya semakin besar nilai jumlah pembiayaan dan lamanya jangka waktu pembiayaan maka semakin

82

besar pula nilai pendapatan UMK yang diperoleh. Sedangkan hasil R square (koefisien determinasi) sebesar 0,373 berarti bahwa 37,3% variabel Y dipengaruhi oleh variabel X, sedangkan sisanya 62,7% variabel Y dipengaruhi oleh variabel lain diluar model persamaan. b. Uji Simultan (Uji F)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana semua variabel independen yaitu secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (Bawono, 2006: 91)

Tabel4.14 Uji Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1

Regression 714331141946691,500 2 357165570973345,750 20,518 ,000b Residual 1201141323331086,000 69 17407845265667,912

Total 1915472465277777,500 71 a. Dependent Variable: PEND.SSD

b. Predictors: (Constant), JK.WT.PBY, JML.PBY Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 20,518 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, dimana nilai signifikansi ini kurang dari nilai alfa (α) sebesar 0,05. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa variabel independen yaitu jumlah pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan usaha nasabah.

Dengan demikian, hasil tersebut di atas secara empiris menolak hipotesis null dan menerima hipotesis 3 yang menyatakan

83

bahwa jumlah pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan usaha nasabah.

c. Uji t (Uji Secara Individual)

Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendiri-sendiri (Bawono, 2006: 89). Berikut hasil uji t dengan menggunakan spss versi 20.

Tabel 4.15 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standar

dized Coeffici

ents

T Sig. 95,0% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower

Bound Upper Bound 1 (Constant) 3098097,201 2021014,420 1,533 ,130 -933716,250 7129910,653 JML.PBY ,283 ,057 ,565 4,980 ,000 ,169 ,396 JK.WT.PBY 79192,079 115302,566 ,078 ,687 ,494 -150830,247 309214,404 a. Dependent Variable: PEND.SSD

Sumber : Data Primer diolah, 2015

Uji signifikansi individual dilakukan terhadap variabel independen X dengan hipotesis sebagai berikut :

Ha : terdapat pengaruh antara X terhadap Y

Apabila nilai signifikansi kurang dari nilai alfa (α) 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan positif mempengaruhi variabel dependennya. Berdasarkan hasil uji t, peneliti mendapatkan nilai t hitung masing-masing untuk Jumlah Pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan, yaitu:

84

1) Variabel jumlah pembiayaan dengan t hitung sebesar 4,980 dan dengan nilai signifikansi jumlah pembiayaan sebesar 0,000,

dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa jumlah pembiayaan secara statistik berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan usaha nasabah. Dengan demikian secara empiris menolak hipotesa null dan menerima hipotesis satu (1), yang menyatakan bahwa bahwa jumlah pembiayaan berpengaruh positif terhadap pendapatan UMK. Hal ini berarti semakin besar jumlah pembiayaan yang diterima nasabah maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan diterima dari hasil usaha nasabah. Pemberian pembiayaan dari lembaga keuangan dapat digunakan untuk menambah modal usaha sehingga produksi barang/jasa lebih maksimal dan meningkatkan pendapatan yang akan diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan pernyataan teoritik dari Mulyono (1987) dan Simorangkir (2005) dalam penelitian Yulianthi dkk (2014) yang mengatakan bahwa dengan adanya pemberian kredit serta modal yang tinggi akan mampu meningkatkan pendapatan usaha kecil, karena tingginya tingkat pemberian kredit yang ada akan mampu menambah modal kerja dari suatu usaha sehingga berpengaruh pada pendapatan usahanya.

85

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suleman dkk (2014), Anggraini dan Nasution (2013), Yulianthi dkk (2014) yang menyatakan bahwa pemberian pembiayaan berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha nasabah.

2) Variabel jangka waktu pembiayaan dengan t hitung sebesar 0,687 nilai signifikansi jangka waktu pembiayaan sebesar 0,494.

Dimana nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa jangka waktu pembiayaan secara statistik tidak berpengaruh berhadap pendapatan usaha nasabah. Dengan demikian secara empiris hasil pengujian ini menerima hipotesis null dan menolak hipotesis dua (2), yang menyatakan bahwa jangka waktu pembiayaan berpengaruh positif terhadap pendapatan UMK. Hal ini berarti bahwa lamanya jangka waktu pembiayaan tidak mempengaruhi tingkat pendapatan usaha nasabah.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori menurut Widayanthi (2013: 38) semakin lama jangka waktu pinjaman akan meringankan angsuran dan bunga yang dibayarkan setiap bulannya. Lama jangka waktu yang disepakati tersebut, pengusaha dapat menggunakan dana yang ada untuk memaksimalkan usaha terlebih dahulu.

86

Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Penelitian Gopalan, Song, Yerramilli (2010) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kredit dengan jangka waktu yang panjang memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Perusahaan dengan proporsi yang lebih besar dengan jangka waktu kredit yang pendek kemungkinan akan memiliki risiko kegagalan yang lebih besar.

