• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku dan Materi Budidaya Ikan udang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Buku dan Materi Budidaya Ikan udang"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i SAMBUTAN

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan.

Materi Penyuluhan merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi penyuluhan ini masih banyak kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya di masa mendatang.

Jakarta, Nopember 2011

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man) merupakan salah satu komoditas perdagangan baik domestik maupun ekspor yang semakin populer. Sejumlah komponen penunjang untuk berkembangnya usaha budidaya udang galah di negeri kita cukup menggembirakan. Komponen utama usaha budidaya udang/ikan adalah lahan, perairan, teknologi, dan sumberdaya manusia, yang hampir semuanya siap berperan dalam pengembangan ini. Khusus dalam aspek teknologi, telah dirilisnya induk udang unggul Gi-Makro, merupakan salah satu titik awal berkembangnya usaha budidaya udang ini.

Prospek yang cerah sekarang ini perlu dikelola guna dicapai kemantapan dalam perkembangannya. Adanya sinergitas program sangat diperlukan, karena perkembangan yang mantap hanya dapat terjadi bila seluruh komponen turut berperan. Komponen-komponen utama perkembangan bisnis suatu komoditas adalah produksi, pasar, dan adanya faktor-faktor pendukungnya seperti aspek legal dan kebijakan, akses infrastruktur, dan akses sumberdaya manusia.

Buku ini terdiri dari Pendahuluan, Materi Pokok 1 Pra-produksi, Materi Pokok 2 Teknik Produksi Benih, dan Materi Pokok 3 Teknik Pembesaran. Pada setiap Materi Pokok dibuat sejumlah Latihan dan Evaluasi yang perlu dikerjakan oleh para pembaca terutama bagi para pemula. Terakhir pada setiap Materi Pokok juga ada Rangkuman yang merupakan intisari dari materi pokok tersebut.

Penyusun berusaha untuk sebesar-besarnya mengadopsi SNI terkait dengan setiap materi, dilengkapi dengan referensi lain dan sedikit dari pengalaman. Tidak lain harapan penyusun adalah bahwa kiranya buku ini bermanfaat bagi pembaca khususnya para pembudidaya dan para penyuluh kelautan dan perikanan.

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman

SAMBUTAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR INFORMASI VISUAL ... vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... viii

PENDAHULUAN ... 1

MATERI POKOK 1. PRA-PRODUKSI ... 3

1.1 MENGENAL UDANG GALAH ... 3

1.2 KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT UDANG GALAH ... ... 3

1.2.1 Karakteristik Morfologis ... 3

1.2.2 Karakteristik habitat/Biologis dan Sifat-sifatnya . ... 4

1.2.3 Tanda-tanda Udang GalaH Jantan dan betina ... 6

LATIHAN ... 8

RANGKUMAN ... 8

1.3. PERSYARATAN LOKASI ... 9

1.4. SARANA PRASARANA ... 10

LATIHAN ... 14

(4)

iv

MATERI POKOK 2. TEKNIK PRODUKSI BENIH ... 15

2.1 PERSYARATAN INDUK ... 15

2.2 PENGELOLAAN INDUK ... 16

2.3 MEMIJAHKAN DAN MENETASKAN TELUR ... 16

LATIHAN ... 21

RANGKUMAN ... 21

2.4 PEMELIHARAAN LARVA HINGGA MENJADI BENIH ... 22

2.4.1. Pemeliharaan Larva ... 22

2.4.2. Pentokolan ... 34

2.5. PENGEMASAN ... 37

LATIHAN ... 38

RANGKUMAN ... 38

MATERI POKOK 3. PEMBESARAN UDANG GALAH ... 39

3.1. LOKASI BUDIDAYA/PEMBESARAN UDANG GALAH ... 39

3.2. FASILITAS ... 39

3.3. TEKNIK PEMBESARAN UDANG GALAH ... 41

3.3.1. Persiapan Kolam ... 41

3.3.2. Penebaran Benih ... 42

3.4. PERAWATAN/PEMELIHARAAN UDANG GALAH ... 43

3.4.1 Pengelolaan Pakan ... 43

(5)

v

3.4.3 Beberapa Pedoman Cara Pengukuran dan Pemeriksaan ... 44

3.5 CARA PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN ... 45

3.5.1 Pemanenan ... 45

3.5.2 Pengemasan ... 46

LATIHAN ... 47

RANGKUMAN ... 47

MATERI POKOK 4. MENJAGA KESEHATAN UDANG GALAH ... 49

4.1 BIOSEKURITI ... 49

4.2 MONITORING KESEHATAN UDANG ... 49

4.2.1 Tindakan Diagnosa ... 49

4.2.2 Komponen Pemicu Penyakit ... 49

4.2.3 Teknik Pengamatan Secara Visual ... 50

4.2.4 Pemeriksaan Gejala Klinis udang Sakit di Lapangan Sebagai ... m Sample ... 50

4.3 BEBERAPA CONTOH PENYAKIT ... 53

LATIHAN ... 53

RANGKUMAN ... 53

EVALUASI ... 54

(6)

vi

DAFTAR INFORMASI VISUAL Tabel

1. Parameter kuaitas air untuk pasok hatchery Udang Galah. ... 9

2. Fasilitas untuk suatu panti benioh udang galah ... 10

3. Kriteria kuantitatif sifat reproduksi ... 15

4. Variasi jumlah makanan larva per hari ... 28

5. Komposisi bahan pakan buatan dan analisis proksimat (%) ... 29

6. Standar produksi juwana dan tokolan pada kolam beton dan tanah ... 34

7. Analisis proksimaat pakan udang galah ... 67

Gambar 1. Beberapa menu dari udang galah ... 1

2. Morfologi udang galah (Maacarobrachium rosenbergii) ... 4

3. Daur hidup udang galah ... 5

4. Tahapan perkembangan stadia udang galah ... 6

5. Perbedaan udang galah jantan dan betina ... 7

6. Contoh fasilitas unit pembenihan ... 12

7. Contoh Jaringan Distribusi Air Untuk Hathcery Udang Galah ... 12

8. Tahapan pemijahan dan penetasan telur ... 16

9. Tingkat kematangan gonad induk betina ... 27

10. Pemijahan ... 18

11. Tingkat kematangan telur ... 18

12. Prosedur menghitung jumlah telur ... 19

13. Tahapan penetassan telur ... 21

14. Pengisian air dalam bak ... 23

15. Artemia salina dan kutu air ... 24

(7)

vii

17. Peralatan pengukuran kualitas air ... 32

17a.Pengukuran panjang (TL) larva ... 50

18. Proses grading benih udang galah PL dan belum PL ... 52

19. Pengemasan benih udang galah ... 57

20. Contoh desain kolam udang galah ... 62

21. Persiapan kolam ... 64-65 22. Pemanenan udang ... 71

23. Pengemasan dan pengangkutan ... 72

24. Hubungasn inang, patogen, dan lingkungan terhadap terjadinya penyakit ... 76

(8)

viii

PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

Petunjuk penggunaan buku materi ini disusun dengan maksud agar dicapai efektivitas pembelajaran substansi-substansi yang kiranya diperlukan baik bagi pembudidaya maupun penyuluh. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diikuti :

1. Bagi pemula, sebaiknya buku ini dibaca mulai dari awal, dan dipelajari untukmendapaatkan pemahaman secara menyeluruh.

2. Bagi para pembudidaya dan penyuluh yang sudah terampil melaksakan usaha budidaya dan /memahami (sejumlah) substansi, dapat hanya dengan mempelajari yang diperlukan saja. Namun demikian disarankan agar juga mencermati substansi-substansi yang sudah dipahami dan frasa lain yang mungkin dirasakan kurang sesuai dengan pemahamannya, untuk dapat diluncurkan perbaikan/ modifikasi-modifikasi yang diperlukan.

3. Selanjutnya bagi para pemula, hendaknya :

o Mempelajari secara berurut mulai dari Pendahuluan, Pokok Materi 1, 2, dan seterusnya.

o Mengerjakan latihan-latihan pada setiap Pokok Materi. o Membaca rangkuman setiap Pokok Materi.

o Mengerjakan soal-soal evaluasi pada setiap Pokok Materi, kemudian melihat sejauh mana hasil dari penyelesaian soal tersebut. Bila nilai yang dicapai belum memuaskan, maka dapat disarankan mengulangi mempelajari Pokok Materi atau substansi yang masih kurang dipahami. 4. Bagi para penyuluh kelautan dan perikanan, dapat membantu para pemula dalam

mengaplikasikan di lapangan dan memperkaya dimana diperlukan.

