• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku dan Materi Budidaya Ikan kepiting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Buku dan Materi Budidaya Ikan kepiting"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

i SAMBUTAN

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan.

Materi Penyuluhan merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi penyuluhan ini masih banyak kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya di masa mendatang.

Jakarta, Nopember 2011

(2)

i

KATA PENGANTAR

Materi penyuluhan Budidaya kepiting bakau ini merupakan salah satu

kumpulan dari kegiatan budidaya kepiting bakau. Yang meliputi gambaran

umum, kegiatan pembenihan, dan budidaya Untuk memahami tentang budidaya

kepiting bakau, Peserta harus mempelajari tiga m a t e r i p o k o k judul Materi

penyuluhan yaitu gambaran umum mengenai kepiting bakau, Pembenihan kepiting

bakau, dan budidaya kepiting bakau.

Dengan mempelajari ketiga materi pokok penyuluhan tersebut peserta

diharapkan mempunyai kompetensi dalam budidaya kepiting bakau secara utuh.

Materi penyuluhan budidaya kepiting bakau.

Dengan mempelajari Materi penyuluhan ini diharapkan peserta mampu melakukan

budidaya kepiting bakau secara utuh.

Jakarta, 11 November 2011

(3)

ii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MATERI PENYULUHAN ... vi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat ... 1

C. Tujuan Pembelajaran ... 1

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 2

MATERI POKOK I GAMBARAN UMUM A. Mengenal Kepiting Bakau ... 6

B. Habitat dan Penyebaran ... 7

C. Daur Hidup dan Perkembangbiakan ... 7

Latihan. ... 10

Rangkuman. ... 10

Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 12

MATERI POKOK 2 TEHNIK PEMBENIHAN KEPITING BAKAU A. Tempat dan Wadah Pemeliharaan ... 13

1. Lokasi ... 13

2. Prasarana, Tatak Letak dan Desain Bangunan ... 14

2.1. Prasarana ... 14

2.2. Tata Letak dan Desain Bangunan... 14

(4)

iii

1. Calon Induk ... 14

2. Pematangan Gonad ... 15

C. Bak Pemeliharaan ... 17

D. Pemeliharaan Induk ... 18

1. Media Pemeliharaan ... 18

2. Pakan ... 18

3. Ablasi Mata ... 19

4. Proses Perkawinan ... 19

5. Perkembangan Telur Dalam Ovarium ... 20

6. Pengamatan Kematangan Telur ... 20

7. Pengeraman dan Penetasan ... 21

E. Penetasan Telur ... 21

F. Pemeliharaan Larva ... 22

1. Bak Pemeliharaan Larva ... 22

2. Media Pemeliharaan ... 22

3. Penebaran ... 23

4. Pengelolaan Pakan ... 23

4.1. Pakan Alami ... 24

4.2. Pakan Buatan ... 24

G. Pengelolaan Kualitas Air ... 26

H. Pengendalian Penyakit ... 27

1. Penggunaan Obat ... 27

2. Penggunaan Antibiotik ... 27

Latihan ... 28

Rangkuman ... 28

(5)

iv

MATERI POKOK 3 BUDIDAYA KEPITING BAKAU

A. Lokasi Budidaya Kepiting ... 31

B. Benih kepiting ... 32

C. Tehnik Budidaya Kepiting. ... 32

1. Wadah. ... 32

1.1. Kotak dari Bambu. ... 32

1.2. Kotak Plastik. ... 33

1.3. Kotak dari Jaring (Jaring apung) ... 33

1.4. Kotak Berpagar Tanpa Caren. ... 34

1.5. Pagar dari Jaring Dengan Pintu Air. ... 35

2. Metoda Pemeliharaan Kepiting ... 37

2.1. Pembesaran Benih ... 37

2.2. Tempat Pemeliharaan ... 37

2.2.1. Pakan...38

2.2.2. Pemanenan...38

2.2.3. Mengikat Kepiting...38

2.3. Penggemukan Kepiting ... 39

2.4. Produksi Kepiting Cangkang Lunak ... 39

2.5. Produksi Kepiting Bertelur ... 40

Latihan ... 42

Rangkuman ... 42

Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 44

PENUTUP ... 45

JAWABAN ... 46

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman:

Gambar : 1 – Morfologi Kepiting Bakau ... 5

Gambar : 2 - Kepiting , A. Jantan ; B. Betina. ... 5

Gambar : 3 - Kepiting berpasangan ... 8

Gambar : 4 - Daur Hidup Kepiting Bakau ... 10

Gambar : 5 - Diagram sistem Hormon pada proses Reproduksi Kepiting... 17

Gambar : 6- Pengeraman telur, dibawah abdomen ... 21

Gambar : 7 - Kotak bambu terapung system baterei ... 33

Gambar : 8 - Kotak Jaring Apung ... 34

Gambar : 9 Sekatan Petak Tambak dengan Pagar Bambu ... 35

Gambar : 10- Pagar Jaring Penyekat Petak Tambak ... 35

Gambar : 11 - Pintu air pada Pagar Jaring ... 36

Gambar : 12 Sekat Pagar Bambu pada Petak Tambak ... 36

Gambar : 13 Pagar Kotak dipasang pada Teluk yang dangkal ... 36

(7)

vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MATERI PENYULUHAN

a. Materi penyuluhan ini merupakan salah satu Materi penyuluhan yang

dibutuhkan untuk mencapai kompetensi Budidaya kepiting bakau.

b. Materi penyuluhan terdiri dari 3 materi pembelajaran memerlukan

waktu 9 kali pertemuan @ 4 jam pelajaran.

c. Kegiatan belajar tersebut adalah Materi Pokok

Pembelajaran 1 : Gambaran umum kepiting bakau

Pembelajaran 2 : Pembenihan kepiting bakau

Pembalajaran 3 : Budidaya kepiting bakau

a. Setiap kegiatan belajar berisi materi pembelajaran, rangkuman, latihan,

serta umpan balik dan tindak lanjut.

b. Pahami dahulu latihan dan evaluasi materi sebelum menjawab.

Janganlah melihat Kunci Jawaban sebelum Anda selesai menjawab

semua pertanyaan.

c. Apabila Anda telah membaca Materi, dan mampu menjawab semua

soal dengan benar, berarti Anda telah memahami materi pembelajaran

(8)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi penyuluhan budidaya kepiting bakau disusun untuk membantu para petani masyarakat umum yang ingin memulai usaha budidaya kepiting bakau namun belum atau kurang mengerti mengenai bagaimana kegiatan budidaya kepiting bakau dilakukan. Materi penyuluhan ini bermanfaat sebagai acuan sehingga para penyuluh di lapangan tidak bingung dalam melakukan penyuluhan untuk pembudidaya atau masyarakat umum yang ingin memulai kegiatan budidaya kepiting, baik kegiatan pembenihan, kegiatan pembesaran, kegiatan penggemukan, kegiatan memproduksi kepiting cangkang lunak maupun kegiatan memproduksi kepiting telur. Sehingga para pembudidaya mudah mengerti.

Selain digunakan oleh para penyuluh materi penyuluhan ini juga bermanfaat sebagai pegangan para pembudidaya di lokasi masing-masing sehingga para pembudidaya tidak harus selalu didampingi oleh penyuluh namun dapat belajar sendiri hanya dengan mempelajari materi penyuluhan ini.

Dengan mempelajari materi penyuluhan ini peserta diharapkan mampu membudidayakan kepiting bakau dengan baik, sehingga dapat menciptakan sumber penghasilan yang baru.

B. Deskripsi Singkat

Materi penyuluhan ini terdiri dari 3 sub judul materi penyuluhan yaitu gambaran umum mengenai kepiting bakau, teknik pembenihan kepiting bakau serta budidaya kepiting. Materi penyuluhan ini disusun secara sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan disusun berdasarkan kumpulan pengalaman-pengalaman pembudidaya yang telah berhasil sehingga materi penyuluhan ini diharapkan dapat menjawab sebagian besar pertanyaan dan kesulitan yang dihadapi pembudidaya di lapangan.

C. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang budidaya kepiting bakau yang meliputi tentang gambaran umum kepiting bakau, teknik pembenihan, serta budidaya kepiting bakau.

Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan mampu melakukan:

(9)

2

2. Teknik pembenihan kepiting bakau meliputi menentukan lokasi dan wadah pembenihan, prasarana dan tata letak unit pembenihan, pematangan gonad induk, pemeliharaan induk, pemijahan, pemeliharaan larva, serta pencegahan dan penanggulangan hama penyakit.

3. teknik budidaya kepiting bakau, meliputi menentukan lokasi dan wadah budidaya, prasarana dan tata letak budidaya, melakukan pembesaran dari benih sampai ukuran konsumsi, penggemukan kepiting, memproduksi kepiting cangkang lunak, dan memproduksi kepiting bertelur

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

MATERI POKOK I Gambaran umum A. Mengenal Kepiting Bakau. B. Habitat dan penyebaran.

