• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS DAN EM-10 DI POLYBAG (Uji coba: rumah kompos UIN Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS DAN EM-10 DI POLYBAG (Uji coba: rumah kompos UIN Jakarta)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN

MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS DAN EM-10 DI

POLYBAG

(Uji coba: rumah kompos UIN Jakarta)

Skripsi

Fajar Eko Daryanto 1111092000022

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN

MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS DAN EM-10 DI

POLYBAG

(Uji coba: rumah kompos UIN Jakarta)

Oleh:

FAJAR EKO DARYANTO 1111092000022

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian (SP) pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 08 Februari 2018

Fajar Eko Daryanto 1111092000022

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fajar Eko Daryanto

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 November 1993

Alamat : Jl.H.garif rt 01 rw 04 no 127 kel.Pondok Aren Kec. Pondok Aren, Tangsel

Agama : Islam

Contact Person : 085782463755

E-Mail : Fajardaryanto062@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

1999 s/d 2005 : SDN Sudimara 15 kota Tangerang

2005 s/d 2008 : SMP Budi Mulia Ciledug kota Tangerang 2008 s/d 2011 : SMAN 13 Kota Tangerang

2011 S/d 2018

: S-1 Agribisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Syarif hidayatullah Jakarta

ORGANISASI

2009 s/d 2010 : Anggota OSIS SMAN 13 Tangerang 2014 s/d 2015 : Ketua Departemen Olahraga Himpunan

(6)

RINGKASAN

Fajar Eko Daryanto. Analisis Biaya Produksi Padi Sawah dengan menggunakan Pupuk Kompos dan EM-10 di Polybag. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Elpawati dan Achmad Tjachja Nugraha

Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap manusia. Pangan menjadi sumber kalori terpenting yang berfungsi sebagai faktor penggerak dalam berbagai aktivitas manusia. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan pokok utama bagi penduduk Indonesia adalah beras. Indonesia merupakan negara agraris dengan hampir 80% dari jumlah penduduk yang ada mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, maka sudah selayaknya apabila strategi pembangunan nasional yang dilakukan berpijak pada pengembangan sektor pertanian. Menurut data dari Kementrian Pertanian tahun 2012 konsumsi penduduk Indonesia akan beras sebesar 139,15 kg/kapita/tahun, meningkatnya konsumsi akan beras tersebut tidak seiring dengan meningkatnya produksi beras. Untuk meningkatan produksi maka produktivitas pertanian harus ditingkatkan, sedangkan produktivitas juga erat kaitannya dengan ekstensifikasi dan konversi lahan pertanian. Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah peduduk.

Berkurangnya luas lahan padi salah satunya dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan berkurangnya luas lahan pertanian. Pemupukan yang tidak tepat serta tidak seimbang merupakan salah satu dampak terjadinya kesuburan tanah yang rendah, dan juga akhir-akhir ini timbul permasalahan karena dampak negatif dari pupuk anorganik dan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan antara total penerimaan budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 pada media polybag dengan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos pada media polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta, dimana rata-rata produksi pada budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos pada media polybag lebih kecil daripada rata-rata produksi pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dalam media polybag dengan selisih sebesar 4,1 persen dari total produksi pada luas lahan 1 Ha. Nilai R/C ratio pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dalam media polybag dengan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos pada media polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta R/C rasio > 1, yang artinya usahatani yang dilakukan pada budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dalam media polybag dengan

(7)

iv

budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos pada media polybag di Rumah Kompos UIN Jakarta layak atau menguntungkan bagi petani. meskipun memiliki nilai rasio lebih dari satu terdapat selisih nilai R/C ratio lebih tinggi pada budidaya padi dengan budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dibandingkan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos. Nilai R/C rasio pada budiaya padi dengan pupuk kompos dan EM-10 sebesar 2,26, pada budidaya padi dengan pupuk kompos saja hanya sebesar 2,25.

(8)

KATA PENGANTAR

ميِح َّ رلا َِّنَمْح رل ِِمــــــــــــــــْسِب,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Biaya Produksi Padi Sawah Menggunakan pupuk kompos dan EM-10 Di Polybag” Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga beliau serta semua kaum muslim semoga kita selalu mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dan bantuan baik dari segi moral maupun material dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah bersedia memberikan waktunya.

2. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Prodi Agribisnis yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekretaris Prodi Agribisnis yang telah bersedia memberikan waktunya dan arahan untuk penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Elpawati,MP dan Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang tiada henti selalu memberikan banyak pengarahan dan bimbingannya disela-sela kesibukannya

(9)

vi

5. Ayah saya Darus dan juga ibu saya Sutrimah, terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusan dalam mendampangi saya. Semoga Alah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya. Serta kepada Adik saya Fiani Dwi Anggita. Semoga Allah S.W.T memberikan balasan yang terbaik atas semua jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah membagi ilmunya dan memberikan pengarahan.

7. Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan Izin serta menyediakan tempat penelitian bagi saya untuk menyelesaikan skripsi saya

8. Teman-teman agribisnis angkatan 2011 yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu dan juga sahabat - sahabat rumah kompos ( Duding, Haris, Fery, Fathi, Bang Rinal, Acong,Toddy, Arizal, Wahyu, dll) . Semoga tali silaturrahmi kita tetap terjaga.

9. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

vii

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan pembaca umumnya terutama bagi penulis. Akhir kata tiada gading yang tak retak. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila selama pengerjaan skripsi ini, penulis melakukan hal-hal yang tidak berkenan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 12 Januari 2018

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pembangunan Sektor Pertanian ... 7

2.2 Pangan ... 8

2.3 Ektensifikasi Lahan ... 9

2.4 Konversi Lahan ... 11

2.5 Produktivitas ... 14

2.6 Tanaman Padi ... 16

2.6.1 Klasifikasi Tanaman Padi ... 17

2.6.2 Morfologi Tanaman Padi ... 18

2.7 Produksi ... 20

2.8 Biaya ... 22

2.8.1 Pengertian Biaya ... 22

2.8.2 Klasifikasi Biaya ... 22

2.9 Biaya Produksi ... 25

2.9.1 Pengertian Biaya Produksi ... 25

2.9.2 Elemen-Elemen Biaya Produksi ... 25

(12)

ix

2.10 EM-10 (Effective Microorganisme) ... 29

2.11 Polybag ... 30 2.12 Penerimaan ... 31 2.13 Rasio Penerimaan (R/C) ... 32 2.14 Penelitian Terdahulu ... 33 2.14 Kerangka Pemikiran ... 34 2.15 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 38

