KAJIAN PARAMETER FISIK AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN. Kasus Waduk Bilibili Zona III Kabupaten Gowa). Apabila di kemudian hari ternyata atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau seluruh skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter fisik perairan yaitu suhu berkisar antara 29 – 310C yang menunjukkan bahwa kisaran suhu di Waduk Bilibili masih sangat sesuai untuk budidaya ikan, pencahayaan antara, yaitu kondisi pencahayaan yang baik untuk budidaya budidaya seperti seperti ikan dan udang, kekeruhan mempunyai nilai diatas Batas optimum 34,3NTU - 58,5NTU sehingga kurang cocok untuk budidaya ikan, kedalaman pada stasiun II masih layak untuk budidaya dan kecepatan arus pada stasiun III juga masih sesuai untuk budidaya.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang banyak memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung selama penulis meneliti skripsi ini dari awal hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis memerlukan kritik dan saran agar dapat menjadi acuan dalam penyempurnaan skripsi ini.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyaknya sampah di perairan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar Waduk Bilibili. Jika hal ini terus terjadi maka akan berdampak pada kualitas air, termasuk kualitas fisik air meliputi suhu, kedalaman, kecerahan, kekeruhan, dan kecepatan arus. Seperti mengatur suhu yang sesuai untuk budidaya ikan budidaya dan memilih lokasi yang strategis dimana cahaya masuk ke dalam air cukup sehingga fitoplankton dapat berfotosintesis dengan baik dan energi yang dibutuhkan ikan budidaya juga cukup baik.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kualitas air khususnya parameter fisik air, untuk mengetahui sejauh mana daya dukung kualitas air untuk kegiatan budidaya tambak dan juga untuk penggunaan keramba jaring apung di Waduk Bilibili saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur parameter fisik air untuk budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung (KJA) di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Sedangkan pemanfaatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data fisik kualitas air di perairan Waduk Bilibili dan sebagai referensi bagi komunitas budidaya perikanan serta dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
- Keramba Jaring Apung
- Ekosistem Waduk
- Struktur Fisik Waduk
- Parameter Fisika Perairan
- Suhu
- Kekeruhan
- Kedalaman
- Kecepatan Arus
Berdasarkan sifat fisik, kimia dan biologinya, akumulasi dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona aliran (sungai), transisi, dan banjir (danau) (Thornton et al., 1981 dalam Thornton et al., 1990). Stratifikasi ini disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi secara vertikal. Jika arus keluarnya lambat maka waktu tinggalnya lebih lama, sehingga pencampuran di dalam tangki lebih banyak, sehingga tangki homogen.
Selain itu peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas-gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya (Effendi 2003). Kekeruhan didefinisikan sebagai intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh material yang mengapung. Kekeruhan air menggambarkan sifat optik air yang ditentukan oleh banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan di dalam air.
Kompensasi kedalaman biasanya terjadi ketika cahaya di kolom air hanya 1% dari total intensitas cahaya yang menembus permukaan air. Kompensasi kedalaman sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003 dalam Irawan et al., 2009). Menurut Barus (2001) dalam Irawan dkk., (2009), aliran air merupakan faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun lentik.
Hal ini terkait dengan sebaran organisme, gas terlarut, dan mineral di dalam air. Arus air pada perairan lotik pada umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga airnya tersebar ke seluruh bagian perairan. Arus juga sangat penting dalam siklus air karena mengalirkan material terlarut dan padatan tersuspensi (Dahuri, 2003) dan dapat mempengaruhi keberadaan organisme yang menempel (Akbar et al., 2001).
