PENGARUH PROGRAM PERTANIAN POLIKULTUR OLEH
YAYASAN BITRA INDONESIA TERHADAP TINGKAT SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT DESA SAYUM SABAH
KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial
Oleh:
TIMOTIUS EFRATA S. HALOHO
050902042
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
“Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang”
Akibat dari Revolusi Hijau awalnya memang membawa dampak yang besar bagi kehidupan petani, karena pada saat itu terjadi peningkatan produksi secara besar-besaran. Penggunaan bahan-bahan kimia pada Revolusi Hijau ini membuat petani rentan dan ketergantungan akan bahan-bahan tersebut. Tanpa disadari ternyata telah merusak lingkungan baik ekologi maupun kesehatan manusia. Kemudian muncul kesadaran pentingnya sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan baik bagi kesuburn tanah juga demi kesehatan manusia, dikenal Pertanian Organik yang salah satunya adalah Pola Pertanian Polikultur.
Banyak LSM memperkenalkan pola pertanian Polikultur, salah satunya adalah LSM Bitra Indonesia dengan tujuan memperbaiki pola pertanian telah rusak akibat Revolusi Hijau. Salah satunya adalah lewat pelaksanaan Program Pertanian Polikultur di berbagai daerah. Dalam hal ini penelitian berada di salah satu desa di daerah dampingan LSM Bitra Indonesia ini yaitu di Desa yang penduduknya suku Karo, tepatnya di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.. Perumusan masalah dalam penelitian ini asalah bagaimana pengaruh program
pertanian polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat desa sayum sabah kecamatan sibolangit kabupaten deli serdang.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, Penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Sampel berjumlah 30 orang yang merupakan warga dampingan LSM Bitra Indonesia. Hipotesa dalam penelitian ini adalah Ho:Tidak ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah, Ha: Ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah. Hal ini terbukti dari hasil analisa korelasi yang dilakukan dengan analisa Product Moment dimana koefisien korelasi(rxy) = 0,738 dengan taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) yaitu 0,361. Maka berdasarkan ketentuan Guilford, koefisien korelasi r sebesar 0,738 mempunyai arti bahwa hubungan Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi/kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian(Ha) diterima.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Program Pertanian Polikultur
Oleh Yayasan Bitra Indonesia Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang” Skripsi ini
disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial
pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan
dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat
membangun guna perbaikan di masa akan datang.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus
Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, Msi., selaku dosen pembimbing yang telah
4. Buat Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, terimakasih untuk
ajaran-ajaran selama ini.
5. Bapak Gabrial Ginting selaku Kepala Desa Sayum Sabah dan ibu Eva Br.
Ginting selaku Sekretaris Desa Sayum Sabah yang telah membantu Penulis
dengan informasi kependudukan Desa Sayum Sabah.
6. Kepada semua Responden kelompok Mitra Tani yang telah banyak membantu
penulis dalam penelitian ini.
7. Buat Yayasan Bitra Indonesia dengan seluruh staf terutama Staf Divisi
Pertanian , Bang Anta Tarigan, Kak Jumarni, Bang Delianto, yang banyak
membantu Penulis dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.
8. Kedua Orangtuaku tercinta, Y. S. Haloho dan I Br. Ginting yang telah
membesarkan Penulis dan selalu memeberi dukungan baik moril maupun
materil dari masa kecil hingga sekarang dan semoga tida henti memeberikan
doa dan nasehat-nasehat kepada Penulis.God Bless You My Father and My
Mother.
9. Buat Adikku, Andreas S. Haloho, yang senantiasa memberikan semangat
kepada Penulis selama penyelesaian skripsi ini. Semangat terus dan raih
cita-cita.
10.Semua Teman-teman Kesos 05, terimakasih buat semua persahabatan dan
kebersamaan kita selama ini.
11.Buat Anak-anak UKM Bola FISIP USU, terimakasih untuk permainan selama
12.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung
dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih dan
sukses buat kalian semua.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih
Medan, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.4 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pertanian Organik ... 13
2.1.1 Prinsip Ekologi Pertanian Organik ... 15
2.1.2 Pola Tanam Pertanian Organik ... 16
2.2 Pertanian Polikultur ... 17
2.2.1 Macam-Macam Pertanian Polikultur ... 18
2.2.2 Jenis Tanaman untuk Polikultur ... 19
2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 21
2.3.1 Pengertian Sosial Ekonomi ... 21
2.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 25
2.3.3 Hubungan Pertanian Polikultur Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 26
2.3.4 Kesejahteraan Petani ... 28
2.4 Kerangka Pemikiran ... 29
2.5 Hipotesis ... 32
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 32
2.6.2 Defenisi Operasional ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 36
3.2 Lokasi Penelitian ... 36
3.3 Populasi dan Sampel ... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5 Teknik Analisa Data ... 39
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Sayum Sabah ... 41
4.2 Keadaan Demografis ... 42
4.2.1 Gambaran Penduduk menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 42
4.2.2 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan (Kepala Keluarga) ... 44
4.2.3 Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian .. 45
4.2.4 Distribusi Penduduk menurut Agama ... 46
4.3 Sarana dan Prasarana Desa Sayum Sabah ... 47
4.3.1 Sarana Pendidikan ... 47
4.3.2 Sarana Peribadatan ... 47
4.3.3 Sarana Kesehatan ... 48
4.3.4 Sarana Transportasi ... 48
4.4 Kegiatan Sosial yang Dilakukan oleh Penduduk ... 49
4.5 Struktur Pemerintahan Desa Sayum Sabah... 50
4.6 Program Pertanian Polikultur ... 50
BAB V ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Responden ... 55
5.3 Variabel Terikat (Sosial Ekonomi Masyarakat) ... 66
5.3.1 Pekerjaan ... 66
5.3.2 Pendapatan... 68
5.3.3 Pendidikan ... 78
5.4 Uji Hipotesa ... 88
5.5 Life Story ... 92
1 Mbergap Gurusinga ... 92
2 Hormat Pandia ... 95
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 98
6.2 Saran ... 100
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur ... 43
Tabel 2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin... 44
Tabel 3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan(KK) ... 44
Tabel 4 Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 46
Tabel 5 Distribusi Penduduk menurut Agama ... 47
Tabel 6 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
Tabel 7 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 57
Tabel 8 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Agama ... 58
Tabel 9 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Status Perkawinan ... 59
Tabel 10 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 59
Tabel 11 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak ... 60
Tabel 12 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Lama mengikut i Program Pertanian Polikultur ... 61