3.3 Analisis Data ... 39

3.3.1 Analisis Deskriptif ... 39

3.3.2 Analisis Biaya Produksi ... 40

3.4 Definisi Operasional... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN... 45

4.1 Sejarah Rumah Kompos UIN Jakarta ... 45

4.2 Lokasi Rumah Kompos UIN Jakarta ... 45

4.3 Luas Lahan dan Bangunan Rumah Kompos UIN Jakarta ... 46

4.4 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta ... 46

4.5 Kegiatan Rumah Kompos UIN Jakarta ... 47

4.5.1 Produksi Pupuk Organik ... 47

4.5.2 Penelitian Mahasiswa ... 49

4.6 Fasilitas di Rumah Kompos ... 51

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

5.1 Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan EM-10 ... 54

5.2 Analisis Biaya Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan Pupuk Kompos+EM-10 Dengan Media Polybag 57 5.2.1 Biaya Tetap ... 59

(13)

x

5.2.3 Total Biaya ... 62

5.3 Analisis Perbandingan Hasil Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan Pupuk Kompos+EM-10 dengan Media Polybag ... 64

5.4 Analisis Perbandingan Penerimaan Budidaya Padi Menggunakan Pupuk kompos +EM-10 dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag ... 66

5.5 R/C Ratio Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos +EM-10 dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(14)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Definisi Operasional Penelitian ... 43 2. Mesin Produksi Pupuk Organik Di Rumah Kompos ... 51 3. Peralatan Pembantu dalam membantu penelitian di rumah kompos ... 52 4. Biaya Tetap Budidaya Padi Menggunakan Pupuk kompos dan Pupuk

Kompos+EM-10 di Polybag di Rumah Kompos UIN ... 59 5. Biaya Variabel Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan Pupuk

Kompos+EM-10 dengan Media Polybag di Rumah Kompos UIN ... 61 6. Total Biaya Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos dan

Pupuk Kompos+EM-10 dengan Media Polybag di Rumah Kompos UIN . 63 7. Hasil Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos +EM-10

dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag di Rumah Kompos UIN ... 64 8. Hasil Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos +EM-10

dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag dalam 1 Ha ... 66 9. Penerimaan Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk kompos

+EM-10 dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag di Rumah Kompos .. 67 10. Hasil Penerimaan Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos +EM-10

dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag dalam 1 Ha ... 69 11. Analisis R/C Rasio Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos+EM-10

dan Pupuk Kompos dengan Media Polybag ... 70 12. Analisis R/C Rasio Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos+EM-10

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Grafik Luas Lahan Padi di Provinsi Banten 2010-2014 ... 2

2. Tananam Padi... 17

3. Kerangka Pemikiran Operasional... 36

4. Skema Luas Lahan Rumah Kompos... 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Luas Lahan Provinsi Banten ... 80 2. Struktur Organisasi Rumah Kompos ... 81 3. Biaya Tetap Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos+EM-10

dan Budidaya Padi Hanya Menggunakan Pupuk Kompos di Polybag

Rumah Kompos UIN ... 82 4. Biaya Variabel Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos+EM-10

dan Budidaya Padi Hanya Menggunakan Pupuk Kompos di Polybag

Rumah Kompos UIN ... 83 5. Total Biaya Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos+EM-10

dan Budidaya Padi Hanya Menggunakan Pupuk Kompos di Polybag

Rumah Kompos UIN ... 84 6. Hasil Produksi Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos+EM-10

dan Budidaya Padi Hanya Menggunakan Pupuk Kompos di Polybag

Rumah Kompos UIN ... 85 7. Mesin Produksi Pupuk Organik di Rumah Kompos UIN Jakarta ... 86 8. Peralatan Pembantu dalam Penelitian di Rumah Kompos UIN Jakarta ... 87 9. Foto kegiatan budidaya padi sawah menggunakan pupuk kompos+EM ... 88

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap manusia. Pangan menjadi sumber kalori terpenting yang berfungsi sebagai faktor penggerak dalam berbagai aktivitas manusia. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan pokok utama bagi penduduk Indonesia adalah beras . Indonesia merupakan negara agraris dengan hampir 80% dari jumlah penduduk yang ada mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (Sutisna, 2002), maka sudah selayaknya apabila strategi pembangunan nasional yang dilakukan berpijak pada pengembangan sektor pertanian. Menurut data dari Kementrian Pertanian tahun 2012 konsumsi penduduk Indonesia akan beras sebesar 139,15 kg/kapita/tahun, meningkatnya konsumsi akan beras tersebut tidak seiring dengan meningkatnya produksi beras. Untuk peningkatan produksi maka produktivitas pertanian harus ditingkatkan, sedangkan produktivitas juga erat kaitannya dengan ekstensifikasi dan konversi lahan pertanian. Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah peduduk.

Saat ini Indonesia masih sering menghadapi masalah pangan seperti adanya konversi lahan pertanian yang menyebabkan penurunan luas lahan pertanian. Selain itu, perubahan musim yang tidak menentu juga dapat menyebabkan produksi beras menurun sehingga pemerintah harus mengimpor beras untuk memenuhi keperluan nasional. Kondisi ini diperburuk dengan adanya

(18)

2 krisis ekonomi yang berdampak pada daya beli petani terhadap sarana produksi terutama pupuk dan pestisida (Purnamaningsih, 2006)

Berkurangnya luas lahan padi salah satunya dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan berkurangnya luas lahan pertanian. Pemupukan yang tidak tepat serta tidak seimbang merupakan salah satu dampak terjadinya kesuburan tanah yang rendah, dan juga akhir-akhir ini timbul permasalahan karena dampak negatif dari pupuk anorganik dan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri. Menurut (Sahiri, 2003),

Gambar 1. Grafik luas lahan padi di provinsi Banten 2010-2014

Berdasarkan Gambar 1, luas lahan padi di Provinsi Banten pada tahun 2010-2014 menurun disebabkan oleh berbagai macam faktor di antaranya alih fungsi lahan yang cukup tinggi di provinsi Banten sebesar 40 % pada tahun 2010-2014.