Mayunar et al., (1995) menyatakan bahwa organisme yang menempel akan semakin banyak menempel pada jaring jika kecepatan arus dibawah 25 cm/detik sehingga akan mengurangi sirkulasi air dan oksigen. Namun (Ahmad et al., 1991) menyatakan bahwa kecepatan saat ini yang masih baik untuk budidaya di KJA adalah sekitar 5 – 15 cm/detik. Siregar, 2004) mengklasifikasikan kecepatan arus sebagai berikut seperti disajikan pada Tabel 5.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Ukur Suhu Ukur Kecerahan Ukur Kekeruhan Ukur Kedalaman Ukur Kecepatan Saat Ini Ukur Waktu Perjalanan Meteran Arus.
Prosedur Penelitian
- Persiapan
- Penentuan Stasiun
- Pengukuran
Pengukuran parameter kualitas air suhu, kedalaman, kekeruhan, kejernihan dan kecepatan aliran dilakukan secara langsung (in situ). Pengukuran per parameter dilakukan seminggu sekali, momen pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari pukul 17.00 dan sore hari pukul 17.00. DO meter dicelupkan ke dalam air, ditunggu beberapa menit, diangkat dan dicatat suhunya. Pengukuran ini diulang sebanyak tiga kali dan dihitung suhu rata-ratanya agar data yang diperoleh lebih akurat.
Bandul dicelupkan ke dalam air sampai ke dasar kemudian ketinggian permukaan air pada tali (.... cm) diamati dan dicatat. Kemudian isi botol dengan air sampel secukupnya lalu bawa air tersebut ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Kemudian air sampel dipindahkan ke dalam gelas kimia dan dibandingkan dengan baku air yang menjadi patokan (standar).
Kemudian air sampel dimasukkan ke dalam turbidimeter dan diatur agar turbidimeter menampilkan angka yang konstan. Piringan Secchi diturunkan ke dalam air hingga tidak terlihat dan ketinggian permukaan air pada tambang piringan Secchi dicatat (A cm). Kemudian piringan Secchi diangkat secara perlahan hingga terlihat dan ketinggian permukaan air di tambang piringan Secchi (B cm) dicatat kembali.
Sebuah bola pingpong yang diikat dengan tali rafia diletakkan di atas permukaan air sambil stopwatch berjalan. Kedalamannya diukur dengan menggunakan alat yaitu tiang periodik/pendulum logam yang diikatkan pada tali (ditandai sebagai alat ukur) pada salah satu ujungnya.
Analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Hasil Pengukuran Parameter Fisika Air
- Suhu air
- Kekeruhan
- Kedalaman
- Kecepatan Arus
Berdasarkan Tabel 8, hasil pengukuran rata-rata suhu air pada ketiga stasiun menunjukkan bahwa suhu tertinggi terdapat pada stasiun III yang merupakan daerah dekat dengan kegiatan pertanian yaitu antara 29,30C-31,20C, kemudian disusul oleh stasiun II yang merupakan kawasan yang mewakili aktivitas penangkapan ikan antara 29,30C-30,80C, dan suhu terendah terdapat pada stasiun I yaitu perairan yang dekat dengan aktivitas pemukiman yaitu antara 29,40C-30,90C. Fluktuasi suhu air selama empat minggu penelitian pada tiga stasiun pengamatan, terlihat adanya perbedaan suhu pada setiap stasiun, sehingga diperoleh nilai suhu air tertinggi yaitu pada stasiun III yaitu perairan yang dekat dengan aktivitas pertanian. dengan nilai 30,30 C. Tingginya suhu di stasiun ini terjadi karena diketahui. Kondisi kedalaman perairan pada stasiun ini tergolong dangkal karena kedalamannya bervariasi antara 2,4 m – 4,5 m, begitu pula pada stasiun I yang merupakan perairan dekat dengan aktivitas pemukiman dengan nilai 30,30C dan memiliki kedalaman 2,9 m – 5,4 m. .