Tabel 13 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Penyuluhan Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia ... 62
Tabel 14 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi kehadiran warga binaan dalam mengikuti Penyuluhan oleh Yayasan Bitra Indonesia ... 63
Tabel 15 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Manfaat Program Pertanian Polikultur dalam Meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga warga binaan ... 64
Tabel 17 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Pekerjaan Sampingan selain Petani Polikultur... 66
Tabel 18 Tanggapan Responden Terhadap Keikutsertaan
Dalam Program Pertanian Polikultur... 67
Tabel 19 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Darimana mendapatkan modal usaha ... 68
Tabel 20 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Pendapatan dari Hasil Panen Mingguan ... 69
Tabel 21 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Peningkatan Pendapatan setelah melaksanakan
Program Pertanian Polikultur ... 70
Tabel 22 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Pendapatan dari pekerjaan sampingan selain
Pertanian Polikultur ... 71
Tabel 23 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Jumlah Tanggungan dalam Keluarga ... 72
Tabel 24 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Status Kepemilikan Lahan ... 73
Tabel 25 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Status Kepemilikan Rumah yang ditempati... 74
Tabel 26 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Mempunyai Tabungan atau tidak ... 75
Tabel 27 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Mempunyai sisa pendapatan atau tidak setiap bulannya ... 76
Tabel 28 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari... 77
Tabel 29 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Tabel 30 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Pendidikan Informal yang pernah diikuti ... 79
Tabel 31 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Pekerjaan anak-anak diluar jam sekolah ... 80
Tabel 32 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Kegiatan Belajar Rutin yang pernah diikuti
Anak diluar jam sekolah... 81
Tabel 33 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Masalah yang sering dihadapi tentang
Pendidikan Anak ... 82
Tabel 34 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Prestasi yang diperoleh anak di sekolah ... 83
Tabel 35 Daftar Distribusi Responden berdasarkan
Membantu atau tidak Program Pertanian Polikultur
Terhadap Biaya Sekolah Anak ... 84
Tabel 36 Hubungan Program Pertanian Polikultur dengan
DAFTAR BAGAN
1. Kerangka Pemikiran ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner (Angket)
2. Jawaban Responden terhadap variabel x
3. Jawaban Responden terhadap variabel y
4. Kalkulasi Harga x dan y
5. Tabel Nilai-nilai Product Moment
6. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi
7. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan
8. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Kepala Desa Sayum
Sabah
ABSTRAK
“Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang”
Akibat dari Revolusi Hijau awalnya memang membawa dampak yang besar bagi kehidupan petani, karena pada saat itu terjadi peningkatan produksi secara besar-besaran. Penggunaan bahan-bahan kimia pada Revolusi Hijau ini membuat petani rentan dan ketergantungan akan bahan-bahan tersebut. Tanpa disadari ternyata telah merusak lingkungan baik ekologi maupun kesehatan manusia. Kemudian muncul kesadaran pentingnya sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan baik bagi kesuburn tanah juga demi kesehatan manusia, dikenal Pertanian Organik yang salah satunya adalah Pola Pertanian Polikultur.
Banyak LSM memperkenalkan pola pertanian Polikultur, salah satunya adalah LSM Bitra Indonesia dengan tujuan memperbaiki pola pertanian telah rusak akibat Revolusi Hijau. Salah satunya adalah lewat pelaksanaan Program Pertanian Polikultur di berbagai daerah. Dalam hal ini penelitian berada di salah satu desa di daerah dampingan LSM Bitra Indonesia ini yaitu di Desa yang penduduknya suku Karo, tepatnya di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.. Perumusan masalah dalam penelitian ini asalah bagaimana pengaruh program
pertanian polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat desa sayum sabah kecamatan sibolangit kabupaten deli serdang.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, Penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Sampel berjumlah 30 orang yang merupakan warga dampingan LSM Bitra Indonesia. Hipotesa dalam penelitian ini adalah Ho:Tidak ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah, Ha: Ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah. Hal ini terbukti dari hasil analisa korelasi yang dilakukan dengan analisa Product Moment dimana koefisien korelasi(rxy) = 0,738 dengan taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) yaitu 0,361. Maka berdasarkan ketentuan Guilford, koefisien korelasi r sebesar 0,738 mempunyai arti bahwa hubungan Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi/kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian(Ha) diterima.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia yang kaya sumber daya alam, dengan tanah yang subur dan laut
yang luas, seharusnya merupakan negara agraris dan maritim yang andal. Sangat
ironis hingga saat ini Indonesia adalah negara pengimpor produk pertanian terbesar di
dunia. Pertambahan penduduk yang masih tinggi dan menurunnya produktivitas
beberapa komoditas penting dan luas areal pertanian menyebabkan Indonesia masih
harus mengimpor beberapa bahan pangan yang cukup besar setiap tahun. Apabila hal
itu tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin pada waktu-waktu mendatang,
Indonesia benar-benar masuk jebakan pangan
Maret 2009 pukul 15.20 Wib).
Ketergantungan pada bahan pangan impor sungguh akan memperlemah
ketahanan nasional. Untuk menghindari ketergantungan pangan impor, kebijakan
untuk mencapai swasembada pangan perlu mendapat prioritas utama. Sektor
pertanian, kelautan dan perikanan harus menjadi prioritas pertama kebijakan
pembangunan nasional.
Selain itu, perubahan politik dan kebijakan pertanian merupakan salah satu
penyebab keterpurukan yang terjadi saat ini, terutama bergesernya prioritas
sumber daya lokal terbarukan. Pengaruh kebijakan perdagangan bebas yang
mengglobal juga telah dirasakan dalam persaingan perdagangan komoditas pertanian.
Dengan masuknya Indonesia ke dalam perjanjian pertanian (Agreement on
Agriculture/AOA) pada tahun 1995, dan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI)
dalam program Dana Moneter Internasional (IMF), telah melahirkan proses
liberalisasi bidang pertanian secara radikal. Kondisi ini di satu sisi dapat menjadi
peluang bagi Indonesia untuk berperan di pasar dunia, sekaligus juga merupakan
tantangan bahkan ancaman jika daya saing komoditas pertanian Indonesia masih
rendah.
tanggal 15 Maret 2009 pukul 15.20 Wib)
Negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia memasuki
abad ke-21 mengalami perubahan paradigma pembangunan yang drastis. Seperti
diketahui, ketika negara-negara yang sedang berkembang melalui upaya
pembangunan negara mereka masing–masing sesudah mereka memperoleh
kemerdekaan mereka, maka paradigma pembangunan yang dominan di negara–
negara itu adalah industrialisasi. (Soetrisno, 1999:2).