C. Daur hidup dan perkembangbiakan.

MATERI POKOK 2 TEHNIK PEMBENIHAN KEPITING BAKAU A. Tempat dan wadah pemeliharaan

1. Lokasi

2. Prasarana, Tatak Letak dan Desain bangunan 2.1. Prasarana

2.2. Tata Letak dan desain bangunan

(10)

3 G. Pengelolaan Kualitas Air

H. Pengendalian Penyakit 1. Penggunaan Obat 2. Penggunaan Antibiotik

MATERI POKOK 3 BUDIDAYA KEPITING BAKAU

A. Lokasi Budidaya Kepiting B. Benih kepiting

C. Tehnik Budidaya Kepiting. 1. Wadah.

1.1. Kotak dari bambu. 1.2. Kotak plastik.

1.3. Kotak dari jaring (Jaring apung) 1.4. Kotak berpagar tanpa caren.

1.5. Pagar dari jaring dengan pintu air. 2. Metoda Pemeliharaan Kepiting 2.1. Pembesaran Benih

2.1.1. Tempat Pemeliharaan 2.1.2. Pakan

2.1.3. Pemanenan

2.1.4. Mengikat Kepiting 2.2. Penggemukan Kepiting

(11)

4

MATERI POKOK I

Gambaran umum

Budidaya Perikanan didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Definisi lain mengatakan bahwa budidaya adalah upaya-upaya manusia untuk meningkatkan produktifitas perairan.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan dalam arti luas di seluruh Indonesia,dan meningkatkan eksport, Menteri Perikanan dan Kelautan (2010) telah memaklumkan bahwa produksi perikanan dari penangkapan dilaut dan perairan umum telah mencapai tahap maksimum , sehingga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri maupun untuk meningkatkan eksport hasil perikanan, telah diamanatkan untuk meningkatkan produksi perikanan dari kegiatan budidaya menjadi berlipat 350% pada tahun 2015. Untuk itu telah menjadi tekat seluruh jajaran Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk melakukan berbagai program yang mengarah kepada peningkatan produktifitas budidaya Perikanan meliputi peningkatan /inovasi tehnologi budidaya itu sendiri maupun melakukan deversifikasi jenis biota yang di budidayakan.

Kepiting Bakau (Scyla serrata) adalah salah satu jenis biota yang sumberdaya alamiahnya sebenarnya sangat luas mengingat habitatnya meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah estuaria. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17 000 pulau itu, mempunyai panjang pantai 81 000. Km , semua merupakan wilayah estuaria , dengan hutan bakau yang luasnya 4,2 juta ha. tersebar di seluruh kepulauan Nusantara . Hutan bakau merupakan habitat asli dari kepiting bakau. Sementara itu kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kepiting bakau yang tertangkap berupa kepiting yang ukurannya masih kecil2 yaitu rata-rata dengan lebar karapas kurang dari 10 cm dengan berat kurang dari 100 gram. Sangat disayangkan, sebab bila kepiting ukuran tersebut di pelihara (di budidayakan) hanya selama 3-4 minggu saja, dengan diberi pakan berupa ikan rucah , limbah buangan dari pemotongan hewan ,atau limbah sisa makanan dari restoran , yang tentu merupakan bahan yang tidak ada nilainya, maka kepiting tsb . sudah dapat dijual dengan harga mahal karena telah menjadi lebih gemuk bahkan sudah mengandung telur atau sedang bercangkang lunak.

(12)

5

Gambar : 1. Bentuk morfologi Kepiting Bakau.

A B Gambar: 2. Kepiting Bakau A. Jantan; B. Betina.

Bila kita hendak mengembangkan budidaya kepiting secara lebih intensif, tentu diperlukan ketersediaan benih. Sementara ini , kepiting berukuran kecil yang dijadikan benih, berasal dari penangkapan di alam sehingga jumlah dan mutunya tidak dapat diandalkan.

Mempertimbangkan kenyataan yang diuraikan diatas, maka perlu kiranya disiapkan Materi Penyuluhan untuk sebagai bahan bimbingan kepada para pelaku budidaya yaitu para nelayan , petani tambak dan para pengusaha bidang budidaya perikanan agar mereka dapat mempunyai keahlian dan keterampilan untuk membudidayakan kepiting bakau .

Budidaya kepiting itu haruslah dimulai dari

(13)

6

(B) Mempraktekkan tehnik budidaya kepiting bakau, walaupun sementara ini menggunakan benih berupa hasil tangkapan kepiting dari alam yang ukurannya masih kecil-kecil, dengan menerapkan tehnik pemeliharaan kepiting yang sudah dikenal masyarakat waktu ini,ialah

1) Pembesaran benih menjadi kepiting ukuran konsumsi. 2) Penggemukan ,

3) Produksi kepiting cangkang lunak 4) Produksi kepiting bertelur ,

A. Mengenal Kepiting Bakau

Di Indonesia dikenal ada 2 macam kepiting sebagai komoditi perikanan yang diperdagangkan/komersial ialah kepiting bakau atau kepiting lumpur; dalam perdagangan internasional dikenal sebagai “Mud Crab” dan bahasa Latinnya Scyla

serrata dan ada juga kepiting laut atau rajungan yang nama internasionalnya

“Swimming Crab” dengan nama Latin: Portunus pelagicus. Kedua macam kepiting tsb nilai ekonominya sama , dan keduanya diperoleh dari penangkapan dialam.

Dalam buku ini khusus di uraikan dan dibahas tentang spesies Kepiting Bakau

(Scylla serrata ) saja.

Kepiting bakau ditangkap dari perairan estuaria yaitu muara sungai , saluran dan petak2 tambak , diwilayah hutan bakau dimana binatang ini hidup dan berkembangbiak secara liar. Kepiting bakau lebih suka hidup diperairan yang relative dangkal dengan dasar berlumpur, karena itu disebut juga Kepiting Lumpur (Mud Crab).

Sedangkan rajungan , ditangkap oleh nelayan dilaut dekat pantai sampai sejauh 1-2 mil dari pantai, karena rajungan hidup pelagis (di badan air laut). Namun demikian Kepiting Bakau juga dapat tertangkap di laut dekat pantai, karena kepitng bakau yang hendak kawin dan bertelur, juga berpindah di wilayah laut dekat pantai.

Bentuk (habitus) kepiting bakau disajikan pada gambar:1 dibawah ini. Terlihat bentuk badannya yang didominasi oleh tutup punggung (karapas ) yang berkulit chitin yang tebal.

Seluruh organ tubuh yang penting tersembunyi dibawah karapas itu. Anggota badannya berpangkal pada bagian dada (cephalus) tampak mencuat keluar di kiri dan kanan karapas, yaitu 5 pasang kaki jalan.

(14)

7

Pada kepiting jantan , bentuk abdomen itu segitiga meruncing, terbentuk dari deretan beberapa ruas (gambar : 2). Sedangkan kepiting betina bentuk abdomen seperti segitiga juga tetapi lebar, dibawahnya terdapat bulu-bulu (umbai-umbai) dimana telur-telurnya melekat ketika dierami.

Di habitat seperti itu kepiting bakau hidup dan berkembang biak.

Dilaut dekat pantai, seringkali nelayan dapat menangkap kepiting bakau yang sudah dewasa dan mengandung telur. Agaknya kepiting bakau menyukai laut sebagai tempat melakukan perkawinan , namun kepiting bakau banyak dijumpai berkembangbiak didaerah pertambakan dan hutan bakau yang berair tak terlalu dangkal ( lebih dari 0,5 m).

Habitat hutan bakau itulah habitat utama bagi kepiting untuk tumbuh dan berkembang, karena memang subur dihuni oleh organisme kecil yang menjadi makanan dari kepiting bakau itu. Jadi cocok sebagai “ breeding gound” ( tempat memijah) dan “nursery ground”(tempat anak-anak kepiting berkembang/tumbuh) .

Kepiting bakau mempunyai daerah penyebaran geografis yang sangat luas , yaitu pantai wilayah Indo Pasific barat, dari pantai barat Afrika Selatan, Madagaskar, India, Sri Langka, Seluruh Asia Tenggara sampai kepulauan Hawaii; Di sebelah utara : dari Jepang bagian selatan sampai pantai utara Australia. Dan di pantai barat Amerika bagian selatan. (Moosa et al., 1985 dalam Mardjono et al., 1994).

C. Daur hidup dan perkembangbiakan.

(15)

8

Gambar: 3 - Kepiting berpasangan ( foto: Aldrianto, 1994)

1. Daur Hidup

Kepiting betina yang sudah kawin dan memijah (melepaskan telur-telurnya), telur lalu dibuahi (fertilisasi oleh sperma yang sudah disimpan ketika perkawinan terjadi. Telur yang sudah terfertilisasi tidak dilepaskan kedalam air melainkan segera menempel pada rambut-rambut yang terdapat pada umbai-umbai di bagian bawah abdomen. Di Indonesia yang beriklim tropika telur itu “dierami” selama 20 - 23 hari sampai menetas tergantung tingginya suhu air. Seekor induk betina kepiting bakau yang beratnya 100 gram (lebar karapas 11 cm) menghasilkan telur 1 – 1,5 juta butir. Semakin besar /berat induk kepiting, semakin banyak telur yang dihasilkan.

Telur yang baru difertilisasi ( dibuahi) berwarna kuning –oranje . Semakin berkembang embrio dalam telur, warna telur akan berubah menjadi semakin gelap yaitu kelabu akhirnya coklat kehitaman ketika hampir menetas.

Induk yang mengerami telur biasa sedikit atau tidak makan sama sekali. Induk itu selalu menggerakkan kaki-kaki renangnya dan sering tampak berdiri tegak pada kaki dayungnya , agar telur-telur mendapat aliran air segar yang cukup oksigen.

Bila waktunya telur menetas, induk kepiting itu menggarukkan kaki-kaki jalan dan kaki dayungnya terus menerus dengan cepat , untuk memudahkan pelepasan larva yang segera menyebar kesekelilingnya. . Disini fungsi kaki-kaki jalan itu penting, jika jumlahnya tidak lengkap atau cacat, akan mengganggu proses penetasan tsb.

Hanya sebagian kecil saja telur yang tidak menetas dan akhirnya rontok tidak menetas. Proses penetasan telur lamanya 3-5 jam.

(16)

9

Setiap sub-stadia memerlukan waktu 3-4 hari untuk berubah menjadi sub-stadia selanjutnya. Sehingga tingkat Zoea seluruhnya memerlukan waktu 18-20 hari untuk menjadi stadia selanjutnya yaitu megalopa.

Zoea-1 warna tubuh transparan, panjang tubuhnya 1,15 mm, matanya tidak bertangkai.

