• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan EM-10 Budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 hampir sama Budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 hampir sama

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan EM-10 Budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 hampir sama Budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 hampir sama

dengan padi organik yang dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman padi yang akan ditanam harus sehat dan subur. Budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman padi bisa dipanen. Selama proses pertumbuhan tanaman hingga panen, tanaman harus dipelihara yang baik, agar tanaman padi terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Teknik budidaya tanaman padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN dengan tahapan-tahapan persiapan yang dilalui antara lain sebagai berikut:

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan agar aerasi dan drainase dalam tanah menjadi baik sehingga pertumbuhan tanaman juga akan menjadi baik. Pengolahan tanah pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pencampuran tanah dengan sekam dan memasukan hasil pencampuran tanah kedalam polybag ukuran ukuran 25 x 25 cm. Pencampuran tanah merupakan kegiatan memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah dengan menambahkan media lain, membalik tanah beserta sekam sehingga akhirnya membantu meningkatkan kandungan unsur hara yang ada dalam tanah.

55

b. Persemaian

Pembuatan tempat persemaian pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dilakukan di areal yang sama dalam greenhouse yang akan ditanami. Pembuatan tempat persemaian ini dilakukan setelah tanah selesai diolah dan luasan untuk tempat persemaian ini adalah sekitar 0,05 luasan areal yang akan ditanami. Tempat persemaian tersebut menggunakan tray semai dengan lebar sekitar 1-1,25 cm terbuat dari bahan plastik dan digunakan umtuk penyemaian awal berupa benih hingga akar tumbuh. Benih yang dibutuhkan untuk menanam padi Sidenuk kurang lebih 1 butir per 1,25 cm. Benih yang telah siap kemudian ditebarkan di tray pada areal persemaian. Bibit yang telah berumur 7-14 hari setelah tebar benih, bibit berdaun 5-7 helai, batang bagian bawah besar dan kuat, pertumbuhan bibit seragam dan bibit tidak terserang hama dan penyakit, kemudian dilakukan pencabutan benih. Bibit yang telah dicabut kemudian segera ditanam, maksimal 1 hari sejak bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak rusak atau persentase kehidupannya tinggi.

c. Penanaman

Penanaman pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN dilakukan pada pagi hari agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar matahari. Untuk luas polybag yang menjadi media untuk digunakan menanam padi adalah 25 cm x 25 cm, sedangkan bibit yang dibutuhkan adalah 2-3 bibit padi untuk tiap lubang atau polybag.

56

d. Pengairan

Kegiatan pengairan pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN diperoleh dari pengairan air sumur dengan ditampung di ddalam tanki ukuran 1000 liter, serta cara penyiramannya menggunakan alat siram, penyiraman dilakukan 2-3 kali sehari terlebih dahulu sedikit demi sedikit kemudian sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 3 cm, pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 5 sampai dengan 8 cm, pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 10-15 cm, dan pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.

e. Pemupukan

Kegiatan pemupukan baik pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN, dilakukan dalam tiga tahapan. Pemupukan pertama yaitu menggunakan sebagian hanya dengan pupuk kompos dan sebagian lagi pupuk kompos dan EM-10 dilakukan setelah pengolahan tanah selesai, pemupukan kedua, dilakukan saat tanaman padi berumur 12-15 HST, sedangkan untuk pemupukan ketiga, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 25-30 HST.

f. Penyiangan Gulma Pengganggu

Penyiangan gulma pengganggu pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN, dilakukan berdasarkan ada tidaknya gulma di areal pertanaman padi dan biasanya dilakukan secara manual. Jika gulma yang tumbuh di areal pertanaman banyak, biasanya dilakukan dua tahap

57

penyiangan. Penyiangan pertama biasanya dilakukan pada saat tanaman padi berumur 11-15 hari setelah tanam (HST), sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman padi berumur sekitar 20-24 HST.

g. Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pengendalian hama pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya serangan hama dan penyebab penyakit. 1-7 hari sekali dilakukan pengamatan ada tidaknya hama dan penyakit yang menyerang, jika terdapat gejala serangan hama atau penyakit maka segera dilakukan pengendalian dengan pemberian EM-10 berdasarkan dosis sesuai dengan tingkat serangan dan jenis hama atau faktor penyebab penyakit serta memisahkan tanaman padi yang terkena hama dengan tanaman padi yang lain.

h. Panen

Pemanena pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 di Rumah Kompos UIN dilakukan saat berumur sekitar 110-115 hari. Waktu panen biasanya dilakukan pada pagi hari saat embun sudah menguap. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, kemudian dilakukan pelepasan bulir padi dari tangkai dengan menggunakan tanggan secara manual karena jumlah padi yang ditaman tidak terlalu banyak. 5.2. Analisis Biaya Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos

dan Pupuk Kompos dan EM-10 Dengan Media Polybag

Analisis kelayakan biaya produksi Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag digunakan untuk menilai seberapa optimal biaya budidaya padi secara