Akibat dominasi dari paradigma industrialisasi dalam proses pembangunan
negara-negara yang sedang berkembang, pembangunan dari sektor pertanian relatif
diterlantarkan. Bahkan ada anggapan bahwa indikator keberhasilan suatu
pembangunan adalah mengecilkan sumbangan sektor pertanian pada tata pendapatan
negara, dan sebaliknya apabila jumlah kontribusi sektor pertanian pada pendapatan
nasional tetap tinggi, maka negara tersebut tetap dianggap sebagai negara yang
Apabila sektor industri dan sektor bangunan dan perbankan mengalami
kehancuran, maka tidak demikian halnya dengan sektor pertanian, khusunya
sub-sektor perkebunan. Bila banyak buruh industri di Jawa yang kehilangan pekerjaan,
maka di Sulawesi para petani cokelat mengalami kehidupan yang berlimpah karena
naiknya harga cokelat di pasar Internasional.
Ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi krisis menyebabkan
perubahan pola pikir para perencana pembangunan di negara-negara yang sedang
berkembang. Semula industrialisasi yang diandalkan sebagai suatu model
pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah keterbelakangan
negara-negara yang sedang berkembang, maka ketika krisis menimpa negara-negara-negara-negara tersebut,
pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru bagi perencana
pembangunan dunia ketiga.
Meskipun telah terbukti bahwa sektor pertanian telah mampu menjadi
tumpuan kehidupan masyarakat yang sedang menghadapi krisis ekonomi, tetapi
untuk menjadikan sektor menjadi suatu “leading sector” dalam proses pembangunan
bukanlah suatu hal yang mudah. Dibutuhkan investasi yang mahal untuk membangun
sebuah Argo-industri yang mampu menjadi mesin pendorong pembangunan ekonomi
yang handal. Di samping itu untuk membangun suatu argo-industri akan menghadapi
tantangan yang berasal dari perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia abad yang
akan datang yang cenderung didominasi negara-negara yang maju (Soetrisno, 1999 :
2).
Dari segi pendidikan sebagian besar petani di Indonesia berpendidikan
sementara yang berpendidikan SLTA sebesar 4,62%. Sedangkan kelompok yang
termasuk dalam pendidikan tidak sekolah dan tidak tamat SD sebesar 47,33%. Dari
data tersebut dapat menunjukkan mutu atau kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki oleh sektor pertanian Indonesia.
Sumber daya petani yang rendah, merupakan salah satu sebab utama dari
rendahnya produktivitas para petani Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumber daya
manusia itu, menjadi lebih memprihatinkan apabila dilihat usia dari para petani yang
sudah rentan atau tua. Sebagian besar petani Indonesia yakni sebesar 15,1 juta orang
(76,2%) berusia sekitar 25 sampai dengan 54 tahun, dengan penyebaran yaitu 7,7 juta
orang (50,9%) berada di pulau Jawa dan 7,3 juta orang (49,1%) berada di luar Jawa.
Dilihat dari usia petani diatas 55 tahun sebanyak 4,2 juta atau 21,46% dari jumlah
rumah tangga pertanian di Indonesia. Umur rata-rata petani di Indonesia yang
cenderung tua itu sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia.
(Soetrisno, 1999 : 5)
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program BIMAS
(Bimbingam Massal). Revolusi hijau atau program BIMAS meskipun memakan
waktu yang relatif lama yakni lebih kurang 20 tahun, telah berhasil mengubah sikap
para petani, khususnya para petani sub sektor pangan, dari “anti” teknologi ke sikap
yang mau memanfaatkan teknologi pertanian moderen seperti pupuk kimia,
obat-obatan perlindungan, dan bibit padi unggul.
Perubahan sikap petani sangat berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas
pangan. Revolusi Hijau mampu secara makro dapat meningkatkan produktivitas
sub-sektor pertanian pangan, namun pada tingkat mikro Revolusi Hijau tersebut telah
menimbulkan berbagai masalah tersendiri. Salah satu masalah yang sangat penting
adalah bibit padi yang boleh ditanam adalah bibit padi unggul yang disediakan
pemerintah, sementara pemerintah melarang para petani menanam bibit lokal yang
semula banyak ditanam oleh petani. Akibatnya adalah timbulnya kerentanan dalam
tubuh sub-sektor pertanian pangan kita. Kerentanan itu muncul dalam 2 bentuk.
Pertama, sub-sektor pertanian pangan rentan akan berbagai hama. Meskipun
padi bibit unggul itu memiliki produktivitas yang tinggi, tetapi tidak memiliki
ketahanan hidup lama. Pada tahun 1970-an sub-sektor pangan Indonesia terserang
penyakit hama wereng cokelat yang mampu memusnahkan tanaman padi dan
mengancam Indonesia menghadapi bahaya kelaparan. Untuk mengatasi hal ini
pemerintah mengadakan pergantian bibit padi yang diharapkan dapat lebih memiliki
ketahanan terhadap hama.
Kedua, Revolusi Hijau membuat petani Indonesia bodoh. Banyak
pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak dilupakan petani. Para
petani lebih menggantungkan paket-paket teknologi pertanian produk industri.
Ketergantungan itu menimbulkan suatu kerentanan baru yakni petani Indonesia
menjadi obyek dari permainan harga produk-produk itu. Hal ini dapat mengganggu
proses produksi pangan karena apabila harga pupuk naik maka petani mengurangi
pemakaian pupuk yang berakibat menurunnya produksi (Soetrisno, 1999 : 10).
Di Indonesia saat ini jumlah lahan pertanian yang produktif sudah semakin
kesuburannya sehingga menjadi tanah-tanah marginal. Hal ini menjadi tantangan
dalam upaya pemanfaatan lahan-lahan tersebut untuk budi daya pertanian. Agar
kesuburan tanah dapat dipertahankan, penggunaan pupuk organik pun tidak dapat
dihindarkan.
Dalam pertanian moderen saat ini, penggunaan pupuk kimia mulai
dikurangi, bahkan ditiadakan dan digantikan dengan pupuk organik. Hal ini
disebabkan pupuk organik tidak meninggalkan residu kimia, tidak seperti pupuk
kimia. Pupuk organik bukan barang baru bagi petani. Sudah sejak lama pupuk ini
digunakan secara tradisional oleh petani untuk mempertahankan kesuburan tanah
(Musnamar, 2003 : 2).
