• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

2.3 Biaya Produksi

Menurut (Soekartawi,1995: 40) Seorang produsen termasuk petani dalam melaksanakan setiap produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-obatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi.

Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor produksi tesebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Jadi biaya dalam hal ini merupakan pengeluaran, akan tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Menurut (Soekartawi,1995: 42) bahwa biaya; harga cost pada umumnya ialah jumlah uang yang dibayar atau dibelanjakan untuk suatu produk atau jasa tertentu. Jumlah uang

yang sebenarnya dikeluarkan atau dibebankan untuk pembelian barang atau jasa. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi, maka dikenal pula istilah lain yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Biaya langsung adalah harga bahan baku dan tenaga kerja yang secara langsung dibelanjakan atau dikeluarkan untuk memperoduksi suatu produk atau jasa. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi seperti biaya sewa, penerangan, pemeliharaan, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fadholi Hernanto, (2018:198) mengemukakan bahwa biaya produksi adalah seluruh biaya upah langsung, biaya bahan langsung dan biaya umur pabrik yang dikeluarkan atau dibebankan selama satu periode, baik menghasilkan barang jadi maupun setengah jadi. Sedangkan Harga Pokok Produksi atau Cost of goods manufactured, adalah biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk memproduksi barang jadi yang dihasilkan selama satu periode.

Dalam menganalisis pembiayaan petani dapat dilakukan dengan pendekatan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengambil keputusan penggunaan biaya dalam produksi pertanian. Dalam proses produksi jangka pendek , biaya produksi terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya Variabel (Variable Cost). Biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan outpout sedangkan biaya variabel berubah dengan berubahnya output (Sumitro,1991:65).

Dalam hubungannya dengan pembiayaan jangka pendek (satu musim tanam) biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan. Biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, misalnya pajak lahan. Biaya variabel secara langsung berhubungan dengan

jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai, misalnya pupuk, bibit, biaya penyiangan dan lain-lain. Biaya total petani adalah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total.

Menurut kutipan dari Pedoman Analisis Usaha tani Holtikultura (2000:1620) yang menyatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk, termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupun di luar usaha tani. Sedang kan total produksi biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang digunakan da lam mengorganisasi dan melaksanakan proses produksi termasuk di dalamnya modal input-input dan jasa-jasa yang digunakan dalam produksi.

Menurut Soekartawi (2001:112) biaya dalam usaha tani diklasifikasikan dalam tiga golongan yaitu:

a. Biaya uang dan biaya in natura

Biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah termasuk upah untuk ternak, biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak dibayarkan dalam bentuk in natura.

b. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya bibit, pupuk, pestisida dan lain-lain.

c. Biaya rata-rata dan biaya marginal

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan tam bahan satu satuan produk pada satu tingkat produksi tertentu.

Menurut kebanyakan data menghubungkan hasil (output) tanaman atau produksi terhadap tingkat penggunaan masukan (input) yang berbeda–beda diperoleh dari percobaan agronomi. Dalam hal ini terutama berhubungan dengan penggunaan masukan yang dianggap penting seperti bibit, tenaga kerja, pupuk, dan tenaga kerja (Soekartawi, dkk,1984: 34)

1. Biaya Bibit

Pemilihan bibit merupakan langkah awal yang akan sangat menentukan apakah budidaya tanaman kopi akan berhasil atau tidak. Langkah ini merupakan landasan bagi usaha atau penanaman kopi. Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup berbagai segi yaitu pemeliharaan varietas unggul ini mempunyai ciri-ciri berproduksi tinggi dan kontinu (ajeg), tahan terhadap serangga hama – penyakit (terutama penyakit HV), serta menghasilkan kopi yang bermutu tinggi.

Pada dasarnya bibit yang digunakan dalam budidaya kopi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bibit generatif dan bibit vegetatif. Bibit generatif (bibit semai) diperoleh dengan cara menyemaikan benih. Bibit vegetatif diperoleh dengan cara membiakkan bagian tanaman selain benih; misalnya bibit cangkokan, sambungan, okulasi, dan setek. Bibi semai boleh digunakan asal bibit tersebut berasal dari benih hasil silang pertama (hibrida) yang diperoleh langsung dari penakar-penakar

benih terpercaya. Benih dari penakar benih tersebut berasal dari tanaman yang sudah diisolasikan sehingga sifat unggulnya tidak tercemar.

Bibit yang diperoleh dari pihak lain (membeli), sebaiknya tidak langsung ditanam. Bibit tersebut dipelihara terlebih dahulu selama 2-3 minggu, terutama bibit yang diambil dari tempat yang cukup jauh dengan kondisi lahan yang sangat berbeda, maksudnya agar bibit tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, sehingga tidak banyak mengalami kegagalan ketika ditanaman di lapangan. Penanaman dari kebun sendiri tidak disarankan, karena biasanya sifat benih tersebut berbeda dengan induknya. Akibatnya tidak bisa diduga apakah benih tersebut menghasilkan tanaman unggil atau tidak. Bibit yang cukup umur dan ditanam pada waktu yang tepat akan menghasilkan buah atau tumbuh dengan baik

2. Biaya Tenaga kerja

Menurut Soetriono (2016:71) tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam produksi, kerena tenaga kerja merupakan faktor penggerak faktor input lainya, tanpa adanya skill dan pengetahuan serta pengaruh usia dan sumber daya manusia yang masih rendah maka faktor tenaga kerja tersebut tidak berarti. Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :

a. Tersedianya tenaga kerja

Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

b. Kualitas tenaga kerja

Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu ini sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas sesuai kemampuan yang dimilikinya. Akan tetapi tenaga kerja yang berspesialisasi ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas dan ini telah menjadi masalah global sampai saat ini. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut.

c. Jenis kelamin

Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.

d. Tenaga kerja musiman

Pada umumnya, pertanian ditentukan oleh musim. Oleh karena itulah seringkali terjadi penyediaan tenaga kerja musiman. Biasanya tenaga kerja musiman ini muncul saat suatu proses produksi yang berlangsung ketika dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani sendiri membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mengerjakan tanahnya misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak. Selain tenaga kerja musiman, ada juga yang disebut dengan pengangguran tenaga kerja musiman. Pengangguran musiman ini muncul setelah masa tanam selesai dan proses menunggu panen. Dalam keadaan menunggu panen inilah biasanya para petani lebih memilih untuk tinggal dirumah.

3. Biaya Pupuk

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pada dasarnya sangatlah bermanfaat dalam mempertahankan kandungan nutrisi tanaman yang ada didalam tanah serta memperbaiki atau menyediakan kandungan tanaman yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik, terutama dapat memperbaiki struktur Tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Selain menyediakan nutrisi pada tanaman,pemupukan juga membantu mencegah kehilangan nutrisi yang cepat

hilang seperti N, P, K yang mudah hilang oleh penguapan. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki kemasaman tanah. Tanah yang masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk organik.

Pemupukan pada tanaman kopi bertujuan pada dasarnya untuk mencukupi unsur hara bagi tanaman. Unsur hara adalah unsur yabg dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, membentuk batang, daun cabanag baru, bunga, buah, dan sebagainya. Apabila tanaman kekurangan salah satu unsur haram aka akan timbul gejala yang merugikan seperti tanaman kurus, daun menguning, enggan berbuah dan lain-lain (Sri Najiyati: 1999: 82 ).

Dokumen terkait