(9)

1

PENDAHULUAN

Udang galah (Macrobrachium rosendergii, de Man) atau juga dikenal dengan Giant Tiger Prawn termasuk golongan krustase dari famili Palaemonidae, merupakan jenis yang terbesar ukurannya dibandingkan udang-udang air tawar lainnya. Udang yang diklaim merupakan udang asli oleh India dan Indonesia ini merupakan salah satu jenis udang yang semakin populer karena rasanya yang lezat, ukurannya cukup besar, dan mudah dibudidayakan. Menu dari udang ini umumnya dalam bentuk utuh (komplit dengan kepala atau head-on); berbeda dengan jenis udang lain yang sering disajikan dalam bentuk tanpa kepala (headless). Mengapa demikian, bukan tanpa alasan; rupanya pada bagian kepala itulah ada kandungan steroid, yang bermanfaat meningkatkna kebugaran tubuh kita. Kepopuleran di negeri kita diawali dengan dibukanya rumah makan khusus udang galah oleh Mang Engking di Sleman, Yogyakarta, di lahan budidaya udangnya. Dimulainya usaha rumah makan khusus udang galah itu pun berawal dari suatu hal yang unik terkait dengan wisata dan itu merupakan salah satu rahmat. Kini menu udang galah sudah berkembang di beberapa kota seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dll. Dibawah ini (Gambar 1) adalah contoh masakan udang galah yang populer.

Gambar 1. Beberapa menu dari udang galah.

(10)

2

dikatakan baru populer akhir-akhir tahun ini, dan potensi pengembangannya cukup cerah karena permintaan cukup besar dan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tersedia luas.

Pembudidayaan udang ini diawali dengan produksi benih di panti-panti pembenihan (hatchery), kemudian benih udang galah hasil panti benih dibesarkan di kolam-kolam air tawar dengan teknologi yang sederhana.

(11)

3 MATERI POKOK I. PRA-PRODUKSI

1.1. MENGENAL UDANG GALAH

Sebelum mempelajari teknik budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang ini, baik pengenalan species, karakteristik maupun sifat-sifatnya.

Klasifikasi udang galah (Mudjiman, 1983)

Phyllum : Arthropoda

Subphyllum : Mandibulata

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Palamonidae

Subfamil : Palamoniae

Genus : Macrobrachium

Species : Macrobrachium rosenbergii, de Man

1.2. KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT UDANG GALAH 1.2.1 Karakteristik Morfologis

Secara umum, udang galah mempunyai karakteristik morfologis sebagai berikut:

 Tubuh beruas–ruas sebanyak 5 ruas yang masing-masing dilengkapi sepasang kaki renang; kulit keras dari chitin; pelura ke dua menutupi pleura pertama dan ke tiga;  Badan terbagi tiga bagian : kepala+dada (cephalothorax); badan (abdomen); dan

ekor (uropoda);

Cephalothorax dibungkus karapas (carapace);

 Tonjolan seperti pedang pada carapace disebut rostrum dengan gigi atas sejumlah 11-15 buah dan gigi bawah 8-14 buah.;

(12)

4 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man). Keterangan: 1. Rostrum; 2. Kepala+dada (cephalothorax); 3. Badan (abdomen); 4. Ekor (uropoda); 5. Mata; 6-7. Antena, antenula; 8. Capit (ukuran besar/panjang pada jantan); 9. Kaki

jalan (pleopoda); 10. Kaki renang (peripoda).

1.2.2 Karakteristik Habitat/Biologis dan Sifat-sifatnya Sedang karakteristik habitat/biologis udang galah adalah:

 Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-juvenil), dan air tawar (stadia juana-dewasa) (Gambar 3);

 Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah lagi;  Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan perubahan struktur

morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil (juana);

Selain morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-sifatnya; beberapa sifat yang penting diketahui antara lain adalah :

Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran salinitas yg lebar (0-20 ppt); Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan);

(13)

5

Gambar 3. Daur hidup udang galah.

 Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air, udang renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan hewan, jasad penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika molting);

 Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat dibuat relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;

 Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi sinar matahari;

 Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan air dan semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta suka mendekati dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00..

(14)

6

Nauplius Larva

Pasca Larva/post larva (PL) Mysis

Juvenil (udang muda) Dewasa

Gambar 4. Tahapan perkembangan stadia udang galah (Macrobrachium rosenbergii) 1.2.3 Tanda-tanda Udang Galah Jantan dan Betina

Perbedaan antara udang jantan dan udang betina adalah sebegai berikut:

Bentuk badang udang jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron lebih pendek, sedang pada betina bagian perut tumbuh melebar dan pleuron agak memanjang. Letak alat kelamin jantan pada pasangan kaki jalan ke lima, pada betina pada pasangan kaki jalan ke tiga. (Gambar 1).

Udang jantan (Gambar 5):  Relatif lebih besar;

 Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih besar dan panjang (bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya);

(15)

7

 Alat kelamin jantan terdapat pada di antara pasangan kaki jalan kelima;

Udang betina (Gambar 5):

 Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian pula kaki renangnya, membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber);

 Pleuron memanjang;

 Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar dan sepanjang udang jantan;

 Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke tiga, merupakan suatu lubang yang disebut thelicum.

Gambar 5. Perbedaan udang galah jantan dan betina. Udang galah jantan (a); betina (b); alat kelamin jantan (c), dan alat kelamin betina (d)

(16)

8 Latihan

1. Sebutkan karakteristik morfologis udang galah. 2. Sebutkan karakteristik habita/biologis udang galah. 3. Apa yang dimaksud dengan euryhalin?

4. Apa yang dimaksud dengan omnivora?

5. Karakteristik apa yang paling mudah untuk membedakan udang galah jantan dan udang galah betina?

6. Sebutkan apa nama alat kelamin udang galah jantan dan udang galah betina. 7. Kaki renang udang galah betina agak melebar; apa fungsinya selain sebagai alat

berenang?

Rangkuman

1. Krakteristik morofologis udang galah perlu diketahui bila kita hendak mengusahakan budidaya udang galah, agar mempercepat kita memahami teknik budidayanya. 2. Meski digolongkan sebagai udang air tawar, sebagian masa hidupnya berlangsung di

perairan payau; karena itulah udang ini mempunyai sifat euryhalin.

3. Adanya pergantian kulit menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan udang; ini terkait dengan kebutuhan unsur kalsium (Ca).

4. Selain sifatnya yang omnivora (pemakan segala), udang galah juga mempunyai sifat kanibal, hingga kita perlu mewaspadai agar tingkat kelangsungan hidup larva/udang yang kita pelihara tidak jatuh.

5. Sifatnya yang nokturnal berarti pada dasarnya pakan yang dibutuhkan udang ini lebih besar pada malam hari; meski demikian, suasana relatif gelap pada siang hari yang disebabkan oleh kondisi air media pemeliharaan (green water ataupun karena kekeruhan) juga menunjang udang ini tetap bernafsu makan.

(17)

9 1.3. PERSYARATAN LOKASI

Beberapa kriteria lokasi/calon lokasi yang baik untuk hatchery adalah :

 Lokasi hendaknya mempunyai sumber air laut dan air tawar, karena untuk pemijahan dan larva stadia awal udang galah membutuhkan air payau;

 Lingkungan sekitar bebas dari pencemaran, agar kualitas air pasok memenuhi syarat kebersihan dan bebas bahan pencemar.

 Lokasi aman dari banjir dan bencana alam lain;  Tersedia sumber listrik;

 Tersedia tenaga kerja;

 Kebutuhan sarana budidaya terjamin;  Aksesibilitas baik;

 Keamanan terjamin;  Pemasaran benih mudah.

Air sumber harus memenuhi baik kuantitas maupun kualitasnya. Semakin tinggi kualitas unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat mendukung keberhasilan usaha. Kualitas air harus memenuhi syarat baik fisik, kimiawi maupun biologi. Harus dapat menyediakan air dengan salinitas 12 ppt. Nilai-nilai parameter kualitas air dijsaikain pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter kualitas air untuk pasok unit Hatchery Udang Galah.:

pH 7-8,5 Suhu (oC) 25-30

H2S (ppm) nil Chlorin nil

Nitrat (ppm) 20 Nitrit (ppm) 0,1

Kesadahan total air tawar (mg/l setara CaCO3)

<100 Kekeruhan nil

TDS (ppm) 217 Fe (ppm) <0.02

PO4 (ppm) 0,15 CO2 bebas nil

(18)

10 1.4. SARANA PRASARANA

Fasilitas yang Digunakan Untuk Usaha Pembenihan

Dalam bisnis benih udang galah, ada dua macam unit produksi penghasil benih, yaitu Panti Benih atau yang dikenal dengan Hatchery, dan yang ke dua adalah panti benih skala pekarangan atau dikenal sebagai Backyard Hatchery. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu hatchery udang galah adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2. Fasilitas untuk suatu Panti Benih Udang Galah. No. Jenis Fasilitas/Peralatan Keterangan

1. Bangunan tempat bak-bak pemeliharaan, gudang, alat lab, ruang kerja/administrasi, dll.

Bangunan indoor menunjang untuk terciptanya suhu media budidaya relatif tinggi dan stabil.

2. Bak-bak pemeliharaan induk Bisa berupa kolam tanah. Ukuran bergantung pada banyaknya induk (ukuran besar hingga 400-500 m2)

3. Bak pemijahan Kolam tanah ukuran minimal 100

m2 dengan kedalam air sekitar 75 cm – 100 cm.

