• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini kawan berarti mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002 : 1454). Sedangkan, dalam konsep Sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhlup sosial yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Dalam menghadapi

sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya.

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian) (KBBI, 2002 : 379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1987 : 181). Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan bebarapa faktor yakni pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1983 : 35). Selain faktor-faktor tersebut, ada juga faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh beberap ahli dalam melihat kondisi sosial ekonomi seseorang, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

Selanjutnya pekerjaan adalah kegiatan yang menhasilkan barang dan jasa untuk dijual kepada orang lain atau ke pasar guna memperoleh yang berlaku. Untuk lebih jelasnya pengertian pekerjaan mencakup beberapa hal, yakni sebagai berikut. 1. Pekerjaan sebagai sarana memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi

2. Pekerjaan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan perseorangan sebagai imbalan atas pengorbanan energinya.

3. Pekerjaan sebagai sumber memperoleh pengakuan status sosial, harga diri penghargaan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya.

4. Pekerjaan merupakan sumber penghidupan yang layak dan sumber martabatnya, adalah kewajiban dan haknya sebagai warga negara dan manusia makhluk Tuhan (Suroto, 1992 : 86).

Sementara itu pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan dari perkerjaan subsistem dari semua anggota rumah tangga. Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat diartikan sebagai penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang didapat dari hasil usaha. Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh suatu negara. Sementara itu dalam pajak, pendapatan tidak didefenisikan sejumlah uang atau nilai uang yang selama tahun takwin diperoleh seseorang sebagai hasil dari usaha dan tenaga, barang tak bergerak, harta bergerak dan hak bayaran belaka.

Dari uraian tersebut dapat diuraikan/disimpulkan, bahwa pendapatan terdiri atas pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang. dengan memerinci pendapatan dalam ketegori sebagai berikut.

1. Pendapatan berupa uang yaitu

a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

b. Dari hasil usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, dan penjualan kerajinan rumah tangga.

c. Dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.

2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa

a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan, dan rekreasi.

b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di ruah, sewa dan seharusnya dikeluarkan terhadap rumah tangga sendiri yang ditempati.

Sedangkan pengertian pendidikan meliputi beberapa hal yakni

1. Pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan kepribadiannya dengan membina potensi-potensi pribadinya, baik jasmani maupun rohani dan berlangsung seumur hidup.

3. Pendidikan juga berarti sebagai lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun system pendidikan tersebut. Dalam hal ini tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.

4. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah.(Depdikbud, 1983)

Menurut jenjangnya maka pendidikan dibagi atas tingkat Sekolah Dasar (SD), Tingkat Sekolah Menengah Pertama, tingkat Sekolah Menengah Atas (SMU), dan tingkat Perguruan Tinggi (PT).

2.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Berbicara tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak akan dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang kemiskinan. Kemiskinan biasanya digambarkan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Mereka dikatakan hidup di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.

Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti pekerjaan yang tidak menetap dengan upah yang kecil, pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat mengangkat harkat dan martabatnya, perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, dan lain sebagainya.

Secara garis besar, kondisi sosial ekonomi masyarakat (petani) yang sering diidentikkan dengan kemiskinan dapat dilihat dari beberapa faktor produksi seperti berikut ini.

1. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah yang cukup, modal dan keterampilan.

2. Pada umumnya mereka tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperolehnya tidak cukup untu memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

3. Pada umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Waktu mereka habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena membantu orang tua bekerja atau kerena dana untuk itu tidak ada.

4. Pada umumnya mereka tidak mempunyai tanah sehingga terpaksa menyewa tanah. Karena pertanian dikerjakan atas dasar musiman maka kesinambungan kerja menjadi kurang terjamin. Banyak diantara mereka menjadi bebas (self

employed) yang berusaha apa saja. Akibatnya dalam situasi penawaran kerja

mereka mendapat upah yang rendah sehingga mendukung mereka selalu hidup dibawah garis kemiskinan.

5. Pada umumnya mereka yang memiliki usia produktif tidak mempunyai keterampilan dan pendidikan sehingga mereka lebih banyak bekerja pada sektor informal yang tidak membutuhkan keterampilan yang tinggi dengan upah yang sangat sedikit.

2.3.3 Hubungan Pertanian Polikultur terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat

Pertanian Polikultur (organik) memberikan manfaat seperti

1. Menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis.

2. Meningkatkan pendapatan petani.

3. Menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi petani.

4. Meminimalkan semua bentuk populasi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

5. Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. 6. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di

pedesaan.

Menurut Jayadinata, menyebutkan bahwa cara-cara untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi petani dapat dilakukan dengan cara

1. Meningkatkan pendidikan keterampilan dan penyuluhan.

2. Mengusahakan perubahan mata pencarian jika pendapatan dalam pertanian tidak dapat ditingkatkan.

3. Memperluas dan memperbaiki usaha tani.

4. Mengikut sertakan para keluarga petani dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan kelembagaan (Jayadinata, 1992 : 2).

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa Program Pertanian Polikultur mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat sosial ekonomi karena

Pertanian Polikultur (Pertanian Organik) dianggap pertanian yang ramah lingkungan dan biaya produksi yang rendah karena tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan pendapatan petani adalah Program Pertanian Polikultur. Dengan adanya Program Pertanian Polikultur yang berhasil diterapkan pada petani, berarti petani mau dan mampu menggunakan teknologi yang menguntungkan dan memegang prinsip berkelanjutan.

2.3.4 Kesejahteraan Petani

Secara harfiah, “kesejahteraan” mempunyai arti aman, sentosa, makmur atau selamat/terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya (Muhidin 1981 : 55). Sedangkan dalam UU No. 6/1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial pada pasal 2 ayat 1 dikatakan bahwa “kesejahteraan sosial adalah salah satu kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Definisi dalam penjelasan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 6, petani diartikan sebagai orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya mengusahakan lahan dan atau media tumbuh tanaman untuk budidaya tanaman

Dari defenisi-defenisi diatas maka dalam hal ini yang dimaksud dengan kesejahteraan petani adalah suatu keadaan dimana petani secara merata hidup berkecukupan baik material maupun spritual, aman, tentram, maju dan jauh dari segala penderitaan atau kemiskinan. Atau disimpulkan, petani tersebut berkecukupan dengan diperoleh dari hasil pertaniannya lewat berbagai program yang dibuat untuk memperbaiki taraf hidup petani maupun yang alami dari strategi bertani yang mereka buat sendiri.

Dokumen terkait