• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENAWARAN DAN

5.3. Industri Pengolahan Kayu Primer

5.3.2. Produksi Kayu Gergajian

Dari hasil estimasi persamaan produksi kayu gergajian sebagaimana terinci pada Tabel berikut, terlihat bahwa produksi kayu olahan ini selain terpengaruh oleh pengalaman produksi tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata pada taraf 1%, juga dipengaruhi secara berturut-turut oleh: kapasitas terpasang industri kayu gergajian, dan harga kayu gergajian itu sendiri, meskipun dalam jangka panjang maupun pendek respon produksi terhadap kedua peubah tersebut tidak elastis.

Apabila terjadi penurunan kapasitas terpasang sebesar 1% pada industri kayu gergajian, maka pada jangka pendek produksi industri ini diperkirakan akan menurun sekitar 0.14%, sedangkan pada jangka panjang diperkirakan akan terjadi pengurangan sekitar 0.53%. Adapun apabila terjadi kenaikan harga kayu gergajian sebesar 1% maka pada jangka pendek produsen kayu gergajian cenderung menaikkan produksinya sebesar 0.14%, dan apabila kenaikan harga ini terjadi terus menerus, maka pada jangka panjang penurunan ini diperkirakan akan mencapai 0.69% sesuai dengan yang terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Kayu Gergajian di Indonesia Tahun 2005

Peubah Koefisien P-value

Elastisitas

Jk Pendek Jk. Panjang

Harga kayu gergajian 217306.000 0.5177 0.136 0.688

Harga kayu bulat alam -112135.000 0.8956 -0.032 -0.164

Suku bunga -5728.677 0.8717 -0.015 -0.075

Kapasitas terpasang kayu gergajian 104771.000 0.4995 0.104 0.527

Produksi kayu gergajian sebelumnya 0.803 0.0003

5.3.3. Permintaan Kayu Bulat oleh Industri Kayu Lapis

Permintaan kayu bulat industri kayu lapis ini dipengaruhi nyata pada taraf 10% oleh realisasi tingkat produksi kayu lapis dan dipengaruhi secara nyata pada taraf 20% oleh harga kayu bulat hutan alam. Sementara peubah-peubah yang lain memberikan pengaruh nyata pada taraf lebih besar dari 20%, sesuai dengan yang terlihat pada Tabel 15.

Pengaruh produksi kayu lapis terhadap kebutuhan kayu bulat secara logis bersifat positif dan seharusnya elastik, namun kenyataannya tabel di atas menyatakan apabila ada kenaikan produksi kayu lapis sebesar 1 %, maka dalam

jangka pendek akan peningkatan permintaan kayu bulat hanya sebesar 0.36%, sedangkan dalam jangka panjang peningkatan ini hanya sekitar 0.49%.

Tabel 15. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Kayu Bulat untuk Kayu Lapis di Indonesia Tahun 2005

Peubah Koefisien P-value Elastisitas

Jk Pendek Jk. Panjang

INTERCEP -1919.765877 0.7187

Harga kayu lapis domestik 198.90145 0.6652 0.253 0.339

Harga kayu bulat alam -3034.010472 0.1668 -0.662 -0.889

Harga dunia kayu lapis 495.749745 0.4245 0.835 1.122

Tren waktu 118.059857 0.555 0.172 0.231

Produksi kayu lapis 0.000496 0.0953 0.361 0.485

Permintaan kayu bulat IKL sebelumnya 0.255666 0.2296

Kemungkinan, besarnya kenaikan produksi yang kurang sepadan dengan kenaikan pasokan bahan baku kayu adalah dikarenakan adanya penurunan efisiensi penggunaan bahan baku kayu bulat, diantaranya mesin dan peralatan yang ada sudah mulai usang, tanpa ada peremajaan atau moderenisasi yang berarti.

5.3.4. Produksi Kayu Lapis

Hasil estimasi persamaan produksi kayu lapis. Dari tabel tersebut terlihat bahwa perilaku produksi kayu lapis dipengaruhi secara nyata oleh harga kayu lapis pada taraf nyata 5%, harga riil kayu bulat dari hutan alam pada taraf nyata 15% dan harga kayu lapis periode sebelumnya pada taraf nyata 1% (Tabel 16).

