• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

6. Produk-Produk BMT

Jenis-jenis usaha BMT sebenarnya di modifikasi dari produk perbankan Islam. Oleh karena itu, usaha BMT dapat dibagi kepada dua bagian utama yaitu: memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha pembiayaan.68

Sesuai dengan fungsi dan prosedur penarikan, BMT menawarkan berbagai jenis produk yang dikumpulkan dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Produk BMT tersebut mencakup atas69:

a. Produk penghimpun dana

Penghimpun dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan di sektor produktif dalam bentuk pembiayaan.70

Pelayanan jasa simpanan yang dilakukan BMT merupakan suatu bentuk simpanan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh BMT relatif sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut.71 Simpanan ini dapat berbentuk

68

Djazuli dan Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, h.191 69

Ahmad Hasan Ridwan, BMT dan Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h.124

70

Hendarto Widodo, Ak, et al., Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung: Mizan, 1999), h.83

71

simpanan (tabungan) wadi’ah dan simpanan mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.72

Sedangkan transaksi yang mendasari berlaku simpanan di BMT adalah akad wadi’ah dan mudharabah.

1) Simpanan Wadi’ah, adalah titipan dana yang dilakukan setiap waktu dan dapat ditarik pemilik atau nasabah dengan cara mengeluarkan semacam surat berharga pemindah bukuan/transfer dan perintah membayar lainnya. Penabung memiliki motivasi hanya untuk keamanan uangnya tanpa mengharapkan keuntungan dari uang yang ditabung. Namun demikian, BMT tetap memberikan bagi hasil dengan nisbah penabung sangat kecil.

2) Simpanan Mudharabah, adalah simpanan para pemilik dana yang penyetoran dan atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Simpanan mudharabah ini tidak dikenai biaya, karena BMT bertujuan memperoleh laba dari BMT menurut prinsip bagi hasil.

Jenis-jenis simpanan yang menggunakan akad mudharabah dapat dikembangkan ke dalam berbagai simpanan, antara lain:

a) Simpanan pendidikan b) Simpanan haji

72

c) Simpanan umrah d) Simpanan qurban e) Simpanan idul fitri f) Simpanan walimah g) Simpanan aqikah h) Simpanan perumahan i) Simpanan kesehatan.73

Selain kedua jenis simpanan tersebut, BMT juga mengelola dana ibadah seperti zakat, infak dan shadaqah (ZIS) yang dalam hal ini BMT berfungsi sebagai amil. Dalam hal ini, BMT berfungsi menggalang dana dari masyarakat untuk kepentingan sosial agama. BMT dan nasabah tidak mendapat keuntungan dari jenis produk ini karena dana yang diperoleh sepenuhnya untuk kepentingan sosial.

b. Produk penyaluran dana

Pinjaman dana yang diberikan oleh BMT kepada masyarakat disebut kredit pembiayaan. Kredit pembiayaan merupakan suatu fasilitas produk yang diberikan oleh BMT kepada anggotanya digunakan sebagai dana pendukung kegiatan usaha. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dari kredit pembiayaan antara lain: pertanian, perdagangan dan jasa.74

73

Djazuli dan Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, h.191 74

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis akad yaitu: pertama, pembiayaan dengan sistem bagi hasil. Kedua, jual beli (ba’i) dengan pembayaran ditangguhkan.75 Di antara pembiayaan yang sudah umum dikembangkan oleh BMT maupun lembaga keuangan syariah lainnya adalah76:

1) Pembiayaan mudharabah. Pembiayaan dengan akad syirkah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BMT dan anggota, dimana BMT menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja. Sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usaha.

2) Pembiayaan musyarakah. Pembiayaan dengan akad syirkah adalah penyertaan BMT sebagai pemilik modal dalam suatu kegiatan, dimana terjadinya kesepakatan untuk menanggung resiko dan keuntungan yang berimbang sesuai dengan nominal.

3) Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan dengan akad jual beli, yang pada dasarnya merupakan kesepakatan antara BMT dengan pemberi modal dan anggota sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti pembiayaan ba’i bitsaman ajil, tetapi proses pengembaliannya akan dibayarkan pada saat jatuh tempo. Pembiayaan ini diberikan

75

Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT, h.83 76

untuk jangka waktu pendek, tidak lebih dari enam sampai sembilan bulan atau lebih dari itu.

