• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Kepiting Bertelur

Dalam dokumen Buku dan Materi Budidaya Ikan kepiting (Halaman 47-58)

C. Tehnik Budidaya Kepiting

2. Metoda Pemeliharaan Kepiting

2.5. Produksi Kepiting Bertelur

Para konsumen di restoran-restoran internasional, banyak menggemari kepiting yang mengandung telur. Memang kepiting yang penuh mengandung telur sangat lezat . Telurnya berwarna merah jingga memenuhi seluruh rongga dibawah karapas. Harganya menjadi berlipat 3-4 kali dibanding dengan kepiting yang gemuk tetapi tidak mengandung telur !

Yang dipelihara untuk ini tentu hanya kepiting berjenis kelamin betina saja, dan ukurannya sudah mencapai 200 gram atau lebih.

Pada Materi Pokok 1 . buku ini telah diterangkan bahwa kepiting betina dapat dipercepat proses pematangan gonadnya dengan cara diablasi salah satu matanya.

Untuk jenis produksi ini , sebaiknya digunakan wadah berupa kotak-kotak dari bambu juga (sistem baterei) dimana seekor kepiting dipelihara di dalam satu kotak seperti digambar dan dijelaskan pada butir 5.1.

Kepiting betina yang dipilih untuk dipelihara ialah yang sudah cukup ukurannya ( dewasa) yaitu 200 gram atau lebih. Tidak ada tanda-tanda berpenyakit.

Mula-mula kepiting betina tsb dipelihara dengan diberi pakan yang bermutu baik yaitu ikan rucah yang segar , juga cumi-cumi dan kerang-kerangan. Bahan pakan itu tentu harganya cukup mahal, tetapi harga produksinya juga mahal, sebagai kepiting bertelur .

Banyaknya ransum 2-3 % berat tubuh kepiting per-hari. Jenis pakan tsb. cara pemberiannya dicuci bersih lebih dahulu , lalu dipotong-potong kecil-kecil agak mudah dimakan oleh kepiting yang memang ukurannya sudah cukup besar. Pakan ini diberikan selang sehari , mengingat kadang didaerah tertentu jenis cumi-cumi dan kerang-kerangn tidak selalu mudah diperoleh dan harganya cukup mahal.

Selain pakan tersebut diatas, kepiting juga dapat diberi pakan berupa pelet kering yang biasa diberikan untuk udang ditambak , yaitu pelet udang klas “grower” (untuk udang yang sedang tumbuh ).Dosis pelet kering itu 2-3 % berat kepiting/hari, yang diberikan 2 kali , pagi dan sore. Malahan pakan pelet itu dapat diberikan sebagai pakan yang utama setiap hari. Kepiting ternyata suka makan pelet kering itu.

41

3 hari setelah kepiting dipelihara, sehingga sudah cukup beradaptasi, lalu dilakukan ablasi mata.

Kepiting dipegang dengan tehnik khusus agar japit dan anggota tubuh lainnya tidak putus. Biasanya hanya tehnisi yang sudah terampil yang dapat dengan sempurna melakukannya.

Lalu satu mata kepiting itu di potong dengan gunting yang lebih dahulu dipanaskan (dibakar), agar lukanya cepat kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan. Selesai ablasi, kepiting di rendam sementara didalam ember yang diisi larutan PK 3 ppm agar tidak infeksi. Setelah di desinfeksi selama 5 menit, kepiting dikembalikan ke dalam kandangnya /kotaknya . Pemeliharaan selanjutnya , berupa pemberian pakan dan pengaturan pengairannya agar menjamin kepiting calon induk tsb. hidup optimal.

Biasanya setelah 3 hari , telur didalam gonadanya sudah mulai tumbuh dan 7 hari gonada sudah berkembang penuh. Tandanya dapat dilihat di bagian belakang tubuhnya di batas antara karapas dengan abdomen yang terlipat itu , mengembang dan berwarna merah -jingga. Maka kepiting ini harus segera di panen dan dijual kepada pemesan.