Sedangkan suhu terendah terdapat pada stasiun II yaitu daerah penangkapan ikan dengan nilai suhu 30,30C. Kemudian disusul stasiun I yaitu perairan yang dekat dengan aktivitas pemukiman bervariasi antara 33,2%-37% dan suhu terendah terdapat pada stasiun III yaitu perairan yang dekat dengan aktivitas pertanian bervariasi antara 15%-46,5%. Fluktuasi iluminasi perairan selama empat minggu penelitian pada tiga stasiun pengamatan terlihat adanya perbedaan nilai iluminasi pada masing-masing stasiun, sehingga diperoleh nilai iluminasi tertinggi yaitu pada stasiun II yang merupakan daerah penangkapan ikan. dengan sebuah nilai. sebesar 39,7% kemudian penerangan air pada stasiun I yang merupakan kawasan perairan yang dekat dengan aktivitas pemukiman dengan nilai 38,8.
Sedangkan kejernihan terendah terdapat pada stasiun III yaitu perairan dekat kegiatan pertanian dengan nilai kejernihan sebesar 29,1%. Berdasarkan Tabel 10, hasil pengukuran rata-rata kekeruhan air pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan bahwa kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun III yang merupakan daerah yang dekat dengan kegiatan pertanian yaitu berkisar antara 21,9 NTU – 96,7 NTU, kemudian disusul oleh stasiun II. yang merupakan wilayah yang mewakili aktivitas penangkapan ikan berkisar antara 21,0 NTU - 56,3 NTU, dan kekeruhan terendah terdapat pada stasiun I yaitu perairan dekat pemukiman penduduk berkisar antara 20,9 NTU - 53,3 NTU. Fluktuasi kekeruhan air selama empat minggu penelitian pada tiga stasiun pengamatan terlihat bahwa kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu perairan dekat kegiatan pertanian dengan nilai 58,5 NTU. Tingginya kekeruhan pada stasiun ini diduga karena merupakan hulu waduk yang letaknya tempat masuknya air sungai jadi bahannya banyak.
Sedangkan kekeruhan terendah terdapat pada stasiun I yaitu perairan dekat pemukiman penduduk dengan nilai kekeruhan sebesar 34,3 NTU. Hasil pengukuran rata-rata kedalaman perairan pada tiga stasiun menunjukkan bahwa nilai kedalaman maksimum terdapat pada stasiun II yaitu daerah penangkapan ikan pada kisaran 6 m sampai dengan 7 m. Sedangkan kedalaman terendah terdapat pada stasiun III yang perairannya dekat dengan aktivitas pertanian, yaitu antara 2,4 m hingga 4,5 m.
Berdasarkan Tabel 12, hasil pengukuran rata-rata kecepatan aliran dari ketiga stasiun menunjukkan bahwa kecepatan aliran maksimum terdapat pada stasiun III yaitu perairan yang dekat dengan kegiatan pertanian, kecepatan aliran berkisar antara 4,7 cm/s - 6,4 cm/ dengan . Selanjutnya stasiun II merupakan daerah penangkapan ikan yang kecepatan arusnya bervariasi antara 3,6 cm/s – 5,4 cm/s dan terendah pada stasiun I yang perairannya dekat dengan aktivitas. Dari fluktuasi kecepatan arus pada ketiga stasiun pengamatan terlihat adanya perbedaan nilai kecepatan arus pada masing-masing stasiun, sehingga nilai kecepatan arus tertinggi dicapai pada stasiun III yaitu dekat dengan perairan untuk kegiatan pertanian dengan nilai 5,4 cm/ dengan
Sedangkan kecepatan aliran terendah terdapat pada stasiun I yaitu perairan yang dekat dengan aktivitas pemukiman dengan kecepatan aliran 4,4 cm/s.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Hasil pengukuran parameter suhu air di Zona 3 Waduk Bilibili selama 5 minggu penelitian di 3 stasiun pengamatan. Hasil pengukuran parameter kedalaman air pada area 3 Waduk Bilibili selama 5 minggu penelitian di 3 stasiun pengamatan. Hasil pengukuran parameter kecepatan aliran air di Area 3 Waduk Bilibili selama 5 minggu penelitian di 3 stasiun pengamatan.