58

keseluruhan, aspek ini meliputi kebutuhan dan sumber dana yang dibutuhkan diantaranya biaya tetap untuk pembelian lahan beserta peralatan. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya benih, pupuk, dan tenaga kerja untuk proses penanaman dan panen. Keseluruhan lahan yang dimiliki oleh Rumah Kompos UIN adalah seluas 500 m2, dengan pengalokasian lahan sebagai berikut: 80 m2 dialokasikan untuk greehhouse, 300 m2 dialokasikan untuk budidaya lebah trigona, 72 m2 dialokasikan untuk infratuktur pendukung (gudang penyimpanan pupuk dan peralatan pertanian, dan TPH atau tempat penyimpanan hasil) dan 18 m2 dialokasikan untuk kantor. Rumah Kompos UIN dalam melakukan penelitian terhadap Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag.

Kegiatan Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag yang dilakukan pada lahan seluas 75 m2 tersebut terbagi menjadi bagian-bagian yang ditanam dengan media polybag ukuran 40 x 40 cm, dengan jumlah polybag yang digunakan adalah penempatan pada setiap polybag dibagi menjadi bedengan-bedengan yang disebut bed. Jumlah polybag tanaman padi yang terdapat dalam satu bed yaitu 9 polybag ukuran 25 x 25 cm, kemudian jarak antar polybag yang berisi tanaman padi kurang lebih seluas 30 cm. Jarak tersebut berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan proses pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama. Pada kegiatan Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag, di Rumah Kompos UIN input produksi yang pada umumnya digunakan terdiri dari benih

59

atau bibit, pupuk kandang, Pupuk Kompos, EM-10, sumber daya manusia, serta alat-alat pertanian. Alat-alat pertanian yang digunakan meliputi cangkul, parang, sekop, bak penampungan air, alat penyiraman, dan sepasang sepatu but.

5.1.1.Biaya Tetap

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap pada Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos +dan EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag dalam jangka waktu tertentu atau dalam satu kali panen. Menurut (Soekartawi,1994), biaya tetap merupakan biaya-biaya yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apabila tingkat kegiatan produksi berubah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah daun yang dimasak untuk dijadikan minyak atsiri, dengan kata lain biaya ini harus dibayar tanpa melihat apakah produksi ini menghasilkan atau tidak. Berikut merupakan tabel biaya tetap yang dikeluarkan oleh Rumah Kompos UIN Jakarta dalam melakukan Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag:

Tabel 4. Biaya Tetap Budidaya Padi Menggunakan Pupuk kompos dan Pupuk Kompos+EM-10 di Polybag di Rumah Kompos UIN

No. Uraian Satuan Harga (Rp) Persentase

1. Cangkul 1 25.000 9%

2. Parang 1 25.000 9%

3. Sekop 1 75.000 25%

4. Polybag 40x40 cm 1 pak 15.000 5%

5. Plastik putih 1 pak 10.000 3%

6. Drum 1 40.000 13%

7. Alat Peyiram 1 60.000 20%

8. Sepatu bot 1 pasang 50.000 16%

Jumlah Biaya Tetap 300.000 100%

60

Berdasarkan pada tabel di atas, total biaya tetap budidaya padi menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos denganPolybag di Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar Rp 300.000,- dengan rincian peralatan yang digunakan cangkul dengan harga beli sebesar Rp 25.000,- dan persentasi biaya mencapai 9% dari total biaya tetap, parang dengan harga beli sebesar Rp 25.000,- dan persentasi biaya mencapai 9% dari total biaya tetap, sekop dengan harga beli sebesar Rp 75.000,- dan persentasi biaya mencapai 25% dari total biaya tetap, polybag ukuran 40x40 cm dengan harga beli sebesar Rp 15.000,- dan persentasi biaya mencapai 5% dari total biaya tetap, plastik putih dengan harga beli sebesar Rp 10.000,- dan persentasi biaya mencapai 3% dari total biaya tetap, drum dengan harga beli sebesar Rp 40.000,- dan persentasi biaya mencapai 13% dari total biaya tetap, alat penyiram dengan harga beli sebesar Rp 60.000,- dan persentasi biaya mencapai 20% dari total biaya tetap dan sepatu but dengan harga beli sebesar Rp 50.000,- dan persentasi biaya mencapai 16% dari total biaya tetap.

Hasil biaya tetap yang digunakan tidak termasuk biaya investasi di karenakan tempat Rumah Kompos bukan sebagai tempat untuk usahatani padi melainkan sebagai tempat penelitian mahasiswa. Tetapi berdasarkan lahan yang digunakan dalam Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag, lahan yang digunakan adalah kurang lebih 75 m2. Dengan asumsi pembelian lahan pertanian sebesar Rp 95.000 per meter (Kompas.com, 2017), sehingga biaya investasi yang diperlukan untuk lahan Rp 7.125.000. Sedangkan untuk biaya tetap dengan biaya

61

terbesar atau harga peralatan yang mahal digunakan untuk Budidaya Padi Menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos di Polybag adalah pembelian sekop.