4. Bak penetasan Bak fibreglass ukuran (0,5 X 1 X 1)

M 3 dengan volume 500 liter. 5. Bak pemeliharaan larva - Kolam tanah ukuran minimal 100

m2 dengan kedalam air sekitar 75 cm – 100 cm, atau

- Bak beton kapasitas minimal 5-10 m3.

6. Bak pemeliharaan yuwana - Bak fiberglass volume 500 liter– 1.000 liter, atau

- Bak beton kapasita 5–10 m3 . 7. Bak pemeliharaan tokolan 1-2 - Bak beton volume 5–15 m3, atau

- Kolam tanah ukuran minimal 200 m – 400 m.

8. Bak penetasan Artemia salina, bak untuk pengobatan, dll.

- Bak fibreglass, conical, ukuran bergantung banyaknya Artemia yang akan ditetaskan (10-500 ltr). 7. Tandon air laut, air tawar, dan

bak pencampuran air

Bak beton, kapasitas minimal 3x volume bak-bak larva/benih. 5. Pompa air laut, air tawar Kapasitas bergantung pada besar

(19)

11

ltr/detik atau lebih besar) No. Jenis Fasilitas/Peralatan Keterangan

6. Peralatan aerasi Blower sentral atau Hi-blow, sesuai unit produksinya.

7. Perlengkapan pengepakan Botol oksigen dan isinya, styrofoam, plastik packing, dan bahan lain.

8. Peralatan bantu kerja

(timbangan, ember, baskom, slang sipon, dll.

9. Peralatan lab (kualitas air, mikroskop, timbangan obat, dll)

10. Sumber listrik (PLN/Genset) Daya sesuai kebutuhan. 11. Kendaraan angkutan

12. Peralatan adminsitrasi 13. Mess pekerja pos jaga, dll. 14. Dapur, dll.

Untuk backyard hatchery, sudah barang tentu fasiltas/peralatannya terbatas, yaitu :

 bak-bak pemeliharaan larva yang umumnya dari tembok dan hanya ditutup dengan terpal;

 peralatan-peralatan bantu kerja budidaya seperti pompa, slang, aerator, perlengkapan pengepakan, timbangan obat;

 peralatan kualitas air yang sederhana.  dll.

Ruang indoor : harus dapat mempertahankan suhu ruang agar cukup tinggi (air media pemeliharaan larva/benih +/-28-31oC). Suhu cukup tinggi/optimal tersebut akan menunjang (1) laju pertumbuhan lebih cepat, (2) konversi pakan lebih kecil, (3) serta resiko terserang penyakit lebih rendah. Untuk bak-bak larva/benih pada backyard hatchery umumnya cukup dengan menutupnya dengan terpal.

(20)

12

terbuat dari beton dan fibreglass atau sejenisnya, permukaannya harus benar-benar halus. Hal ini dimaksudkan agar pembersihan kotoran dan penyuci-hamaan dapat lebih efektif, karena kotoran dan permukaan yang tidak rata menjadi tempat hidup dan berkembangnya organisme penyakit. Beberapa contoh fasilitas hatchery disajikan pada Gambar 6.

Salah satu sarana penting yang harus ada pada hatchery adalah sarana biosekuriti, berupa bak cuci kaki (foobath), bak cuci tangan (handwash), dan pagar keliling.

Unit sarana budidaya yang umum ada di masyarakat adalah merupakan sistim air diam (stagnant water system). Dalam perkembangannya, unit budidaya sistim resirkulasi sudah mulai diaplikasikan. Sistim ini mempunyai keunggulan yaitu dengan luas/volume yang sama, produksinya lebih besar (tingkat produktivitasnya lebih tinggi). Namun demikian dalam unit sistim ini perlu pengontrolan yang ketat agar terhindar dari serangan penyakit.

(21)

13 (b,c)

Gambar 6. Contoh fasilitas unit pembenihan. (a) lay-out fasilitas hatchery; (b) bak-bak pemeliharaan larva tipe persegi; (c) bak tipe kerucut (conical).

Adapun instalasi air harus didesain seefektif mungkin agar kebutuhan air terpenuhi dan dengan biaya operasi yang minimal, serta longlife. Contoh lay-out jaringan distribusi air disajikan pada Gambar 7.

(22)

14 Latihan

1. Mengapa lokasi untuk hatchery udang galah perlu ada sumber air laut dan air tawar? 2. Menurut Saudara, mengapa lingkungan calon lokasi hatchery harus bebas dari

pencemaran?

3. Mengapa suatu calon lokasi dimana tidak tersedia induk/calon induk masih dapat dipertimbangkan sebagai lokasi hatchery?

4. Apa yang dimaksud dengan backyard hatchery?

5. Suhu yang baik untuk pemeliharaan larva udang galah cukup tinggi yaitu antara 28-31oC; bagaimana mengusahakan agar air media pemeliharaan larva bersuhu cukup tinggi seperti itu?

Rangkuman

1. Kriteria lokasi/calon lokasi hatchery sangat penting diketahui dalam merancang usaha produksi benih udang galah yang menguntungkan. Ketidak/kekurang-sesuaian satu atau lebih kriteria akan dapat menyebabkan kendala atau berpengaruh kurang baik terhadap tingkat keberhasilan usaha budidaya.

2. Lokasi yang bebas dari pencemaran lingkungan sangat penting artinya karena sangat terkait akan erat dengan tingkat keberhasilan budidaya, kualitas benih yang dihasilkan, serta keberlanjtan usahanya.

3. Ruang indoor yang baik adalah yang memungkinkan suhu air media budidaya relatif stabil pada suhu cukup tinggi (29-31oC).

4. Bak pemeliharaan induk, penggelondongan dan pembesaran udang galah bisa berupa kolam tanah, kolam tembok, dll.; sedang kolam pendederan larva dan pemijahan umumnya dari beton dan dari fibreglass.

5. Bak-bak penyiapan stok air sangat penting artinya, meliputi bak air laut, bak air tawar dan bak pencampuran atau air payau.

(23)

15 MATERI POKOK 2. TEKNIK PRODUKSI BENIH 2.1 PERSYARATAN INDUK

Induk yang baik menunjang dihasilkannya benih yang cukup banyak dan kualitasnya memenuhi syarat sebagai benih sebar..

Persyaratan kualitatif:

a) Induk berasal dari hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk kelas induk dasar;

b) Warna kulit biru kehijau-hijauan, kadang ditemukan kulit agak kemerahan, warna kulit juga dipengaruhi oleh lingkungan.

c) Kesehatan baik, yaitu :anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli oleh jasad patogen, tidak bercak hitam, tidak berlumut, insang bersih.

d) Gerakannya aktif.

Persyaratan kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3. Kriteria kuantitatif sifat reproduksi.

Parameter Satuan Kriteria

Jantan Betina

1. Umur bulan 8-20 8-20

2. Bobot tubuh g >50 >40

3. Fekunditas butir/gram

bobot tubuh

- 30.000-75.000

4. Diameter telur mm - 0,6-0,7

(24)

16

induk yang pertumbuhannya cepat dan paling besar, selanjutnya dipelihara dalam kolam yang terpisah.

2.2 PENGELOLAAN INDUK

Prinsip-prinsip dalam pengelolaan induk:  kepadatan 2-3 ekor/m2;

 sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam terpisah;  pakan cukup gizi (protein 25-30 %, dan lemak 5%);

 dosis pemberian pakan adalah 3-5 %, frekuensi 4 kali sehari;

 pembersihan kotoran dalam bak induk dilakukan setiap dua hari bersamaan dengan pergantian air (untuk kolam tembok/beton).

Pakan yang bergizi dan cukup menunjang perkembangan gonad/ produksi telur.

2.3 MEMIJAHKAN DAN MENETASKAN TELUR Tahapan dalam pemijahan udang galah adalah sbb:

Gambar 8. Tahapan pemijahan dan penetasan telur.

SELEKSI INDUK

MEMIJAHKAN

PEMERIKSAAN PEMBUAHAN

MENETASKAN TELUR

(25)

17 Seleksi induk:

Gambar 8. Tingkat kematangan gonad induk betina.

(26)

18

Gambar 10. Pemijahan. Penebaran dalam kolam (A) dan proses dari pra-memijah (B) yang diawali dengan molting.

Pemeriksaan pembuahan. Induk yang matang telur dapat dilihat dari telur-telurnya yang berwarna abu-abu (Gambar 9). Induk-induk yang matang telur kemudian dipindahkan ke bak penetasan.

(27)

19

Jumlah telur merupakan salah satu indikator baik atau tidaknya induk. Cara menghitung telur diilustrasikan pada Gambar 11. Jumlah telur total dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sederhana saja yaitu :

dimana :

N = jumlah telur total; V = volume telur total;

n = jumlah telur contoh; v = volume telur contoh.