Berkurangnya luas lahan pertanian di Provinsi Banten terjadi karena adanya alih fungsi lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi kawasan industri dan juga kawasan pemukiman. Penurunan terbesar salah satunya terjadi di

340000 350000 360000 370000 380000 390000 400000 410000 2010 2011 2012 2013 2014

luas lahan padi provinsi Banten (hektar)

(19)

3 kota Tangerang Selatan, banyak lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi kawansan real estate, kawasan industri dan berbagai macam faktor yang lainnya. Dalam menanggulangi alih fungsi lahan pemerintah Provinsi Banten mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).Dalam pasal 11 ayat 1,disebutkan bahwa dalam hal luas lahan pertanian pangan berkelanjutan di daerah ditetapkan dengan luas lahan paling kurang 169.515,47 hektar. Rinciannya, Kabupaten Serang minimal 41.098 hektar, Kabupaten Tangerang 29.295 hektar, Kabupaten Pandeglang 53.951 hektar, Kabupaten Lebak 40.170 hektar, Kota Serang 3.022 hektar, Kota Cilegon 1.736, Kota Tangerang 93 hektar, Kota Tangerang Selatan 150 hektar.

Demi mendukung program (LP2B) dan memanfaatkan lahan sebaik mungkin, Penulis melakukan penelitian tentang “Analisis Biaya Produksi Padi Sawah Menggunakan pupuk kompos dan EM-10 Di Polybag’’. studi kasus di rumah kompos Universitas Islam Negeri Jakarta. Alasan penulis mengambil studi kasus di rumah kompos UIN Jakarta karena terletak di wilayah Kota Tangerang Selatan, Banten. Penulis berharap dengan penelitian yang dilakukan di rumah kompos UIN Jakarta dapat bermanfaat bagi kota Tangerang Selatan pada khusunya dan juga pemerintah Provinsi Banten dalam mendukung program (LP2B). Akan tetapi hal tersebut masih belum bisa diterapkan oleh masyarakat pada umumnya karena kurangnya informasi biaya yang diperlukan dalam melakukan budidaya padi menggunakan pupuk kompos dan EM-10 dengan media tanam polybag.

(20)

4 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, menjadi suatu pertanyaan tentang bagaimana peningkatan produktivitas budidaya padi dengan pupuk pupuk kompos dan EM-10 di dalam polybag, sehingga tidak mengalami peningkatan biaya produksi budidaya padi pada umumnya. Masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa besar biaya yang diperlukan untuk budidaya padi sawah dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi sawah hanya menggunakan pupuk kompos?

2. Seberapa besar hasil produksi dan produktifitas yang akan diperoleh dari budidaya produksi padi sawah dengan mengunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya produksi padi sawah hanya menggunakan pupuk kompos dalam satu kali masa tanam?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi padi sawah, antara lain:

1. Menganalisis besar biaya yang diperlukan untuk budidaya produksi padi sawah dengan menggunakan pupuk EM-10 dan budidaya produksi padi tanpa EM-10

2. Mengetahui hasil produksi dan produktifitas yang akan diperoleh dari budidaya produksi padi sawah dengan mengunakan pupuk kompos

(21)

+EM-5 10 dan budidaya produksi padi sawah hanya menggunakan pupuk kompos dalam satu kali masa tanam

1.3.2. Kegunaan Penelitan a. Aspek Teoritis (Keilmuan)

1) Bagi penulis sebagai bahan pembanding antara teori yang dipelajari di bangku kuliah dan fakta dalam penerapannya di lapangan.

2) Bagi peneliti lain penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian sejenis dan juga sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.

3) Bagi pembaca merupakan bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

b. Aspek Praktis (guna laksana)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaaat bagi masyarakat Banten untuk memanfaatkan lahan sebaik mungkin dimana proses budidaya padi sawah bisa dilakukan di dalam polybag dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 biaya yang terjangkau. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan menjadi solusi dalam membantu kebijakan program (LP2B) provinsi Banten khusunya komoditi padi. Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi peneliti lain yang memerlukan data yang tertera dalam penelitian ini sebagai bahan acuan ataupun pengembangannya.

(22)

6 1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi analisis pembiayaan, dan penerimaan yang akan diperoleh dari budidaya produksi padi sawah dengan mengunakan pupuk kompos +EM-10 didalam polybag dalam satu siklus produksi di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisis biaya produksi menggunakan deskripsi tabulasi dan untuk analisis penerimaan mengunakan R/C Ratio.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Sektor Pertanian

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian anggota masyarakat di Negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Para perencana harus sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakat, maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian itu. Cara itu bisa ditempuh dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan mereka dan atau menaikan harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan. Tentu saja tidak semua kenaikan output akan menguntungkan sebagian besar penduduk pedesaan yang bergerak dibidang pertanian itu. Lahirnya sistem mekanisme, perkebunan-perkebunan besar, dan lain-lain bisa saja hanya akan menguntungkan petani-petani kaya saja. Dengan kata lain, kenaikan output pertanian bukanlah merupakan syarat yang cukup untuk mencapai kenaikan kesejahteraan masyarakat pedesaan, namun merupakan syarat yang penting (Arsyad, 2004).

Pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan Gross Domestic Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Padat pula diartikan sebagai proses multidimensional menuju kearah yang lebih baik namun dilihat dari segi pendapatan dan output, atau lebih menitik beratkan pada aspek kuantitas saja. Namun demikian umumnya para ekonom

(24)

8

memberikan istilah sama pada kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau pembangunan ekonomi sebagai Gross Domestic Product saja. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara-negara maju, sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara sedang berkembang (Arsyad, 2004).

2.2. Pangan

Pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Pangan segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan makanan.

2. Pangan olahan

Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh : teh manis, nasi, pisang goreng, dan sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak saji.

(25)

9

3. Pangan olahan tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh ekstrak tanaman mahkota dewa untuk diabete mellitus, susu rendah lemak untk orang yang menjalankan diet rendah lemak, dan sebagainya (Saprianto, 2006).