Pentingnya pengembangan pertanian organik adalah persoalan kerusakan
lahan pertanian yang semakin parah. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus
menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan
penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Hasil penelitian LPT menunjukkan
bahwa 79% tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik (BO) yang sangat
rendah. Kondisi ini bermakna bahwa sawah di Indonesia sudah sangat miskin, bahkan
bisa dikatakan sakit, sehingga tidak hanya membutuhkan makanan (pupuk kimia),
namun juga memerlukan penyembuhan. Cara penyembuhan adalah dengan
menambahkan BO yang telah diolah menjadi pupuk organik sehingga tanah dapat
menjadi lebih sehat dengan kandungan BO yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan
kandungan BO, dibutuhkan tambahan bahan-bahan organik (pupuk organik) berkisar
dapat dilakukan secara bertahap dengan memberikan asupan pupuk organik pada
kisaran 3-5 ton (Musnamar, 2003 : 5).
Pertanian organik sebagai bagian pertanian yang akrab lingkungan perlu
segera dimasyarakatkan seiring dengan makin banyaknya dampak negatif terhadap
lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi yang
mengandalkan bahan kimia pertanian. Disamping itu, makin meningkatnya jumlah
konsumen produksi bersih dan menyehatkan serta meluasnya gerakan “green
consumer” merupakan pendorong segera disosialisaikan gerakan pertanian organik
(Sutanto, 2002 : 5).
Beranjak dengan keadaan diatas dan dalam rangka membantu masyarakat
petani untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat petani tersebut serta ingin menerapkan model
pertanian berkelanjutan yang ekonomis, ekologis dan berbudaya serta dengan
perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan
global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat, maka banyak LSM yang
mengembangkan pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan hasil
pertanian yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang
mematikan.
Pertanian organik lebih dihargai dibandingkan dengan pertanian
non-organik. Adapun LSM yang mengangkat pertanian organik ini untuk coba diterapkan
dan dikembangkan seperti Jaringan Aksi Pestisida (PAN) Indonesia, STPN-HPS,
ELSPPAT (Bogor), Sintesa dan salah satunya adalah Bitra Indonesia melalui
kelompok-kelompok tani di daerah-daerah dampingannya. Program pertanian ini
bertujuan untuk meningkatkan penghasilan para petani yang pada akhirnya akan
meningkatkan kemampuan para petani untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi petani dengan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan serta untuk memelihara ekosistem pertanian.
Pertanian Polikultur juga dapat membantu perekonomian masyarakat, sebab makin
meningkatnya jumlah konsumen produksi bersih dan menyehatkan tanpa adanya
kandungan kimia serta dengan banyaknya jenis tanaman yang dibudidayakan dalam
satu lahan maka akan dapat menjadi alternatif bagi para petani. Jika salah satu
tanaman belum atau tidak menghasilkan maka tanaman lain bisa dipanen untuk
dijual, sehingga dengan demikian petani tidak lagi khawatir akan kebutuhan rumah
tangganya.
Salah satu daerah tempat penerapan Program Pertanian Polikultur ini yaitu
di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Di desa
tersebut terdapat satu kelompok tani dampingan Bitra Indonesia, dengan penerapan
Program Pertanian Polikultur yang bisa meningkatkan pendapatan dan juga
meningkatkan kesejahteraan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya.
Pertanian Polikultur ini mulai diterapkan di Desa Sayum Sabah pada tahun
1997. Bitra Indonesia mengembangkan sistem polikultur yang dikenal sebagai agro
forestry. Usaha para petani yang berada di bawah kaki bukit pegunungan, umumnya
tidak terfokus, artinya mereka tidak mengetahui jenis tanaman tahunan apa yang
Indonesia mengenalkan sistem Pertanian Polikultur para petani di Desa tersebut
menanam jenis tanaman yang berbeda-beda antara satu petani dengan petani lainnya
seperti kelapa sawit, panille dan lain-lain. Hasil dari tanaman tersebut tidak
menggembirakan disebabkan oleh perawatan yang tidak menentu serta iklimnya juga
memang tidak sesuai dengan tanaman tersebut.
Penggunaan pestisida yang berlebihan masih digunakan petani untuk
tanamannya yang berdampak buruk terhadap ekosistem lingkungan. Selain itu ada
juga yang bekerja sebagai pedagang sayur yang setiap pagi harus sudah sampai di
pasar untuk menjual dagangannya walau hasil yang diperoleh tidak memuaskan,
singkatnya penduduk Desa tersebut umumnya dapat digolongkan sebagai masyarakat
miskin.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melihat kebenaran
dari pelaksanaan Program Pertanian Polikultur ini secara ilmiah apakah ada
peningkatan kesejahteraan para petani Desa Sayum Sabah. Kondisi sosial ekonomi
seseorang merupakan penentu status dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan
bersama. Dengan kata lain, kondisi sosial ekonomi seseorang berpengaruh besar
terhadap interaksi yang dilakukannya. Dan dengan adanya Program Pertanian
Polikultur (salah satu pertanian organik) yang dikenalkan dan diterapkan Yayasan
Bitra Indonesia menjadi latar belakang penulis tertarik mengadakan penelitian di
Desa tersebut dengan judul “Pengaruh Program Pertanian Polikultur Oleh
1.2 Perumusan Masalah
Menurut M. Nazir ( 1983 : 111) perumusan masalah merupakan langkah yang
penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan.
Perumusan masalah perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar
terarah dan terfokus ke permasalahan yang jelas. Adapun permasalahan yang
dirumuskan adalah sebagai berikut “Bagaimana Pengaruh Program Pertanian
Polikultur terhadap tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang ?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Utama adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh Program
Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat
Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang.
2. Tujuan lain adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Pertanian
Polikultur yang merupakan salah satu Program Yayasan Bitra Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Dapat dipergunakan bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan yang
berhubungan dengan Program Pertanian Polikultur.
2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam
mengembangkan kemampuan berpikir melalui karya ilmiah.
3. Dapat digunakan sebagai suatu masukan baik bagi pemerintah, LSM
maupun pihak luar lainnya yang berkompeten untuk itu.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah yang memuat latar belakang
dikenalkannya Program Pertanian Polikultur (Pertanian Organik),
perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan daripada isi penelitian
ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian teori yang berkaitan dengan penelitian yaitu yang
berkaitan dengan Program Pertanian Polikultur (Pertanian Organik),
kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional pada
penelitian ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang tipe penelitian yang dipakai, lokasi penelitian
digunakan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data penelitian
serta teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana
peneliti melakukan penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian
yaitu melalui kuesioner yang dibagikan kepada Responden dalam
penelitian ini yaitu para petani Desa Sayum Sabah Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang berkelanjutan yang tidak
menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik
berdasarkan prinsip daur ulang yang dilakukan sesuai dengan kondisi setempat
dengan sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan
kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas
biologi tanah.
