• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KOPI DESA SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KOPI DESA SERDANG"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KOPI

DESA SERDANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh: BONUSTA TARIGAN

150907086

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KOPI DESA SERDANG

Nama : Bonusta Tarigan

NIM : 150907086

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Nicholas Marpaung, S.AB., M.Si

Perkembangan pertanian di Indonesia sudah dimulai sejak cukup lama, salah satu sektor pertanian yang saat ini berkembang ialah pertanian kopi. Kesejahteraan petani kopi seharusnya sudah mengalami penikatan beriringan dengan bertambahnya luas dari tanaman kopi itu sendiri. Pendapatan petani kopi diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga pendapatan masyarakat petani kopi tidak merata.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani kopi di daerah penelitian Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo, dan pada penelitian ini Faktor-Faktor yang diteliti difokuskan kepada Luas lahan, Biaya Produksi dan Harga Output Kopi.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kopi di daerah penelitian adalah Fungsi Pendapatan Persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression). Pengambilan Sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling dengan total sampel sebanyak 64 orang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani dengan menggunakan kuisioner dan data sekunder yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan dari instansi terkait.

Hasil penelitian menujukkan bahwa: 1) Secara serempak, variabel luas lahan, dan harga jual berpengaruh signifikan terhadap penddapatan petani kopi di daerah penelitian, namun Biaya produksi memberikan pengaruh signifikan secara negarif terhadap pendapatan petani kopi di daerah penelitian. 2) Luas lahan, biaya produksi, dan harga jual secara simultan memberi pengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kopi di daerah penelitian.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECT THE INCOME OF COFFEE FARMERS SERDANG VILLAGE

Name : Bonusta Tarigan

NIM : 150907086

Department : Business Administration Faculty : Social and Political Sciences Advisor : Nicholas Marpaung, S.AB., M.Si

Agricultural development in Indonesia has been started since quite a long time, one of the agricultural sector that is currently growing is the farming of coffee. The welfare of the coffee farmers should have experience penikatan hand in hand with the increasing widespread of the coffee plant itself. The income of farmers of coffee known to be influenced by several factors so that the incomes of coffee farmers are not evenly distributed.

Research objectives are analysis about what factors which influence the income of coffee farmers in research area Serdang Village, Barusjahe sub-districts, Karo districts and on this research that factors which researched focus on land area,production cost,and price output of coffee.

Analysis method use to analysis about factors that influence the income of coffee farmers in research area is income function the equation of multiple linear regression. Sampling done by nonprobability sampling use purposive sampling technic amount 64 people. The data which used is primary data obtained from result of interview with questionnaire and secondary data which obtained from result of literature review and also relevant agencies.

Result of research indicates that : 1) simultaneously,land area variabel and sale price significant effect on income of coffee farmers in that area, nonetheless production cost is giving influence negative significantly towards income of coffee farmers in that area. (2) land area,production costs,and sale prices simultaneously offer significant influence towards income of coffee farmers in that area.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan hikmahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KOPI DESA SERDANG. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Saya sebagai penulis sepenuhnya sadar bahwa sebuah keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini adalah rahmat yang diberikan tuhan Yang Maha Esa dan juga bantuan, dukungan, uluran tangan dan pikiran dari semua pihak yang selama ini selalu ada bersama penulis. Oleh karena itu perkenakanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik bagi penulis selama menempuh pendidikan di Ilmu Administrasi Bisnis.

5. Bapak Nicholas Marpaung, S.AB, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan serta arahan juga motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Bapak Onan Marakali Siregar, S.Sos. M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

(5)

7. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, M.Si dan Bapak Ahmad Farid S.H selaku pegawai pendidikan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis.