2.3. Ekstensifikasi lahan

Intensifikasi banyak digunakan dalam hubungan usaha peningkatan produksi pertanian. Ini dimaksudkan sebagai penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar. Selain istilah intensifikasi, ada pula istilah ekstensifikasi yang dimaksudkan sebagai perluasan tanah- tanah pertanian dengan cara mengadakan pembukaan tanah- tanah pertanian baru. Istilah ekstensifikasi ini membawa konsekuensi pada pengerjaan tanah yang tidak intensif. Dalam intensifikasi petani diharapkan terus menambah tenaga dan modal atas tanah yang sudah ada. Sebaliknya, dalam ekstensifikasi, penggunaan tenaga kerja dan modal justru dipindahkan ke tanah- tanah pertanian barunya. (Hanafie, 2010)

Peningkatan produksi pangan akan mempunyai dampak yang sangat luas terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Selain untuk mencapai swasembada, pembangunan pertanian tanaman pangan juga ditunjukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tani. Semua ini dapat dicapai melalui peningkatan produksi. Usaha untuk mencapai swasembada pangan yang ditempuh oleh pemerintah selama ini dilaksanakan melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

(26)

10

diversifikasi, dan rehabilitasi yang dipadukan dengan kegiatan- kegiatan pembangunan daerah lainnya. (Hanafie, 2010)

Setiap pertambahan jumlah penduduk pasti disertai dengan tuntutan pertambahan kebutuhan dasar (pangan, sandang, dan papan). Kebutuhan bahan pangan dan sandang/ serat berasal dari produksi pertanian, sedangkan kebutuhan papan berupa perumahan sebagian besar berasal dari sumber daya alam. Agar produksi pangan dan sandang meningkat, maka produktivitas pertanian harus terus ditingkatkan, baik dengan cara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Saat ini produksi pangan terutama padi, banyak dihadapkan pada masalah- masalah laju alih fungsi lahan sawah yang semakin tak terbendung, penurunan produktivitas lahan sawah, ledakan hama, dan penyakit padi yang tak terduga, serta fenomena- fenomena ketidakpastian musim. Ketergantungan pada komoditas padi sebagai makanan pokok juga menimbulkan kerawanan sosial, terutama bila terjadi kegagalan panen. (Salikin, 2003)

Pengolahan lahan secara intensif pada tebing- tebing gunung atau dataran tinggi untuk budidaya hortikultura atau tanaman semusim lainnya, boleh jadi secara ekonomis menguntungkan. Akan tetapi, secara ekologis akan merusak, karena terjadinya pencucian hara, erosi tanah berat, bencana banjir, dan sebagainya. (Salikin, 2003)

Kemerosotan dan penipisan sumber daya alam, misalnya penyusutan lahan pertanian, penurunan mutu dan volume air, dan degradasi lingkungan, merupakan realitas empiris yang kasat mata dan terjadi pada lingkungan agroekosistem dibanyak tempat. Struktur tanah sawah yang terasa berat jika dicangkul atau

(27)

11

dibajak dan mengeras pada musim kering merupakan salah satu indikator bahwa lahan tidak lagi sibur dan produktivitas lahan menurun. Punahnya beberapa flora dan fauna akibat intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian cepat atau lambat akan mengganggu keseimbangan agroekosistem. Sangat banyak spesies tanaman atau hewan yang saat ini termasuk kategori spesies langka. Erosi sumber daya genetik ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, terutama jika kita ingin mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan. (Salikin, 2003)

2.4. Konversi lahan

Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan itu sendiri. Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupaka hal yang wajar terjadi, namun pada kenyatannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi diatas lahan pertanian yang produktif.

Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor Eksternal, disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2. Faktor Internal, disebabkan oleh kondisi sosial – ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

(28)

12

3. Faktor Kebijakan, disebabkan oleh aspek regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

Saat ini di Indonesia, masalah kerusakan dan perubahan penggunaan lahan telah menjadi masalah yan sangat memprihatinkan. Kerusakan vegetasi di kawasan hutan, erosi dan kejadian longsor pada lahan- lahan yang tidak dilindungi sistem konversi yang baik telah menyebabkan berbagai ancaman diataranya bencana banjir, kekeringan dan longsor serta menimbulkan kerugian material dan jiwa manusia. Kerusakan sumber daya tersebut juga mengancam produksi pertanian terutapa produksi pangan. Ancaman terhadap produksi pangan disebabkan oleh kerusakan lahan dan sumber daya air tersebut diperparah dengan terjadinya pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim dan terjadinya konversi lahan beririgasi ke lahan non-pertanian yang cepat, yang keduanya secara langsung mengganggu produksi pangan. (Arsyad Sitanala, dan Ernan Rustiadi 2008)

Sistem keterkaitan konversi lahan dengan berbagai komponen sistem ketahanan pangan nasional merupakan sistem dengan keterkaitan yang sangat kompleks. Kebijakan yang terkait dengan pengendalian konversi lahan pada sisi produksi pangan ditentukan oleh luas lahan produksi dan produktivitas lahan, sedangkan luas lahan produksi pertanian ditentukan oleh pengembangan atau pemeliharaan irigasi dan pembukaan, pencetakan lahan baru, yang selanjutnya ditentukan oleh ketersediaan lahan potensial yang belum dikembangkan dan lahan pertanian kering serta kebijakan perencanaan tata ruang. Ketersediaan lahan

(29)

13

pertanian yang kering akan mempengaruhi kegiatan konversi lahan pertanian. Selanjutnya sistem produktivitas lahan ditentukan oleh kapasitas SDM pertanian dan fragmentasi lahan pertanian, yang selanjutnya menentukan land rent lahan pertanian dan pendapatan petani. (Arsyad Sitanala, dan Ernan Rustiadi 2008)

Tersedianya sumber daya lahan pertanian pangan yang berkelanjutan merupakan syarat untuk ketahanan pangan nasional. Ketersediaan lahan pertanian pangan berkaitan sangat erat dengan beberapa hal, yaitu :

1. Potensi sumber daya lahan pertanian pangan 2. Produktivitas lahan

3. Fragmentasi lahan pertanian

4. Skala luasan penguasaan lahan pertanian 5. Sistem irigasi

6. Land rent lahan pertanian 7. Konversi lahan

8. Pendapatan petani

9. Kapasitas SDM pertanian 10. Kebijakan dibidang pertanian

Lahan merupakan faktor produksi yang utama namun unik karena tidak dapat digantikan dalam usaha pertanian. Disamping itu, secara filosofis lahan memiliki peran dan fungsi sentral bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agrari, karena disamping memiliki nilai ekonomi lahan juga memiliki nilai sosial dan bahkan religius. Oleh karena itu ketersediaan lahan yang cukup untuk usaha pertanian merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan peran sektor pertanian

(30)

14

secara berkelanjutan, terutama dalam peranannya mewujudkan ketahanan pangan secara nasional. (Arsyad Sitanala, dan Ernan Rustiadi 2008)

2.5 Produktivitas

Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. (Husein, 2002)

Pendapat yang demikian itu menunjukkan bahwa produktivitas mencakup sejumlah persoalan yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional. Sedangkan konsep produktivitas dijelaskan oleh (Ravianto, 1989) sebagai berikut:

1. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.

2. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.

3. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu

(31)

15

kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

4. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi. 5. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan

tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik. (Sinungan, 1995) menjelaskan produktivitas dalam beberapa kelompok sebagai berikut:

1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produksi tidak lain adalah ratio apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang digunakan.

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu serasi dari tiga faktor esensial, yakni: Investasi termasuk pengetahuan dan tekhnologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

2.1. Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia setelah jagung dan ketela. Padi merupakan tanaman pangan yang sangat

(32)

16

penting karena beras masih digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama Asia sampai sekarang (Purnamaningsih, 2006). Tanaman padi di Indonesia merupakan sejenis tumbuhan yang sangat mudah di temukan, apalagi kita yang tinggal di daerah pedesaan. Hamparan pesawahan dipenuhi dengan tanaman padi. Sebagian besar padi dijadikan sebagai sumber bahan makanan pokok. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L, yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah subtropis, seperti Asia,Amerika dan Australia (Ina, 2007).

Padi merupakan tanaman monokotil karena memiliki akar berserat. Sistem akar tersebut dibangun dengan akar seminal dan nodal dengan banyak akar lateral. Morfologi dan anatomi akar padi yang secara fundamental sama dengan tanaman sereal lainnya, telah digambarkan dengan cukup baik. Akar padi, bagaimanapun, memiliki karakteristik mereka sendiri termasuk ruang udara yang berkembang dengan baik di korteks matang. Selain itu, banyak contoh koordinasi ditunjukkan pada organ akar dan histogenesis serta fungsi akar. Analisis morfometri pada anatomi akar padi matang termasuk vaskularisasi menunjukkan bahwa diferensiasi dan pematangan masing-masing jaringan pada akar berjalan cukup terintegrasi. Karena sistem vaskular cukup penting dengan mengacu pada fungsi akar, banyak penelitian telah dilakukan. Namun, aspek vaskularisasi berikut jarang diteliti; (A) hubungan antara sistem vaskular akar batang dan nodal, (b) mengubah pola sistem vaskular di sepanjang sumbu akar, (c) hubungan antara sistem vaskular akar orang tua dan akar lateral mereka dan (d) hubungan antara berbagai jenis Unsur vaskular di akar yang sama. Morfologi dan anatomi dengan

(33)

17

mengacu pada koordinasi organo- dan histogenesis harus dipelajari lebih lanjut untuk memahami struktur dan fungsi akar padi. (Peter w barlow, 2003)

Gambar 2. Tanaman Padi

Sumber: Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatulloh

2.2.1.Kasifikasi Tanaman Padi

Tanaman padi adalah termasuk jenis tanaman rumput-rumputan, tanaman padi mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1) Genus : Oryza Linn

2) Famili : Grammnea ( Poaceae)

3) Spesies : Terdapat 25 spesies, dua diantaranya Oryza sativa L,

Oryza glaberima Steund.

2.2.2.Morfologi Tanaman Padi

Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek. Biasanya hanya berumur kurang lebih dari tiga bulan dan berproduksi satu kali. Setelah tanaman padi mencapai masa pembuahan itu berbuah menguning dan setelah dipanen, tanaman padi tidak tumbuh seperti semula lagi akan tetapi mati. Menurut

(34)

18

(Ina, 2007), tanaman padi dikelompokan menjadi dua bangian yaitu sebagai berikut:

1. Bagian Vegetatif a) Akar

Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari tanaman tanah, kemudian terus diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dibedakan menjadi: (1) akar tunggang, yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah, (2) akar serabut, yaitu akar yang tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang yang menjadi akar serabut, (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut, dan merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar. Serta berfungsi sebagai penghisap air dan zat makanan, (4) akar tanjuk, yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang rendah.

b) Batang

Padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada jenis lokal. Jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu 2-6 meter.

c) Anakan

Tanaman padi berbentuk rumpun dengan anaknya. Biasanya, anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara

(35)

19

tersusun, yaitu anakan pertama, anakan kedua, anakan ketiga, dan anakan seterusnya.

d) Daun

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun yang berbeda-beda, baik dari segi bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. Setiap tanaman memiliki daun yang khas. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan daun telinga.

2. Bagian Generatif a) Malai

Malai adlah sekumpulan bunga padi yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: malai pendek kurang 20 cm, mali sedang antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm.

b) Buah padi

Buah padi sering lita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebgai berikut: Embrio (lembaga), yaitu calon batang dan calon daun, Endosperm, merupakan bagian dari buah atau biji padi yang besar dan Bekatul, yaitu bagian buah padi yang berwarna coklat.

(36)

20

c) Bentuk gabah

Beberapa bentuk gabah, diantaranya yaitu gabah yang berbentuk ramping, seperti PB 22, si ampat, panjang, seperti padi bengawan, shinta, dan dewi ratih, bentuk panjang, seperti padi PB 8, seratus Malam, atau padi gogo, berbentuk gemuk, seperti padi letter, remaja,jelita, daram PB 5, pelita 1-1, dan pelita 1-2. (Ina, 2007).

2.2. Produksi

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memprbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.

Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002). Elemen input dan output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi, elemen input masih dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun karakteristik input (Gaspersz, 1996:170-171). Secara umum input dalam sistem produksi terdiri atas:

(37)

21

1) Tenaga kerja 2) Modal atau capital

3) Bahan-bahan material atau bahan baku 4) Sumber energi

5) Tanah 6) Informasi

7) Aspek manajerial atau kemampuan kewirausahawan

Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi sebagai salah satu bentuk dari elemen input (Pindyck dan Robert, 2007). Keseluruhan unsur-unsur dalam elemen input tadi selanjutnya dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu, diolah atau diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output seperti yang diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat dihasilkan sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan pengertiannya untuk menerangkan sistem produksi yang terdapat pada sektor pertanian. Dalam sistem produksi yang berbasis pada pertanian berlaku pengertian input atau output dan hubungan di antara keduanya sesuai dengan pengertian dan konsep teori produksi. 2.3. Biaya

2.3.1.Pengertian Biaya

Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik yang

(38)

22

telah terjadi maupun yang akan terjadi. (Kholmi dan Yuningsih 2004) mengutip pengertian biaya menurut AICPA yaitu Biaya adalah pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat digunakannya jasa-jasa ekonomi unutk menciptakan penghasilan. Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan member manfaat saat sekarang atau di masa yang akan datang. Menurut (Carter dan Usry, 2002), “Biaya didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan dating dalam bentuk kas atau aktiva lain”. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomis atau pengeluaran - pengeluaran dari sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang, untuk mencapai tujuan tertentu.