Ilustrasi proses penghitungan contoh disajikan pada Gambar 11.

Gambar 12. Prosedur menghitung jumlah telur dari seekor induk udang galah. Menetaskan telur. Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut:

 Penyiapan media penetasan

(28)

20

 Induk diberi pakan dan diaerasi. Pakan yang tidak mudah mengotori air seperti kelapa, ubi atau kentang yang dipotong-potong kecil; kalaupun pelet, maka harus yang mempunyai stabilitas dalam air (water stability) yang tinggi.

 Telur akan menetas setelah 6-12 jam.

 Induk yang telurnya belum menetas dipindahkan ke bak penetasan lainnya, karena perbedaan umur larva yang terlalu jauh menyebabkan pertumbuhannya akan berbeda besar, memperpanjang waktu pemeliharaan dan merangsang terjadinya kanibalisme. Untuk lebih jelasnya, tahapan penetasan dapat dilihat pada Gambar 12.

Kualitas nauplii perlu diperiksa. Bila tidak baik maka lebih baik nauplii dibuang, karena tidak akan diperoleh larva yang bagus. Kriteria nauplii yang baik, sebagai berikut (SNI: 01- 6486.2 – 2000) :

a) Warna : warna tubuh kehitaman, keabu-abuan, tidak pucat;

b) Gerakan : berenang aktif, periode bergerak lebih lama dibandingkan dari periode diam;

c) Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat terlihat bersih, tidak berlumut, organ tubuh normal;

d) Keseragaman : secara visual ukuran nauplii seragam;

e) Respon terhadap rangsangan : bersifat fototaksis positif atau respon terhadap cahaya;

(29)

21

Gambar 13. Tahapan penetasan telur.

Latihan

1. Sebutkan ciri-ciri induk berkualitas baik.

2. Apa ciri-ciri induk yang sudah matang gonad penuh?

3. Dalam pemijahan, berapa perbandingan induk jantan dan betina?

4. Jumlah telur merupakan salah satu indikator aik buruknya induk; bagaimana cara menghitung jumlah telur?

5. Bagaimanakah kualitas air yang baik untuk penetasan?

Rangkuman

(30)

22

2. Pemeliharan induk dilakukan di kolam tanah dengan kepadatan 4-5 ekot/m2, dan diberi pakan pelet dengan protein minimal 25% dengan dosis 3-5%per hari dan dengan frekuensi pemberian 4 kali.

3. Hanya induk betina matang gonad penuh yang dipijahkan, ditandai oleh gonad yang berkembang penuh hingga cephalothorax.

4. Induk dipijahkan dengan perbandingan jantan:betina = 1:3, dan dengan padat tebar 4-5 ekor/m2.

5. Telur yang telah dibuahi disimpan induk betina dalam broodchamber-nya hingga menetas.

6. Jumlah telur merupakan salah satu indikasi baik tidaknya induk; dengan demikian perlu ditaksir jumlah telur yang dihasilkan.

7. Penetasan telur dilakukan dalam air bersalinitas 5-6 ppt pada suhu 29-31oC, DO cukup tinggi yaitu 5-7 ppm dan pH relatif netral (6,5-7,5). Sebelum ditetaskan, terlebih dahulu induk/telur disuci hamakan dengan larutan Malachyte green 1,5 ppm selama 25 menit.. 8. Pakan selama penetasan haruslah yang tidak potensial mengotori air media penetasan. 9. Hanya naupli dengan kualitas baik yang dibudidayakan.

2.4 PEMELIHARAAN LARVA HINGGA MENJADI BENIH Umumnya ada tiga tingkatan pemeliharaan benih, yaitu :

1) Pemeliharaan larva, yaitu dari larva menjadi juvenil; 2) Pentokolan 1, yaitu dari juvenil menjadi juwana; dan 3) Pentokolan 2, yaitu dari juwana menjadi tokolan.

2.4.1 Pemeliharaan Larva.

Secara ringkas, pentahapan pemeliharaan larva meliputi :

 Penyiapan kolam, dan air media pemeliharaan,  Penebaran nauplii,

(31)

23  Monitoring pertumbuhan,

 Monitoring kesehatan, dan  Pemanenan.

a) Penyiapan Kolam dan Media Pemeliharaan Tahapan:

 Bak dicuci bersih;

 Disuci-hamakan, bisa dengan dijemur dibawah terik Matahari atau dengan desinfektan (misalnya kaporit 50-100 mg/liter air (50-100 ppm);

 Dibilas dengan air sabun kemudian dicuci bersih;

 Air bersih dari tandon dimasukkan ke dalam bak dengan disaring menggunakan filterbag (Gambar 13), hingga tinggi air 70-80 cm;

[image:31.595.245.379.303.405.2]

 Diaerasi.

Gambar 13. Pengisian air bak pemeliharaan larva, disaring dengan filter bag. b) Penebaran Larva

(32)

24

.

c) Pengelolaan pakan Pakan alami

Pakan larva harus (a) berkualitas tinggi, (b) ukuran sesuai bukaan mulut larva dan (c) mudah tecerna. Pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah naupliii Artemia salina; selain itu juga dapat digunakan Moina sp. atau dikenal sebagai kutu air. Contoh Artemia dan Kutu air disajikan pada Gambar 15.

Langkah awal adalah penentuan jumlah nauplii yang dibutuhkan; kebutuhan jumlah naupli dapat dihitung dengan rumus dari Mcvey, 1984, yaitu :

[image:32.595.172.453.56.208.2]

(33)

25

Penetasan artemia perlu dilakukan dengan cermat agar diperoleh tingkat penetasan yang tinggi. Teknik penetasan Artemia salina dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

 Terlebih dahulu didekapsulasi;  Langsung ditetaskan.

Dekapsulasi adalah proses menyiapkan Artemia salina agar melunakkan cangkang kista Artemia. Manfaatnya adalah :

 agar dapat diperoleh tingkat penetasan lebih tinggi;

 mengurangi resiko termakannya cangkang (dari nauplii Artemia teknik penetasan langsung); dan

 bisa langsung diberikan untuk larva ikan yang sudah cukup ukuran bukaan mulutnya.

Teknik penetasan langsung adalah dengan langsung menetaskan kista Artemia dalam larutan garam yang diaerasi kuat.

Peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk dekapsulasi dan penetasan adalah :

Bahan (utk 100 g kista artemia):

a. Kapur (CaO) 25 g (2x12,5 g)

b. Bleaching powder 55 g (2x27,5 g)

c. Es batu secukupnya

d. Na-thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0,05 g (minimal)

e. Garam murni secukupnya

f. Air bersih secukupnya

ALAT :

a. Wadah kapasitas 1 ltr 2 unit

b. Perangkat aerasi 2 bh

c. Filter bag (dg plankton net) mesh 250 um. 1 bh

d. Thermometer 1 bh

(34)

26

f. Timbangan ketelitian 0,01 g, kap 500 g 1 bh

g. Wadah utk menimbang bahan 4 bh

h. Centong 2 bh

i. Slang sipon 1 bh

j. Mikroskop 1 bh

PROSEDUR :

(35)
(36)

28

Gambar 16. Prosedur penetasan kista Artemia.

[image:36.595.82.474.249.476.2]

Pemberian pakan dimulai pada hari ke tiga setelah menetas, dilakukan setiap hari setelah penggantian air atau siphon pada sore hari. Naupli Artemia salina diberikan kepada larva setelah penggantian air (air tersisa 2/5 bagian, dibiarkan selama ± ½ jam, untuk memberi kesempatan kepada larva untuk menangkap nauplii Artemia salina). Aerasi dihidupkan kembali setelah selesai memberikan pakan. Pada hari-hari ke 4-5, Artemia salina sebaiknya diberikan pada malam hari. Jumlah nauplii disesuaikan dengan umur larva udang, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4. Variasi jumlah makanan larva/hari selama pemeliharaan

Hari ke- Naupli Artemia salina (ekor) Pakan Buatan, Berat Kering (mg)

3 5 0

4 10 0

5-6 15 0

7 20 0

8 25 0

9 30 0

10-11 35 0

12 40 0

Hari ke- Naupli Artemia salina (ekor) Pakan Buatan, Berat Kering (mg)

13-14 45 70

15-24 50 80-90

25-30 45 100-180

30-++ 40 200

Sumber : AQUACOP, 1983 dalam Hadie dan Hadie, 1993

(37)

29

volume air 10 ton, dibutuhkan 50-250 g kista Artemia untuk dapat dihasilkan 10-50 juta nauplkii.

Pakan buatan

[image:37.595.78.488.218.403.2]

Pakan buatan sebagai pakan tambahan perlu diberikan untuk melengkapi kebutuhan gizi bagi larva udang, diberikan pada masa akhir stadia larva. Komposisi bahan pakan buatan dan analisis proksimatnya ditampilkan pada Tabel 4 .