Zoea-1 geraknya masih lamban, makanannya fitoplankton . dan zooplankton yang lamban geraknya yaitu Brachionus plicatilis.

Zoea-2 geraknya lebih gesit sejalan dengan semakin berkembangnya anggota tubuh baik dalam ukuran maupun jumlahnya.. Panjang tubuhnya 1,50 mm . Mata bertangkai.

Makananya masih berupa fitoplankton yang ukurannya lebih besar seperti

Tetraselmis chuii , Chaetoceros calcitran. Kedua jenis fitoplankton itu selain sebagai

pakan untuk Brachionus juga menyerap gas hasil metabolisme (metabolit) dari larva itu sendiri. Jadi sebagai pembersih air.

Sub-stadia Zoea-3 , ukurannya lebih besar 1,93 mm .Dapat memangsa nauplii Artemia. Beberapa organ tubuhnya disajikan pada Seekor Zoea-3 dapat memakan nauplii artemia sebanyak 30 ekor per-hari.

Sub-stadia Zoea-4 ,panjang tubuhnya 2,4 mm. Pada stadia ini telah terbentuk pleopoda (kaki renang) dan pereiopoda (kaki jalan). Tampak aktif berenang karena itu lebih aktif menangkap pakannya.

Sub-stadia Zoea-5 panjang tubuhnya 3,4 mm, lebih efektif menangkap mangsanya dan geraknya lebih gesit.

Stadia berikutnya ialah Megalopa . Ukuran tubuhnya semakin besar, sehingga tidak lagi diberi pakan nauplii artemia melainkan dapat memakan artemia instar-5 .

Panjang karapas 2,18 mm (termasuk duri rostral), lebar karapas 1,52 mm ; panjang abdomen 1,87 mm panjang tubuh total (termasuk duri rostral) 4,1 mm. Mempunyai pereopoda 5 pasang . Abdomen terdiri 7 segmen memanjang kebelakang.

Stadia berikutnya ialah Stadium Crab (kepiting muda). Bentuk dan anggota tubuhnya sudah seperti pada kepiting dewasa. Kebiasaannya cenderung di dasar perairan. Memakan makanan yang ada didasar atau yang tenggelam. Makanan yang diberikan berupa cacahan cumi-cumi, udang kecil dsb. Tetapi juga dapat memakan nauplii artemia yang planktonis. Biasanya juga diberi pakan buatan berupa mikro pellet yang kaya nutrisi, seperti yang biasa untuk larva udang.

Pada Gambar:4 disajikan daur hidup dari Kepiting Bakau khususnya masa larva sampai benih kepiting kecil (crablet).

(17)

10

sejak telur menetas sampai menjadi benih kepiting (crab-5) siap jual hanyalah 30 – 35 hari.

Gambar : 4 .- Daur Hidup Kepiting Bakau.

Latihan

1. Terangkan tentang tubuh kepiting dan bagian-bagiannya yang anda kenal untuk membedakan dengan jenis binatang lain.

2. Terangkan mengenai sifat habitat kepiting dan daerah penyebarannya.

3. Terangkan mengenai daur hidup kepiting, stadia-stadia nya dan sifat serta jenis makanannya.

Rangkuman

Kepiting Bakau atau kepiting Lumpur (Scylla serrata), tempat hidup alami (habitat) nya di wilayah pantai berair payau, terutama di wilayah hutan bakau yang berlumpur tebal, saluran dan tambak-tambak, sampai menjangkau laut dekat pantai.

Sedangkan wilayah penyebarannya terbentang dari pantai timur benua Afrika sampai pantai timur kepulauan Nusantara, dan terbentang dari wilayah Jepang selatan sampai bagian utara benua Australia.

Tubuh kepiting bakau terdiri dari ruas-ruas yang tertutup oleh kulit tebal cangkang) dari bahan khitin. Untuk memungkinkan pertumbuhannya, secara periodic kepiting berganti kulit (moulting) sebagaimana lazimnya pada binatang Kelas Krustasea dan Ordo Dekapoda yang berkaki 10 (5 pasang).

(18)

11

dibawah bagian cephalothorax. Pada jantan, abdomen berbentuk segi tiga runcing, yang betina berbentuk segitiga melebar.

Kepiting jantan dan betina dewasa pada ukuran berat 100 gram atau lebih. Jantannya lebih besar karena lebih cepat tumbuh disbanding yang betina. Bila kawin, kepiting jantang merangkul betina nya dari atas karapas, berlangsung 3-4 hari. Pada saat itu, betina berganti kulit. Dalam keadaan lukitnya masih lunak, terjadi kopulasi yaitu transfer spermatofora dari jantan kedalam kelamin betina. Sekali kawin, sperma yang disimpan didalam thelikum betina , cukup untuk membuahi telur-telur hinga 2 kali pemijahan.

Selesai kawin, mereka berpisah, betinanya akan mengalami perkembangan telur didalam gonada-nya. Setelah matang gonad, telur akan dikeluarkan dan dibuahi oleh sperma yang diperoleh sewaktu kawin. Sekali memijah, seekor kepiting betina bias menghasilkan 1 juta sampai 3 juta butir telur. Telur-telur yang telah dibuahi itu akan menempel dan nampak bertumpuk /bergumpal pada umbai-umbai (bulu-bulu kaki-kaki renang) dibawah andomen.

Telur yang baru keluar berwarna kuning –oranye, sejalan dengan perkembangan embrio , telur berubah warna menjadi kelabu , sampai coklat kehitaman menjelang menetas. Lama waktu pengeraman temur 10-12 hari . Ketika mengerami telur, induk betina selalu mengerakkan kaki-kaki renang , sehingga telur-telur memperoleh aliran air dengan kadar oksigen cukup tinggi yang sangat dibutuhkan oleh embrio yang sedang tumbuh

Telur menetas menjadi stadia Pre-zoea, yang dalam waktu hanya 30 menit berubah menjadi stadia Zoea yang hidup sebagai plankton di air.

Zoea ber metamorfosa menjadi berturut-turut Z-1, Z-2, Z-3 ,Z-4 dan Z-5. Setiap kali perubahan , zoea berganti kulit dan organ-organ tubuhnya semakin sempurna dan gerakannya semakin gesit serta ukuran tubuhnya bertambah besar. Zoea hanya berukuran 1,4 - 3,2 mm panjangnya. Megalopa panjang badannya 4 mm .

Sejak menetas telur menjadi megalopa lamanya 18 0- 20 hari pada suhu air 20-32oC. Kemudia Crabklet atau benih kepiting , berbentuk sudah seperti kepiting dewasa , panjangnya hanya 2 cm. Benih kecil ini cenderung hidup dan makan di dasar perairan.

Kemudian pada umur 50 hari setelah telur menetas ukuran benih kecil itu hanya 2,3 cm. Ukurannya dianggap cukup besar setelah umur 70 hari sejak menetas atau di sebut crablet instar 40. yaitu 21 mm. Ini sudah dapat mulai di deder di kolam yang subur dengan pakan alaminya. Dari stadium Z-1 sampai menjadi crablet-1 lamanya 30-40 hari .

(19)

12

Makanan Megalopa berupa Artemia yang ditetaskan umur 3 hari . Sedangkan Benih kecil (crablet diberi pakan Artemia tetasan umur 3 hari dan cacahan cumi-cumi, kerang atau udang-udang kecil.

Umpan balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban saudara dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian belakang modul ini, hitung jawaban saudara yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi

Apabila tingkat pemahaman saudara memahami materi yang sudah dipelajari mencapai:

91% s/d 100% : Amat Baik

81% s/d 90% : Baik

71% s/d 80,99% : Cukup

61% s/d 70,99% : Kurang

Bila tingkat pemahaman saudara belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka disarankan mengulangi materi.

(20)

13

MATERI POKOK 2

TEHNIK PEMBENIHAN KEPITING BAKAU

Tehnik Pembenihan kepiting bakau telah berhasil di coba kan pada tahun 1992 -1994 di Balai Budidaya Air Payau Jepara dan di Balai Besar Budidaya Pantai, Gondol, Bali. Namun demikian sampai sekarang tehnologi pembenihan komoditi yang sebenarnya mendapat pasaran cukup besar dan menjanjikan di luar negeri ini, masih belum mendapat tanggapan dari para pengusaha swasta, sehingga belum dikembangkan.

Kendala yang dihadapi pada waktu itu , sudah diidentifikasi dan masih perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Kendala termaksud ialah a.l . derajat kehidupan (sintasan) larva menjadi megalopa masih rendah yaitu 3-5 % walaupun derajat penetasan telurnya tinggi, sedangkan seekor induk kepiting yang beratnya 100 gram dapat menghasilkan telur 1-1,5 juta butir. Penyebab dari mortalitas yang besar ini disebabkan a.l. oleh sifat kanibalisme (memakan sesamanya) . Sebenarnya sintasan yang rendah ini biasa terjadi pada pemeliharaan larva hewan- hewan air seperti udang windu, udang galah, vannamei, ikan kerapu , ikan kakap , dsb. namun demikian setelah berjalan beberapa waktu , ternyata kendala tehnis itu dapat diatasi , karena faktor manusia yaitu para pelaksana/tehnisi telah semakin terampil dan menguasai keadaan

A. Tempat dan wadah pemeliharaan 1. Lokasi

Panti Pembenihan Kepiting Bakau harus berlokasi di dekat pantai karena memerlukan air sebagai media kehidupan larva ialah air payau dengan kadar garam 25-35 ppt.; pH 7,5 – 8,5. Perlu adanya sumber air tawar yang jernih dan kuntitasnya mencukupi.Kegunaan air tawar ini untuk memcuci bak dan peralatan, untuk keperluan para pekerja sehari-hari .dan untuk mengencerkan kadar garam pada air media pemeliharaan itu sendiri bila diperlukan.