Menurut IFOAM pertanian organik didefinisikan sebagai berikut
1. Memproduksi pangan dalam jumlah yang mencukupi.
2. Mengupayakan sistem budidaya yang alami.
3. Mempertahankan siklus biologis tanaman.
4. Mengupayakan penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharuhi.
5. Memungkinkan produsen memperoleh pengembalian yang cukup dalam jangka
panjang (htpp://www.IFOAM.com/hu/modul/_/makindo_07.htm diakses tanggal
17 Maret 2009 pukul 17.25 Wib).
Pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang holistik
dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara
alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan
salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat
diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah, air,
dan udara, sehingga menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumber daya
alam serta penurunan produktivitas tanah. Pertanian berbasis kimia yang mempunyai
ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengaruhi kualitas
dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan dan kehidupan lainnya. Dengan
memperhitungkan generasi mendatang, maka pertanian organik menghasilkan
interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekosistem dan
lingkungan. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali
ke alam (back to nature)”.
Secara singkat tujuan pertanian organik ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
tujuan secara umum adalah menciptakan sistem pertanian yang adil, menyehatkan
yang tidak akan merusak ekosistem itu sendiri dan tidak menimbulkan
ketergantungan petani pada pihak lain dan menjaga keberadaannya. Tujuan secara
khususnya dalam dunia pertanian adalah cara bercocok tanam secara alami yang
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia (anorganik), agar diperoleh kualitas hasil
pertanian yang sehat.
Menurut IFOAM tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem
pertanian organik adalah
1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah
cukup.
2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung
3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan
mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah dan tanaman serta
hewan.
4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaru yang berasal dari sistem
usaha tani itu sendiri.
6. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin
dihasilkan oleh kegiatan pertanian.
7. Mempertahankan keanekaragaman hayati tanah pelestarian habitat tanaman dan
hewan.
8. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para konsumen pertanian terutama
petani dengan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hak asasi manusia untuk
memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja
termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.
2.1.1 Prinsip Ekologi Pertanian Organik
Memperhatikan pengalaman studi agroekologi pertanian tradisional di
wilayah tropica basah, maka prinsip ekologi dapat digunakan sebagai panduan dalam
mengembangkan pertanian organik. Penerapan suatu teknologi tidak dapat
digeneralisir begitu saja untuk semua tempat, tetapi harus bersifat spesifik lokal (site
specific) dengan mempertimbangkan kearifan tradisional (indigenous knowledge) dari
masing-masing lokasi.
1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman,
terutama pengolahan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen,
penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara
mengelola iklim tripica mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
4. Membatasi terjadinya kehilangan panen akibat serangan hama dengan
melaksanakan usaha preventif melalui pengendalian yang aman.
5. Memanfaatkan sumber genetika (plasma nuftah) yang saling mendukung dan
bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem
pertanaman terapadu.
Prinsip di atas dapat diterapkan pada beberapa macam teknologi dan strategi
pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap produktivitas, keamanan, dan identitas masing-masing usaha tani,
tergantung pada kesempatan dan pembatas faktor lokal (kendali sumber daya) dalam
banyak hal, sangat tergantung pada permintaan pasar.
2.1.2 Pola Tanam Pertanian Organik
1. Monokultur yaitu menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang
sama.
2. Polikultur yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu
yang sama.
2.2 Pertanian Polikultur
Dengan pemilihan yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa
keuntungan antara lain sebagai berikut
1. Mengurangi serangan OPT, karena tanaman yang satu dapat mengurangi
serangan OPT lainnya.
2. Menambah kesuburan tanah.
3. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi
dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.
4. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman
akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga
salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
pukul 15.20 Wib)
Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur ini dapat
memberi dampak negatif, misalnya :
1. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman.
Kemudian yayasan Bitra Indonesia juga mengungkapkan apa saja yang
menajdi keuntungan dari pada pertanian polikultur ini yaitu :
1. Mengembangkan sistem pertanian yang berkesinambungan dan berwawasan
lingkungan.
2. Meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan hasil persatuan luas.
3. Meningkatkan kemampuan petani mengelola lahan secara objektif.
4. Mengantisipasi penjualan tanah secara terus menerus oleh petani karena hasil
lahannya rendah.
2.2.1 Macam-Macam Pertanian Polikultur
Dalam sistem polikultur, dikenal beberapa istilah yang pengertiannya hampir
sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama antara lain :
a. Tumpang Gilir (multiple cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
lahan yang sama, selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil
panenan.
b. Tanaman Pendamping (companion planting) : dalam satu bedeng ditanam lebih
dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya. Tujuannya untuk
saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara, karena itu pemilihan
tanaman perlu diperhatikan. Misalnya tanaman yang perakarannya dalam dapat
mengurangi kepadatan tanah dan menambah kesuburan tanah dengan tambahnya
bahan organik sehingga berguna bagi tanaman pendamping yang perakarannya
mempunyai akar yang mengeluarkan senyawa tiophen yang dapat mematikan
nemattoda.
c. Tanaman Campuran (mixed cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman
pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama. Misalnya menanam tomat dan
kubis dalam satu bedeng dapat mengurangi ngengat tritip yang merusak kubis,
menolak ngengat betina Plutella xylostella (L) meletakkan telur pada tanaman
kubis.
d. Tumpangsari (intercropping dan interplanting) : menanam lebih dari satu jenis
tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan
teratur.
e. Penanaman Lorong (alley cropping) : menanam tanaman yang berumur pendek,
misalnya wortel, slada, terung, diantara larikan tanaman yang dapat tumbuh cepat
dan tinggi serta berumur tahunan, misalnya turi, gamal, kaliandra, lamtoro, dan
daun kupu-kupu. Keuntungan penanaman seperti ini akan meninggalkan nitrogen
tanah, mengurangi gulma, mencegah erosi, meningkatkan penyerapan air tanah
dan meningkatkan kelembaban tanah.