8. Seluruh Staf Pengajar atau Dosen di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

9. Kepada Pemerintahan Desa Serdang dan seluruh responden yang telah memberikan izin dan waktu kepada penulis untuk penelitian skripsi ini. 10. Kedua Orang tua Penulis, Bapak B. Tarigan Silangit dan Mamak S. Br

Sitepu tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta mendukung sepenuh hati baik ilmu, materi serta serta senantiasa mendoakan penulis dalam setiap proses perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada Abang dan Kakak penulis Boni Fasius T. Silangit, Sonettaria Br T. Silangit Dan Bernadetta Br T. Silangit S.KM serta keponakan penulis Alvian, Aldo, Aldi dan Sekar tersayang yang telah memberikan semangat, motivasi dan selalu ada untuk menghibur penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat penulis selama dibangku perkuliahan, Ia Kinze Bangun, Haron Simamora, Delvis MC Gulo, Roby Milala, Siska Tarihoran, Yohana Meyralda, Arbina Tresia, Lita Winda, Ferina Angela, Ela Sinaga, Sanny Sipayung, dan Gusti Sinaga (CCAA) yang selalu ada setiap saat dan bersama-sama menjalai masa perkuliahan.

13. Kepada Agita Aries Br Singarimbung yang selalu setia menemani, memotivasi serta membatu penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

14. Kepada team “Fly Over Squad” Seven Silangit, Betra Ginting, Trismanto Sembiring, dan Ananta Tarigan.

15. Rekan-rekan BPH IMKA Eguaninta FISIP USU 2017/2018, Ia Kinze Bangun, Juni Ray Barus, Mia Audina Kaban (Tim Perdaya Donat)

16. Seluruh Keluarga Besar IMKA Eguaninta FISIP USU dan Kelurga Besar IMASAKA.

(6)

17. Seluruh teman seperjuangan Ilmu Administrasi Bisnis 2015 terkhusus kelas B yang selalu mendukung dan memotivasi.

18. Terutama kepada semua orang yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimaksih atas dukungannya. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhir kata, dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukanya.

Medan, Mei 2019

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Batasan Masalah... 6 1.3 Rumusan Masalah ... 6 1.4 Tujuan Penelitian ... 7 1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORI ... 9

2.1 Pembangunan Pertanian ... 9

2.1.1 Definisi Pembangunan Pertanian ... 9

2.1.2 Pengertian Pertanian dan Produksi... 10

2.1.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi ... 11

2.1.4 Konsep Usaha Tani Kopi ... 12

2.2 Teori Pendapatan ... 15

2.3 Biaya Produksi ... 17

2.4 Lahan Pertanian ... 24

2.5 Harga Output (Kopi) ... 25

2.6 Konsep Tentang Pendapatan Usaha Tani Kopi ... 26

2.7 Penelitian Terdahulu ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Bentuk Penelitian ... 32

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3.1 Jenis Data ... 32

3.3.2 Sumber Data ... 33

3.4 Populasi dan Sampel ... 33

3.5 Hipotesis Penelitian ... 34

(8)

3.8 Definisi Operasional... 36

3.1 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.9 Skala Pengukuran Variabel ... 39

3.10 Metode Analisis Data ... 39

3.10.1 Metode Uji Instrumen ... 40

3.10.1.1 Uji Validitas ... 41 3.10.1.2 Uji Reliabilitas ... 41 3.11 Uji Hipotesis ... 42 3.11.1 Uji F ... 42 3.11.2 Uji t ... 42 3.11.3 Koefisien Determinasi( ) ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Gambaran Umun objek dan Subjek Penelitian ... 45

4.1.1 Objek Penelitian ... 45

4.1.2 Subjek Penelitian ... 46

4.2 Deskripsi Jawaban Responden ... 48

4.2.1 Luas Lahan ... 48

4.2.2 Biaya Produksi ... 51

4.2.3 Harga Jual... 54

4.2.4 Pendapatan Petani ... 58

4.3 Uji Validitas Instrumen ... 61

4.3.1 Hasil Uji Validitas ... 61

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 62

4.4 Hasil Uji Hipotesis ... 63

4.4.1 Hasil Uji F Secara Simultan ... 63

4.4.2 Hasil Uji t Secara Parsial... 64

4.4.3 Hasil Uji Determinasi R ... 66

4.4.4 Persamaan Regresi ... 66

4.5 Pembahasan ... 67

4.5.1 Pengaruh luas lahan terhadap pendaptan petani... 67

4.5.2 Pengaruh biaya produksi terhadap pendaptan petani ... 68

4.5.3 Pengaruh harga jual terhadap pendaptan petani ... 70

BAB V PENUTUP ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah lahan kopi di Tanah Karo dalam kurun waktu 4 Tahun

