• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Pertanian Polikultur Oleh Yayasan Bitra Indonesia Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Pertanian Polikultur Oleh Yayasan Bitra Indonesia Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM PERTANIAN POLIKULTUR OLEH

YAYASAN BITRA INDONESIA TERHADAP TINGKAT SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT DESA SAYUM SABAH

KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh:

TIMOTIUS EFRATA S. HALOHO

050902042

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

“Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang”

Akibat dari Revolusi Hijau awalnya memang membawa dampak yang besar bagi kehidupan petani, karena pada saat itu terjadi peningkatan produksi secara besar-besaran. Penggunaan bahan-bahan kimia pada Revolusi Hijau ini membuat petani rentan dan ketergantungan akan bahan-bahan tersebut. Tanpa disadari ternyata telah merusak lingkungan baik ekologi maupun kesehatan manusia. Kemudian muncul kesadaran pentingnya sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan baik bagi kesuburn tanah juga demi kesehatan manusia, dikenal Pertanian Organik yang salah satunya adalah Pola Pertanian Polikultur.

Banyak LSM memperkenalkan pola pertanian Polikultur, salah satunya adalah LSM Bitra Indonesia dengan tujuan memperbaiki pola pertanian telah rusak akibat Revolusi Hijau. Salah satunya adalah lewat pelaksanaan Program Pertanian Polikultur di berbagai daerah. Dalam hal ini penelitian berada di salah satu desa di daerah dampingan LSM Bitra Indonesia ini yaitu di Desa yang penduduknya suku Karo, tepatnya di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.. Perumusan masalah dalam penelitian ini asalah bagaimana pengaruh program

pertanian polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat desa sayum sabah kecamatan sibolangit kabupaten deli serdang.

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, Penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Sampel berjumlah 30 orang yang merupakan warga dampingan LSM Bitra Indonesia. Hipotesa dalam penelitian ini adalah Ho:Tidak ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah, Ha: Ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah. Hal ini terbukti dari hasil analisa korelasi yang dilakukan dengan analisa Product Moment dimana koefisien korelasi(rxy) = 0,738 dengan taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) yaitu 0,361. Maka berdasarkan ketentuan Guilford, koefisien korelasi r sebesar 0,738 mempunyai arti bahwa hubungan Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi/kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian(Ha) diterima.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Program Pertanian Polikultur

Oleh Yayasan Bitra Indonesia Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang” Skripsi ini

disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial

pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan

dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat

membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus

Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, Msi., selaku dosen pembimbing yang telah

(4)

4. Buat Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, terimakasih untuk

ajaran-ajaran selama ini.

5. Bapak Gabrial Ginting selaku Kepala Desa Sayum Sabah dan ibu Eva Br.

Ginting selaku Sekretaris Desa Sayum Sabah yang telah membantu Penulis

dengan informasi kependudukan Desa Sayum Sabah.

6. Kepada semua Responden kelompok Mitra Tani yang telah banyak membantu

penulis dalam penelitian ini.

7. Buat Yayasan Bitra Indonesia dengan seluruh staf terutama Staf Divisi

Pertanian , Bang Anta Tarigan, Kak Jumarni, Bang Delianto, yang banyak

membantu Penulis dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.

8. Kedua Orangtuaku tercinta, Y. S. Haloho dan I Br. Ginting yang telah

membesarkan Penulis dan selalu memeberi dukungan baik moril maupun

materil dari masa kecil hingga sekarang dan semoga tida henti memeberikan

doa dan nasehat-nasehat kepada Penulis.God Bless You My Father and My

Mother.

9. Buat Adikku, Andreas S. Haloho, yang senantiasa memberikan semangat

kepada Penulis selama penyelesaian skripsi ini. Semangat terus dan raih

cita-cita.

10.Semua Teman-teman Kesos 05, terimakasih buat semua persahabatan dan

kebersamaan kita selama ini.

11.Buat Anak-anak UKM Bola FISIP USU, terimakasih untuk permainan selama

(5)

12.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung

dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih dan

sukses buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna

menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih

Medan, Agustus 2009

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pertanian Organik ... 13

2.1.1 Prinsip Ekologi Pertanian Organik ... 15

2.1.2 Pola Tanam Pertanian Organik ... 16

2.2 Pertanian Polikultur ... 17

2.2.1 Macam-Macam Pertanian Polikultur ... 18

2.2.2 Jenis Tanaman untuk Polikultur ... 19

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 21

2.3.1 Pengertian Sosial Ekonomi ... 21

2.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 25

2.3.3 Hubungan Pertanian Polikultur Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 26

2.3.4 Kesejahteraan Petani ... 28

2.4 Kerangka Pemikiran ... 29

2.5 Hipotesis ... 32

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 32

(7)

2.6.2 Defenisi Operasional ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5 Teknik Analisa Data ... 39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Sayum Sabah ... 41

4.2 Keadaan Demografis ... 42

4.2.1 Gambaran Penduduk menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 42

4.2.2 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan (Kepala Keluarga) ... 44

4.2.3 Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian .. 45

4.2.4 Distribusi Penduduk menurut Agama ... 46

4.3 Sarana dan Prasarana Desa Sayum Sabah ... 47

4.3.1 Sarana Pendidikan ... 47

4.3.2 Sarana Peribadatan ... 47

4.3.3 Sarana Kesehatan ... 48

4.3.4 Sarana Transportasi ... 48

4.4 Kegiatan Sosial yang Dilakukan oleh Penduduk ... 49

4.5 Struktur Pemerintahan Desa Sayum Sabah... 50

4.6 Program Pertanian Polikultur ... 50

BAB V ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Responden ... 55

(8)

5.3 Variabel Terikat (Sosial Ekonomi Masyarakat) ... 66

5.3.1 Pekerjaan ... 66

5.3.2 Pendapatan... 68

5.3.3 Pendidikan ... 78

5.4 Uji Hipotesa ... 88

5.5 Life Story ... 92

1 Mbergap Gurusinga ... 92

2 Hormat Pandia ... 95

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 98

6.2 Saran ... 100

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur ... 43

Tabel 2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin... 44

Tabel 3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan(KK) ... 44

Tabel 4 Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 46

Tabel 5 Distribusi Penduduk menurut Agama ... 47

Tabel 6 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 7 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 57

Tabel 8 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Agama ... 58

Tabel 9 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Status Perkawinan ... 59

Tabel 10 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 59

Tabel 11 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak ... 60

Tabel 12 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Lama mengikut i Program Pertanian Polikultur ... 61

Tabel 13 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Penyuluhan Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia ... 62

Tabel 14 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi kehadiran warga binaan dalam mengikuti Penyuluhan oleh Yayasan Bitra Indonesia ... 63