Persyaratan lain seperti, bebas pencemaran , mudah dijangkau oleh akses komunikasi (jalan ) dan fasilitas yang mudah dan murah (listrik, tenaga kerja).

(21)

14

Memungkinkan untuk berproduksi sepanjang tahun ( minimal 8 bulan/tahun) .Bebas bencana alam dan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah, sehingga tidak tumpang tindih dengan peruntukan pembangunan lainnya. Bebas dari gangguan keamanan pada umumnya Persyaratan tsb adalah lazim dibutuhkan oleh sesuatu Panti Pembenihan berbagai komoditas akuatik maupun bukan .

2. Prasarana, Tatak Letak dan Desain bangunan 2.1. Prasarana

Panti Pembenihan Kepiting Bakau memerlukan prasarana yang umum pada panti panti pembenihan udang terperinci sbb.:

a. Fasilitas pengadaaan air laut dan air tawar : berupa bangunan dan bak-bak untuk penyaringan air dilengkapi dengan system filter, system airasi.

b. Fasilitas bak-bak dibuat dari beton dan/atau fiber glass sesuai dengan kapasitasnya, untuk keperluan pemeliharaan calon induk, pematangan gonad, perkawinan; bak-bak penetasan telur (untuk induk yang mengerami), bak pemeliharaan larva ,megalopa dan crablets), bak kultur fitoplankton, zooplankton dan penetasan Artemia.

c. Bangunan pendukung : Bangsal tempat panen dan packing, laboratorium pemeriksaan kualitas air dan penyakit, persiapan pakan tambahan, gudang penyimpanan bahan kimia, obat-obat, dsb.

d. Bangunan pelengkap : kantor manajemen dan administrasi, asrama tehnisi, dapur, garasi, ruang pengepakan hasil, dsb.

e. Peralatan penting : seperti pompa- pompa penyedot/ celup untuk air laut dan air tawar, sesuai dengan kebutuhan, blower, unit mesin pembangkit listrik (Gen set), refrigerator, kendaraan roda-4 dan roda-2. telepon , computer, dsb.

2.2. Tata Letak dan desain bangunan

Tata letak dan desain bangunan diatur untuk memudahkan dan efisiensi pekerjaan. Bak-2 pemeliharaan harus dalam ruangan (indoor), memungkinkan pengaturan cahaya (matahari atau listrik) menurut kebutuhan, dilengkapi dengan fasilitas desinfeksi/ pencucian, karantina, dsb.

Panti Pembenihan untuk Kepiting bakau ini dapat menggunakan Panti pembenihan yang biasanya untuk pembenihan udang windu atau vannamei.

B. Pematangan Gonad Induk Kepiting Bakau. 1. Calon Induk

(22)

15

atau perairan hutan bakau di sepanjang pantai. Dapat juga calon induk di dapat dari penangkapan nelayan di laut. Kepiting yang dijadikan calon induk untuk pembenihan harus diseleksi yang telah dewasa yaitu yang ukuran karapasnya lebar tidak kurang dari 10 cm dan berat tak kurang dari 100 gram untuk yang betina; yang jantan berat minimum 120 gram dan panjang karapas 12 cm atau lebih. Ini disebabkan karena kepiting jantan tumbuh lebih cepat walaupun umurnya sama dengan yang betina.

Kepiting betina, abdomennya berbentuk segitiga yang lebar melipat dibawah (ventral) dari dadanya. Yang jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit, juga melipat di bagian ventral dada. ( Gambar: 2).

Betina yang tertangkap di laut kebanyakan yang sudah dewasa dan menjelang perkawinan. Kesehatan calon induk harus diperhatikan yaitu dipilih yang kulitnya bersih tidak ada organisme penempel (fouling) . Anggota tubuh (kaki jalan, kaki renang, dll) lengkap dan tidak cacat. Kelengkapan anggota tubuh ini penting dan berperan dalam keberhasilan pemijahan dan penetasan telurnya.

Agar produksi benihnya bagus dan telurnya banyak, kepiting betina dipilih yang berat badannya 200 gram atau lebih , panjang karapas 8 cm dan lebar karapas 11-12 cm. Ca;on induk jantan berat 300 gram , panjang dan lebar karapas 8 dan 11 cm. Perbedaan ukuran jantan dan betina ini disebabkan kepiting jantan lebih cepat tumbuh disbanding yang betina.

Dalam proses pematangan gonad , calon induk kepiting dipelihara didalam bak dengan kepadatan 5 ekor/M2 , dengan perbandingan jantan : betina 2 : 3.

Calon induk sebelum dimasukkan kedalam bak pemeliharaan induk perlu di adabtasi lebih dahulu didalam bak penampungan selama 3 hari. Adaptasi ini perlu untuk penyegaran kondisi calon induk karena pengangkutan. Kepiting yang pada umumnya dilakukan dengan system kering (lembab) . metoda penagangkutan kepiting hidup dengan system kering ini dimungkinkan bila jarak angkut cukup dekat : 1-3 jam perjalanan.

2. Pematangan gonad

Kepiting betina agak sukar mencapai kematangan gonad terutama diluar musim pemijahan alami. Untuk mempercepat kematangan gonad, dilakukan tehnik ablasi tangkai mata seperti dilakukan terhadap induk udang. (Mardjono dkk., 1992) .

Prinsip ablasi mata ialah dengan memanfaatkan system hormonal yang terjadi pada binatang kelas Krustasea pada umumnya, yang diungkapkan oleh Adiyodi dan Adiyodi, 1970 dalam Nurjana dkk. 1985; Mardjono dkk.1992) .

(23)

16

Inhibiting Hormone “ (GIH) . GIH sebelum dilepas kedalam sirkulasi tubuh , di tampung lebih dahulu didalam Sinus Gland yang juga terletak pada tangkai mata . Fungsi dari GIH secara langsung menghambat perkembangan kelenjar hormone sex jantan (androgenic hormone) atau Ovarium pada binatang betina ; sehingga sperma pada jantan dan /atau sel telur pada betina terhambat perkembangannya. Dapat pula GIH mempengaruhi perkembangan gonada secara tidak langsung yakni dengan menghambat aktifitas Y-organ. Y-organ ialah kelenjar yang terletak pada pusat syaraf pada kepala dan juga pada thorax ; Y –organ menghasilkan hormone GSH (Gonade Stimulating Hormone) yang fungsinya mendorong perkembangan gonad yaitu merangsang pembentukan sperma pada individu jantan dan pembentukan sel telur pada individu betina.

Dengan demikian jika X Organ dihilangkan dengan cara pemotongan tangkai mata maka GIH tidak terbentuk, berarti tidak ada yang menghambat perkembangan telur dan sperma, berarti telur dan sperma akan cepat terbentuk .

Akibat lain yang terjadi ialah Y organ bebas menghasilkan GSH sehingga ada rangsangan untuk pematangan gonad menjadi kuat atau dipercepat. .

Fungsi lain dari Y organ ialah berperan pada tingkah laku birahi , mengendalikan proses penyerapan air, proses ganti kulit dan pembentukan zat warna.

Ablasi (pembuangan) tangkai mata (tentu termasuk juga menghilangkan bola mata) hanya pada individu betina , karena individu jantan organ sex-nya mudah dapat berkembang cepat dan sempurna secara alamiah , walaupun dipelihara didalam bak.

Uji coba telah dilakukan di Balai Budidaya Air Payau Jepara (Mardjono dkk.1992) mengungkapkan bahwa walaupun kepiting betina dapat matang gonad di tambak namun laju perkembangan gonadnya lambat bila dipelihara di dalam bak. Apabila dilakukan ablasi mata, maka individu betina tersebut lebih cepat mengalami pematangan gonad disusul dengan proses perkawinan dan kehamilan (pengeraman telur) , walaupun diluar musim kawin yang alamiah.

Musim pematangan gonad dan perkawinan kepiting bakau terjadi pada musim hujan ialah pada bulan November sampai Februari . selain bulan-bulan tsb. kepiting dapat matang gonad apabila di ablasi mata. Namun demikian diketahui juga bahwa kepiting dapat bertelur di berbagai bulan sepanjang tahun dibeberapa daerah, bilamana kondisi alam cukup menimbulkan perangsang.

(24)

17

banyak cairan tubuh sehingga kepiting dapat mati ; sedangkan kecacatan dan tidak lengkapnya anggota badan akan berakibat terganggunya proses perkawinan, kehamilan dan penetasan telur, sehingga jumlah larva akan sedikit yang menetas.

Gambar:5– Diagram system hormon dalam proses reproduksi Kepiting (Dekapoda) , menurut Adiyodi & Adiyodi, 1970.

C. Bak Pemeliharaan

Agar memperoleh hasil yang baik dalam prose pematangan gonad induk kepiting diperlukan bak konstruksi semen ukuran 3 x 4 x 1 m (12 m3). Bentuk bak dapat dibuat persegi ataupun oval, dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pembuangan air berbentuk pipa goyang yang mudah dioperasikan untuk mengatur ketinggian air maupun untuk pengeringan.

Sebaiknya disediakan minimal 2 buah bak untuk pematangan gonad , bak2 itu terletak berdekatan agar memudahkan dalam pengoperasian , karena kepiting yang telah matang gonad perlu segera diseleksi dan dipindahkan kedalam bak terpisah.

Intensitas cahaya yang mengenai bak-bak itu harus diperlemah dengan cara memberikan tutup dari bahan yang masih dapat ditembus sinar matahari tetapi intensitasnya kurang. Juga atap berfungsi agar bak tidak kena curahan air hujan secara langsung.