4) Pembiayaan ba’i bitsaman ajil. Pembiayaan dengan akad jual beli, dimana perjanjian pembiayaannya yang disepakati antara BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan dana investasi atau berupa pembelian barang modal dan usaha anggota yang kemudian proses pembayarannya secara mencicil atau angsuran.

5) Pembiayaan qardhu hasan. Pembiayaan dengan akad ibadah adalah perjanjian antara BMT dengan anggotanya. Hanya anggota yang dianggap layak yang dapat diberi pinjaman semacam ini. Kegiatan yang dimungkinkan untuk diberikan pembiayaan ini adalah para anggota yang terdesak dalam melakukan kewajiban-kewajiban non usaha atau pengusaha yang menginginkan usahanya bangkit kembali dari kepailitan yang disebabkan karena ketidakmampuan melunasi kewajiban membayar kredit. Anggota (nasabah) cukup mengembalikan pinjaman sesuai dengan nilai yang diberikan oleh BMT, firman Allah SWT.

3 3+F a - P Pﺽ L d "ی e % ﻡ

pی p S 3 #

:

BیB7

<

ff A

Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”. (QS. Al-Hadid: 11)

Produk-produk kegiatan usaha tersebut merupakan daya tawar positif yang dimiliki oleh BMT sebagai salah satu instrumen lembaga keuangan syariah. Tingkat akuntabilitas BMT baik dari segi penawaran maupun profitabilitas produk relatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai salah satu lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat karena orientasi pasarnya adalah sektor usaha kecil dan menengah. Dengan kata lain, BMT merupakan mitra usaha yang paling utama bagi kalangan usaha kecil dan menengah.

Dalam memberikan sebuah pembiayaan, BMT hanya menganalisa calon nasabah pembiayaan dengan menerapkan prinsip analisa pembiayaan. Prinsip analisa ini umum dipakai pada lembaga keuangan bank yang dikenal dengan 5C. Pada dasarnya prinsip 5C dapat memberikan informasi mengenai i’tikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi pinjaman beserta bagi hasilnya, 77yaitu:

1) Character (karakter), adalah penilaian terhadap karakter atau kepribadian (watak) dan perilaku peminjam secara individual maupun dalam komonitas usahanya dengan tujuan untuk memperkirakan kemauan peminjam melunasi kewajibannya (willingness to pay). Menurut Dahlan Siamat “penilaian karakter ini memperhatikan

77

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: LP. Fakultas Ekonomi UI, 2001), edisi ke-3, h.171

terutama sifat-sifat sebagai berikut: kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kebiasaan-kebiasaan, tempramental, kaku membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya”.78 Prinsip ini sangat penting dalam pemberian pembiayaan.

2) Capacity (kemampuan), berkaitan dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian kemampuan tersebut perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha debitur dapat membayar semua kewajibannya (ability to pay) tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian pembiayaan.79 Kemampuan dapat diukur dengan catatan prestasi peminjam dimasa lalu yang didukung dengan pengamatan dilapangan atas pabrik, toko atau kondisi usahanya.

3) Capital (modal), penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan usahanya. Semakin tinggi modal yang dimiliki akan semakin baik karena dapat memohon pembiayaan semakin besar. Meskipun demikian, pembiayaan yang diberikan tidak melebihi modal yang ditanamkan debitur.

4) Calateral (jaminan), penilaian barang jaminan yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas pembiayaan yang diperoleh adalah untuk

78 Ibid. 79

mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan atau agunan tersebut dapat menutupi resiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan ini adalah sebagai pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kewajibannya.80 Pada BMT, jaminan tidak hanya berupa surat-surat kepemilikan barang bergerak, namun juga dapat berupa tabungan atau simpanan dengan jumlah tertentu. Untuk itu seorang calon peminjam harus menjadi nasabah, jumlah tabungannya paling sedikit selama 3 bulan dan aktif menabung, barulah dapat mengajukan permohonan pembiayaan. 5) Condition of Economy (kondisi ekonomi), berkaitan dengan keadaan

perekonomian suatu saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Analisa ini perlu memperhatikan peraturan-peraturan dan kebijakan pemerintah yang mungkin akan berdampak pada perekonomian secara regional, nasional dan internasional terutama yang berhubungan dengan sektor usaha debitur.81

80

Ibid. 81

Dokumen terkait