Tabel 15 Daftar Distribusi Responden berdasarkan Manfaat Program Pertanian Polikultur dalam Meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga warga binaan ... 64

(10)

Tabel 17 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Pekerjaan Sampingan selain Petani Polikultur... 66

Tabel 18 Tanggapan Responden Terhadap Keikutsertaan

Dalam Program Pertanian Polikultur... 67

Tabel 19 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Darimana mendapatkan modal usaha ... 68

Tabel 20 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Pendapatan dari Hasil Panen Mingguan ... 69

Tabel 21 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Peningkatan Pendapatan setelah melaksanakan

Program Pertanian Polikultur ... 70

Tabel 22 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Pendapatan dari pekerjaan sampingan selain

Pertanian Polikultur ... 71

Tabel 23 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Jumlah Tanggungan dalam Keluarga ... 72

Tabel 24 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Status Kepemilikan Lahan ... 73

Tabel 25 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Status Kepemilikan Rumah yang ditempati... 74

Tabel 26 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Mempunyai Tabungan atau tidak ... 75

Tabel 27 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Mempunyai sisa pendapatan atau tidak setiap bulannya ... 76

Tabel 28 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari... 77

Tabel 29 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

(11)

Tabel 30 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Pendidikan Informal yang pernah diikuti ... 79

Tabel 31 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Pekerjaan anak-anak diluar jam sekolah ... 80

Tabel 32 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Kegiatan Belajar Rutin yang pernah diikuti

Anak diluar jam sekolah... 81

Tabel 33 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Masalah yang sering dihadapi tentang

Pendidikan Anak ... 82

Tabel 34 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Prestasi yang diperoleh anak di sekolah ... 83

Tabel 35 Daftar Distribusi Responden berdasarkan

Membantu atau tidak Program Pertanian Polikultur

Terhadap Biaya Sekolah Anak ... 84

Tabel 36 Hubungan Program Pertanian Polikultur dengan

(12)

DAFTAR BAGAN

1. Kerangka Pemikiran ... 31

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket)

2. Jawaban Responden terhadap variabel x

3. Jawaban Responden terhadap variabel y

4. Kalkulasi Harga x dan y

5. Tabel Nilai-nilai Product Moment

6. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

7. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan

8. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Kepala Desa Sayum

Sabah

(14)

ABSTRAK

“Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang”

Akibat dari Revolusi Hijau awalnya memang membawa dampak yang besar bagi kehidupan petani, karena pada saat itu terjadi peningkatan produksi secara besar-besaran. Penggunaan bahan-bahan kimia pada Revolusi Hijau ini membuat petani rentan dan ketergantungan akan bahan-bahan tersebut. Tanpa disadari ternyata telah merusak lingkungan baik ekologi maupun kesehatan manusia. Kemudian muncul kesadaran pentingnya sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan baik bagi kesuburn tanah juga demi kesehatan manusia, dikenal Pertanian Organik yang salah satunya adalah Pola Pertanian Polikultur.

Banyak LSM memperkenalkan pola pertanian Polikultur, salah satunya adalah LSM Bitra Indonesia dengan tujuan memperbaiki pola pertanian telah rusak akibat Revolusi Hijau. Salah satunya adalah lewat pelaksanaan Program Pertanian Polikultur di berbagai daerah. Dalam hal ini penelitian berada di salah satu desa di daerah dampingan LSM Bitra Indonesia ini yaitu di Desa yang penduduknya suku Karo, tepatnya di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.. Perumusan masalah dalam penelitian ini asalah bagaimana pengaruh program

pertanian polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat desa sayum sabah kecamatan sibolangit kabupaten deli serdang.

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, Penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Sampel berjumlah 30 orang yang merupakan warga dampingan LSM Bitra Indonesia. Hipotesa dalam penelitian ini adalah Ho:Tidak ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah, Ha: Ada Pengaruh Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah. Hal ini terbukti dari hasil analisa korelasi yang dilakukan dengan analisa Product Moment dimana koefisien korelasi(rxy) = 0,738 dengan taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) yaitu 0,361. Maka berdasarkan ketentuan Guilford, koefisien korelasi r sebesar 0,738 mempunyai arti bahwa hubungan Program Pertanian Polkultur terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi/kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian(Ha) diterima.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia yang kaya sumber daya alam, dengan tanah yang subur dan laut

yang luas, seharusnya merupakan negara agraris dan maritim yang andal. Sangat

ironis hingga saat ini Indonesia adalah negara pengimpor produk pertanian terbesar di

dunia. Pertambahan penduduk yang masih tinggi dan menurunnya produktivitas

beberapa komoditas penting dan luas areal pertanian menyebabkan Indonesia masih

harus mengimpor beberapa bahan pangan yang cukup besar setiap tahun. Apabila hal

itu tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin pada waktu-waktu mendatang,

Indonesia benar-benar masuk jebakan pangan

Maret 2009 pukul 15.20 Wib).

Ketergantungan pada bahan pangan impor sungguh akan memperlemah

ketahanan nasional. Untuk menghindari ketergantungan pangan impor, kebijakan

untuk mencapai swasembada pangan perlu mendapat prioritas utama. Sektor

pertanian, kelautan dan perikanan harus menjadi prioritas pertama kebijakan

pembangunan nasional.

Selain itu, perubahan politik dan kebijakan pertanian merupakan salah satu

penyebab keterpurukan yang terjadi saat ini, terutama bergesernya prioritas

(16)

sumber daya lokal terbarukan. Pengaruh kebijakan perdagangan bebas yang

mengglobal juga telah dirasakan dalam persaingan perdagangan komoditas pertanian.

Dengan masuknya Indonesia ke dalam perjanjian pertanian (Agreement on

Agriculture/AOA) pada tahun 1995, dan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI)

dalam program Dana Moneter Internasional (IMF), telah melahirkan proses

liberalisasi bidang pertanian secara radikal. Kondisi ini di satu sisi dapat menjadi

peluang bagi Indonesia untuk berperan di pasar dunia, sekaligus juga merupakan

tantangan bahkan ancaman jika daya saing komoditas pertanian Indonesia masih

rendah.

tanggal 15 Maret 2009 pukul 15.20 Wib)

Negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia memasuki

abad ke-21 mengalami perubahan paradigma pembangunan yang drastis. Seperti

diketahui, ketika negara-negara yang sedang berkembang melalui upaya

pembangunan negara mereka masing–masing sesudah mereka memperoleh

kemerdekaan mereka, maka paradigma pembangunan yang dominan di negara–

negara itu adalah industrialisasi. (Soetrisno, 1999:2).