2.3.2.Klasifikasi Biaya

Menurut (Mulyadi, 2005), biaya dapat digolongkan menurut berikut: 1) Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran

Dalam cara ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yg berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2) Penggolonan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu

(39)

23

dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: a) Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, biaya produksi dapat dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. b) Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. c) Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3) Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: a) Biaya Langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. b) Biaya Tidak Langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

4) Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan

Menurut cara penggolongan ini, biaya dapat digolongkan menjadi empat, diantaranya: a) Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b) Biaya semi variabel,

(40)

24

adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Dalam biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c) Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d) Biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya: biaya gaji direktur produksi.

5) Penggolongan Biaya Menurut Jangka Waktu Manfaatnya

Menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a) Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya: pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva, biaya depresiasi, biaya amortisasi. b) Pengeluaran pendapatan, adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya: biaya iklan, biaya tenaga kerja.

2.4. Biaya Produksi

2.4.1.Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Menurut (Carter dan Usry, 2002), “Manufacturing cost also

called production cost is usually defined as the sum of three cost elements: direct materials, direct labor, and factory overhead”. Dengan kata lain biaya

manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead pabrik. Selanjutnya (Rayburn dan Carey, 2001), mengatakan

(41)

25

bahwa “biaya produksi termasuk bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa”.

2.4.2.Elemen-Eleman Biaya Produksi

Menurut (Garrison dan Noreen, 2000), “Biaya produksi merupakan jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik”. Adapun elemen-elemen biaya produksi sebagai berikut:

1) Biaya Bahan Langsung

Menurut (Sunarto, 2003), “Biaya bahan langsung timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan langsung adalah harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang.” Dalam buku Akuntansi Biaya, karangan (Mulyadi, 2005), terdapat dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, yaitu: a) Metode mutasi persediaan (perpetual inventory

method) adalah metode yang mencatat setiap perubahan persediaan dalam

rekening persediaan sehingga jumlah persediaan dapat diketahui setiap saat. b) Metode persediaan fisik (physical inventory method) adalah metode yang mencatat setiap perubahan persediaan dalam rekening pembelian sehingga jumlah persediaan baru dapat diketahui pada akhir periode akuntansi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi biaya bahan baku yaitu: a) Potongan pembelian, diperlakukan sebagai pengurangan terhadap harga pokok bahan baku yang dibeli. b) Biaya angkut pembelian, memiliki dua perlakuan yaitu: Sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli dialokasikan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli berdasarkan perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli, perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku

(42)

26

yang dibeli dan tarip yang ditentukan dimuka. Sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik yaitu taksiran jumlah biaya angkutan selama satu tahun. c) Biaya penyimpanan dan pengolahan bahan baku, terjadi apabila bahan yang dibeli oleh perusahaan banyak sehingga bahan tersebut tidak habis dalam sekali proses produksi. Penyimpanan dan pengolahan bahan baku mencakup banyak kegiatan dan bagian yang terkait sehingga terjadi kesulitan dalam melakukan alokasi biaya-biaya yang terjadi sehingga diperhitungkan sebagai biaya overhead yang dibebankan berdasarkan tarip ditentukan dimuka.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Menurut (Mulyadi, 2005), “Biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya konversi, disamping biaya overhead pabrik, yang merupakan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi”. Menurut (Sunarto, 2003), “Biaya tenaga kerja adalah biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi”. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang. Dalam buku Akuntansi Biaya, karangan (Mulyadi, 2005) terdapat penggolongan biaya tenaga kerja sebagai berikut: a) Penggolongan berdasarkan fungsi pokok perusahaan, yaitu: Biaya tenaga kerja produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk dibebankan pada biaya tenaga kerja yang timbul akibat proses produksi, seperti gaji karyawan bagian produksi. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum yaitu biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk proses yang berkaitan dengan keadministrasian,

(43)

27

seperti gaji karyawan bagian akuntansi. b) Penggolongan berdasarkan departemen dalam perusahaan, digolongkan berdasarkan departemen-departemen yang ada di perusahaan, misalnya departemen-departemen produksi perusahaan kertas terdiri dari tiga departemen yaitu bagian pulp, bagian kertas dan bagian penyempurnaan. Biaya tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam perusahaan tersebut. c) Penggolongan berdasarkan jenis pekerjaan, digolongkan berdasarkan jenis pekerjaan yang ada pada setiap departemen di perusahaan seperti dalam departeman produksi tenaga kerja terdiri dari mandor, operator, dll. Biaya tenaga kerja yang muncul adalah upah mandor, upah operator, dll. d) Penggolongan berdasarkan hubungan dengan produk, membedakan biaya tenaga kerja ke dalam tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung dibebankan dalam unsur biaya produksi sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dibebankan pada biaya overhead pabrik.

2.4.3.Sistem Perhitungan Biaya Produksi

Sistem perhitungan biaya bertujuan untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Perhitungan biaya membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Menurut (Carter dan Usry, 2006) sistem perhitungan biaya produksi yang paling banyak digunakan terbagi atas dua, yaitu:

(44)

28

Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan biasanya digunakan apabila produk yang diproduksi bersifat heterogen. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan. Sebagai hasilnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan membebankan bahan baku tidak langsung ke overhead. Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead. Akuntansi overhead mengakumulasi biaya overhead, memelihara catatan terinci atas overhead dan membebankan sebagian dari overhead ke pesanan.

2) Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

Perhitungan biaya berdasarkan proses, biasanya digunakan apabila produki yang diproduksi bersifat homogen. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Jika produk dari suatu proses menjadi bahan baku dari proses berikutnya, maka biaya per unit dihitung untuk setiap proses.