Kepiting yang bertelur ini sebenarnya merupakan calon induk yang dapat dipelihara di Panti Pembenihan agar menghasilkan anak-anak kepiting. Yaitu sebelum di ablasi , lebih dahulu dikawinkan, agar betina ini mendapat sperma dari pejantannya un tuk fertilisasi telur-telurnya. Namun karena tujuannya untuk konsumsi di restoran, maka tidak perlu dikawinkan lebih dahulu.

Hal yang perlu dijaga oleh setiap petani yang memelihara kepiting, terutama untuk eksport, haruslah menjaga agar anggota badan (kaki-kaki, japit, dll) tidak putus. Karena anggota tubuh yang cacat akan menurunkan nilai jualnya.

42 Latihan

1. Jelaskan 4 macam metoda Budidaya Kepiting Bakau yang telah dipraktekkan oleh petani tambak dan nelayan diberbagai Negara.

2. Terangkan mengenai wadah-wadah yang dipergunakan untuk budidaya kepiting.

3. Apakah budidaya tsb. mungkin dilakukan di Indonesia ? Apa kendalanya ?

Rangkuman Ada 4 metoda budidaya kepiting menurut . roduk yang dihasilkan , yaitu

1. Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi.

2. Penggemukan : kepiting jantan betina agar menjadi lebih gemuk, harga meningkat

3. Produksi kepiting cangkang lunak. 4. Produksi kepiting bertelur.

Lama pemeliharaan, pada no. 1 , 1-2 bulan , tergantung ukuran benih di awal pemeliharaan dan ukuran permintaan pasar/konsumen.

Pada no:2 , hanya 3-4 minggu. Pada no: 3, 3-4 minggu

Pada no:4 , 3 minggu sampai 1 bulan.

a). Wadah pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei, berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme , ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.

b) Wadah berupa jaring apung, dapt digunakan , dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m dipasang pada perairan umum , diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus.

Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.

c). Tambak bekas memlihara udang dan bandeng, dapat di sekat-sekat dengan kerei bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi , agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh.

43

Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.

d), Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi gemuk sebelum di jual.

e). Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang, baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2, tetapi tidak sampai memijah. Ini perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja, pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan, malahan bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.

Budidaya (pemeliharaan kepiting) kesemuanya memerlukan pemberian pakan yang harus diberikan secara cermat. Pakan harus mencukupi dosisnya yaitu 5-10 % berat kepiting yang dipelihara seluruhnya ( biomassa) per-hari, diberikan 2 kali sehari.

Pakan harus dari bahan yang mudah didapat dan harganya tidak mahal, seperti, ikan rucah, kotoran dari penyembelihan hewan, sisa-sisa makanan dari restoran. Bila harga pakan mahal misalnya pelet, tentu tidak menguntungkan bagi petani.

Cara pemanenan kepiting dapat secara serentak (panen total) yaitu mengeringkan seluruh tambak tempat pemeliharaan kepiting.

Atau panen secara selektif, bial menggunakan system baterei, dimana kepiting yang bercangkang lunak di panen. Yang lain, dipelihara lebih lanjut sampai ganti kulitnya. Cara panen sebagian (selektif) juga dilakukan untuk kepiting bertelur. Yang sudah mengandung telur saja yang dipanen.

Penanganan kepiting setelah dipanen haruslah dilakukan secara cermat supaya tidak mematahkan kaki-kakinya. Kepiting yang cacat, nilai jualnya akan menurun.

Kepiting yang dipelihara didalam petak tambak yang diberi berpagar, waktu air surut, air didalam petak juga di surutkan sampai tinggal 20 cm. Ketika pasang naik, air di masukkan melalui pintu air, kepiting akan berenang menentang arus air laut yang mengalir masuk. Ini memudahkan pengumpulan kepiting yang berenang menentang arus air itu. Sifat yang berenang menentang arus ini disebut “rheotaxis”.

Kepiting yang ditangkap segera diikat secara sistematik dengan cara ikatan yang benar agar kaki atau capit tidak patah. Hanya orang yang sudah terampil melakukan pengikatan yang berhasil mengerjakannya. Karena itu para peserta kursus harus berlatih mengikat kepiting dengan benar.