f. Pergiliran Tanaman (rotasi tanaman) : menanam jenis tanaman yang tidak
sefamili secara bergiliran (bergilir). Tujuan cara ini untuk memutus siklus hidup
OPT. Contohnya kubis famili cruciferae-selada famili composidae-bawang merah
famili aliaceae-wortel famili umbelliferae-terung famili solanaceae-kedele famili
leguminaceae-jagung famili graminae-kangkung famili convolvulaceae-mentimun
2.2.2 Jenis Tanaman Untuk Polikultur
Dalam sistem polikultur, pemilihan jenis tanaman menjadi sangat penting
karena tanaman yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian, misalnya tanaman
akan berebut unsur hara, adanya tanaman lain akan mendatangkan hama dan penyakit
baru, maupun pertumbuhan tanaman saling terhambat.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih jenis tanaman antara lain
sebagai berikut
a. Sosok tanaman dan kebutuhan sinar matahari
Tanaman akan hidup baik bila mendapat sinar matahari. Namun, banyaknya sinar
matahari untuk tiap tanaman berbeda. Umumnya, tanaman yang menghasilkan
bunga atau buah membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi), sedangkan
tanaman yang menghasilkan daun masih dapat tumbuh dengan cahaya yang
sedikit. Misalnya, buncis merambat dan kapri membutuhkan sinar yang banyak,
sedangkan selada dan seledri masih hidup di bawah naungan. Dengan demikian,
selada atau seledri dapat ditanam diantaran tanaman buncis, merambat atau kapri.
b. Kebutuhan unsur hara
Berdasarkan kebutuhan unsur hara, tanaman dapat dikelompokkan menajdi tiga
sebagai berikut :
1. Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih banyak disebut heavy
feeders. Misalnya, kubis, selada, bayam, jagung, dan labu.
2. Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih sedikit daripada kalium,
disebut light feeders. Yang masuk kelompok ini umumnya tanaman penghasil
3. Tanaman penghasil nitrogen atau tanaman yang dapat mengikat nitrogen dari
udara dengan bantuan bakteri Rhizobium, disebut soil builders. Tanaman
yang termasuk kelompok ini yaitu tanaman dalam keluarga Legaminoseae,
misalnya kacang tanah, kedelai, buncis, kacang hijau dan kara. Dengan
menggabungkan ketiga kelompok tanaman tersebut, dapat diperoleh hasil
yang tinggi karena antar-tanaman tidak terjadi perebutan unsur hara.
c. Sistem perakaran
Sistem perakaran setiap tanaman yang berbeda, ada yang dalam, dangkal dan
melebar, rimbun dan sebagainya. Sistem perakaran ini penting untuk menentukan
jarak tanam dan memilih jenis tanaman. Tanaman yang dipilih sebaiknya yang
mempunyai perakaran yang berbeda bila akan ditanam berdekatan. Misalnya, wortel
dan bawang merah, buncis dan selada, kedelai dan daun bawang, cabai dan daun
bawang (Divisi Pertanian Bitra, 2002 : 32).
2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat 2.3.1 Pengertian Sosial Ekonomi
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan (teman). Dalam hal
ini kawan berarti mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita yang tinggal dalam
satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat (KBBI, 2002 : 1454). Sedangkan, dalam konsep Sosiologi,
manusia sering disebut sebagai makhlup sosial yang artinya bahwa manusia tidak
sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan
pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya.
Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala
sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian) (KBBI, 2002 : 379).
Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi
juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses
pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat (Soekanto, 1987 : 181). Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang
maka perlu diperhatikan bebarapa faktor yakni pekerjaan, pendapatan, dan
pendidikan (Koentjaraningrat, 1983 : 35). Selain faktor-faktor tersebut, ada juga
faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh beberap ahli dalam melihat kondisi
sosial ekonomi seseorang, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan sosialisasi
dalam lingkungan masyarakat.
Selanjutnya pekerjaan adalah kegiatan yang menhasilkan barang dan jasa
untuk dijual kepada orang lain atau ke pasar guna memperoleh yang berlaku. Untuk
lebih jelasnya pengertian pekerjaan mencakup beberapa hal, yakni sebagai berikut.
1. Pekerjaan sebagai sarana memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi
2. Pekerjaan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan perseorangan sebagai
imbalan atas pengorbanan energinya.
3. Pekerjaan sebagai sumber memperoleh pengakuan status sosial, harga diri
penghargaan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya.
4. Pekerjaan merupakan sumber penghidupan yang layak dan sumber martabatnya,
adalah kewajiban dan haknya sebagai warga negara dan manusia makhluk Tuhan
(Suroto, 1992 : 86).
Sementara itu pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari pekerjaan
pokok, pekerjaan sampingan dan dari perkerjaan subsistem dari semua anggota rumah
tangga. Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat diartikan sebagai
penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang didapat dari hasil usaha.
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima
oleh suatu negara. Sementara itu dalam pajak, pendapatan tidak didefenisikan
sejumlah uang atau nilai uang yang selama tahun takwin diperoleh seseorang sebagai
hasil dari usaha dan tenaga, barang tak bergerak, harta bergerak dan hak bayaran
belaka.
Dari uraian tersebut dapat diuraikan/disimpulkan, bahwa pendapatan terdiri
atas pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang. dengan memerinci
pendapatan dalam ketegori sebagai berikut.
1. Pendapatan berupa uang yaitu
a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja
b. Dari hasil usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
dan penjualan kerajinan rumah tangga.
c. Dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.
2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa
a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan,
transportasi, perumahan, dan rekreasi.
b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian
barang yang diproduksi di ruah, sewa dan seharusnya dikeluarkan terhadap
rumah tangga sendiri yang ditempati.
Sedangkan pengertian pendidikan meliputi beberapa hal yakni
1. Pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam usahanya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan kepribadiannya
dengan membina potensi-potensi pribadinya, baik jasmani maupun rohani dan
berlangsung seumur hidup.
3. Pendidikan juga berarti sebagai lembaga yang bertanggung jawab menetapkan
cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun system pendidikan tersebut. Dalam
hal ini tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan
4. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan
kemampuan seseorang yang berlangsung di sekolah maupun di luar
sekolah.(Depdikbud, 1983)
Menurut jenjangnya maka pendidikan dibagi atas tingkat Sekolah Dasar (SD),
Tingkat Sekolah Menengah Pertama, tingkat Sekolah Menengah Atas (SMU), dan
tingkat Perguruan Tinggi (PT).
2.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Berbicara tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak akan dapat
dilepaskan dari pembicaraan tentang kemiskinan. Kemiskinan biasanya digambarkan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok,
seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Mereka dikatakan hidup di bawah
garis kemiskinan apabila pendapatan yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya tersebut.
Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, seperti pekerjaan yang tidak menetap dengan upah yang kecil,
pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok
sehari-hari, pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat mengangkat harkat dan
martabatnya, perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, dan lain
sebagainya.
Secara garis besar, kondisi sosial ekonomi masyarakat (petani) yang sering
diidentikkan dengan kemiskinan dapat dilihat dari beberapa faktor produksi seperti
1. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah yang
cukup, modal dan keterampilan.
2. Pada umumnya mereka tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh
aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperolehnya tidak
cukup untu memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
3. Pada umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Waktu
mereka habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk
belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena
membantu orang tua bekerja atau kerena dana untuk itu tidak ada.
4. Pada umumnya mereka tidak mempunyai tanah sehingga terpaksa menyewa
tanah. Karena pertanian dikerjakan atas dasar musiman maka kesinambungan
kerja menjadi kurang terjamin. Banyak diantara mereka menjadi bebas (self
employed) yang berusaha apa saja. Akibatnya dalam situasi penawaran kerja
mereka mendapat upah yang rendah sehingga mendukung mereka selalu
hidup dibawah garis kemiskinan.
5. Pada umumnya mereka yang memiliki usia produktif tidak mempunyai
keterampilan dan pendidikan sehingga mereka lebih banyak bekerja pada
sektor informal yang tidak membutuhkan keterampilan yang tinggi dengan
2.3.3 Hubungan Pertanian Polikultur terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat
Pertanian Polikultur (organik) memberikan manfaat seperti
1. Menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis.
2. Meningkatkan pendapatan petani.
3. Menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi petani.
4. Meminimalkan semua bentuk populasi yang dihasilkan dari kegiatan
pertanian.
5. Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka
panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
6. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di
pedesaan.
Menurut Jayadinata, menyebutkan bahwa cara-cara untuk meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi petani dapat dilakukan dengan cara
1. Meningkatkan pendidikan keterampilan dan penyuluhan.
2. Mengusahakan perubahan mata pencarian jika pendapatan dalam pertanian tidak
dapat ditingkatkan.
3. Memperluas dan memperbaiki usaha tani.
4. Mengikut sertakan para keluarga petani dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan
kelembagaan (Jayadinata, 1992 : 2).
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa Program Pertanian
Pertanian Polikultur (Pertanian Organik) dianggap pertanian yang ramah lingkungan
dan biaya produksi yang rendah karena tidak menggunakan pupuk kimia dan
pestisida kimia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan
pendapatan petani adalah Program Pertanian Polikultur. Dengan adanya Program
Pertanian Polikultur yang berhasil diterapkan pada petani, berarti petani mau dan
mampu menggunakan teknologi yang menguntungkan dan memegang prinsip
berkelanjutan.
2.3.4 Kesejahteraan Petani
Secara harfiah, “kesejahteraan” mempunyai arti aman, sentosa, makmur atau
selamat/terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya (Muhidin 1981 :
55). Sedangkan dalam UU No. 6/1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial
pada pasal 2 ayat 1 dikatakan bahwa “kesejahteraan sosial adalah salah satu
kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap
warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,
rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.
Definisi dalam penjelasan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman pasal 6, petani diartikan sebagai orang, baik yang
mempunyai maupun tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya
Dari defenisi-defenisi diatas maka dalam hal ini yang dimaksud dengan
kesejahteraan petani adalah suatu keadaan dimana petani secara merata hidup
berkecukupan baik material maupun spritual, aman, tentram, maju dan jauh dari
segala penderitaan atau kemiskinan. Atau disimpulkan, petani tersebut berkecukupan
dengan diperoleh dari hasil pertaniannya lewat berbagai program yang dibuat untuk
memperbaiki taraf hidup petani maupun yang alami dari strategi bertani yang mereka
buat sendiri.
2.4 Kerangka Pemikiran
Cikal bakal Pertanian Organik sudah sejak lama kita kenal, sejak ilmu
bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuannya dilakukan secara
tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pun meningkat. Saat
itu, Revolusi Hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap
pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas
unggul dan berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida,
intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.
Pemahaman akan bahaya kimia tersebut dalam jangka waktu lama mulai
disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk
yang bebas dari cemar bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih
sehat. Sejak itulah dilirik kembali cara pertanian alam (back to nature) yang
pemupukan berimbang, penerapan Penanggulangan Hama Tanaman (PHT), dan
pengaturan pola tanam.
Usaha tani organik adalah tehnik pertanian berkelanjutan dengan masukan
sarana produksi rendah atau LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture),
tidak menggunakan bahan kimia tetapi memakai bahan-bahan organik berdasarkan
prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Usaha tani ini
ditujukan untuk mewujudkan banyak aspek yaitu pertanian yang ekonomis, ekologis,
dan berbudaya. Disamping memperhatikan kesuburan tanah, kesehatan lingkungan,
juga untuk meningkatkan sosial ekonomi petani di Desa Sayum Sabah demi
terwujudnya kesejahteraan petani.
Banyak LSM yang berusaha memperkenalkan kembali pola ini. Salah satunya
adalah Bitra Indonesia yang memperkenalkan Program Pertanian Polikultur (sebagai
salah satu jenis Pertanian Organik) yang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang
memperhatikan ekologi seperti kesuburan tanah, kesehatan lingkungan.
Program Pertanian Polikultur juga bertujuan dalam peningkatkan sosial
ekonomi masyarakat, kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia
memenuhi kebutuhannya yang ditentukan tingkat pendapatan yang diterima dan
pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pengaruh Program Pertanian
Polikultur bagi masyarakat berguna dalam peningkatan pendapatan yang akhirnya
akan tercapainya kesejahteraan yaitu mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
(papan, pangan, sandang), mampu menyekolahkan anak, mampu memperbaiki atau
merenovasi rumah. Pengaruh Program Pertanian Polikultur juga untuk meningkatkan
meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis,
meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang,
meningkatkan hasil panen demi kelangsungan hidup dan berguna untuk modal usaha
YAYASAN BITRA INDONESIA Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel dibawah ini :
Bagan 1 Kerangka Pemikiran
Pertanian Polikultur
1. Pengadaan pembelajaran pada Sekolah Lapang Pertanian Polikultur
2. Biaya produksi untuk pertanian yang murah (ekonomis)
3. Menggunakan pupuk organik, pestisida alami dan bibit lokal
4. Menjaga kesubaran tanah dan kesehatan lingkungan sekitar (ekologis)
5. Jenis produksi yang beragam (berbudaya)
Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat 1. Peningkatan produksi pertanian (panen) 2. Peningkatan keuntungan panen
3. Peningkatan pendapatan
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi relatif tentang
hubungan 2 variabel atau lebih. Hipotesis juga diartikan sebagai kesimpulan yang
belum final, dalam artinya harus dibuktikan kebenarannya (Nawawi, 1998 : 44).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho :Tidak ada hubungan antara Program Pertanian Polikultur terhadap
tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.