2.5. EM-10 (Effective Microorganisme)

Effective Microorganism (EM-10) merupakan pupuk hayati cair berbahan

(45)

29

sebagai media tumbuh dari mikroorganisme. Molases tebu kaya akan biotin, asam pentotenat, tiamin, fosfor, dan sulfur. Sedikit mengandung nitrogen organic, mengandung 62 % gula yang terdiri dari sukrosa 32 %, glukosa, merupakan hasil dari sampah didaerah kampung utan Ciputat. Awalnya isolate yang diisolasi dari sampah akan digunakan sebagai mikrooba pendegradasi sampah plastic, namun ternyata hasilnya isolat mikroba ini belum mampu mendegradasi sampah plastik secara optimal, sehingga isolat-isolat ini diuji cobakan sebagai pupuk dan hasilnya mikroba-mikroba ini dapat mendegradasi sampah organik.Mikroorganisme tersebut adalah 8 jenis isolat bakteri dan 3 jenis isolat fungi. Delapan isolat bakteri ini paling tinggi kualitasnya dalam menhancurkan sampah organik karena presentasi degradasinya lebih besar daripada bakteri lainnya. Delapan isolat bakteri ini masih dalam proses identifikasi sehingga masih belum dapat diketahui jenis-jenisnya dan tiga jenis isolat fungsi yaitu saccharomyces cerevisiae,

trichoderma sp, dan penicillium sp. (Elpawati, 2013).

2.6. Polybag

Dalam dunia pertanian dan perkebunan sering mendengar istilah polybag terutama dalam pembibitan serta bertanam dalam polybag untuk menghemat lahan pertanian. Pengertian dari polybag dalam pertanian dan perkebunan adalah plastik tanaman dominan berwarna hitam untuk persemaian tanaman dan tanaman dalam pot dengan ukuran tertentu yang di sesuaikan dengan jenis tanaman itu sendiri (Saraswati, 2012). Jenis-jenis ukuran polybag yang paling banyak di pasaran saat ini adalah polybag ukuran 10 x 15 cm x 0,05 mm, polybag ukuran 18 x 16 cm x 0,05 mm, polybag ukuran 28 x 29 cm x 0,04 mm, polybag ukuran 25 x 25 cm x

(46)

30

0,06 mm, polybag ukuran 30 x 30 cm x 0,07 mm, polybag ukuran 35 x 35 cm x 0,08 mm, polybag ukuran 50 x 50 cm x 0,10 mm, dan polybag ukuran 60 x 60 cm x 0,12 mm.

Fungsi dan kegunaan polybag diantaranya adalah memudahkan dalam perawatan tanaman, memudahkan kegiatan peyeleksian bibit, menghemat lahan, memudahkan pengangkutan ke areal penanaman, polybag berwarna hitam berfungsi untuk melindungi akar dari sinar matahari sebab akar akan kering jika terkena sinar matahari dan akan meyebabkan kematian, polybag berwarna transparan berfungsi untuk memudahkan pengecakan akar, dilakukan pada stek pucuk atau batang yang belum menumbuhkan perakaran. Polybag transparan bersifat hanya sementara dan setelah akar tumbuh diganti dengan polybag warna hitam (Mulyono, 2013).

2.7. Penerimaan 1. Penerimaan

Penerimaan merupakan pemasukan dari harga penjualan produk, semakin banyak quantitas atau jumlak produk yang akan dijual, maka semakin bertambah penerimaan yang akan diperoleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Soekartawi, 1994) menyatakan bahwa Penerimaan total adalah banyaknya produksi total dikalikan dengan harga. Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka peneriman total yang diterima produsen akan semakin besar. sebaliknya jika produk yang dihasilkan

(47)

31

sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen akan semakin kecil.

Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi berhubungan dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan usaha, penerimaan bunga bank, nilai sisa asset (serap value), sewa gedung, sewa kendaraan, dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

2.8. Rasio Penerimaan (R/C)

Menurut (Harmono dan Andoko, 2014) ratio penerimaan atas biaya (R/C

ratio) menunjukkan berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap

rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak. Tingkat pendapatan atas usaha dapat diukur dengan menggunakan analisis penerimaan atas biaya (R/C ratio analysis) yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Analisis ini menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan usahanya.

Jika R/C ratio meningkat menunjukkan adanya peningkatan penerimaan. Usaha dikatakan layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1)

(48)

32

yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana kegiatan usaha ini meguntungkan. Apabila R/C ratio bernilai kurang dari 1 (R/C < 1), artinya setiap tambahan yang dikeluarkan dalam produksi akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa kegiatan usaha ini mengalami kerugian (Permatasari, 2014).

2.9. Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini, adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ltuhalheri, 2003 (Institut Pertanian Bogor), dengan judul skripsi “Analisis Biaya Produksi Pada Budidaya Jamur Tiram Putih di Wilayah Bogor”. Data kualitatif dianalisis dalam bentuk tabulasi dan deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan bantuan aplikasi Microsoft Exel dalam bentuk tabulasi dan grafik. Dalam hal ini, analisis data dibagi menjadi analisis pendapatan dan analisis fungsi produksi. Pada model analisis fungsi Cobb-Douglas, jumlah dan nilai koefisien regresi peubah bersangkutan merupakan pendugaan terhadap skala usaha proses produksi yang sedang berlangsung. Dalam usaha tani jamur tiram putih yang dikelola oleh petani responden, jumlah elastisitas produksi dalam model adalah sebesar 1,13 (skala usaha yang meningkat). Kombinasi optimal skala usaha pengembangan budidaya jamur tiram

(49)

33

putih. Skenario I B/C Ratio mulai positif pada skala 10.000 baglog sebesar 0,013 (setiap Rp 100 biaya yang dikeluarkan akan dihasilkan keuntungan senilai Rp 1,3), dan Skerma II B/C Ratio positif pada skala 5.000 baglog, simulasi scenario ini yang menentukan besar kecilnya R/C Ratio (hasil per

baglog).

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Bensabarman Saragih, 2011 (Institut Pertanian Bogor), dengan judul skripsi “Analisis dampak metode

System Of Rice Intensification (SRI) terhadap penggunaan input, produksi

dan pendapatan ushatani padi sawah di desa Jambenenggang, Sukabumi, Jawa Barat”. Untuk data kuantitatif pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan program computer (software Microsoft Excel dan Minitab). Sedangkan untuk data kualitatif, pengolahan datanya dilakukan secara deskriptif. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah meliputi analisis sistem usaha tani dan analisis pendapatan usaha tani dan analisis tingkat efisiensi penggunaan input-input produksi. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan membandingkan keragaan antara usaha tani padi dengan menggunakan metode SRI dengan usaha tani padi konvensional. Adapun yang dibandingkan pada analisis ini adalah proses budidaya, penggunaan input, dan hasil produksi (output).