5.1.2.Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu sehingga tidak dapat dipastikan dan sesuai dengan keadaan pada saat aktivitas budidaya padi menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dengan media polybag dalam satu kali panen. Sarana produksi yang digunakan dalam budiaya padi dengan pupuk pupuk kompos dan pupuk kompos+EM-10 meliputi benih yang diambil dari panen sebelumnya atau membeli di toko saprodi. Sarana produksi lain yang digunakan dalam budidaya padi dengan pupuk kompos adalah pupuk kandang dan sekam. Berikut merupakan tabel biaya variabel dalam budidaya padi menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dengan Polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta:

Tabel 5. Biaya Variabel Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan Pupuk Kompos+EM-10 dengan Media Polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta

No Uraian

Kompos +EM-10 Kompos

Nilai (Rp/m) Persentase Nilai (Rp/m) Persentas e

1. Benih padi sidenuk 12.000 7% 12.000 6%

2. Pupuk kompos 18.000 9% 18.000 10%

3. Pupuk EM-10 10.000 5% - -

6. Tenaga kerja 150.000 79% 150.000 84%

Total 190.000 100% 180.000 100%

Sumber: Data Primer, Tahun 2017 (diolah)

Berdasarkan pada tabel di atas, total biaya variabel budidaya padi menggunakan pupuk kompos +EM-10 di Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar Rp

62

190.000,- dengan rincian biaya yang digunakan adalah sebagai berikut: benih padi sidenuk dengan harga beli sebesar Rp 12.000,- dan persentasi biaya mencapai 7% dari total biaya variabel, pupuk kompos dengan harga beli sebesar Rp 18.000,- dan persentasi biaya mencapai 9% dari total biaya variabel, EM-10 dengan harga beli sebesar Rp 10.000,- dan persentasi biaya mencapai 5% dari total biaya variabel dan tenaga kerja dengan upah harga sebesar Rp 150.000,- dan persentasi biaya mencapai 79% dari total biaya variabel.

Sedangkan total biaya variabel untuk budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dipolybag di Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar Rp 180.000,- dengan rincian biaya yang digunakan adalah sebagai berikut: benih padi sidenuk dengan harga beli sebesar Rp 12.000,- dan persentasi biaya mencapai 6% dari total biaya variabel, pupuk kompos dengan harga beli sebesar Rp 18.000,- dan persentasi biaya mencapai 10% dari total biaya variabel dan tenaga kerja dengan upah harga sebesar Rp 150.000,- dan persentasi biaya mencapai 84% dari total biaya variabel. Hasil biaya variabel pada uraian di atas dengan jumlah pengeluaran paling besar adalah budidaya padi dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10.

5.1.3.Total Biaya

Total Biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan baik secara tetap maupun variabel pada aktivitas budidaya padi menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dengan polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta. Berikut merupakan tabel total biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Kompos UIN Jakarta dalam aktivitas budidaya padi

63

menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dengan media polybag sebagai berikut:

Tabel 6. Total Biaya Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan Pupuk Kompos+EM-10 dengan Media Polybag di Rumah Kompos UIN

No Uraian

Kompos +EM-10 Kompos

Nilai (Rp/m) Persentase Nilai (Rp/m) Persentas e 1. Biaya tetap 300.000 61% 300.000 62,5% 2. Biaya variabel 190.000 39% 180.000 37,5% Total 490.000 100% 480.000 100%

Sumber: Data Primer, Tahun 2017 (diolah)

Berdasarkan pada tabel di atas, total biaya budidaya padi dengan menggunakan EM-10 dan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dalam di polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar Rp 490.000 dan Rp 480.000 dengan rincian biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan. Berdasarkan rincian biaya tetap dengan jumlah total biaya sebesar Rp 300.000,- dan persentase biaya mencapai 61% dari jumlah total biaya produksi, pada rincian biaya variabel sebesar Rp 190.000,- dan persentase biaya mencapai 39% dari jumlah total biaya produksi budidaya padi dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 dalam media polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta.

Sedangkan total biaya budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dipolybag di Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar Rp 480.000,- dengan rincian biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan. Berdasarkan rincian biaya tetap jumlah total biaya sebesar Rp 300.000,- dan persentase biaya mencapai 62,5% dari jumlah total biaya produksi, pada rincian biaya variabel sebesar Rp 180.000,- dan persentase biaya mencapai 37,5% dari jumlah total biaya produksi budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos didalam media polybag di Rumah

64

Kompos UIN Jakarta. Hasil dua perlakukan tersebut dapat diketahui bahwa total biaya budidaya padi dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 dalam media polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta lebih besar biaya produksinya dari pada budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos dipolybag.

5.3. Analisis Perbandingan Hasil Produksi Budidaya Padi Menggunakan

Dokumen terkait