(25)

18

Bak perlu dilengkapi dengan aerasi , 1 batu aerasi setiap 2 m2. Aerasi dipasang setinggi 5 cm diatas lapisan lumpur dasar, agar lumpur tidak teraduk oleh proses airasi itu. Kadar oksigen dalam air diupayakan 6-7 ppm. Batu-batu airasi perlu dibersihkan secara periodic untuk menjaga kestabilan gelembung udara.

D. Pemeliharaan Induk 1. Media pemeliharaan

Air media pemeliharaan dengan kadar garam 30-32 ppt yang sebelumnya disaring lebih dahulu dengan saringan pasir (sand filter) sebagaimana lazimnya pada hatchery untuk udang. pH air berkisar 7,5 -8,5 . DO 5-7 ppt.

Dasar bak pemeliharaan induk kepiting perlu diberikan lapisan lumpur yang sebelumnya sudah di bersihkan dan disterilkan dengan cara di rebus sampai mendidih , lalu didinginkan. Percobaan yang telah dilakukan membuktikan bahwa, induk kepiting yang dipelihara di bak yang tanpa substrat berupa dasar lumpur, hasil perkembangan telurnya kurang baik, sedikit dan daya tetas kurang. (Rusdi dkk.,1998).

2. Pakan

Pakan untuk calon induk dan induk kepiting ialah cacahan daging ikan, cumi yang masih segar. Pengalaman di BBAP Jepara menunjukkan bahwa cumi-cumi harus diutamakan, karena baik untuk merangsang perkembangan gonad bagi binatang krustasea : udang ,kepiting. (Mardjono dkk,1992). Banyaknya pakan 5-10% berat biomassa perhari. Pakan sejumlah itu diberikan dua kali per-hari , jam 8.00 pagi dan jam 17. 00 sore. Sebelum pakan diberikan, dasar bak dibersihkan dengan cara menyipon untuk menyedot pakan yang ang masih tersisa. Bila pakan yang tersisa banyak, maka pemberian pakan berikutnya harus dikurangi. Sebaliknya bila pakan tidak bersisa , pakan yang diberikan harus ditambah.

Pembersihan bak hanya dilakukan pada pagi hari saja, kecuali bila terjadi hal yang buruk, misalnya ada gejala pembusukan dengan terlihatnya banyak busa dipermukaan air, atau air berbau busuk.

(26)

19 3. Ablasi mata

Ablasi mata dilakukan setelah calon induk dipelihara 3-5 hari didalam bak, setelah induk-induk itu terlihat sehat , gesit dan nafsu makannya baik.

Calon induk betina yang hendak di ablasi dipilih yang berkulit keras dan sehat. Pelaksana ablasi kepiting harus dilakukan oleh tehnisi yang terampil memegang kepiting agar tidak meronta. Pemotongan mata berikut tangkainya dilakukan dengan gunting yang tajam dan dipanaskan lebih dahulu , sehingga luka bekas terpotong segera kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan.

Selesai ablasi uni-lateral (sat mata), kepiting direndam di dalam ember berisi larutan PK 5 ppm selama 15 menit, untuk mencegah infeksi. Setelah itu kepiting dipindahkan kedalam bak pemeliharaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, dimana kepiting betina pasca ablasi itu di pelihara bersama dengan kepiting jantan, dengan perbandingan jantan : betina 2:3. 3-5 hari pasca ablasi biasanya sudah ada betina yang siap untuk perkawinan.

4. Proses Perkawinan

Kepiting Bakau melakukan perkawinan di perairan estuaria (Arriola,1940 dalam Mardjono dkk. 1994). Perkawinan terjadi biasanya saat suhu air naik. Menjelang perkawinannya, kepiting betina mengeluarkan cairan kimiawi perangsang yaitu

pheromone kedalam air yang akan menarik perhatian kepiting jantan. Selanjutnya

kepiting jantan yang berhasil menemui kepiting betina sumber pheromone itu, lalu naik ke atas karapas kepiting betina yang sedang dalam kondisi pra lepas cangkang (premolt). Kepiting jantan tsb. membantu proses ganti kulit kepiting betina tsb. Selama kepiting betina mengalami proses ganti kulit, kepiting jantan akan melindungi nya selama kurang lebih 2-4 hari sampai cangkang terlepas dari tubuh kepiting betina . Kondisi seperti itu disebut “doubler formation” atau “ premating embrace”.

Setelah cangkang terlepas dari tubuh kepiting betina, tubuh betina dibalikkan oleh yang jantan sehingga sekarang pada posisi berhadapan untuk terjadinya kopulasi. Semetara itu cangkang betina masih dalam keadaan lunak. “Spermatofora” dari kepiting jantan akan disimpan didalam “spermateka” kepiting betina. Menurut

Fielder dan Heasman,1978 dalam Mardjono dkk., 1991). Perkawinan kepiting ini dapat terjadi di waktu siang maupun malam hari.

(27)

20

mengeluarkan 1-8 juta butir telur , tergantung dari berat badan induk betina. , namun biasanya yang berhasil menempel pada umbai-umbai hanya 1/3 nya.

5. Perkembangan Telur Dalam Ovarium

Pada kepiting bakau, telur berkembang menuju pematangan untuk siap dibuahi, setelah terjadi kopulasi (perkawinan). Jantan dan betina melepaskan diri , dan cangkang induk betina menjadi keras kembali.

6. Pengamatan Kematangan Telur

Mulai sepuluh hari setelah di ablasi mata dan selanjutnya pengamatan dilakukan berselang 3 hari kemudian., dilakukan pengamatan tingkat perkembangan gonad. Berbeda dengan udang, kepiting bercangkang sangat tebal sehingga pengamatan gonad hanya dapat dilakukan melalui bagian belakang karapas tempat bersambungan dengan abdomen. B again ini tampak menggembung bila telur kepiting berkembang penuh. Dan berwarna kemerahan cerah. Fielder dan heasman (1978) dalam Mardjono (1994) membuat tingkat perkembangan telur kepiting bakau menjadi 4 tingkatan , sbb. :

Tingkat I: belum matang (immature), yaitu belum ada tanda-tanda perkembangan telur pada induk betina .

Tingkat II: Sedang dalam proses pematangan (maturing) perkembangan telur sudah mulai terlihat penuh, berwarna kuning, namun belum tampak menonjol penuh.

Tingkat III: Matang (ripe). Telur kepiting telah dibuah dan dikeluarkan serta menempel pada umbai-umbai dibawah abdomen. Saat baru ditempelkan ,telur berwarna kuning muda. Selanjutnya embrio makin berkembang didalam telur dan warna telur berubah menjadi kelabu, coklat kehitaman , bila hamper menetas. Lama pengeraman (inkubasi) telur 14-20 hari.

Tingkat IV: Salin (spent). Seluruh telur telah menetas. Ruang dibawah abdomen terlihat kosong.

(28)

21 7. Pengeraman dan Penetasan

Induk yang sedang mengerami telur, mengipaskan kaki renangnya secara teratur , sehingga telur-telur itu memperoleh air segar yang banyak mengandung oksigen. Pada masa pengeraman tsb. induk berenang-renang dengan kaki renangnya yang terus=menerus bergerak dan sering berdiri pada kaki jalan. Sehingga telur-telur terus menerus memperoleh air segar dan banyak oksigen . Hal ini penting untuk perkembangan embrio. Masa telur yang semakin tua, warnanya berubah warna menjadi kelabu kemudian coklat kehitaman.

Masa pengeraman banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pada lingkungan dengan kadar garam 30-33 ppt dan suhu berkisar antara 26-30 oC pengeraman dapat berlangsung baik dan perkembangan telur normal.

Induk yang di ablasi proses pematangan telur berlangsung sedikit lebih cepat dan didapatkan jumlah induk matang telur lebih banyak . (Mardjono dkk.,1994).

Bak untuk pengeraman dapat digunakan bak berukuran 2 x 2 x 0,5 m , terbuat dari semen atau fiber glass. Sebagai media pemeliharaan digunakan air laut dengan kadar garam minimal 28 ppt suhu 28oC.

Untuk mengurangi kecerahan cahaya matahari, bak perlu ditutup dengan anyaman bambu (gedeg) atau plastic yang tidak terlalu gelap. Kepadatan kepiting dalam bak pengeraman 1 ekor/m2 .

Selama proses pengeraman induk tidak diberi pakan. Penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 75%. Aerasi dipasang 1 batu aerasi/m2 dengan tekanan aerator diatur agar tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah.

Gambar : 6- Mengeram telur pada umbai-umbai

E. Penetasan Telur

(29)

22

Pada masa penetasan ini pre-zoea disebarkan kedalam air secara terus menrus selama 3 – 5 jam. Seekor induk kepiting dengan berat 100 gram (lebar karapas 11 cm) dapat menghasilkan telur sebanyak 1 – 1,5 juta butir. Pada proses penetasan itu, kaki dayungnya dikipas-kipaskan dan kaki-kaki jalan induk di garuk-garukkan kepada umbai-umbai segingga telur lepas secara bertahap. Disinilah fungsi kai-kaki jalan sehingga kelengkapan anggota badan induk sangat berperan dalam kesempurnaan proses reproduksi sajak perkawinan sampai penetasan telurnya. Akhirnya hanya sebagian kecil dari telur yang akhirnya rontok gagal menetas.

Induk kepiting yang telah melepaskan larva yang baru menetas itu, segera dipindahkan kedalam bak pemeliharaan induk dan dirawat guna memulihkan kondisi induk . Masa pemulihan ini akan berlangsung selama 4 – 7 hari . setelah itu induk dikembalikan kedalam bak perkawinan bersama kepiting jantan.

F. Pemeliharaan Larva 1. Bak Pemeliharaan Larva

Bak untuk pemeliharaan larva kepiting dapat berbentuk bulat, oval ataupun segi empat.