44

Pengangkutan jarak dekat, sampai 2-3 jam perjalanan, kepiting yang sudah diikat dengan benar, digantungkan terbalik dimasukan ke dalam kotak, sepanjang perjalanan harus dipercik dengan air payau, agar tetap basah. Metoda pengangkutan ini dapat berhasil hidup 90 % atau lebih.

Umpan balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban saudara dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian belakang modul ini, hitung jawaban saudara yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi

Apabila tingkat pemahaman saudara memahami materi yang sudah dipelajari mencapai:

91% s/d 100% : Amat Baik

81% s/d 90% : Baik

71% s/d 80,99% : Cukup

61% s/d 70,99% : Kurang

Bila tingkat pemahaman saudara belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka disarankan mengulangi materi.

45 PENUTUP

Buku ini di maksudkan sebagai bahan pelajaran teori dasar bagi para pelaku utama , Pengusaha dan para pemerhati budidaya Kepiting. Kemungkinan besar para pembaca sama sekali belum pernah belajar yang mendalam tentang Budidaya Perikanan pada umumnya dan budidaya kepiting bakau pada khususnya. Namun demikian, para pembaca dan pengguna buku ini mempunyai minat yang cukup terhadap budidaya perikanan. Oleh karena itu buku ini sebagai pengetahuan dasar, haruslah di pelajari dan dipahami secara sungguh-sungguh sebelum yang bersangkutan memulai melakukan budidaya kepiting bakau. Tanpa mempelajari teori sebagai dasar, kiranya mustahil, seseorang akan dapat memulai usaha budidaya kepiting ini.

Juga setelah pelaku budidaya dan pengusaha, memulai usaha ini, tentu secara terus menerus mengingat dasar pengetahuan ini dan juga harus mengikuti perkembangan dan kemajuan tehnologi yang mungkin terjadi dikalangan para pelaku utama budidaya kepiting yang lain dan para peneliti serta akademisi yang pasti melakukan penelitian di bidang budidaya kepiting.

Sangat di anjurkan agar para pelaku budidaya kepiting , mengikuti perkembangan tehnologi budidaya kepiting yang lebih mutahir, yaitu dengan cara menyimak tulisan/publikasi baik berupa karya-karya tulis , seminar, diskusi, maupun publikasi dari media elektronik (inter net) baik siaran yang bersumber di dalam maupun di luar negeri.

Demikianlah , buku kecil ini merupakan pengetahuan awal untuk budidaya kepiting yang merupakan rangkuman dari berbagai karya tulis hasil penelitian para peneliti/ cendekiawan bidang perikanan yang publikasinya tersebar di berbagai perpustakaan, sehingga ini memudahkan para pemula dalam menimba ilmu khususnya budidaya Kepiting.

Semoga Karya tulis ini dapat bermanfaat untuk perkembangan pembangunan Perikanan khususnya Budidaya Perikanan , lebih khusus lagi Budidaya Kepiting Bakau.

Jakarta, 11 November 2011.

46

KUNCI JAWABAN

Materi Pokok 1

1. Tubuh kepiting berkulit/ bercangkang keras terdiri dari zat khitin. Kulit keras itu menghambat pertumbuhan, karena itu Kepiting secara periodic berganti kulit, untuk mendapat kesempatan membesarkan tubuhnya. Bentuk tubuh kepiting tambak dari bagian dorsal (atas) berupa karapas yang membulat , sedangkan bagian kepala dada dan organ tubuh bagian dalam seperti alat pencernaan makanan, alat reproduksi , dsb. berada di dalam/ tertutup oleh karapas tsb. Bagian abdomen berupa segitiga terbentuk dari beberapa ruas , melipat erat dibawah ( bagian ventral) dari tubuhnya. Kaki jalan ke-1 berbentuk capit yang besar . kaki-kaki jalan no 2,3,4 berujung runcing berfungsi untuk berjalan; pasangan kaki jalan nomer 5 , berupa kaki dayung.

2. Pada kepiting jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit; pada betina berupa segitiga yang melebar. Pada betina kaki-kaki renang berbulu sebagai tempat melekatnya telur-telurnya setelah dibuahi, dan yang sedang dieramkan. Pengeraman telur lamanya 10-12 hari , dilakukan olrh induk betina.