Tabel 5. Komposisi bahan pakan buatan dan analisis proksimat (%)

Bahan Pakan Prosentase (%)

Cumi-cumi 27,6

Udang 27,6

Telur ikan 6,9

Telur Ayam 6,9

Minyak ikan 14,0

Vitamin 1,0

Garam 1,0

Alginate 15,0

Analisis Proksimat Prosentase

Protein 54,9

Lemak 19,7

Abu 7,7

Sumber : AQUACOP, 1977 dalam Hadie dan Hadie, 1993

(38)
[image:38.595.87.517.82.165.2]

30

Tabel 6. Ukuran saringan menurut umur larva (mesh/cm)

Umur larva (hari) Ukuran saringan (mesh/cm)

12 13 14-15 25-30 30-pasca larva

16 16 8 8 8 d) Kualitas air

Kualitas air merupakan faktor penting selama pembenihan berlangsung. Baik buruknya kualitas air akan sangat menentukan hasil yang akan dicapai. Air yang digunakan harus memenuhi kriteria fisik, kimia, dan biologi.

Beberapa parameter kualitas air yang perlu dipantau antara lain oksigen terlarut (DO), salinitas, derajat keasaman (pH), dan suhu.

d1. Oksigen terlarut

Kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam air merupakan sumber respirasi bagi larva, oleh karenanya harus selalu tersedia di dalam media. Keperluan organisme terhadap oksigen terlarut relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kisaran oksigen terlarut 5 ppm atau lebih merupakan kadar yang cukup baik untuk pertumbuhan larva udang galah.

Kandungan oksigen dalam air media budidaya dipengaruhi oleh :

 padat tebar udang atau biomas udang;

 banyak tidaknya kotoran atau senyawa-senyawa lain yang mengkonsumsi oksigen dalam air media budidaya;

 tinggi rendahnya populasi organisme lain;

(39)

31 d2. Salinitas

Salinitas atau kadar garam yang terkandung dalam air merupakan salah satu parameter yang perlu diperhatikan dalam pembenihan. Udang galah memiliki toleransi salinitas berkisar 0-15 ppt. Pada fase larva udang galah mampu tumbuh dengan baik pada salinitas 10-15 ppt. Untuk kebutuhan kadar garam media pemeliharaan larva, dapat berasal dari air laut dan dari garam dapur, atau campuran dari keduanya. Informasi terakhir adalah bahwa kombinasi air laut dengan garam dapat meningkatkan laju pertumbuhan larva udang galah (Khasani, 2010).

d.3 Derajat keasaman (pH)

Nilai derajat keasaman (pH) sangat terkait erat dengan ketersediaann CaCO3 dalam media budidaya. Selain sebagai penyangga atau faktor pendukung kestabilan pH, senyawa tersebut merupakan faktor yang penting pada proses pergantian kulit (moulting). pH media pemeliharaan larva udang galah sebaiknya berkisar antara 7 – 8,5. Untuk mengukur pH dapat digunakan pH meter atau kertas lakmus. Adanya pergantian air secara rutin menunjang ketrersediaan unsur tersebut.

d.4 Suhu

Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang (altitude), ketinggian dari permukaan laut (latitude), pergantian siang dan malam, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003). Peningkatan suhu dapat mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air, termasuk di dalamnya oksigen.

(40)
[image:40.595.223.398.54.195.2]

32

Gambar 17. Peralatan pengukuran kualitas air. Higrometer bisa dipergunakan untuk mengukur salinitas (harga lebih murah)

e) Monitoring pertumbuhan

Monitoring pertumbuhan larva secara berkala sangat penting dilakukan. Maksud pekerjaan ini adalah guna mengetahui apakah perkembangan larva normal, ataukah ada kelainan (kurang baik). Monitoring pertumbuhan adalah dengan mengukur panjang larva (panjang total atau total length / TL) paling tidak setiap 5 hari. Gambar 17 memperlihatkan kegiatan pengukuran panjang larva.

Jumlah larva yang diambil sebagai contoh minimal 30 ekor. Hasil pengukuran kemudian dianalisis apakah ada kecenderungan perbedaan yang mencolok. Bila kurang baik maka perlu diketahui faktor-faktor yang kiranya berpengaruh terhadap hal tersebut.

(41)
[image:41.595.226.393.54.181.2]

33

Gambar 17a. Pengukuran panjang udang (panjang total atau total length /TL).

Mutu telur bisa diketahui dari ukuran serta tingkat penetasannya (hatching rate). Ukuran telur yang baik adalah 0,6-0,7 mm, dan tingkat penetasan di atas 80%.

f) Pemanenan

Panen seleksi dilakukan pada hari ke 28-30 dengan syarat larva yang sudah menjadi pasca

larva (PL) atau ukuran 1-3 cm sekitar 30-75% jumlah total larva. Panen menggunakan

serokan berukuran mesh size mesh 50 setelah air diturunkan hingga tersisa 30%.

Larva yang sudah ditampung selanjutnya diseleksi (grading) dengan cara merendam seser

dalam air. Secara biologis udang galah yang sudah mencapai PL akan menempel pada

seser tersebut. Selanjutnya larva dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan. Proses

(42)
[image:42.595.235.389.56.172.2]

34

Gambar 18. Proses grading benih udang galah ukuran PL dan yang belum PL. Pemanenan total dilakukan setelah larva menjadi pasca larva seluruhnya. Dari hasil panen kemudian dihitung tingkat kelangsungan hidupnya (sintasan), yaitu dengan menggunakan rumus:

Tingkat SR yang dianggap baik adalah bila nilainya sama atau lebih besar dari 25%.

2.4.2 Pentokolan

Kolam yang dipergunakan bisa dari tembok untuk ukuran kecil (volume kolam 5-10 ton), atau dengan kolam tanah dengan luasan 200-400 m2. Kondisi pemeliharaan secara umum mulai dari padat tebar juvenil, penggunaan bahan-bahan seperti kapur, pakan, obat-obatan, hingga panen, yang lazim disebut standar produksi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 6. Standar produksi juwana dan tokolan pada kolam beton dan kolam tanah.

No. Parameter Satuan Juwana Tokolan

Bak Kolam

1. Pupuk organik g/m2 - - 200-500

2. Penebaran - padat tebar - ukuran Ekor/m3 gr/ekor 80.000 0,0001 1.000 AS0,002 100 0,002 3. Pakan

- tingkat pemberian - frekuensi pemberian

%/hari Kali/hari 30 8 20 4 20 4

4. Waktu pemeliharaan Hari 31-40 80 100

[image:42.595.80.493.466.627.2]
(43)

35 - sintasan - ukuran % gr 40 0,002 70 1 75 2

Secara ringkas, pentahapan pemeliharaan juvenil menjadi tokolan meliputi :

 Penyiapan kolam, dan air media pemeliharaan,  Penebaran juvenil,

 Pemberian/Pengelolaan pakan,  Pengelolaan kualitas air,  Monitoring pertumbuhan,  Monitoring kesehatan, dan  Pemanenan dan pengemasan.

Persiapan kolam dan media budidaya. Persiapan ini diarahkan agar tersedia air media budiaya yang kaya dengan pakan alami dan dengan kualitas air yang sesuai untuk benih udang dalah.Tahapan persiapan kolam dan air media budidaya meliputi :

 Pengeringan kolam, pembalikan tanah dasar, pemberian kapur, pemupukan, pengisian air sebatas untuk penumbuhan pakan alami, kemudian penambahan air media budidaya hingga kedalaman 50 cm. Ketinggian air ditingkatkan secara bertahap sejalan dengan pertumbuhan udang, hingga 100 cm.

Pengeringan dan pengapuran dimaksudkan agar dasar kolam bebas dari organisme penyakit dan meningkatkan pH tanah. Unsur karbonat dari kapur juga berpengaruh menstabilkan pH air media budidaya.

Pemupukan bisa dari jenis pupuk kandang atau pupuk kimia, ataupun kombinasi keduanya. Keunggulan pupuk kandang adalah dapat memberikan nutrisi secara bertahap, namun demikian harus diwaspadai potensi kandungan bibit penyakit. Untuk itu pupuk kandang harus sudah cukup kering. Silain sisi, pupuk kimia lebih praktis dan ketersediaannya lebih baik, namun pemakaian yang terus menerus dan kurang tepat dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah dasar kolam.

(44)

36

dari bak fibreglass (dengan aerasi) adalah 1.000 ekor/m3,sedang untuk kolam (tanpa aerasi) adalah 100 ekor/m3.

Aklimatisasi atau penyesuaian kondisi pada lingkungan hidup yang baru, khususnya terkait dengan suhu dan salinitas. Caranya adalah dengan memasukkan kantong berisi juvenil ke dalam air kolam dan membiarkannya untuk beberapa waktu (10-15 menit) hingga suhu air di dalam kantong dan di kolam sama; setelah itu bila salinitas berbeda, masukkan air kolam secara perlahan ke dalam kantong agar penyesuaian salinitas secara bertahap.

Pemberian pakan. Pakan yang dipergunakan adalah pelet dengan kandungan protein cukup tinggi yaitu +/- 30%. Dosis pemberian adalah 20% dari berat biomas (berat total udang), dengan frekuensi pemberian 4 kali per hari.