Ataupun bentuk-bentuk lain. Pada dasarnya bak yang biasa untuk memlihara larva udang dapat juga untuk memelihara larva kepiting. Yang terpenting ialah bahwa bak tidak boleh mempunyai sudut tajam sehingga merupakan “sudut mati “dimana akan terkumpul kotoran disitu. Bahkan larva itu sendiri akan terjebak pada sudut itu.

Dasr bak harus di disain agar cukup miring supaaya dapat dengan tuntas dikeringkan. Pembuangan air berupa “pipa goyang “ atau “system sifon” agar pembuangan air mudah dan tuntas.

Volume bak sebaiknya tidak terlalu besar, cukup 5 – 10 m3 dengan kedalaman bak 1 m.Sehingga diisi air dengan kedalaman maksimum 80 cm. Ukuran ini akan memudahkan dalam pengelolaan , seperti penggantian air; sedangkan larva yang dipelihara sebaiknya dapat terdiri dari larva yang seumur (hari menetasnya bersamaan ) walaupun dari induk yang berbeda. Hal ini penting untuk mengurangi kemungkinan perbedaan laju pertumbuhan sehingga akan cenderung kanibal.

2. Media Pemeliharaan

Media pemeliharaan larva digunakan air yang diambil langsung dari laut yang jernih, yang disaring dengan saringan pasir, disusul dengan penyinaran sinar ultra violet atau perlakuan dengan klorine 50 ppm untuk sterilisasi dari bacteria dan lain lain organisme renik yang mungkindapat menimbulkan pengakit pada larva kepiting.

(30)

23

dengan jarah antar batu aerasi 0,5 m, yang digantung dengan bantuan tali membentuk segi empat dimana setiap sudutnya digantungkan batu aerasi, sebagaimana lazimnya pada bak pemeliharaan larva udang. Kekuatan aerasi diatur agar tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah. Fungsi dari aerasi itu selain untuk menambah kelarutan oksigen dalam air, juga untuk menggerakkan pakan larva agar selalu dalam kondisi melayang diair agar tidak mudah tenggelam didasar.

3. Penebaran

Larva yang baru menetas , diperoleh dari bak penetasan dinama induk yang mengeram di pelihara secara terpisah. Setelah pre-zoea berubah menjadi zoea -1 , saatnya untuk dipindahkan ke bak pemeliharaan larva.

Pemindahan larva dilakukan pada pagi atau sore hari. Lrva dikumpulkan dengan menggunakan gayung atau “cimplung” agar larva terambil bersama massa airnya. Selanjutnya ditampung di dalam ember sambil diaerasi lambat. Bila sudah terkumpul dalam jumlah cukup banyak, larva di pindah dalam waskom , lalu diapungkan dipermukaan air bak larva untuk 30 menit lamanya , sambil sedikit demi sedikit air dari bak yang akan ditebari itu dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam waskom agar teraklimatisasi. Akhirnya waskom dimiringkan sehingga larva dapat keluar sendiri menyebar kedalam air bak pemeliharaan larva itu.

Kepadatan larva didalam bak pemeliharaan 75-100 ekor /liter. Jadi satu bak larva yang volume airnya 4000 liter (4 m3) dapat ditebari 400 000 ekor Zoea-1 Larva sejumlah itu berasal dari seekor induk kepiting saja. Bahkan dari seekor induk , larvanya dapat ditebar kedalam bak yang volume airnya 8 m3.

Larva kepiting sangat bersifat kanibal. Karena itu kepadatan sangat mempengaruhi tingkat sintasannya, apalagi kalau pakan nya tidak mencukupi. Pakan yang kurang menyebabkan perkembangan larva tidak sehat, sehingga banyak mati , selain kanibalisme. Sewbvaliknya bila pakan berlebihan, akan menyebabkan mutu air memburuk, menyebabkan banyak kematian juga pada larva.

4. Pengelolaan Pakan

(31)

24 4.1. Pakan Alami

Dalam pemeliharaan larva kepiting diberi pakan berupa pakan alami dari berbagai organisme plankton hewani (zooplankton) dan fitoplankton yang ukurannya sesuai dengan stadia Zoea.

Pakan untuk Zoea – 1 sampai Zoea-3. berupa zooplankton Brachionus sp dan fitoplankton jenis Chaetoceros sp. yang dihasilkan dari kultur di laboratorium.

Pakan untuk Zoea- 4 dan Zoea -5 dan Megalopa berupa nauplii Artemia yang ditetaskan dari kista Artemia dan fitoplankton Chaetoceros sp. dan ditembah

Tetraselmis sp.. Kegunaan dari fitoplankton itu walaupun mungkin secara langsung

tidak dimakan oleh larva kepiting, tetapi berguna sebagai penyeimbang lingkungan dalam air karena fitoplankton itu dalam proses fotosintesisnya dapat menyerap zat-zat hara yang beracun bagi larva kepiting yang dipelihara.

Dosis Brachionus , Chaetoceros yang diberikan kira-kira 10 liter ( satu ember) kultur yang sudah disaring sehingga padat untuk bak volume 1 M3. Demikian juga Tetraselmis sp. juga sebanyak 10 liter kultur yang sudah disaring.

Sedangkan untuk Zoea-4, Zoea-5 dan Megalopa dosis nauplii Artemia diperkirakan 2 gram kista ditetaskan untuk diberikan kepada setiap 100 000 larva kepiting. Jadi jika kita memelihara seluruhnya 5 juta larva kepiting , maka setiap hari perlu di tetaskan kista artemia sebanyak 10 gram.

Tetasan nauplii artemia tsb. diberikan pada pagi hari, setelah dilakukan pembersihan bak dengan sipon dan air bak dig anti 1/3 volume dengan air yang segar.

4.2. Pakan Buatan

Dalam pemeliharaan larva kepiting selain pakan alami juga diberi pakan buatan. Pakan buatan mengacu kepada jenis pakan yang diberikan kepada larva udang windu. Tujuan pemberian pakan buatan ini untuk melengkapi zat nutrisi yang kemungkinan tidak terdapat pada pakan alami.

Untuk stadium Zoea-3, dosis pakan 0,6 ppm ; atau sebanyak 0,6 gram per-M3 air bak.

(32)

25

Untuk stadium Zoea-5, dosis pakan 0,75 ppm ; atau sebanyak 0,75 gram per-M3 air bak.

Mulai stadium Megalopa sampai instar ( stadium Crab) ransum pakan ditingkatkan menjadi 1 ppm sekali pemberian.

Pemberian pakan buatan (mikropelet) tsb. sehari diberi kan 6 kali , yaitu berselang waktu 4 jam. Dengan cara itu diharapkan larva dapat terus menerus mendapat makanan, pakan tidak boleh berlebihan dan karena selalu ada pakan didalam air pemeliharaan, larva menjadi berkurang sifat kanibalisme-nya.

Ukuran partikel pakan juga harus disesuaikan dengan ukuran stadium larva. Untuk stadium Zoea-1 sampai Zoea-5 ukuran pelet 50 mikron, diberbesar bertahap sampai 100 mikron . Selanjutnya untuk stadium Megalopa dan Crab ukuran pelet lebih besar yaitu 200 mikron sampai 500 mikron.

Ukuran-ukuran besarnya mikropelet itu dapat di baca pada kaleng wadah pakan larva yang dijual.

Stadium Megalopa lebih suka tinggal didasar bak (benthic)dan makan Artemia yang sudah ditetaskan berumur 4-5 hari (instar 4-5). Dosis pakan tetasan kista sebanyak 3 gram untuk 100 000 ekor Megalopa per-hari. Ukuran panjang total tubuhnya 4,1 mm. Sifatnya cenderung kanibal. Sehingga terjadi banyak penyusutan jumlahnya. Untuk mengurangi kanibalisme, di dalam air bak perlu diberi tempat persembunyian berupa rumbai-rumbai yang dapat dibuat dari tali rafiyah yang diikat segerombol diberi pemberat agar dapat ditegakkan didalam air. Jumlah rumbai-rumbai ini hendaknya cukup banyak. Lama masa Megalopa ini 7 hari, bermetamorfosa menjadi stadium Crablet (benih kepiting).

Pada stadium Crab-1 sampai Crab-5 yaitu benih kepiting , bentuk dan organ tubuhnya sudah seperti pada kepiting dewasa.Panjang karapas 2 mm sampai 3 mm; berat badannya 5 – 9 mg. Pada stadia Crab anakan kepiting makan dari dasar bak Pakan yang diberikan berupa daging ikan , cumi-cumi yang masih segar dan dibersihkan, lalu dicacah . Dosis pakan perhari diperkirakan sebanyak 50-100 gram untuk 100 000 ekor benih Crab-1 sampai Crab-5. Pemberiannya pakan secara di onggokkan pada 4-5 titik. Sementara diberi pakan itu , aerator dihentikan. Kemudian harus diamati apakah pakan yang diberikan itu segera habis dalam waktu 10 menit. Bila cepat habis, maka selang 3 - 4 jam , perlu diberi lagi cacahan pakan yang sama. Demikian dalam sehari pemberian pakan untuk stadium Crab sebanyak 6 kali. Bila Crab terlihat sangat rakus atau nafsu makan bagus, maka dosis pakan harus dinaikkan. Sebaliknya kalau nafsu makan kurang, atau lambat memakannya, maka pada pemberian berikutnya dosis pakan dikurangi.

(33)

26

karena pembusukan sisa pakan itu. Hal ini akan menyebabkan banyak kematian pada benih kepiting.

Penelitian telah dilakukan pada pertumbuhan benih stadia Crab dimana pada umur 50 hari (terhitung sejak Zoea-1) berat badannya mendekati 500 mg panjang karapas mendekati 10 mm ( 1 cm). Ini ukuran yang diperkirakan sudah cukup kuat untuk di jual sebagai benih untuk di deder pada tempat yang lebih luas di luar ruangan. Misalnya didalam hapa yang dipasang ditambak yang subur dengan pakan alaminya. Namun tentu saja harus selalu dilindungi terhadap hama pemangsa karena itu masih di pelihara didalam hapa.

G. Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air tempat larva kepiting dipelihara , merupakan faktor penting yang harus dijaga agar tetap dalam kondisi optimum dan stabil. Dalam Panti Pembenihan, biasanya dilakukan pergantian air bak larva sebanyak 20-40% dari volume bak setiap 2 hari.

Penggantian air dilakukan dengan lebih dahulu menyedot air dari dasar bak menggunakan sipon yaitu slang berdiameter 2 -3 inci yang diberi tutup ujungnya dengan kain kelambu yang lubangnya tidak terlalu kecil, memungkinkan kotoran yang mengendap didasar bak tersedot. Sebagian air dari dasar bak akan terbuang sebanyak 20-40% volume. Kemudian bak diisi lagi dengan air yang masih segar dan salinitas 30-33ppt , suhu 28-30 oC sama dengan air yang lama. Sedangkan kadar Oksigen tentu dapat dipertahankan 6-7 ppm bila aerator terus menerus terpasang. Dan dijaga kebersihannya. Kotoran-kotoran dan sisa-sisa pakan didalam air akan membusuk dan menyerap banyak O2. Karena itu kebersihan air dan dasar serta dinding bak harus dijaga, dengan cara di sipon dengan cermat.

Penggantian air itu dimulai pada zoea-2 sebanyak 20% setiap 2 hari sekali , sampai Zoea-3 , selanjutnya sampai Zoea 5 ganti air sebanyak 40%.

Pada stadium Megalopa, sebaiknya dipanen, untuk memindahkan Megalopa kedalam bak lain yang sudah dipersiapkan dalam kondisi bersih dan diberi rumbai-rumbai untuk persembunyian terhadap sesamanya. Megalopa bersifat benthic yaitu senang berada didasar bak. Ukuran besarnya panjang karapas 2,1 mm, panjang abdomen 1,87 mm, panjang tubuh total dari ujung duri rostral sampai ujung belakang abdomen 4,1mm.

(34)

27 H. Pengendalian Penyakit

Penyakit pada larva kepiting dapat terjadi pada semua stadium . Disebabkan adanya bacteria, jamur dan Protozoa yang terdapat dan berkembang didalam air bak pemeliharaan. Ini disebabkan oleh kotoran dan sisa-sisa pakan.

Penelitian mengenai larva kepiting belumlah banyak dilakukan. Namun demikian haruslah diwaspadai masalah penyakit ini. Penyakit dapat timbul dari interaksi antara 3 faktor yaitu faktor lingkungan,fartor keberadaan organisme penyakit dan faktor kondisi inang atau organisme itu sendiri (yaitu larva yang dipelihara) yang dalam kondisi lemah.

Lingkungan, yang kondisinya tidak stabil (kotor, kualitas air tidak stabil) menyebabkan kondisi larva stress, lemah, nafsu makan menurun, akibatnya mudah diserang penyakit. Penyakit itu disebabkan keberadaan organisme penyakit itu yang ada didalam lingkungan /bak. Keberadaan organisme penyebab penyakit itu memang ada dimana-mana, tetapi akan dapat merebak bila kondisi airnya kotor. Bila kondisi bersih, tidak banyak sisa-sisa kotoran dsb. dan kualitas air selalu terjaga stabilitasnya/ cocok untuk kehidupan larva yang dipelihara, makanan cukup dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan larva, maka larva juga kondisi nya akan selalu sehat, kuat, dan tahan penyakit.

Itulah caranya kita mengendalikan kondisi larva yang kita pelihara , agar kita upayakan selalu dalam kondisi sehat dan ini dapat dicapai jika kita bekerja dengan cermat, cermat, dan cermat.

1. Penggunaan Obat

Banyak jenis anti biotika yaitu obat yang membasmi bacteria, jamur, protozoa, tetapi virus tidak dapat dibunuh oleh antibiotika karena virus tidak dapat melakukan metabolisme sendiri, melainkan sepenuhnya numpang hidup pada organisme lain.

Jenis penyakit pada larva kepiting , tentu juga serupa dengan yang menyerang larva udang yang sekarang sudah banyak diketahui. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa larva yang terlanjut sakit, sulit untuk disembuhkan dengan obat apapun. Karena itu cara pencegahan harus diutamakan, yaitu memelihara lingkungan agar stabil dan optimal bagi kehidupan larva, pakan yang baik mutunya, menjaga kebersihan, dan menghindari/melindungi bak-bak pemeliharaan dari kontaminasi/penularan bibit penyakit.

2. Penggunaan Antibiotik

(35)

28

oleh obat tsb.) dan adanya obat yang menyebabkan kanker pada manusia bila pemakaian jangka panjang dan obat tertentu itu mengendap dalam bahan makanan.

Untuk pencegahan penyakit pada Panti Pembenihan, diperkenankan untuk pembersihan saja yaitu menggunakan obat disinfektan yang berupa bahan kimia , seperti larutan PK 2-3 ppm, deterjen , sabun untuk mencuci bak dll. , formalin 100- 200 ppm untuk mematikan bakteri dan juga virus.

Demikian semoga penjelasan-penjelasan dalam buku ini dapat diterapkan dan membawa keberhasilan dalam budidaya Perikanan pada umumnya.

Latihan

1. Pemahaman yang harus anda maklumi tentang sifat-sifat calon induk dan induk kepiting .

2. Pemahaman anda tentang tehnik pematangan gonad kepiting. 3. Yang harus anda pahami tentang proses penetasan telur kepiting 4. Pemahaman anda tentang media pemeliharaan induk kepiting.

5. Pemahaman anda tentang tehnik pemeliharaan larva sampai produksi benih siap jual (Crab- 50)

6. Pemahaman anda tentang penanggulangan penyakit pada pembenihan

Rangkuman

Calon Induk dan induk kepiting yang sudah mengandung telur dapat diperoleh dari penangkapan di alam. Persyaratannya ialah organ tubuhnya lengkap, tidak cacat dan bebas penyakit. Kulitnya bersih, agak mengkilap.

Calon induk itu dapat dipelihara didalam bak pada suatu bangunan Panti Pembenihan yang semula dipakai untuk pembenihan Udang Windu. Jadi bentuk bak pemeliharaan induk dapat berbentuk bulat ataupun empat persegi panjang, dengan kedalaman air 80 – 100 cm. Dasar bak harus diberi lapisan Lumpur tanah lihat setebal 10-15 cm. Lumpur itu sebelum di masukkan kedalam bak lebih dahulu disterilkan dengan cara direbus hingga mendidih untuk ematikan bibit penyakit yang mungkin dapaty menyerang kepiting. Adanya Lumpur ini menjadi prasyarat bagi kepiting untuk pematangan gonadanya sengan sempurna. Padat penebaran di dalam bak pemeliharaan ialah 1-32 ekor/m2, perbandingan jantan: betina 1 : 2.

Pakan untuk calon induk ialah cacahan daging cumi-cumi, kekerangan, udang kecil , dan daging ikan yang semuanya lebih dahulu dicuci hingga bersih. Banyaknya pakan (ransum) 5-10 % berat kepiting seluruhnya, per-hari. , pemberian pagi dan sore .

(36)

29

Ablasi mata dapat dilakukan setelah calon induk di pelihara selama 3-5 hari , agar beradaptasi. Calon induk yang di ablasi harus berkulit keras. Yang dipotong betina saja , salah satu mata saja. Alat pemotong mata ialah gunting tajam yang lebih dahulu di panaskan , agar lukanya cepat kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan. Setelah di ablasi mata, calon induk direndam didalam larutan PK 3-5 ppm selama 10 -15 menit untuk sterilisasi, setalh itu dimasukkan kembali kedalam bak pemeliharaan induk bersama kepiting jantannya agar dapat melakukan perkawinan .

Setelah kawin dan induk betina keras kembali kulitnya, maka didalam tubuhnya akan berkembang gonadanya , sampai stadia 2 , kemudian telur dikeluarkan dan terjadi fertilisasi dengan sperma yang sudah disimpan oleh si betina itu ketika kawin.

Sekali bertelur betina kepiting dapat meghasilkan telur sebanyak 1 juta – 3 juta tergantung dari berat tubuhnya.

Telur yang sudah di fertilisasi lalu melekat pada bulu-bulu kaki renang , dibawah abdomen untuk di erami. Selama pengeraman induk betina berenang-renang sambil selalu mengibaskan kaki-kaki berenang-renang , agar air segar dengan banyak kandungan oksigen , mengaliri telur-telur yang embrionya sedang tumbuh itu. Lama pengeraman telur 10-12 hari pada suhu 28-30 oC dan kadar garam 12- 30 ppt.

Telur menetas setelah telur berwarna coklat disebabkan embrio yang sudah besar duidalam telur. Telur menetas menjadi Pre-zoea yang hanya dalam waktu 30 menit berubah menjadi stadia Zoea-1 . Setiap 3-4 hari Zoea itu berganti kulit menjadi stadia Zoea-2, Zoea-3, Zoea-4 , Zoea-5. Setiap berubahjadi lebih lengkap organ tubuhnya dan ukurannya semakin besar. Gerakan semakin gesit menangkap mangsanya.

Pakan Zoea ialah fitoplankton (Tetraselmis dan Chaetoceros) dan Zooplankton

(Brachionus sp) dan nauplii artemia. Fitp dan zooplankton itu di kultur di dalam Panti

Pembenihan.

Zoea-5 akan berubah menjadi stadia Megalopa yang berukuran 4 mm. Sifatnya kanibal (memakan sesamanya), karena itu didalam bak harus diberi banyak tempat persembunyian , yaitu potongan jaring bekas atau tali rafiayah yang di ikat seperti rerumputan di rendam dalam air.