Akibat dominasi dari paradigma industrialisasi dalam proses pembangunan

negara-negara yang sedang berkembang, pembangunan dari sektor pertanian relatif

diterlantarkan. Bahkan ada anggapan bahwa indikator keberhasilan suatu

pembangunan adalah mengecilkan sumbangan sektor pertanian pada tata pendapatan

negara, dan sebaliknya apabila jumlah kontribusi sektor pertanian pada pendapatan

nasional tetap tinggi, maka negara tersebut tetap dianggap sebagai negara yang

(17)

Apabila sektor industri dan sektor bangunan dan perbankan mengalami

kehancuran, maka tidak demikian halnya dengan sektor pertanian, khusunya

sub-sektor perkebunan. Bila banyak buruh industri di Jawa yang kehilangan pekerjaan,

maka di Sulawesi para petani cokelat mengalami kehidupan yang berlimpah karena

naiknya harga cokelat di pasar Internasional.

Ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi krisis menyebabkan

perubahan pola pikir para perencana pembangunan di negara-negara yang sedang

berkembang. Semula industrialisasi yang diandalkan sebagai suatu model

pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah keterbelakangan

negara-negara yang sedang berkembang, maka ketika krisis menimpa negara-negara-negara-negara tersebut,

pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru bagi perencana

pembangunan dunia ketiga.

Meskipun telah terbukti bahwa sektor pertanian telah mampu menjadi

tumpuan kehidupan masyarakat yang sedang menghadapi krisis ekonomi, tetapi

untuk menjadikan sektor menjadi suatu “leading sector” dalam proses pembangunan

bukanlah suatu hal yang mudah. Dibutuhkan investasi yang mahal untuk membangun

sebuah Argo-industri yang mampu menjadi mesin pendorong pembangunan ekonomi

yang handal. Di samping itu untuk membangun suatu argo-industri akan menghadapi

tantangan yang berasal dari perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia abad yang

akan datang yang cenderung didominasi negara-negara yang maju (Soetrisno, 1999 :

2).

Dari segi pendidikan sebagian besar petani di Indonesia berpendidikan

(18)

sementara yang berpendidikan SLTA sebesar 4,62%. Sedangkan kelompok yang

termasuk dalam pendidikan tidak sekolah dan tidak tamat SD sebesar 47,33%. Dari

data tersebut dapat menunjukkan mutu atau kualitas sumber daya manusia yang

dimiliki oleh sektor pertanian Indonesia.

Sumber daya petani yang rendah, merupakan salah satu sebab utama dari

rendahnya produktivitas para petani Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumber daya

manusia itu, menjadi lebih memprihatinkan apabila dilihat usia dari para petani yang

sudah rentan atau tua. Sebagian besar petani Indonesia yakni sebesar 15,1 juta orang

(76,2%) berusia sekitar 25 sampai dengan 54 tahun, dengan penyebaran yaitu 7,7 juta

orang (50,9%) berada di pulau Jawa dan 7,3 juta orang (49,1%) berada di luar Jawa.

Dilihat dari usia petani diatas 55 tahun sebanyak 4,2 juta atau 21,46% dari jumlah

rumah tangga pertanian di Indonesia. Umur rata-rata petani di Indonesia yang

cenderung tua itu sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia.

(Soetrisno, 1999 : 5)

Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu

program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program BIMAS

(Bimbingam Massal). Revolusi hijau atau program BIMAS meskipun memakan

waktu yang relatif lama yakni lebih kurang 20 tahun, telah berhasil mengubah sikap

para petani, khususnya para petani sub sektor pangan, dari “anti” teknologi ke sikap

yang mau memanfaatkan teknologi pertanian moderen seperti pupuk kimia,

obat-obatan perlindungan, dan bibit padi unggul.

Perubahan sikap petani sangat berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas

(19)

pangan. Revolusi Hijau mampu secara makro dapat meningkatkan produktivitas

sub-sektor pertanian pangan, namun pada tingkat mikro Revolusi Hijau tersebut telah

menimbulkan berbagai masalah tersendiri. Salah satu masalah yang sangat penting

adalah bibit padi yang boleh ditanam adalah bibit padi unggul yang disediakan

pemerintah, sementara pemerintah melarang para petani menanam bibit lokal yang

semula banyak ditanam oleh petani. Akibatnya adalah timbulnya kerentanan dalam

tubuh sub-sektor pertanian pangan kita. Kerentanan itu muncul dalam 2 bentuk.

Pertama, sub-sektor pertanian pangan rentan akan berbagai hama. Meskipun

padi bibit unggul itu memiliki produktivitas yang tinggi, tetapi tidak memiliki

ketahanan hidup lama. Pada tahun 1970-an sub-sektor pangan Indonesia terserang

penyakit hama wereng cokelat yang mampu memusnahkan tanaman padi dan

mengancam Indonesia menghadapi bahaya kelaparan. Untuk mengatasi hal ini

pemerintah mengadakan pergantian bibit padi yang diharapkan dapat lebih memiliki

ketahanan terhadap hama.

Kedua, Revolusi Hijau membuat petani Indonesia bodoh. Banyak

pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak dilupakan petani. Para

petani lebih menggantungkan paket-paket teknologi pertanian produk industri.

Ketergantungan itu menimbulkan suatu kerentanan baru yakni petani Indonesia

menjadi obyek dari permainan harga produk-produk itu. Hal ini dapat mengganggu

proses produksi pangan karena apabila harga pupuk naik maka petani mengurangi

pemakaian pupuk yang berakibat menurunnya produksi (Soetrisno, 1999 : 10).

Di Indonesia saat ini jumlah lahan pertanian yang produktif sudah semakin

(20)

kesuburannya sehingga menjadi tanah-tanah marginal. Hal ini menjadi tantangan

dalam upaya pemanfaatan lahan-lahan tersebut untuk budi daya pertanian. Agar

kesuburan tanah dapat dipertahankan, penggunaan pupuk organik pun tidak dapat

dihindarkan.

Dalam pertanian moderen saat ini, penggunaan pupuk kimia mulai

dikurangi, bahkan ditiadakan dan digantikan dengan pupuk organik. Hal ini

disebabkan pupuk organik tidak meninggalkan residu kimia, tidak seperti pupuk

kimia. Pupuk organik bukan barang baru bagi petani. Sudah sejak lama pupuk ini

digunakan secara tradisional oleh petani untuk mempertahankan kesuburan tanah

(Musnamar, 2003 : 2).

Pentingnya pengembangan pertanian organik adalah persoalan kerusakan

lahan pertanian yang semakin parah. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus

menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan

penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Hasil penelitian LPT menunjukkan

bahwa 79% tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik (BO) yang sangat

rendah. Kondisi ini bermakna bahwa sawah di Indonesia sudah sangat miskin, bahkan

bisa dikatakan sakit, sehingga tidak hanya membutuhkan makanan (pupuk kimia),

namun juga memerlukan penyembuhan. Cara penyembuhan adalah dengan

menambahkan BO yang telah diolah menjadi pupuk organik sehingga tanah dapat

menjadi lebih sehat dengan kandungan BO yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan

kandungan BO, dibutuhkan tambahan bahan-bahan organik (pupuk organik) berkisar

(21)

dapat dilakukan secara bertahap dengan memberikan asupan pupuk organik pada

kisaran 3-5 ton (Musnamar, 2003 : 5).