Secara umum dari pengamatan periode 1980 hingga 2005 produksi kayu lapis mengalami kecenderungan menurun, dan hal itu ditunjukkan oleh nilai T yang negatif. Namun demikian kecenderungan ini secara relatif terhadap total produksi kurang signifikan, hal ini diindikasikan oleh p-value yang relatif besar,

yaitu sekitar 0.85 serta elastisitasnya yang sangat kecil yaitu 0.018 pada jangka pendek, dan sekitar 0.120 pada jangka panjang.

Tabel 16. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Kayu Lapis di Indonesia Tahun 2005

Peubah Koefisien P-value Elastisitas

Jk Pendek Jk. Panjang

Harga kayu lapis dunia 178884.000 0.0411 0.312 2.039

Harga kayu bulat alam -450001.000 0.1451 -0.135 -0.881

Suku bunga 3914.424 0.8585 0.011 0.069

Kapasitas terpasang industri 4128.935 0.9707 0.005 0.036

Tren waktu -9175.044 0.8472 -0.018 -0.120

Harga kayu lapis tahun sebelumnya 0.847 0.0001

Harga kayu bulat dari hutan alam merupakan peubah yang signifikan terhadap permintaan bahan baku kayu lapis, meskipun respon permintaan bahan baku terhadap perubahan harga tidak elastik. Perubahan harga kayu bulat dari hutan alam sebesar 1% dalam jangka pendek direspon dengan pengurangan permintaan kayu sebesar 0.662%, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan harga kayu ini akan mengurangi permintaan sebesar 0.889%. Meskipun respon permintaan kayu bulat dari hutan alam terhadap harga kayu tersebut inelastik, namun dari angka elastisitas tersebut terlihat bahwa produsen sangat terpengaruh dengan harga kayu ini, karena bahan baku kayu bulat menempati proporsi 60% hingga 70% dari total biaya produksi.

Harga kayu lapis dunia berpengaruh positif terhadap permintaan bahan bahan baku kayu bulat. Apabila terjadi kenaikan harga kayu lapis dunia sebesar 1% maka kejadian ini dalam jangka pendek akan direspon dengan peningkatan permintaan bahan baku kayu bulat sebesar 0.835%, dan dalam jangka panjang sebesar 1.122%. Hal ini sekali lagi memperlihatkan pentingnya pasar dunia bagi

industri kayu lapis Indonesia, dimana pasar dunia untuk produk ini masih cukup bagus bagi kayu lapis Indonesia.

Namun demikian, peubah yang sangat nyata berpengaruh terhadap produksi kayu lapis adalah harga riil domestik kayu lapis itu sendiri dan harga kayu bulat dari hutan alam. Respon produksi terhadap perubahan harga kayu lapis dalam jangka pendek tidak elastik yaitu 0.312, namun dalam jangka panjang respon ini sangat elastik yaitu mencapai 2.039. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan harga kayu lapis sebesar 1%, maka dalam jangka pendek akan direspon dengan peningkatan produksi sebesar 0.312%, dan dalam jangka panjang peningkatan ini bisa lebih dari dua kali lipat, yaitu sekitar 2.309%. Lambatnya respon ini berarti bahwa produksi kayu lapis saat ini belum dapat secara maksimal memanfaatkan kemungkinan kenaikan harga produk ini, namun apabila terjadi kecenderungan kenaikan harga produk yang secara-terus menerus berlangsung, maka industri akan berusaha meningkatkan produksinya.

Kecenderungan menurunnya produksi kayu lapis dan ketidakmampuan industri dalam menangkap keuntungan secara maksimal dari kemungkinan kenaikan harga produk ini, sebagaimana uraian di atas, sekali lagi menjelaskan bahwa kilang-kilang kayu lapis sudah dalam kondisi tidak efisien, dan pembaruan peralatan dan mesin-mesin yang selama ini dipergunakan.

Dokumen terkait