Setelah 5-7 hari Megalopa akan berubah menjadi stadium Crablet (kepiting kecil) bentuknya sudah sama dengan kepiting dewasa. Kecenderungannya hidup didasar bak Ukuran Crablet -1 hanya 1,5 cm , setelah 50 hari sampai 70 hari besarnya sudah cukup untuk di pelihara di kolam air payau ( pendederan. Karena itu sudah dapat di jula sebagai benih kepiting . Ukurannya sekitar 5 cm.

(37)

30

yang sudah di filter, dan kualitas airnya sama, yaitu salinitas 30-32 ppt, suhu air 28-30 oC.

Penanggulangan penyakit pada Pembenihan kepiting harus diutamakan pencegahannya. Dengan cara memelihara kebersihan bak dengan menyipon kotoran setiap hari dan mengganti dengan air baru yang telah di saring dan kualitasnya sama dengan air yang lama.

Pemberian pakan harus teratur dan cukup dosisnya.

Penggunaan anti biotika tidak diperkenankan , karena anti bioitika merupakan bahan kimia yang akan mengendap dalam tanah dan air sehingga dalam jangka lama dapat mematikan organisme lain. Ada jenis anti biotika yang diketahui menyebabkan kanker pada manusia.

Yang diperkenankan ialah beberapa bahan kimia sebagai disinfektan seperti PK (Kalium Permanganat) 2-3 ppm , Klorine 50 – 100 ppm yang membunuh bacteria, jamur, dan cepat terurai/rusak.

Umpan balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban saudara dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian belakang modul ini, hitung jawaban saudara yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi

Apabila tingkat pemahaman saudara memahami materi yang sudah dipelajari mencapai:

91% s/d 100% : Amat Baik

81% s/d 90% : Baik

71% s/d 80,99% : Cukup

61% s/d 70,99% : Kurang

Bila tingkat pemahaman saudara belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka disarankan mengulangi materi.

(38)

31

MATERI POKOK 3

BUDIDAYA KEPITING BAKAU

Di Indonesia produksi kepiting selama ini masih mengandalkan hasil

penangkapan dari alam, yang kesinambungan dan volume produksinya tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu sudah saatnya diusahakan secara lebih rasional yaitu melalui system budidaya.

Tehnologi budidaya kepiting bakau itu telah diperkenalkan dan dipraktekkan di banyak negara seperti Jepang, Australia, China, India, Sri Langka, Philippina, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Khususnya di Negara kita sendiri, usaha ini masih bersifat kecil-kecilan dan tidak berkesinambungan karena kendala sumber benihnya mengingat di Indonesia belum ada yang mendirikan usaha Panti Pembenihan Kepiting .

Budidaya kepiting dapat dikembangkan melalui beberapa jenis usaha , selain Pembenihan , yaitu :

(1) Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi ;

(2) Penggemukan yaitu memelihara kepiting hasil tangkapan dari alam yang beratnya dibawah standar menjadi ukuran konsumsi ;

(3) Produksi kepiting cangkang lunak yaitu memelihara kepiting yang sudah berukuran konsumsi tetapi bercangkang keras menjadi bercangkang lunak saat ganti kulit;

(4) Produksi kepiting betina yang mengandung telur (matang gonad.).

Tujuan utama dari Budidaya kepiting ialah agar harga jualnya lebih tinggi , sehingga meningkatkan penghasilan nelayan penangkap kepiting. Apabila produk dari budidaya itu dapat meningkatkan ekspor tentu akan menaikkan devisa Negara.

A. Lokasi Budidaya Kepiting

Daerah yang cocok untuk lokasi budidaya kepiting ialah tambak yangb isas untuk budidaya bandeng dan udang. Tambak yang dasarnya berlumpur lebih cocok untuk kepiting. Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25 ppt . Sifat air lainnya yang cocok adalah : suhu 28-33 oC , pH 7,5 -8,5 dan DO lebih dari 5 ppm.

(39)

32 B. Benih kepiting

Selama ini dihasilkan dari penangkapan . ukurannya sangat bervariasi. Anakan kepiting yang berukuran berat 30-50 gram dijadikan benih untuk budidaya unit pembesaran .

Kepiting tangkapan yang ukurannya 150-200 gram menjadi benih untuk unit Penggemukan, terdiri dari kepiting jantan dan betina. Kepiting ukuran itu juga dijadikan benih untuk unit produksi cangkang lunak dan juga unit produksi kepiting bertelur, (betina saja.).

Benih kepiting untuk dibesarkan di lokasi lain, diangkut dengan cara yang sama seperti mengangkut kepiting untuk konsumsi. Yaiut diikat capit-capitnya dengan tali , lalu digantungkan terbalik didalam bak atau ember yang diisi air payau. Pedagang biasanya membuat bak untuk penagngkut itu ukuran garis tengah 50 cm. Dapat juga dibuat dari fiber glass berbentuk kotak ukuran 50 x 50 cm , dalam 60 cm.

Bak ukuran itu dapat memuat 150-200 ekor kepiting kecil-kecil berat 20-50 gram/ekor. Selama diangkut, kepiting direndam dalam air payau 10-25 ppt. Pengangkutan selama 7-8 jam , mortalitasnya berkisar 0 -40 %. (Gunarto,1989

dalam Cholik,1991).

C. Tehnik Budidaya Kepiting.

Seperti telah di dokumentasikan oleh Cholik & Hanafi, 1991, Tehnik budidaya kepiting yang dipraktekkan diberbagai daerah di Indonesia, dideskripsikan dibawah ini.

1. Wadah

Wadah untuk memlihara kepiting pembesaran, penggemukan , kepiting bertelur maupun kepiting cangkang lunak, diberbagai daerah dikembangkan sendiri oleh para petani dan nelayan tradisional secara sederhana, disesuaikan dengan kemampuan dan lokasi yang memungkinkan.

1.1. Kotak dari bambu

Wadah penggemukan itu kebanyakan dibuat dari bambu ukuran kotak 2 x 0,5 x 0,2 m .Terbagi menjadi 2 bagian ( lihat gambar). Yang masing-bagian diberi tutup. Ruangan kotak itu disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil masing- masing 30 cm2. cukup untuk diisi dengan 1 ekor kepiting di setiap kotak tersebut.

(40)

33 1.2. Kotak plastik

Wadah yang mungkin digunakan juga ialah kotak dari plastic ukuran 60 x 40 x 20 cm. Kotak ini juga di beri sekat-sekat menjadi 9 ruang masing-masing untuk 1 ekor kepiting.

Sistem kotak kecil ( disebut sistem baterei pada kandang ayam!) , ini berarti sangat hemat ruang atau padat penebaran tinggi ,yaitu 40 ekor kepiting per-M2.

Dengan system ini mortalitas hanya 5 % atau kurang, karena kepiting tidak dapat saling menyerang atau memangsa. Menurut Cholik (1991) kematian itu disebabkan oleh kegagalan pada waktu ganti kulit.

Gambar: 7– Kotak bambu terapung sistem baterei .

1.3. Kotak dari jaring (Jaring apung)

(41)

34

Gambar::8. Kotak Jaring Apung (menurut Cholik dan Hanafi, 1994)

Metoda pemeliharaan kepiting dilakukan di petak tambak air payau . Petak luasnya 20 x 50 m = 100 m2 , petak tambak itu diberi pintu air 2 buah : satu untuk pemasukan air dan satu untuk pembuangan. Didalam petak itu di sekat-sekat menjadi beberapa bagian dengan cara memasang pagar dari bambu. Setiap bagian ukurannya misalnya 5 m x 10 m . dibagian sekeliling pagar bambu dibuat lebih dalam berbentuk saluran keliling (caren ) sedalam 50-60 cm , sedangkan dibagian tengahnya menjadi pelataran yang dapat terendam air sedalam 30-40 cm. (lihat gambar dibawah ini.) Metoda ini dapat ditemui di daerah Kamal, dan Tangerang

1.4. Kotak berpagar tanpa caren

Dapat juga kotak-kotak yang dibuat dengan sekatan pagar bambu di dalam petak tambak, dibuat tanpa caren . Di dalam kotak-itu di bagian dalam pagar, dipasang bambu atau gedek 0,5 -1 m dibawah permukaan air, dimana kepiting dapat berteduh . Seperti di

Gambar

Gambar : 4 .- Daur  Hidup   Kepiting Bakau.
gambar dibawah ini.) Metoda ini dapat ditemui di daerah Kamal, dan Tangerang

Referensi

Dokumen terkait

yang diperlukan selama proses pemeliharaan, benih sidat, dan pakan tambahan. Lokasi budidaya yang baik adalah dekat dengan sumber air, kualitas airnya baik dan

Ruang indoor yang baik adalah yang memungkinkan suhu air media budidaya relatif stabil pada suhu cukup tinggi (29-31 o C). Bak pemeliharaan induk, penggelondongan

Setelah mempelajari materi pokok 2 mengenai pendederan ikan patin yang meliputi, persiapan wadah dan media pemeliharaan, penebaran benih, pengelolaan pakan,

Dari penelitian pemanfaatan komposit dari kitosan pada cangkang kepiting dan pektin pada kulit jeruk sebagai adsorben limbah laundry dapat ditarik kesimpulan

membentuk histamin, sehingga diperlukan langkah penelitian untuk dipelajari tentang karakteristik kitosan kepiting dari limbah budidaya kepting soka, isolasi bakteri

mesin penghalus cangkang kepiting dan kulit udang menjadi serbuk

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil rerata kelulushidupan pada kepiting bakau (S. serrata) cangkang lunak pada perlakuan A, B dan C

Berdasarkan besarnya manfaat dari kitosan serta tersedianya bahan baku kulit udang dan cangkang kepiting di Kota Tarakan, bahkan merupakan limbah yang dapat