Ha :Ada hubungan antara Program Pertanian Polikultur terhadap tingkat sosial
ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.1 Defenisi Konsep
Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu
tertentu (Singarimbun, 1989 : 34).
Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan
mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu
persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menguburkan
tujuan penelitian ini, maka disusun defenisi konsep sebagai berikut :
1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau
kondisi. Dalam hal ini akibat yang ditimbulkan melalui Program Pertanian
2. Program Pertanian Polikultur (salah satu pertanian organik) adalah program
pertanian dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan
waktu yang sama atau model pertanian yang ekonomis, ekologis, berbudaya
maupun diadaptasi dan manusiawi. Model pertanian ini disebut juga dengan
model pertanian yang berkelanjutan.
3. Yayasan Bitra Indonesia adalah organisasi non pemerintah yang menerapkan
Program Pertanian Polikultur.
4. Tingkat sosial ekonomi masyarakat merupakan kombinasi dari pekerjaan,
pendapatan, dan pendidikan. Pekerjaan merupakan sumber memperoleh
pengakuan status sosial, harga diri penghargaan dari masyarakat sebagai
imbalan atas peranan dan prestasinya. Pendapatan adalah
penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan berarti sebagai lembaga
yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun
sistem pendidikan tersebut. Dalam hal ini tujuan pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah yang dimiliki oleh
masyarakat yang bersangkutan.
2.6.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46). Dalam hal ini
maka harus ditentukan lebih dahulu variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini.
sesudah adanya Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia di Desa
Sayum Sabah, maka variabel-variabelnya adalah :
A. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (x) adalah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat.
Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel
terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul
(Nawawi, 1998 : 57).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program Pertanian Polikultur
oleh Yayasan Bitra Indonesia dengan indikator berupa :
1. Pengetahuan petani tentang Program Pertanian Polikultur.
2. Frekuensi penyuluhan Pertanian Polikultur yang dilakukan oleh Yayasan
Bitra Indonesia.
3. Penilaian tentang Program Pertanian Polikultur.
4. Lama keanggotaan menjadi warga binaan Yayasan Bitra Indonesia.
B. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang
ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena
adanya variabel lain.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat sosial ekonomi
1. Indikator tingkat sosial ekonomi masyarakat meliputi pekerjaan,
pendapatan, dan pendidikan.
a. Pekerjaan
Merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari penghasilan untuk
mendapatkan pendapatan rumah tangga. Dengan indikator :
• Usaha sampingan selain bertani.
b. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah pengahsilan rill yang disumbangkan untuk memenuhi
kebutuhan bersama (kelurga). Pendapatan adalah jumlah semua hasil perolehan
yang didapat dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Dengan indikator :
• Sumber modal usaha pertanian.
• Pendapatan dari hasil panen Pertanian Polikultur.
• Tanggungan dalam keluarga.
• Status kepemilikan lahan.
• Kepemilikan rumah.
• Kemampuan memperbaiki rumah.
• Ada atau tidaknya tabungan.
• Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari berupa pemenuhan papan,
pangan, dan sandang.
Kualitas pendidikan anak-anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk
mengenyam dan memperoleh proses pendidikan di suatu lembaga
penyelenggarapendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi. Dengan ukuran:
• Kemampuan untuk menyekolahkan anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu suatu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi 1998:53).
Karena penelitian ini menggambarkan dan melihat seberapa besar pengaruh Program
Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat sosial ekonomi
masyarakat Desa Sayum Sabah.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang. Alasan penulis memilih lokasi yaitu karena Desa Sayum
Sabah ini adalah salah satu Desa dampingan Yayasan Bitra Indonesia yang mendapat
Program Pertanian Polikultur.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa sebagai sumber data
Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya dengan menggunakan cara-cara tertentu
(Nawawi, 1998:144).
Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini diadakan pra-survei untuk
mendata anggota warga binaan Yayasan Bitra Indonesia. Karena populasi kurang dari
100, maka dipakai rumus N=n yang artinya populasi adalah sampel (Arikunto,
1997:104). Jadi sampel dalam penelitian ini adalah semua warga binaan Yayasan
Bitra Indonesia yaitu sebanyak 30 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang dengan menelaah buku-buku, majalah,
surat kabar atau tulisan lainnya untuk memperkuat pertimbangan teoritis
yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
2. Studi lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian
langsung di lokasi penelitian untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan
a. Observasi
Yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan
mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran peneliti.
Metode ini dilaksanakan dengan jalan mengamati gerak dan tingkah laku para
petani Polikultur di lokasi pekerjaan dan sejauh mana pengaruh program
tersebut terklaksana serta kegiatan mereka sehari-hari, mengamati kondisi
perumahan petani dan lahan pertanian petani. Ini dipergunakan untuk
menyesuaikan keterangan yang diberikan dengan situasi yang sebenarnya
b. Wawancara
Yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
dan bertatap muka yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
kuesioner yang telah diajukan seperti tokoh masyarakat setempat, kepala
desa, dan dengan responden sendiri.
c. Kuesioner
Yaitu mengumpulkan informasi dan data yang relevan melalui daftar
pertanyaan yang diajukan kepada responden berdasarkan angket yang
berpedoman pada defenisi operasional.
d. Life Story
Yaitu mengumpulkan informasi untuk memperjelas data yang lebih lengkap
dan akurat yang belum terjawab dari kuesioner melalui cerita dari kehidupan
responden yang sudah lama mengikuti Program Pertanian Polikultur dan
dibuat dalam life story. Dalam penelitian ini dibuat 2 life story dari
( )( )
( )
( )
{
2 2}
{
( )
2( )
2}
.
.
.
∑
∑
∑
∑
∑
−
∑
∑
−
−
=
x
n
x
n
Y
X
XY
n
x
x
r
xy3. Studi data online
Yaitu cara melakukan data melalui media online seperti internet atau media
jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan
peneliti memanfaatkan informasi online yang berupa data maupun teori dan
dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.
3.5 Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1987:263). Dalam penelitian ini,
analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment.
Korelasi Product Moment merupakan teknik pengukuran tingkat hubungan antara dua
variabel yang