3. Tempat hidup atau habitat kepiting bakau ialah wilayah perairan estuaria yaitu hutan bakau, tambak , saluaran dan sungai sampai laut dekat pantai yang berair payau. Adapun wilayah penyebarannya meliputi perairan pantai didaerah Indo- Pasifik, dari pantai timur benua Afrika, sampai kepulauan Polynesia, dari pulau- pulau di Jepang bagian selatan sampai pantai utara benua Australia.

4. Kepiting melakukan perkawinan di perairan estuaria sampai di laut. Telur setelah dibuahi , ditempelkan pada umbai-umbai (bulu-bulu kaki renang dibawah abdomen induk betina. Lama pengeraman telur 10-12 hari, menetas menjadi Pre-zoea yang setelah 30 menit, berubah menjadi Zoea-1 yang hidup planktonis dan makanannya terdiri fitoplankton : Chaetoceros sp. , Tetraselmis sp. dan zooplankton yang ukurannya lebih kecil-kecil : Brachionus sp. dan nauplii Artemia.. Zoea bermetamorfosa setiap 3-4 hari untuk ber-turut-turut menjadi Zoea-2, Zoea-3, Zoea-4 dan Zoea -5. Total lamanya 18-20 hari, berubah menjadi stadia Megalopa. Megalopa berumur 5-7 hari berubah menjadi Crablet , yaitu benih kepiting kecil yang organ tubuhnya sudah menyerupai kepiting besar. Crablet berganti kulit setiap 4-7 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi berukuran lebih besar. Pada umur 50-70 hari Crablet sudah dapat di jual sebagai benih kepiting untuk di deder ditempat yang lebih luas.

5. Benih kepiting yang dihasilkan di Panti Pembenihan berupa stadia Crablet berukuran 2-5 cm ( pada umur 50-70 hari) untuk di pelihara di tempat pembesaran hingga bebrapa bulan lamanya menjadi kepiting ukukuran konsumsi dengan berat 150-200 gram atau lebih. Namun sementara ini, benih kepiting

47

hasil tangkapan dari alam, telah berukuran berat 30-50 gram . yang juga dijadikan benih dari awal pemeliharaan pembesaran menjdai kepiting ukuran konsumsi.

Materi Pokok 2

1.

Calon induk dan induk kepiting dapat diperoleh dari hasil penangkapan di alam. Dengan syarat , anggota badannya utuh tidak ada cacat dan tidak ada penyakit. Calon induk dan induk kepiting dipelihara didalam bak-bak didalam Panti Pembenihan.

2.

Pematangan gonad dilakukan dengan tehnik ablasi satu mata pada kepiting betina . Tehnik ablasi ini mendorong mempercepat proses pematangan gonad pada binatang Krustasea pada umumnya (termasuk udang dan Kepiting). Selain itu, agar proses pematangan gonad berhasil sempurna, harus juga di barengi dengan pemberian pakan yang bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan kepiting , dan pengelolaan kualitas air yang sesuai. Telah diketahui juga bahwa bak pemeliharaan induk harus diberi dasar Lumpur agar perkembangan gonad menjadi baik ( telur yang dihasilkan banyak dan kemampuan pertumbuhan larva akan baik).

3.

Induk kepiting setelah diablasi dipelihara di dalam bak yang di beri dasar lapisan Lumpur , kedalaman air 50-80 cm diatas lapisan Lumpur , cukup aerasi dengan 1 batu aerasi per –m2 . Pakan berupa daging cumi-cumi , ikan , kekerangan yang segar dengan dosis ransum 5-10% berat biomassa per-hari yang diberikan 2 kali pagi dan sore. Untuk kelengkapan gizi, dapat diberi pelet kering berkualitas seperti untuk induk udang windu ( kadar protein 40%), sebanyak 2-3 % biomassa per-hari dan diberikan 2-3 kali per-minggu.

4.