(50)

34

2.10. Kerangka Pemikiran

Padi merupakan jenis tanaman utama di Indonesia, tidak terkecuali di Provinsi Banten. Luas lahan padi di provinsi banten pada tahun 2010-2014 menurun disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya alih fungsi lahan yang cukup tinggi di provinsi Banten sebesar 40 % pada tahun 2010-2014. Berkurangnya luas lahan pertanian di banten terjadi karena adanya alih fungsi lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi kawasan industri dan juga kawasan pemukiman, penurunan terbesar salah satunya terjadi di kota Tangerang Selatan, banyak lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi kawasan real estate, kawasan industri dan berbagai macam faktor yang lainnya. Maka dari itu Rumah kompos UIN syarif hidayatullah Jakarta ingin mencoba melakukan Budidaya padi sawah dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan budidaya padi sawah dengan hanya menggunakan pupuk kompos didalam polybag untuk membantu program ekstensifikasi lahan di provinsi Banten dengan menghitung biaya produksi dan mengetahui hasil produksinya, yang di maksud dengan Budidaya padi sawah dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi sawah dengan hanya menggunakan pupuk kompos adalah proses budidaya yang menggunakan media tanam pupuk kompos ditambah dengan EM-10 sebenarnya dalam pembuatan pupuk kompos terdapat effective microoorganisme 10 sebesar 2 % namun dalam uji coba yang di lakukan di rumah

kompos UIN Jakarta ingin mencoba membandingkan dengan menambahkan effective microorganisme 10 sebesar 25% yang ditambahkan pada proses Budidaya padi. Maka dari itu penulis ingin membandingkan besaran biaya

(51)

35

produksi Budidaya padi sawah dengan menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan Budidaya padi sawah dengan hanya menggunakan pupuk kompos yang di lakukan di rumah kompos UIN Jakarta serta membandingkan hasil produksinya. dari uraian ini dapat disajikan kerangka penelitian tersebut pada Gambar 3. Sebagai berikut:

Gambar. 3 Kerangka Pemikiran Operasional

Luas Lahan Pertanian Padi Menurun di Provinsi Banten

Budidaya Padi Menggunakan Pupuk

Kompos +EM-10

Analisis Perbandingan Peraturan Pemerintah Provinsi Banten

Nomor 5 Tahun 2014 (LP2B)

Ekstensifikasi Lahan Pertanian Padi

Budidaya Padi dengan Media Polybag

Total Biaya Produksi

Penerimaan Hasil Produksi

Total Biaya Produksi

Hasil Produksi Penerimaan R/C Ratio R/C Ratio Budidaya Padi Menggunakan Pupuk Kompos

(52)

36

2.11. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: H0 = hasil produksi budidaya padi mengunakan pupuk Kompos +EM-10 sama dengan hasil produksi budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos saja atau sebaliknya lebih besar. H1 = hasil produksi budidaya padi mengunakan pupuk kompos +EM-10 lebih besar dari hasil produksi budidaya padi hanya menggunakan Pupuk kompos. taraf kepercayaan 95% di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. H0 = hasil peneriman budidaya padi mengunakan pupuk kompos +EM-10 sama dengan hasil penerimaan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos atau sebaliknya lebih besar. H1 = hasil penerimaan budidaya padi mengunakan pupuk kompos +EM-10 lebih besar dari hasil penerimaan budidaya padi hanya menggunakan pupuk kompos. taraf kepercayaan 95% di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kompos, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun waktu pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai dari November 2016 sampai Maret 2017. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah melaksanankan percobaan budidaya padi dengan pupuk kompos +EM-10 di polybag.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan dan wawancara mendalam kepada penanggung jawab dari rumah kompos UIN dan pakar agroteknologi. Menurut (Soekartawi, 2003) menjelaskan bahwa pengertian interview atau wawancara adalah kegiatan mencari bahan (keterangan atau pendapat melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan).Wawancara ini dilakukan dalam bentuk wawancara tidak terstruktur, dimana pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi, mengurai pertanyaan dan dapat mengikuti jawaban responden asalkan tidak menyimpang dari tujuan wawancara.

Data sekunder menurut (Ridwan dan Abdullah, 2013) adalah data yang dihimpun oleh peneliti melalui tangan kedua. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara

(54)

39 sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen, dari buku, jurnal-jurnal, BPS, Dinas perdagangan dan dari berbagai sumber serta penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini yang berkaitan dengan biaya produksi budidaya padi.

3.3. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisa kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual menggunakan komputer dengan software Microsoft Excel 2010. Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan biaya untuk budidaya padi yang hanya menggunakan pupuk kompos, sebagai asumsi untuk membandingkan dengan budidaya padi menggunakan pupuk kompos +EM-10 dan media polybag. Sedangkan data kuantitatif mencakup pembahasan mengenai investasi, biaya-biaya usaha meliputi, biaya-biaya tetap, biaya-biaya variabel, dalam proses produksi budidaya padi kemudian dilakukan analisis biaya produksi mengguakan pendekatan R/C

Ratio.

3.3.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif mengatakan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Menurut (Muhammad Iqbal Hasan,2001) menjelaskan bahwa analisis deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Analisis deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan

Gambar

Gambar 1. Grafik luas lahan padi di provinsi Banten  2010-2014
Gambar 2. Tanaman Padi
Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian
Gambar 4. Skema Luas Lahan Rumah Kompos
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, pengembangan modul layanan bimbingan dan konseling bidang pribadi berbasis nilai wasaka suku banjar di SMAN 12

Di lingkungan kos mahasiswa dapat dijadikan tempat yang cukup strategis untuk memulai bisnis ini karena tidak terlalu memerlukan lahan yang cukup luas, cukup

Atas dasar fakta ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pemahaman Kode Etik Akuntan Dikalangan Mahasiswa Akuntan Sebagai Calon Akuntan

Berdasarkan Gambar 4.16 di atas dapat dijelaskan jika hasil plot time series untuk data hasil ramalan sudah mengikuti pola plot data asli, sehingga model neural network

Etika yayasan merupakan pedoman moral bagi pengembangan Yayasan Islam al Ghozali (YIGA) Krempyang Tanjunganom Nganjuk yang berisi rumusan tentang: Etika warga Yayasan

Penelitian pada dua lokasi yaitu KWPLH Beruang Madu di Km 23 (sebagai habitat lama beruang madu), dan di Arboretum Wana Wisata Inhutani Km 10 Kota Balikpapan (sebagai lokasi

Hal ini sependapat dengan pendapat Agustia (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan managerial tidak bisa membatasi terjadinya manajemen laba dengan manajer yang memiliki