Pertanian organik sebagai bagian pertanian yang akrab lingkungan perlu

segera dimasyarakatkan seiring dengan makin banyaknya dampak negatif terhadap

lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi yang

mengandalkan bahan kimia pertanian. Disamping itu, makin meningkatnya jumlah

konsumen produksi bersih dan menyehatkan serta meluasnya gerakan “green

consumer” merupakan pendorong segera disosialisaikan gerakan pertanian organik

(Sutanto, 2002 : 5).

Beranjak dengan keadaan diatas dan dalam rangka membantu masyarakat

petani untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan masyarakat petani tersebut serta ingin menerapkan model

pertanian berkelanjutan yang ekonomis, ekologis dan berbudaya serta dengan

perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan

global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat, maka banyak LSM yang

mengembangkan pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan hasil

pertanian yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang

mematikan.

Pertanian organik lebih dihargai dibandingkan dengan pertanian

non-organik. Adapun LSM yang mengangkat pertanian organik ini untuk coba diterapkan

dan dikembangkan seperti Jaringan Aksi Pestisida (PAN) Indonesia, STPN-HPS,

ELSPPAT (Bogor), Sintesa dan salah satunya adalah Bitra Indonesia melalui

(22)

kelompok-kelompok tani di daerah-daerah dampingannya. Program pertanian ini

bertujuan untuk meningkatkan penghasilan para petani yang pada akhirnya akan

meningkatkan kemampuan para petani untuk dapat meningkatkan kesejahteraan

sosial ekonomi petani dengan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup

sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan serta untuk memelihara ekosistem pertanian.

Pertanian Polikultur juga dapat membantu perekonomian masyarakat, sebab makin

meningkatnya jumlah konsumen produksi bersih dan menyehatkan tanpa adanya

kandungan kimia serta dengan banyaknya jenis tanaman yang dibudidayakan dalam

satu lahan maka akan dapat menjadi alternatif bagi para petani. Jika salah satu

tanaman belum atau tidak menghasilkan maka tanaman lain bisa dipanen untuk

dijual, sehingga dengan demikian petani tidak lagi khawatir akan kebutuhan rumah

tangganya.

Salah satu daerah tempat penerapan Program Pertanian Polikultur ini yaitu

di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Di desa

tersebut terdapat satu kelompok tani dampingan Bitra Indonesia, dengan penerapan

Program Pertanian Polikultur yang bisa meningkatkan pendapatan dan juga

meningkatkan kesejahteraan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup

sehari-harinya.

Pertanian Polikultur ini mulai diterapkan di Desa Sayum Sabah pada tahun

1997. Bitra Indonesia mengembangkan sistem polikultur yang dikenal sebagai agro

forestry. Usaha para petani yang berada di bawah kaki bukit pegunungan, umumnya

tidak terfokus, artinya mereka tidak mengetahui jenis tanaman tahunan apa yang

(23)

Indonesia mengenalkan sistem Pertanian Polikultur para petani di Desa tersebut

menanam jenis tanaman yang berbeda-beda antara satu petani dengan petani lainnya

seperti kelapa sawit, panille dan lain-lain. Hasil dari tanaman tersebut tidak

menggembirakan disebabkan oleh perawatan yang tidak menentu serta iklimnya juga

memang tidak sesuai dengan tanaman tersebut.

Penggunaan pestisida yang berlebihan masih digunakan petani untuk

tanamannya yang berdampak buruk terhadap ekosistem lingkungan. Selain itu ada

juga yang bekerja sebagai pedagang sayur yang setiap pagi harus sudah sampai di

pasar untuk menjual dagangannya walau hasil yang diperoleh tidak memuaskan,

singkatnya penduduk Desa tersebut umumnya dapat digolongkan sebagai masyarakat

miskin.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melihat kebenaran

dari pelaksanaan Program Pertanian Polikultur ini secara ilmiah apakah ada

peningkatan kesejahteraan para petani Desa Sayum Sabah. Kondisi sosial ekonomi

seseorang merupakan penentu status dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan

bersama. Dengan kata lain, kondisi sosial ekonomi seseorang berpengaruh besar

terhadap interaksi yang dilakukannya. Dan dengan adanya Program Pertanian

Polikultur (salah satu pertanian organik) yang dikenalkan dan diterapkan Yayasan

Bitra Indonesia menjadi latar belakang penulis tertarik mengadakan penelitian di

Desa tersebut dengan judul “Pengaruh Program Pertanian Polikultur Oleh

(24)

1.2 Perumusan Masalah

Menurut M. Nazir ( 1983 : 111) perumusan masalah merupakan langkah yang

penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan.

Perumusan masalah perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar

terarah dan terfokus ke permasalahan yang jelas. Adapun permasalahan yang

dirumuskan adalah sebagai berikut “Bagaimana Pengaruh Program Pertanian

Polikultur terhadap tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang ?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Utama adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh Program

Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat

Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang.

2. Tujuan lain adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Pertanian

Polikultur yang merupakan salah satu Program Yayasan Bitra Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

(25)

1. Dapat dipergunakan bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan yang

berhubungan dengan Program Pertanian Polikultur.

2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam

mengembangkan kemampuan berpikir melalui karya ilmiah.

3. Dapat digunakan sebagai suatu masukan baik bagi pemerintah, LSM

maupun pihak luar lainnya yang berkompeten untuk itu.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah yang memuat latar belakang

dikenalkannya Program Pertanian Polikultur (Pertanian Organik),

perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan daripada isi penelitian

ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian teori yang berkaitan dengan penelitian yaitu yang

berkaitan dengan Program Pertanian Polikultur (Pertanian Organik),

kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional pada

penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tipe penelitian yang dipakai, lokasi penelitian

(26)

digunakan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data penelitian

serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana

peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian

yaitu melalui kuesioner yang dibagikan kepada Responden dalam

penelitian ini yaitu para petani Desa Sayum Sabah Kecamatan

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil

penelitian.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang berkelanjutan yang tidak

menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik

berdasarkan prinsip daur ulang yang dilakukan sesuai dengan kondisi setempat

dengan sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan

kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas

biologi tanah.