Pada Panti Pembenihan, Zoea-1 sampai Zoea 5 diberi pakan berupa fitoplankton (Chaetoceros sp . dan Tetraselmis sp.) dan zooplankton

(Brachionus sp. dan nauplii Artemia sp.) semuanya disediakan sebagai kultur di

dalam Panti Pembenihan. Stadia Megalopa ukuran lebih besar dan bersifat lebih agresif dan kanibal. Agar mengurangi kematian akibat kanibalsme, bak perlu diberi tempat persembunyian berupa potongan jaring-jaring bekas atau tali rafiah yang dibuat ikatan dan pemberat agar tenggelam sampai dasar bak. Megalopa pakan berukuran lebih besar , maka diberikan Artemia yang ditetaskan umur 5 hari banyaknya pakan sekenyangnya. Setelah Megalopa umur 10 -12 hari akan berubah menjadi Crablet (benih kepiting). Sifatnya hidup didasar (bentik). Pakan berupa cacahan daging ikan, udang atau kerang yang di blender. Sampai kenyang. Umur 50-70 hari benih kepiting dapat dijual untuk dipelihara di pendederan dalam kolam tanah (tambak) atau didalam hapa yang dipasang di dalam petak tambak.

48

5.

Penanggulangan penyakit diutamakan dengan cara memelihara kebersihan bak dan ruang dan lingkungan Panti Pembenihan. Penularan dari luar di cegah dengan pelaksanaan Cara Budidaya yang Baik dan Bio security. Pemakaian anti biotika telah dilarang penggunaannya karena akan bersifat mengendap didalam Lumpur dan beberapa menyebabkan kanker pada manusia. Dianjurkan pemakaian bahan kimia sebagai disinfeksi yaitu merendam benih dan kepiting yang baru didatangkan dari luar denga larutan PK 2-3 ppm selama 10-15 menit untuk membunuh organisme pemyakit seperti bacteria, jamur, protozoa. Atau sebagai disinfektan juga dapat dipakai larutan formalin 100-200 ppm selam 15- 20 menit.

Materi Pokok 3

1. 4 macam cara budidaya Kepiting dibedakan menurut tujuan produksi yang akan dihasilkan , yaitu :

1. Pembesaran : dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi (200gram atau lebih)

2. Penggemukan : kepiting yang masih ukuran cukup besar 100-150 gram, dipelihara 3-4 minggu menjadi kepiting berat 200-300 gram atau lebih, agar harga jualnya lebih tinggi.

3. Produksi kepiting cangkang lunak (kepiting soka), dari kepiting yang berukuran sudah besar untuk menjadi kepiting yang baru ganti kulit (berkulit lunak). Masa pemeliharaan 3-4 minggu.

4. Produksi kepiting bertelur . Kepiting betina berukuran 150-200 gram dipelihara kira2 1 bulan , dirangsang perkembangan gonadanya dengan cara ablasi mata, ditunggu 1-2 minggu pasca ablasi agar gonada berkembang . Gonad yang berkembang dapat dilihat dari celah belakang karapas yang berwarna merah dan nampak menggembung penuh telur.

2.

a). Wadah pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei , berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme, ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.

b) Wadah berupa jaring apung, dapt digunakan, dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m dipasang pada perairan umum, diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.

49

c). Tambak bekas memlihara udang dan bandeng , dapat di sekat-sekat dengan kerei bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi, agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh.

Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.

d), Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi gemuk sebelum di jual.

e). Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang , baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2 , tetapi tidak sampai memijah. Ini perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja , pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan , malahan bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.

3.

Mungkin di lakukan di Indonesia. Kendalanya ialah kekurangan benih karena belum ada usaha Panti Pembenihan kepiting Bakau dan selama ini hanya diperoleh dari penangkapan di alam. Juga karena pakan untuk pembesaran kepiting yang terutama terdiri dari ikan rucah, tidak selalu mudah diperoleh dan persaingan dengan keperluan konsumsi lain.

50 DAFTAR PUSTAKA

Aldrianto,E., 1994. Aktifitas Reproduksi Kepiting Bakau. Techner no.12 Th.2. 1994. Hal. 46-48.