Hal ini dapat dikarekan adanya faktor lain yang justru menjadi beban, salah satunya yaitu tingkat bagi hasil. Bagi hasil yang diterapkan untuk pengusaha UMK ada kemungkinan cukup besar sehingga tiap bulan pengusaha UMK harus menanggung biaya yang tidak sedikit, sehingga pendapatan yang dihasilkan tidak bisa meningkat. Semakin lama jangka waktu pembiayaan akan semakin menjadi beban pengusaha UMK jika tingkat bagi hasil tidak disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan pendapatan UMK.

Sehingga dari hasil pengujian tersebut diatas maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut,

Y = 3.098.097 + 0,283X1 + 79.192 X2

Artinya:

1) Konstanta sebesar 3.098.097 menyatakan bahwa jika variabel jumlah pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan dianggap

87

konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka pendapatan UMK sebesar 3.098.097

2) Koefisien regresi jumlah pembiayaan sebesar 0,283 menyatakan bahwa jika jumlah pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 1 juta sedangkan jangka waktu konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka pendapatan UMK akan mengalami peningkatan sebesar 283.000

Sehingga untuk meningkatkan pendapatan UMK dapat diberikan pembiayaan usaha dan perlu diberikan pendampingan usaha agar usaha dapat berkembang dan tidak ada penyelewengan dana usaha oleh pelaku UMK untuk kepentingan diluar akad.

88

BAB V PENUTUP

B. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan data, pengolahan dan analisis data mengenai pengaruh jumlah dan jangka waktu pembiayaan terhadap pendapatan UMK, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif antara jumlah pembiayaan terhadap pendapatan UMK. Semakin banyak jumlah pembiayaan yang diterima nasabah maka akan semakin banyak pendapatan yang akan dihasilkan dari usaha nasabah. Tentu hal ini tidak lepas dari sikap pelaku usaha yang berusaha memaksimalkan usaha yang dilakukannya. Pelaku usaha yang amanah akan menggunakan jumlah pembiayaan yang di terima dari BMT untuk keperluan usaha, seperti menambah modal operasionalnya, atau menambah alat-alat produksi agar hasil nya lebih efektif dan efisien. 2. Tidak terdapat pengaruh positif antara jangka waktu pembiayaan terhadap

pendapatan UMK. Artinya lamanya jangka waktu pembiayaan yang ditetapkan tidak mempengaruhi pendapatan yang di terima UMK. Hal tersebut dapat dikarenakan tingkat bagi hasil yang diterapkan, ada kemungkinan bagi hasil yang diterapkan hanya menjadi beban pengusaha UMK sehingga pendapatan tidak mengalami peningkatan.

3. Terdapat pengaruh positif antara jumlah dan jangka waktu pembiayaan terhadap pendapatan UMK. Jadi secara statisik jumlah pembiayaan dan

89

jangka waktu pembiayaan secara simultan (bersama-sama) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UMK.

C. SARAN

Adapun saran yang diajukan penulis dari penelitian yang telah dilakukan adalah

1. Pihak BMT harus lebih peduli dengan UMK sekitar dengan memberikan pelayanan pembiayaan yang mudah, agar UMK dapat mengembangkan usahanya.

2. BMT harus berperan aktif pada kegiatan pendampingan untuk pelaku usaha agar lebih baik menjalankan usahanya

3. Dengan jumlah pembiayaan yang diberikan BMT kepada nasabah agar digunakan seamanah mungkin sesuai akad yang disepakati agar usaha yang dijalankan berkembang secara maksimal.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya, karena dalam penelitian ini diperoleh nilai kontribusi (R2) sebesar 37,3% sisanya sebesar 62,7%. Artinya masih banyak faktor di luar model yang mampu mempengaruhi pendapatan yang diterima UMK. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menambah variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi pendapatan UMK.

DAFTAR PUSTAKA

ali, Zainudin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Anggraini, Dewi dan Syahrir Hakim Nasution. 2013. “Peranan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) bagi Pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi

Kasus Bank BRI)”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3. Febuari 2013 dalam

http://202.0.107.5/index.php/edk/article/view/1850/1016

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis Dengan SPSS. Salatiga: Stain

Salatiga Press.

Buchari, Alma dan Donni Juni Priansa. 2009. Menejemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta.

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi jawa tengah. 2015. Grafik perkembangan UMKM Binaan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files/jml%20umkm%20binaan.j pg.

_________. 2015. Grafik perkembangan jumlah tenaga kerja UMKM Binaan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam

http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files/jml%20naker%20umkm.jp g.

_________. 2015. Grafik perkembangan asset UMKM Binaan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam

http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files/aset%20umkm.jpg.

_________. 2015. Grafik perkembangan omset UMKM Binaan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam

Dokumen terkait