Pengelolaan kualitas air. Pengelolaan kualitas air meliputi pemantauan pergantian air, dan pengukuran parameter kualitas air yaitu suhu, pH, dan DO. Diusahakan agar nilai-nilai parameter kualitas air atetap dalam batas optimum, yaitu :

 suhu : 25-30oC;  pH : 6,5 – 8,5;

 Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l

Selain iatu, ketinggian air dipertahankan antatra 50 cm–100 cm yaitu semakin besar ukuran udang maka semakin dalam air kolam.

Pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan cara sampling. Semakin seragam ukuran berarti semakin baik, denhgan catatan laju pertumbuhan normal. Bila ukuran sudah sangat bervariasi, maka harus dilakukan grading dan memisahkan udang dengan kelompok ukuran berbeda pada kolam yang berbeda. Bila tidak dilakukan pemisahan maka resikop kenibalisme semakin tinggi.

Pemantauan kesehatan. Pemantauan kesehatan udang akan dijelaskan pada materi pokok terakhir.

(45)

37

dilakukan panen parsial, guna mengantisipasi terjadinya kanibalisme karena perbedaan ukuran.

2.5 PENGEMASAN

[image:45.595.237.388.248.359.2]

Pengemasan (packing) benih udang galah yang dapat dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah larva dimasukkan dalam bak yang diaerasi atau dengan oksigen, sedang untuk sistim tertutup adalah pengemasan dengan menggunakan kantong plastik jenis PE (polyetilen) berukuran 70 x 30 cm. Perbandingan air dan oksigen adalah = 1 : 2 untuk pengangkutan kurang dari 8 jam dengan kepadatan perkantong 1.000 ekor/kantong. Contoh pengemasan sistim tertutup disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Pengemasan benih udang galah.

Untuk pengangkutan, kantong berisi udang tersebut dimasukkan dalam boks styrofoam dan dimasukkan potongan es yang sudah dibungkus plastik guna menurunkan suhu ± 20 0C. Penurunan suhu bertujuan untuk menurunkan tingkat metabolisme yang berarti juga untuk menekan penggunaan oksigen, sehingga waktu pengangkutan dapat di perpanjang. Suhu rendah dalam transportasi benih udang berfungsi :

 menurunkan tingkat metabolisme,  menurunkan aktivitas benih,

(46)

38 Latihan

1. Sebutkan tahapan kegiatan dalam pemeliharaan larva udang galah.

2. Kaulitas air harus dipertahankan stabil pada kisaran optimum atau yang mendukung untuk kehidupan dan pertumbuhan larva udang galah. Sebutkan nilai kisaran optimum untuk pemeliharaan larva udang galah tersebut.

3. Bagaimana Saudara menentukan jumlah naupli Artemia yang akan diberikan kepada larva Saudara ?

4. Berapa dosis Artemia untuk larva udang galah? 5. Bagaimana cara menetaskan kista Artemia?

Rangkuman

1. Tahapan pemeliharaan larva meliputi : penyiapan bak dan media pemeliharaan, penebaran nauplii, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertumbuhan dan kesehatan larva, serta pemanenan.

2. Penyiapan bak pemeliharaan adalah dengan mensuci hamakan, bisa dengan bahan kimia, dapat pula dengan memanfaatkan teriknya cahaya Matahari. Dosis kaporit cukup 50 mg/ltr (untuk bak fibreglass), yang kemudian dibilas dengan air sabun, dan dicuci bersih dengan air tawar.

3. Pemelharaan larva udang galah memerlukan pemenuhan kebutuhan utama yaitu kualitas air yang sesuai/optimal, pakan kualitas tinggi, dan pengelolaan yang baik. 4. Kualitas air dijaga pada kisaran optimum agar yaitu suhu 29-31oC, pH 7,5-8.0, salinitas

5-6 ppt dan oksigen terlarut 5–6 ppm (mg/ltr).

(47)

39 BAB 3. PEMBESARAN UDANG GALAH 3.1 LOKASI PEMBESARAN UDANG GALAH

Lokasi budidaya yang baik akan mendukung keberhasilan usaha budidaya. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi budidaya/pembesaran udang galah adalah sebagai berikut:

• Jenis tanah : lumpur berpasir;

• Air memadai untuk pengelolaan budidaya dengan sistim air mengalir (flow-through system);

• Akses dan komunikasi baik;

• Mudah memperoleh sarana produksi (saprodi);

• Tenaga kerja tersedia;

• Keamanan terjamin.

Jenis tanah lumpur berpasir dimaksudkan mempunyai tingkat kesuburan yang cukup tinggi dan tidak berpengaruh jelek terhadap air media budidaya di dalamnya.

Kecukupan air untuk terselenggaranya budidaya sistim air mengalir sangat penting artinya. Adanya pergantian air yang terus menerus akan memberikan suplai oksigen dan unsur hara secara terus menerus. Selain itu, pergantian air yang terus menerus memnberikan suasana segar dan menunjang pengeluaran kotoran dan senyawa-senyawa terlarut yang bersifat merugikan/toksik.

Lokasi dengan akses yang baik akan menunjang efektivitas dalam suplai sarana produksi dan memperlancara pemasaran hasil budidaya.

3.2 FASILITAS

(48)

40

pengelolaan air kolam sistim mengalir (flow-through) dan tersedia sepanjang tahun. Kolam sebaiknya mempunyai kemalir, petak penangkapan, dan dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pengeluaran. Ketinggian pematang paling tidak 1 m. Kolam sebaiknya tidak bocor atau rembes, karena akan pengelolaan air akan terganggu. Contoh salah satu kolam untuk budidaya udang galah disajikan pada Gambar 20.

Meski kemalir atau caren tidak wajib ada, namun demikian bagian yang lebih dalam ini bermanfaat untuk persembunyian udang ketika cuaca panas, pengumpulan kotoran, dan membantu dalam proses pemanenan.

[image:48.595.160.465.264.546.2]

Selain kolam, sejumlah fasilitas pendukung antara lain adalah gudang pakan, bahan dan peralatan lain sperti anco, timbangan, dll.

Gambar 20. Contoh desain kolam budidaya udang galah.

(49)

41 3.3 TEKNIK PEMBESARAN UDANG GALAH

3.3.1 Persiapan Kolam

Beberapa tahapan yang penting dalam mempersiapkan kolam budidaya adalah sebagai berikut (Gambar 21):

• pengeringan kolam;

• pengolahan tanah dan perbaikan tanggul sewrta caren;

• Pengapuran : untuk tanah dengan pH 6,5–7 :10 – 20 g/m2;; sedang untuk tanah dengan pH 5 – 6 : 40 – 75 gram/m2;

• Pemupukan : pupuk kandang 200–500 g/m2; dan urea dan TSP 5 – 10 g/m2 setelah isi air 3 hari;

• Pemasangan shelter (Gambar20);

• Pengisian air kolam, dilakukan secara bertahap guna memberikan waktu berkembangnya pakan alami.

(50)
[image:50.595.146.482.56.298.2]

42

Gambar 21. Persiapan kolam. Atas: pentahapan pekerjaan. Basah: contoh shelter (a), dan shelter tipe apartemen (b).

3.3.2 Penebaran Benih

 Penebaran benih dilakukan satu minggu setelah persiapan kolam secara lengkap;  Benih diperoleh dari Panti Benih (hatchery), diutamakan yang telah tersertifikasi;  Benih berkualitas baik : ukuran seragam dan gerakannya lincah.

 Benih ditebar setelah melalui proses aklimatisasi untuk menghindari stres pada udang.

Benih kualitas baik dimaksud adalah yang sesuai dengan SNI 01- 6486.2 – 2000 tentang Benih Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii, de Man) kelas benih sebar.

Kriteria kuantitatif tokolan udang galah :

1. Umur dari telur : lebih dari (>) 50 hari;

(51)

43

3. Berat : 1400 – 2600 mg;

4. Kesehatan/bebas penyakit : 80%;

5. Keseragaman populasi : 80%;

6. Daya tahan terhadap :

* penurunan salinitas 30 ke 0 ppt : > 80%

* penurunan suhu 30 ke 10oC : > 80%

* perendaman formalin 500 ppm : > 80%

7. Rangsangan terhadap cahaya dan aerasi : + (positif)

3.4 PERAWATAN/PEMELIHARAAN UDANG

Beberapa kegiatan perawatan dalam pemeliharaan/ pembesaran udang galah meliputi pemberian/pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertubuhan, monitoring kesehatan, dan panen serta pasca panen.

3.4.1 Pengelolaan pakan

 Pakan pellet komersial, dengan kandungan protein minimal 30%.