Cholik,F dan A.Hanafi. 1991. A.Review of the status of the Mud Crab (Scylla sp.). Fishery and Culture in Indonesia. The Mud Crab . A rep on Sem convened in Surat Thani,Thailand, Nov 5-8,1991.s for Mud crab culture – a Preliminary biochemical, Fisical and Biological Evaluation . The Mud Crab. A Rep .on th Sem convened at Surat Thani, Thayland. Nov.5-8. BOBP.1991.

Gillespie,N.C. and J.H.Burke. 1991. Mud crab storage and Transport in Australian Commerce. The Mud crab. A Rep.on the Sem. Convened at Surat Thani, Thayland. Nov.5-8. BOBP. 1991.

How-Cheong, C., U.P.D.Gunasekera and H.P.Amandakoon. 1991. Formulation of artificial feeds for Mud crab culture – a Preliminary biochemical, Fisical and Biological Evaluation . The Mud Crab. A Rep .on th Sem convened at Surat Thani, Thayland. BOBP. 1991.

Ladra, D.F. and J.C.Lin. 1991. Trade and Marketing Practices of the Mud Crab in the Philippines. A Rep. on th Sem.convened at Surat Thani, Thayland. Nov.5-8. BOBP. 1991.

Ladra,D.F. Mudcrab fattening Practices in the Philippines. The Mud Crab, A Rep on the Sem convened in Surat Thani,Thayland, Nov.5-8, 1991. BOBP.

Mardjono,M., Anindiastuti, Noor hamid , Iin S.Djunaidah dan W.H.Satyantini. 1994 Pedoman Pembenihan Kepiting Bakau Scylla serrata . BBAP Jepara. 1994. Mardjono, M.,N.Hamid dan M.L.Nurdjana . 1992. Budidaya Kepiting Bakau : Lahan

Usaha Baru yang Menguntungkan. Makalah Seminar sehari. Jakarta 8 Juli 1992.

Makatutu,D., I.Rusdi dan A.Parenrengi. 1998. Studi pendahuluan Pengaruh perbedaan waktu awal pemberian pakan alami rotifer, Brachionus

rotendiformis terhadap sintasan Zoea kepiting bakau S.serrata Forskal.

Pros.Sem Perik.Pantai, Bali. 1998. hal: 178-181.

Prinpanapung,S. 1991. Rearing of Mud Crab (Scylla serrata). The Mud Crab. A Rep.on the Sem.convened at Surat Thany, Thayland. Nov.5-8. BOBP.1991. Rattanachote,A. and R. Dangwatanakul. Mud Crab (Scylla serrata Forskal) fattening

in Surat Thani Province. A Rep on the Sem.convened in Surat Thani, Thayland. Nov.5-8. BOBP . 1991.

Rusdi,I.,D.Makatutu dan K.M.Setiawati. 1998. Percobaan Pematangan Gonad dan Pemijahan Kepiting Bakau Scylla serrata pada berbagai jenis dan ketebalan substrat.

51

Samarasinghe,R.P., D.Y.Fernando and O.S.S.C.de Silva. 1991. Pond Culture of Mud Crab in Sri Lanka. A Rep.on the Sem.convened in Surat Thani , Thayland. . Nov 5-8 . BOBP . 1991.

Srinavasagam,S. and M.Kathirvel. 1991. A Review of Experimental Culture of the Mud crab, Scylla serrata Forskal in India. The Mud Crab. A rep. of the Sem convened at Surat Thani, Thayland. N0v. 5-8. BOBP. 1991.

Susanto,B. , M.Marzuqi, I.Setyadi,D.Syahidah,G.N.Permana dan Haryanti . 2004. Penagmatan aspek biologi Rajungan (portunus pelagicus), dalam

menunjang tehnik pembenihannya. Warta Penel. Perik

Indonesia.Vol.10,No.1,2004.

Yunus. 1998. Uji Pendahuluan Produksi benih kepiting bakau (S.serrata). Pros. Sem.Teh.Perik.Pantai, Bali. 1998. hal: 124-132.

Dalam dokumen Buku dan Materi Budidaya Ikan kepiting (Halaman 47-58)

Dokumen terkait