Menurut IFOAM pertanian organik didefinisikan sebagai berikut

1. Memproduksi pangan dalam jumlah yang mencukupi.

2. Mengupayakan sistem budidaya yang alami.

3. Mempertahankan siklus biologis tanaman.

4. Mengupayakan penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharuhi.

5. Memungkinkan produsen memperoleh pengembalian yang cukup dalam jangka

panjang (htpp://www.IFOAM.com/hu/modul/_/makindo_07.htm diakses tanggal

17 Maret 2009 pukul 17.25 Wib).

Pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang holistik

dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara

alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan

(28)

salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat

diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah, air,

dan udara, sehingga menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumber daya

alam serta penurunan produktivitas tanah. Pertanian berbasis kimia yang mempunyai

ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengaruhi kualitas

dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan dan kehidupan lainnya. Dengan

memperhitungkan generasi mendatang, maka pertanian organik menghasilkan

interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekosistem dan

lingkungan. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali

ke alam (back to nature)”.

Secara singkat tujuan pertanian organik ini dibagi menjadi dua bagian yaitu

tujuan secara umum adalah menciptakan sistem pertanian yang adil, menyehatkan

yang tidak akan merusak ekosistem itu sendiri dan tidak menimbulkan

ketergantungan petani pada pihak lain dan menjaga keberadaannya. Tujuan secara

khususnya dalam dunia pertanian adalah cara bercocok tanam secara alami yang

tanpa menggunakan bahan-bahan kimia (anorganik), agar diperoleh kualitas hasil

pertanian yang sehat.

Menurut IFOAM tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem

pertanian organik adalah

1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah

cukup.

2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung

(29)

3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan

mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah dan tanaman serta

hewan.

4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.

5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaru yang berasal dari sistem

usaha tani itu sendiri.

6. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin

dihasilkan oleh kegiatan pertanian.

7. Mempertahankan keanekaragaman hayati tanah pelestarian habitat tanaman dan

hewan.

8. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para konsumen pertanian terutama

petani dengan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hak asasi manusia untuk

memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja

termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.

2.1.1 Prinsip Ekologi Pertanian Organik

Memperhatikan pengalaman studi agroekologi pertanian tradisional di

wilayah tropica basah, maka prinsip ekologi dapat digunakan sebagai panduan dalam

mengembangkan pertanian organik. Penerapan suatu teknologi tidak dapat

digeneralisir begitu saja untuk semua tempat, tetapi harus bersifat spesifik lokal (site

specific) dengan mempertimbangkan kearifan tradisional (indigenous knowledge) dari

masing-masing lokasi.

(30)

1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman,

terutama pengolahan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.

2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen,

penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.

3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara

mengelola iklim tripica mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.

4. Membatasi terjadinya kehilangan panen akibat serangan hama dengan

melaksanakan usaha preventif melalui pengendalian yang aman.

5. Memanfaatkan sumber genetika (plasma nuftah) yang saling mendukung dan

bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem

pertanaman terapadu.

Prinsip di atas dapat diterapkan pada beberapa macam teknologi dan strategi

pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda

terhadap produktivitas, keamanan, dan identitas masing-masing usaha tani,

tergantung pada kesempatan dan pembatas faktor lokal (kendali sumber daya) dalam

banyak hal, sangat tergantung pada permintaan pasar.

(31)

2.1.2 Pola Tanam Pertanian Organik

1. Monokultur yaitu menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang

sama.

2. Polikultur yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu

yang sama.

2.2 Pertanian Polikultur

Dengan pemilihan yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa

keuntungan antara lain sebagai berikut

1. Mengurangi serangan OPT, karena tanaman yang satu dapat mengurangi

serangan OPT lainnya.

2. Menambah kesuburan tanah.

3. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi

dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.

4. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman

akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga

salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.

pukul 15.20 Wib)

Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur ini dapat

memberi dampak negatif, misalnya :

1. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman.

(32)

Kemudian yayasan Bitra Indonesia juga mengungkapkan apa saja yang

menajdi keuntungan dari pada pertanian polikultur ini yaitu :

1. Mengembangkan sistem pertanian yang berkesinambungan dan berwawasan

lingkungan.

2. Meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan hasil persatuan luas.

3. Meningkatkan kemampuan petani mengelola lahan secara objektif.

4. Mengantisipasi penjualan tanah secara terus menerus oleh petani karena hasil

lahannya rendah.

2.2.1 Macam-Macam Pertanian Polikultur

Dalam sistem polikultur, dikenal beberapa istilah yang pengertiannya hampir

sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama antara lain :

a. Tumpang Gilir (multiple cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada

lahan yang sama, selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil

panenan.

b. Tanaman Pendamping (companion planting) : dalam satu bedeng ditanam lebih

dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya. Tujuannya untuk

saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara, karena itu pemilihan

tanaman perlu diperhatikan. Misalnya tanaman yang perakarannya dalam dapat

mengurangi kepadatan tanah dan menambah kesuburan tanah dengan tambahnya

bahan organik sehingga berguna bagi tanaman pendamping yang perakarannya

(33)

mempunyai akar yang mengeluarkan senyawa tiophen yang dapat mematikan

nemattoda.

c. Tanaman Campuran (mixed cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman

pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama. Misalnya menanam tomat dan

kubis dalam satu bedeng dapat mengurangi ngengat tritip yang merusak kubis,

menolak ngengat betina Plutella xylostella (L) meletakkan telur pada tanaman

kubis.

d. Tumpangsari (intercropping dan interplanting) : menanam lebih dari satu jenis

tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan

teratur.

e. Penanaman Lorong (alley cropping) : menanam tanaman yang berumur pendek,

misalnya wortel, slada, terung, diantara larikan tanaman yang dapat tumbuh cepat

dan tinggi serta berumur tahunan, misalnya turi, gamal, kaliandra, lamtoro, dan

daun kupu-kupu. Keuntungan penanaman seperti ini akan meninggalkan nitrogen

tanah, mengurangi gulma, mencegah erosi, meningkatkan penyerapan air tanah

dan meningkatkan kelembaban tanah.

f. Pergiliran Tanaman (rotasi tanaman) : menanam jenis tanaman yang tidak

sefamili secara bergiliran (bergilir). Tujuan cara ini untuk memutus siklus hidup

OPT. Contohnya kubis famili cruciferae-selada famili composidae-bawang merah

famili aliaceae-wortel famili umbelliferae-terung famili solanaceae-kedele famili

leguminaceae-jagung famili graminae-kangkung famili convolvulaceae-mentimun

(34)

2.2.2 Jenis Tanaman Untuk Polikultur

Dalam sistem polikultur, pemilihan jenis tanaman menjadi sangat penting

karena tanaman yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian, misalnya tanaman

akan berebut unsur hara, adanya tanaman lain akan mendatangkan hama dan penyakit

baru, maupun pertumbuhan tanaman saling terhambat.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih jenis tanaman antara lain

sebagai berikut

a. Sosok tanaman dan kebutuhan sinar matahari

Tanaman akan hidup baik bila mendapat sinar matahari. Namun, banyaknya sinar

matahari untuk tiap tanaman berbeda. Umumnya, tanaman yang menghasilkan

bunga atau buah membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi), sedangkan

tanaman yang menghasilkan daun masih dapat tumbuh dengan cahaya yang

sedikit. Misalnya, buncis merambat dan kapri membutuhkan sinar yang banyak,

sedangkan selada dan seledri masih hidup di bawah naungan. Dengan demikian,

selada atau seledri dapat ditanam diantaran tanaman buncis, merambat atau kapri.

b. Kebutuhan unsur hara

Berdasarkan kebutuhan unsur hara, tanaman dapat dikelompokkan menajdi tiga

sebagai berikut :

1. Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih banyak disebut heavy

feeders. Misalnya, kubis, selada, bayam, jagung, dan labu.

2. Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih sedikit daripada kalium,

disebut light feeders. Yang masuk kelompok ini umumnya tanaman penghasil

(35)

3. Tanaman penghasil nitrogen atau tanaman yang dapat mengikat nitrogen dari

udara dengan bantuan bakteri Rhizobium, disebut soil builders. Tanaman

yang termasuk kelompok ini yaitu tanaman dalam keluarga Legaminoseae,

misalnya kacang tanah, kedelai, buncis, kacang hijau dan kara. Dengan

menggabungkan ketiga kelompok tanaman tersebut, dapat diperoleh hasil

yang tinggi karena antar-tanaman tidak terjadi perebutan unsur hara.

c. Sistem perakaran

Sistem perakaran setiap tanaman yang berbeda, ada yang dalam, dangkal dan

melebar, rimbun dan sebagainya. Sistem perakaran ini penting untuk menentukan

jarak tanam dan memilih jenis tanaman. Tanaman yang dipilih sebaiknya yang

mempunyai perakaran yang berbeda bila akan ditanam berdekatan. Misalnya, wortel

dan bawang merah, buncis dan selada, kedelai dan daun bawang, cabai dan daun

bawang (Divisi Pertanian Bitra, 2002 : 32).

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat 2.3.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan (teman). Dalam hal

ini kawan berarti mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita yang tinggal dalam

satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi). Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan

dengan masyarakat (KBBI, 2002 : 1454). Sedangkan, dalam konsep Sosiologi,

manusia sering disebut sebagai makhlup sosial yang artinya bahwa manusia tidak

(36)

sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan

pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya.

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala

sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta

kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian) (KBBI, 2002 : 379).

Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi

juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses

pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial

masyarakat (Soekanto, 1987 : 181). Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang

maka perlu diperhatikan bebarapa faktor yakni pekerjaan, pendapatan, dan

pendidikan (Koentjaraningrat, 1983 : 35). Selain faktor-faktor tersebut, ada juga

faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh beberap ahli dalam melihat kondisi

sosial ekonomi seseorang, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan sosialisasi

dalam lingkungan masyarakat.

Selanjutnya pekerjaan adalah kegiatan yang menhasilkan barang dan jasa

untuk dijual kepada orang lain atau ke pasar guna memperoleh yang berlaku. Untuk

lebih jelasnya pengertian pekerjaan mencakup beberapa hal, yakni sebagai berikut.

1. Pekerjaan sebagai sarana memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi

(37)

2. Pekerjaan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan perseorangan sebagai

imbalan atas pengorbanan energinya.

3. Pekerjaan sebagai sumber memperoleh pengakuan status sosial, harga diri

penghargaan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya.

4. Pekerjaan merupakan sumber penghidupan yang layak dan sumber martabatnya,

adalah kewajiban dan haknya sebagai warga negara dan manusia makhluk Tuhan

(Suroto, 1992 : 86).

Sementara itu pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari pekerjaan

pokok, pekerjaan sampingan dan dari perkerjaan subsistem dari semua anggota rumah

tangga. Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat diartikan sebagai

penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang didapat dari hasil usaha.

Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk

pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima

oleh suatu negara. Sementara itu dalam pajak, pendapatan tidak didefenisikan

sejumlah uang atau nilai uang yang selama tahun takwin diperoleh seseorang sebagai

hasil dari usaha dan tenaga, barang tak bergerak, harta bergerak dan hak bayaran

belaka.

Dari uraian tersebut dapat diuraikan/disimpulkan, bahwa pendapatan terdiri

atas pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang. dengan memerinci

pendapatan dalam ketegori sebagai berikut.

1. Pendapatan berupa uang yaitu

a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja

(38)

b. Dari hasil usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,

dan penjualan kerajinan rumah tangga.

c. Dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.

2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa

a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan,

transportasi, perumahan, dan rekreasi.

b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian

barang yang diproduksi di ruah, sewa dan seharusnya dikeluarkan terhadap

rumah tangga sendiri yang ditempati.

Sedangkan pengertian pendidikan meliputi beberapa hal yakni

1. Pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam usahanya untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan kepribadiannya

dengan membina potensi-potensi pribadinya, baik jasmani maupun rohani dan

berlangsung seumur hidup.

3. Pendidikan juga berarti sebagai lembaga yang bertanggung jawab menetapkan

cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun system pendidikan tersebut. Dalam

hal ini tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan

(39)

4. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan

kemampuan seseorang yang berlangsung di sekolah maupun di luar

sekolah.(Depdikbud, 1983)

Menurut jenjangnya maka pendidikan dibagi atas tingkat Sekolah Dasar (SD),

Tingkat Sekolah Menengah Pertama, tingkat Sekolah Menengah Atas (SMU), dan

tingkat Perguruan Tinggi (PT).

2.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Berbicara tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak akan dapat

dilepaskan dari pembicaraan tentang kemiskinan. Kemiskinan biasanya digambarkan

sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok,

seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Mereka dikatakan hidup di bawah

garis kemiskinan apabila pendapatan yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokoknya tersebut.

Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat, seperti pekerjaan yang tidak menetap dengan upah yang kecil,

pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok

sehari-hari, pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat mengangkat harkat dan

martabatnya, perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, dan lain

sebagainya.

Secara garis besar, kondisi sosial ekonomi masyarakat (petani) yang sering

diidentikkan dengan kemiskinan dapat dilihat dari beberapa faktor produksi seperti

(40)

1. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah yang

cukup, modal dan keterampilan.

2. Pada umumnya mereka tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh

aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperolehnya tidak

cukup untu memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

3. Pada umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Waktu

mereka habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk

belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena

membantu orang tua bekerja atau kerena dana untuk itu tidak ada.