[image:51.595.131.473.466.555.2]

 Dosis : tahap tokolan yaitu 10% dari berat biomasa, dan menurun pada tahap selanjutnya hingga 3% dari berat total udang sesuai dengan umur udang yang dipelihara sampai panen ukuran udang konsumsi yaitu size 20-30 (Tabel 6). Tabel 7. Analisis Proksimat Pakan Udang Galah

Kandungan Kadar

Protein Min 30%

Lemak Min 5%

Serat Kasar Maks 4%

Kadar Abu Maks 10%

Kadar Air Maks 12%

3.4.2 Pengelolaan kualitas air

(52)

44  Sistim air mengalir selelu dipertahankan;

 Dsilakukan pemupukan ulangan bila densitas plankton kurang optimal, yang ditandai dengan semakin cerahnya air;

 Kualitas air yang perlu dimonitor adalah suhu, pH, dan DO;

Suhu yang baik berkisar antara 25-30oC, pH sekitar 6,5-8,5, dan DO antara > 5 ppm.

3.4.3 Beberapa pedoman cara pengukuran dan pemeriksaan

1. Cara menentukan umur dan stadia : dihitung dari sejak telur menetas

2. Cara mengukur panjang badan total tokolan : dimulai dari rostrum hingga uropoda dengan menggunakan jangka sorong atau penggaris dalam satuan mili meter (mm).

3. Cara mengukur bobot tubuh tokolan : dilakukan dengan menggunakan timbangan analitis dalam satuan miligram (mg);

4. Metoda pengambilan contoh. Metoda pengambilan contoh tokolan untuk pemeriksaan dan pengujian dilakukan secara acak dari populasi sebanyak 10 % atau minimal 30 ekor.

5. Cara mengukur keseragaman benih udang : dilakukan dengan membandingkan ukuran sampel benih. Benih udang dikategorikan berukuran seragam bila 80 % dari populasi benih relatif sama, dan kurang dari 20 % berukuran lebih kecil atau lebih besar dari ukuran rataan.

6. Cara mengukur ketahanan dan kesehatan : dilakukan dengan cara memberikan guncangan/perubahan yang mendadak; seperti salinitas, suhu air dan pengentasan dengan menggunakan bahan kimia, seperti formalin, malachyte green dan kalium pemanganat. Benur yang sehat mempunyai ketahanan tubuh yang kuat atau tahan terhadap guncangan/perubahan tersebut.

(53)

45

b) Cara menguji penurunan suhu: dilakukan dengan memindahkan benur dari media pemeliharaan (suhu 28oC–32oC) ke suhu air 10 oC secara mendadak. Pengamatan dilakukan selama 1-2 jam, kemudian hitung persentase kematiannya. Toleransi kematian benur kurang dari 20 %.

c) Cara menguji dengan perendaman formalin: dilakukan dengan cara merendam benur ke dalam larutan formalin 500 ppm selama 15 menit, kemudian dihitung persentase benur yang mati dan toleransi kematian benur kurang dari 20 %.

7. Cara pemeriksaan kesehatan benih udang:

a) Pengamatan secara visual dilakukan untuk memeriksa ektoparasit dan morfologi.

b) Pengamatan secara mikroskopis untuk menentukan adanya bakteri dan virus pada udang dilakukan di laboratorium.

3.5 CARA PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN 3.5.1 Pemanenan

Setelah udang mencapai ukuran 20-30 ekor/kg, dilakukan pemanenan. Ada dua cara pemanenan yaitu :

 Panen sebagian; dan  Penen total.

(54)

46 3.4.2 Pengemasan

[image:54.595.113.512.343.570.2]

Pengemasan dan pengangkutan udang hasil panen bisa dilakukan dalam keadaan mati maupun dalam keadaan hidup. Dalam pengemasan dalam keadaan hidup, perlu dilakukan penurunan suhu agar tingkat metabolisme menurun, dengan demikian menurunkan tingkat aktifvitas udang dan menurunkan pengeluaran kotoran/feses. Pengemasan udang dalam keadaan segar dilakukan dalam wadah dan dicampur es curah. Sebelum dikemas, udang terlebih dahulu dicuci bersih. Penanganan/pengemasan dalam suhu dingin (prinsip rantai dingin) dan bersih merupakan sebagian realisasi princip penjagaan mutu udang segar yang sangat penting guna menjada mutu udang segar yang tinggi. Pencucian dimaksudkan membersihkan kotoran dan lendir yang merupakan sumber penyakit. Demikian pula suhu dingin untuk menghambat tingkat kemunduran mutu baik secara mikrobiologis (berkembangnya organisme pembusuk), maupun kemis (perombakan senyawa secara mimiawi). Proses pengepakan udang galah dalam keadaan segar/fresh diilustrasikan pada Gambar 22 dibawah ini.

(55)
[image:55.595.133.480.85.332.2]

47

Gambar 23. Pengemasan dan pengangkutan.

Latihan

1. Sebutkan karakteristik kolam pembesaran udang galah yang baik. 2. Apa fungsi shelter dalam kolam tersebut?

3. Berapa padat tebar pad tahapan pembesaran, dan kisaran kualitas air yang baik? 4. Bagaimanakah pengelolaan pakannya?

5. Dalam pengemasan perlu diperhatikan prinsip bersih dan suhu dingin. Jelaskan manfaatnya.

Rangkuman

(56)

48

2. Pengelolaan kualitas air meliputi penjagaan aga berlangsung pergantian air secara terus menerus, dan kualitas air terjaga pada kisaran optimum yaitu : suhu 25-30oC, pH 6,5-8,5 dan DO > 5 ppm.

3. Penggunaan shelter atau fish apartemen sangat bermanfaat dalam menurunkan tingkat kanibalisme serta memungkinkan dilakukan padat tebar lebih tinggi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas.

4. Pengelolaan pakan meliputi pemakaian pelet dengan protein cukup tinggi, dosis 6-10% berat biomas udang dengan frekuensi pemberian 5 kali per hari.

(57)

49

MATERI PKOK 4. MENJAGA KESEHATAN UDANG GALAH 4.1 BIOSEKURITI

Biosekuriti adalah sistem pencegahan penyakit dalam budidaya, meliputi sarana yang harus tersedia dan prosedur yang harus dipatuhi baik para pekerja maupun orang lain yang masuk ke areal budidaya. Beberapa sarana yang lazim ada untuk maksud tersebut antara lain:

 Pagar areal budidaya;

Foot-bath (fasilitas cuci kaki yaitu bak diisi larutan kaporit 50-100 ppm; Hand-wash (fasilias cuci tangan);

 Dll.

4.2 MONITORING KESEHATAN UDANG 4.2.1 Tindakan diagnosa.

Monitoring kesehatan pada budidaya yang sedang berjalan adalah termasuk dalam tindakan Diagnosa Level 1, yang meliputi :

 pengamatan langsung terhadap Lingkungan;  Perubahan tingkah laku dan gejala klinis.

Bila diperlukan maka dapat dilanjutkan ke Diagnosa Level 2 yaitu pemeriksaan contoh di laboratorium. Untuk dapat melaksanakan tindakan diagnosa level 1, diperlukan pengetahuan tentang komponen yang menjadi pemicu timbulnya penyakit pada biota budidaya, dan hal ini akan dijelaskan pada bahasan berikut.

4.2.2 Komponen Pemicu Penyakit

(58)
[image:58.595.221.433.56.196.2]

50

Gambar 24. Hubungan inang, patogen dan lingkungan terhadap terjadinya penyakit

4.2.3 Teknik Pengamatan Secara Visual

Teknik pengamatan secara visual ditujukan untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan/udang secara sederhana dan dapat dilakukan langsung di lapangan (on spot). Teknik tersebut sangat banyak membantu dalam penentuan penyakit yang ada dan memudahkan dalam pengendalian yang akan dilakukan.

Teknik pemeriksaan ikan secara visual mencakup beberapa komponen mendasar yang harus dipahami oleh para praktisi perikanan termasuk antara lain:

(a) Sejarah terjadinya penyakit

(b) Pengamatan lingkungan sekitar tempat pemeliharaan (c) Pengamatan keadaan media pemeliharaan

(d) Pengamatan di lapangan secara umum

4.2.4 Pemeriksaan gejala klinis udang sakit di lapangan sebagai sampel

(59)

51 4.2.5 Pemeriksaan mikroskopis di lapangan

Jika memungkinkan pemeriksaan mikroskopis juga dilakukan, dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 hingga 400x. Indikasi yang diharapkan adalah menduga adanya patogen tertentu seperti protozoa, jamur, atau bahkan bakteri meski tidak dapat secara langsung. Dapat dengan mengirim sample ke laboratorium terdekat.

4.3 BEBERAPA CONTOH PENYAKIT

Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas keberhasilan pembenihan udang galah. Penyakit yang biasa timbul pada udang galah adalah antara lain adalah

a) Penyakit bakterial yang berupa Vibrio sp. dengan ditandai oleh :  semacam stress,

 fluorisensi pada larva yang mati; dan

 terjadi kematian massal dalam waktu yang singkat.