4. Pada umumnya mereka tidak mempunyai tanah sehingga terpaksa menyewa

tanah. Karena pertanian dikerjakan atas dasar musiman maka kesinambungan

kerja menjadi kurang terjamin. Banyak diantara mereka menjadi bebas (self

employed) yang berusaha apa saja. Akibatnya dalam situasi penawaran kerja

mereka mendapat upah yang rendah sehingga mendukung mereka selalu

hidup dibawah garis kemiskinan.

5. Pada umumnya mereka yang memiliki usia produktif tidak mempunyai

keterampilan dan pendidikan sehingga mereka lebih banyak bekerja pada

sektor informal yang tidak membutuhkan keterampilan yang tinggi dengan

(41)

2.3.3 Hubungan Pertanian Polikultur terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat

Pertanian Polikultur (organik) memberikan manfaat seperti

1. Menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan

kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis.

2. Meningkatkan pendapatan petani.

3. Menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi petani.

4. Meminimalkan semua bentuk populasi yang dihasilkan dari kegiatan

pertanian.

5. Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka

panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

6. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di

pedesaan.

Menurut Jayadinata, menyebutkan bahwa cara-cara untuk meningkatkan

kehidupan sosial ekonomi petani dapat dilakukan dengan cara

1. Meningkatkan pendidikan keterampilan dan penyuluhan.

2. Mengusahakan perubahan mata pencarian jika pendapatan dalam pertanian tidak

dapat ditingkatkan.

3. Memperluas dan memperbaiki usaha tani.

4. Mengikut sertakan para keluarga petani dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan

kelembagaan (Jayadinata, 1992 : 2).

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa Program Pertanian

(42)

Pertanian Polikultur (Pertanian Organik) dianggap pertanian yang ramah lingkungan

dan biaya produksi yang rendah karena tidak menggunakan pupuk kimia dan

pestisida kimia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan

pendapatan petani adalah Program Pertanian Polikultur. Dengan adanya Program

Pertanian Polikultur yang berhasil diterapkan pada petani, berarti petani mau dan

mampu menggunakan teknologi yang menguntungkan dan memegang prinsip

berkelanjutan.

2.3.4 Kesejahteraan Petani

Secara harfiah, “kesejahteraan” mempunyai arti aman, sentosa, makmur atau

selamat/terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya (Muhidin 1981 :

55). Sedangkan dalam UU No. 6/1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial

pada pasal 2 ayat 1 dikatakan bahwa “kesejahteraan sosial adalah salah satu

kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap

warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,

rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Definisi dalam penjelasan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman pasal 6, petani diartikan sebagai orang, baik yang

mempunyai maupun tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya

(43)

Dari defenisi-defenisi diatas maka dalam hal ini yang dimaksud dengan

kesejahteraan petani adalah suatu keadaan dimana petani secara merata hidup

berkecukupan baik material maupun spritual, aman, tentram, maju dan jauh dari

segala penderitaan atau kemiskinan. Atau disimpulkan, petani tersebut berkecukupan

dengan diperoleh dari hasil pertaniannya lewat berbagai program yang dibuat untuk

memperbaiki taraf hidup petani maupun yang alami dari strategi bertani yang mereka

buat sendiri.

2.4 Kerangka Pemikiran

Cikal bakal Pertanian Organik sudah sejak lama kita kenal, sejak ilmu

bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuannya dilakukan secara

tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan

ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pun meningkat. Saat

itu, Revolusi Hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap

pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas

unggul dan berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida,

intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.

Pemahaman akan bahaya kimia tersebut dalam jangka waktu lama mulai

disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk

yang bebas dari cemar bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih

sehat. Sejak itulah dilirik kembali cara pertanian alam (back to nature) yang

(44)

pemupukan berimbang, penerapan Penanggulangan Hama Tanaman (PHT), dan

pengaturan pola tanam.

Usaha tani organik adalah tehnik pertanian berkelanjutan dengan masukan

sarana produksi rendah atau LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture),

tidak menggunakan bahan kimia tetapi memakai bahan-bahan organik berdasarkan

prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Usaha tani ini

ditujukan untuk mewujudkan banyak aspek yaitu pertanian yang ekonomis, ekologis,

dan berbudaya. Disamping memperhatikan kesuburan tanah, kesehatan lingkungan,

juga untuk meningkatkan sosial ekonomi petani di Desa Sayum Sabah demi

terwujudnya kesejahteraan petani.

Banyak LSM yang berusaha memperkenalkan kembali pola ini. Salah satunya

adalah Bitra Indonesia yang memperkenalkan Program Pertanian Polikultur (sebagai

salah satu jenis Pertanian Organik) yang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang

memperhatikan ekologi seperti kesuburan tanah, kesehatan lingkungan.

Program Pertanian Polikultur juga bertujuan dalam peningkatkan sosial

ekonomi masyarakat, kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia

memenuhi kebutuhannya yang ditentukan tingkat pendapatan yang diterima dan

pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pengaruh Program Pertanian

Polikultur bagi masyarakat berguna dalam peningkatan pendapatan yang akhirnya

akan tercapainya kesejahteraan yaitu mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

(papan, pangan, sandang), mampu menyekolahkan anak, mampu memperbaiki atau

merenovasi rumah. Pengaruh Program Pertanian Polikultur juga untuk meningkatkan

(45)

meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis,

meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang,

meningkatkan hasil panen demi kelangsungan hidup dan berguna untuk modal usaha

(46)

YAYASAN BITRA INDONESIA Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel dibawah ini :

Bagan 1 Kerangka Pemikiran

Pertanian Polikultur

1. Pengadaan pembelajaran pada Sekolah Lapang Pertanian Polikultur

2. Biaya produksi untuk pertanian yang murah (ekonomis)

3. Menggunakan pupuk organik, pestisida alami dan bibit lokal

4. Menjaga kesubaran tanah dan kesehatan lingkungan sekitar (ekologis)

5. Jenis produksi yang beragam (berbudaya)

Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat 1. Peningkatan produksi pertanian (panen) 2. Peningkatan keuntungan panen

3. Peningkatan pendapatan

(47)

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi relatif tentang

hubungan 2 variabel atau lebih. Hipotesis juga diartikan sebagai kesimpulan yang

belum final, dalam artinya harus dibuktikan kebenarannya (Nawawi, 1998 : 44).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho :Tidak ada hubungan antara Program Pertanian Polikultur terhadap

tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.

Ha :Ada hubungan antara Program Pertanian Polikultur terhadap tingkat sosial

ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas

dasar generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu

tertentu (Singarimbun, 1989 : 34).

Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan

mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu

persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menguburkan

tujuan penelitian ini, maka disusun defenisi konsep sebagai berikut :

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau

kondisi. Dalam hal ini akibat yang ditimbulkan melalui Program Pertanian

(48)

2. Program Pertanian Polikultur (salah satu pertanian organik) adalah program

pertanian dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan

waktu yang sama atau model pertanian yang ekonomis, ekologis, berbudaya

maupun diadaptasi dan manusiawi. Model pertanian ini disebut juga dengan

model pertanian yang berkelanjutan.

3. Yayasan Bitra Indonesia adalah organisasi non pemerintah yang menerapkan

Program Pertanian Polikultur.

4. Tingkat sosial ekonomi masyarakat merupakan kombinasi dari pekerjaan,

pendapatan, dan pendidikan. Pekerjaan merupakan sumber memperoleh

pengakuan status sosial, harga diri penghargaan dari masyarakat sebagai

imbalan atas peranan dan prestasinya. Pendapatan adalah

penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan berarti sebagai lembaga

yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun

sistem pendidikan tersebut. Dalam hal ini tujuan pendidikan tidak dapat

dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah yang dimiliki oleh

masyarakat yang bersangkutan.

2.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46). Dalam hal ini

maka harus ditentukan lebih dahulu variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini.

(49)

sesudah adanya Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia di Desa

Sayum Sabah, maka variabel-variabelnya adalah :

A. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (x) adalah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau

mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat.

Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel

terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul

(Nawawi, 1998 : 57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program Pertanian Polikultur

oleh Yayasan Bitra Indonesia dengan indikator berupa :

1. Pengetahuan petani tentang Program Pertanian Polikultur.

2. Frekuensi penyuluhan Pertanian Polikultur yang dilakukan oleh Yayasan

Bitra Indonesia.

3. Penilaian tentang Program Pertanian Polikultur.

4. Lama keanggotaan menjadi warga binaan Yayasan Bitra Indonesia.

B. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang

ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena

adanya variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat sosial ekonomi

(50)

1. Indikator tingkat sosial ekonomi masyarakat meliputi pekerjaan,

pendapatan, dan pendidikan.

a. Pekerjaan

Merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari penghasilan untuk

mendapatkan pendapatan rumah tangga. Dengan indikator :

• Usaha sampingan selain bertani.

b. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah pengahsilan rill yang disumbangkan untuk memenuhi

kebutuhan bersama (kelurga). Pendapatan adalah jumlah semua hasil perolehan

yang didapat dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Dengan indikator :

• Sumber modal usaha pertanian.

• Pendapatan dari hasil panen Pertanian Polikultur.

• Tanggungan dalam keluarga.

• Status kepemilikan lahan.

• Kepemilikan rumah.

• Kemampuan memperbaiki rumah.

• Ada atau tidaknya tabungan.

• Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari berupa pemenuhan papan,

pangan, dan sandang.

(51)

Kualitas pendidikan anak-anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk

mengenyam dan memperoleh proses pendidikan di suatu lembaga

penyelenggarapendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi. Dengan ukuran:

• Kemampuan untuk menyekolahkan anak.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu suatu

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau

objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi 1998:53).

Karena penelitian ini menggambarkan dan melihat seberapa besar pengaruh Program

Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia terhadap tingkat sosial ekonomi

masyarakat Desa Sayum Sabah.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang. Alasan penulis memilih lokasi yaitu karena Desa Sayum

Sabah ini adalah salah satu Desa dampingan Yayasan Bitra Indonesia yang mendapat

Program Pertanian Polikultur.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa sebagai sumber data

(53)

Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang

dianggap dapat menggambarkan populasinya dengan menggunakan cara-cara tertentu

(Nawawi, 1998:144).

Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini diadakan pra-survei untuk

mendata anggota warga binaan Yayasan Bitra Indonesia. Karena populasi kurang dari

100, maka dipakai rumus N=n yang artinya populasi adalah sampel (Arikunto,

1997:104). Jadi sampel dalam penelitian ini adalah semua warga binaan Yayasan

Bitra Indonesia yaitu sebanyak 30 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang dengan menelaah buku-buku, majalah,

surat kabar atau tulisan lainnya untuk memperkuat pertimbangan teoritis

yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Studi lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian

langsung di lokasi penelitian untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan

(54)

a. Observasi

Yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan

mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran peneliti.

Metode ini dilaksanakan dengan jalan mengamati gerak dan tingkah laku para

petani Polikultur di lokasi pekerjaan dan sejauh mana pengaruh program

tersebut terklaksana serta kegiatan mereka sehari-hari, mengamati kondisi

perumahan petani dan lahan pertanian petani. Ini dipergunakan untuk

menyesuaikan keterangan yang diberikan dengan situasi yang sebenarnya

b. Wawancara

Yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

dan bertatap muka yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh dari

kuesioner yang telah diajukan seperti tokoh masyarakat setempat, kepala

desa, dan dengan responden sendiri.

c. Kuesioner

Yaitu mengumpulkan informasi dan data yang relevan melalui daftar

pertanyaan yang diajukan kepada responden berdasarkan angket yang

berpedoman pada defenisi operasional.

d. Life Story

Yaitu mengumpulkan informasi untuk memperjelas data yang lebih lengkap

dan akurat yang belum terjawab dari kuesioner melalui cerita dari kehidupan

responden yang sudah lama mengikuti Program Pertanian Polikultur dan

dibuat dalam life story. Dalam penelitian ini dibuat 2 life story dari

(55)

( )( )

( )

( )

{

2 2

}

{

( )

2

( )

2

}

.

.

.

=

x

n

x

n

Y

X

XY

n

x

x

r

xy

3. Studi data online

Yaitu cara melakukan data melalui media online seperti internet atau media

jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan

peneliti memanfaatkan informasi online yang berupa data maupun teori dan

dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1987:263). Dalam penelitian ini,

analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment.

Korelasi Product Moment merupakan teknik pengukuran tingkat hubungan antara dua

variabel yang

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengantar kuliah struktur lanjutan [bentang lebar].. • Mahasiswa mengerti definisi

pada semester 1 (Ganjil) tahun pelajaran 2015/2016 meliputi pembagian tugas mengajar oleh setiap guru bidang studi dalam melaksanakan kewajiban mengajar dan tugas

• Mahasiswa memahami beberapa jenis sistem struktur bentang lebar dari material   kayu.. • Mahasiswa mampu mengaplikasikan struktur bentang lebar sederhana pada sebuah model

PBB telah menjelaskan dan memberikan pernyataan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya merupakan pelanggaran HAM terhadap

[r]

Sumber data dari penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan senjata tradisional serta merupakan penutur asli peristilahan

Berdasarkan penelitian pengaruh penggunaan jurnal belajar dalam pembelajaran Class Wide Peer Tutoring terhadap kemampuan berpikir kritis, hasil yang didapatkan