Untuk mencegah terjadinya serangan bakterial perlu adanya “Chlorinisasi” media dan pengeringan fasilitas selama 7 hari, jika sudah terserang pengobatannya menggunakan Furozolidone dengan dosis 10‐15 ppm, dengan cara perendaman selama 3 hari.

b) Black Spot. Timbul bintik hitam yang disebebkan oleh bakteri, dan diikuti dengan berkembangnya jamur pada tubuhnya. Banyak menyebabkan kematian serta penurunan mutu udang. Cara mengatasi adalah dengan pemberian obat-batan anti bakterial yang diaplikasikan secara oral melalui pakan.

c) Udang terserang penyakit dengan tubuh warna kehijauan, berlumut pada tubuhnya (Gambar 23).

Lumut warna hijau yang menempel pada udang merupakan akumulasi beberapa organisme terutama dari jenis-jenis protozoa, yaitu Vorticela sp., Epistylis sp., dan Acineta sp. Aplikasi obat-obatan pembasmi alga yang dikombinasikan dengan

(60)
[image:60.595.176.449.56.145.2]

52

Gambar 25. Udang terserang penyakit. Kiri: hijau/lumut; kanan: ekor putih (diduga virus).

Tindakan pencegahan terhadap timbulnya penyakit.

Beberapa hal yang perlu dilakukan agar penyakit tidak berkembang antara lain adalah sebagai berikut:

a) Menerapkan biosekuriti, baik di pintu-pintu masuk maupun dalam proses budidaya ; b) Memastikan bahwa air pasok bebas pencemaran, bebas dari organisme penyakit,

termasuk yang dibawa oleh carriers (binatang lain baik ikan dll.); c) Mengkarantina udang yang masuk dari luar;

d) Padat tebar jangan terlalu tinggi.

e) Menjaga lingkungan budidaya agar selalu dalam keadaan prima dan menangani limbah budidaya demikian rupa hingga tidak mencemari lingungan sekitarnya;

f) Mengadministrasikan/mendokumentasikan proses produksi dan treatmen-treatmen yang dilakukan.

(61)

53 Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan biosekuriti? Dan apa saja contoh fasilitas uantuk itu?

2. Monitoring kesehatan biota budidaya yang sedang berjalan adalah termasuk tindakan diagnosa level 1. Apa saja cakupannya?

3. Apa saja komponen pemicu timbulnya penyakit dalam budidaya?

4. Pengamatan secara visual sehari-hari sangat penting dilakukan guna pencegahan berkembangnya penyakit. Di antara cakupan yang harus dipanatu adalah keadaan media pemeliharaan. Mencakup apa sajakah pengamatan pada media pemeliharaan tersebut?

5. Pemeriksaan gejala klinis juga sangat penting artinya dalam mengantisipasi penyakit pada biota budidaya. Sebutkan meliputi apa saja pemeriksaan tersebut?

Rangkuman

1. Biosekuriti adalah suatu sistem yang meliputi sarana dan prosedur yang harus dipatuhi, sebagai tindakan pencegahan (preventif) terhadap adanya serangan penyakit pada biota budidaya.

2. Monitoring kesehatan meliputi tindakan diagnosa level 1 yaitu monitoring pada kegiatran budidaya yang sedang berjalan, dan tindakan diagnosa levgel 2 yaitu pemeriksaan contoh di laboratorium.

3. Tindakan diagnosa level 1 erupakan kegiatran yang sangat strategis karena dengan diketahuinya gejala serangan secara dini maka memungkinkan dilakukan pencegahan yang lebioh efektif dan efisien.

4. Pemahaman tentang koponen pemicu penyakit sangat penting artinya, agar pemantauan dilakukan secara cermat dan benar. Terlenanya salah satu komponen pemicu penyakit akan dapat berakibat fatal.

(62)

54

penyakit yang ke dua dengan aplikasi bahan kimia pembasmi alga, pembersihan dasar kolam, serta perbaikan kualitas air.

EVALUASI

1. Sebutkan garis besar tahapan perkembangan stadia udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

2. Sebutkan karakteristik habita/biologis udang galah, yang sangat penting untu diketahui para pembudidaya?

3. Udang galah makan jazad nabati dan hewani dan ini salah satu faktor yang meungntungkan bagi kita; disebut apakah sifat makan yang demikian?

4. Udang galah dikenal mempunyai capit panjang dan besar terutama yang jantan; apakah varietas yang ukuran kaki jalan ke dua-nya lebih kecil dan berkualitas tinggi sebagai biota budidaya?

5. Sarana utama yaitu bak-bak pemeliharaan terutama bak beton dan bak fibreglass atau sejenisnya harus halus permukaannya. Mengapa demikian?

6. Air untuk pasok hatchery udang galah harus memenuhi secara kuantitas maupun kualitas. Jelaskan.

7. Sarana indoor harus mendukung terciptanya suhu media budidaya yang relatif tinggi (optimal). Jelaskan apa manfaatnya suhu relatif tinggi tersebut?

8. Induk yang dipergunakan untuk pemijahan sebaiknya adalah induk yang memenuhi persyaratan kualitatif dan kuantitatif. Sebutkan apa saja persyaratan kualitatifnya.

9. Jenis pakan yang diberikan sewaktu masa penetasan berbeda dengan jenis pakan induk para masa pemeliharaan. Apa jenis pakan dimaksud? Mengapa demikian? 10. Nauplii hasil penetasan perlu diperiksa kualitasnya. Apa sajakah yang harus diperiksa

pada nauplii tersebut?

11. Sebutkan tahapan persiapan kolam dan jelaskan maksud setiap langkah tersebut. 12. Penyediaan pakan alami akan sangat menunjang baik dalam laju pertumbuhan udang

maupun dalam efisiensi biaya pakan. Jelaskan.

(63)

55

14. Penyakit apa saja yang biasa Saudara jumpai dalam unit budidaya Saudara? 15. Bagaimanakah prinsip pengelolaan kesehatan dalam budidaya ikan/udang?

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fauzan. 2009. Mondongkrak Produktivitas Udang Galah Hingga 250%. Penerbit Swadaya. Jakarta. 115 halaman.

Badan Standarisasi Internasional. 2000. SNI Udang Galah. Jakarta.

Indonesia Aquaculture. 2011. Teknik Pembesaran Udang Galah. Sponsored by Tequisa Indonesia. Jakarta.

Khasani, I. 2010. Efisiensi Pembenihan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) Melalui Penggunaan Garam Dapur Sebagai Pengganti air Laut. Loka Riset Pemiliaan dan Teknologi Budidaya Air Tawar. Sukamandi.

Ryan, Enny Purbani T. 2006. Peluang Ekspor Udang Galah. AGRINA. Jakarta.

Sartini. 2010. Teknik dan analisa Finansial Pembesaran Udang Galah. Karya Ilmiah Praktek Akhir. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.88 Halaman.

Singholka, S. 1982. FRESHWATER PRAWN FARMING. A Manual for The Culture of Macrobrachium rosenbergii. FAO, Rome. 116 halaman.

Sutomo, H. 20/11/2011. Pengembangan Benih Udang Galah Hasil Persilangan Induk alam dan Induk Hasil Budidaya. TRIPOD.

Trobos. 2011. Udang Galah: Trik Meraup Untung Lebih. Jakarta.

Gambar

Gambar 2.  Morfologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man). Keterangan:
Gambar 4.  Tahapan perkembangan stadia udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
Gambar 5.  Perbedaan udang galah jantan dan betina. Udang galah jantan (a); betina (b); alat kelamin jantan (c), dan alat kelamin betina (d)
Tabel 1.  Parameter kualitas air untuk pasok unit Hatchery Udang Galah.:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun demikian, perlu diperhatikan adanya bahaya pencemaran racun yang bisa muncul, misalnya racun bekas semprotan ( fogging) Demam Berdarah Dengue (DBD). Maka

Penelitian pengembangan budidaya ikan hias koi di BPPBIH dilakukan mulai dari persiapan kolam pemeliharaan, pemijahan, inkubasi telur, pendederan, dan pembesaran,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan jumlah bak budidaya cacing sutra dengan memanfaatkan limbah budidaya lele sistem intensif terhadap kualitas air

Teknik Pemeliharaan Induk Udang Galah ( Macrobranchium rosenbergii ) di Instalasi Budidaya Air Payau Desa Sukabumi Kecamatan Mayangan Kabupaten Probolinggo - Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeliharaan benih ikan kue dilakukan di hatcheri Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, dengan menggunakan bak- bak

Wadah budidaya dalam kegiatan pembenihan terdiri dari : wadah pemeliharaan induk, wadah pemijahan, wadah kolektor telur, wadah penetasan telur, wadah pemeliharaan

Selama ini pengelolaan budidaya ikan haruan belum dilakukan sesuai standar atau hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki nelayan; misalnya kolam pemeliharaan yang relatif sederhana,

Tujuan dilaksanakannya pembenihan ikan pada ikan rainbow Melanotaenia parva ini adalah sebagai berikut: 1 Mempelajari cara dalam pemeliharaan induk, larva, dan benih ikan rainbow