terakhir (Ha) ...4

Tabel 3.1 Definisi Operasional...36

Tabel 3.2 Tingakt Indikator dengan Skala Likert ...39

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Objek Penelitian ...45

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...47

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdastkan Pendidikan ...47

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan pengalaman Bertani ...48

Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban Responden tentang Pemilikan luas Lahan tanaman Kopi Yang berbeda-beda ...49

Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban Responden Petani memiliki Lahan Sendiri (tidak menyewa) ...49

Tabel 4.7 Deskripsi Jawaban Responden Semakin Luas Lahan Semakin memudahkan Petani Meningkatkan Pendapatannya ...50

Tabel 4.8 Deskripsi Jawaban Responden Lahan yang Luas dan Produktif berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan Petani ...50

Tabel 4.9 Deskripsi Jawaban Responden Luas Lahan Bukan Satu-satunya Faktor yang Menentukan Tinggi rendahnya Pendapatan Petani kopi ...51

Tabel 4.10 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Petani Kopi Mengelurkan biaya Produki yang cukup Tinggi Setiap Musim Tanam ...52

Tabel 4.11 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Petani Sering Mengeluh dengan Biaya Produksi yang Semakin Hari Semakin Tinggi ...52

Tabel 4. 12 Deskripsi Jawaban Responden Bahwa biaya Produksi relatif tidak sama antar petani kopi ...53

Tabel 4. 13 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Semakin Luas Lahan Semakin Tinggi Biaya Produksi yang Dikeluarkan Petani ...53

Tabel 4.14 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Meningkatnya Harga Bibit dan Tenaga Kerja dapat Meningkatkan Biaya Produksi ...54

Tabel 4.15 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Harga Jual Kopi Juga terkadang berbeda antar Petani terutama karena pengaruh kualitas kopi ...55

Tabel 4.16 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Tinggi Rendahnya Harga Jual sangat berpengaruh Terhadap Pendaptan Petani ...55

Tabel 4.17 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Kualitas Produk Kopi Sangat Menentukan Tinggi Rendahnya Harga Jual Kopi ...56

Tabel 4.18 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Harga Jual Kopi di Pasaran sangat bersaing Sehingga setiap petani memungkinkan untuk memperoleh pendapatan yang berbeda ...57

(10)

umumnya Relatif Stabil tetapi sangat mempengaruhi pendaptan

Petani ...57

Tabel 4.20 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Luas Lahan, Jumlah Produksi, dan Harga Berpengaruh positif terhadap pendapatan petani kopi ...58

Tabel 4.21 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Lahan yang Luas dan produktif serta harga berpengaruh positif terhadap pendapatan petani kopi ...59

Tabel 4.22 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Luas Lahan, Julmah Produksi, dan harga saling mendukung satu sama lain terhadap peningkatan pendapatan petani kopi ...59

Tabel 4. 23 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Luas Lahan, jumlah Produksi dan harga kopi yang baik mendukukung peningkatan pendapatan petani kopi ...60

Tabel 4.24 Deskripsi Jawaban Responden bahwa Petani selalu berharap agar lahan produktif, jumlah produksi, dan harga cendrung meningkat agar pendapatan mereka juga meningkat ...60

Tabel 4.25 Hasil Uji Validitas ...62

Tabel 4.26 Hasil Uji Reliabilitas ...63

Tabel 4.27 Hasil UJi F Secara Simultan ...63

Tabel 4.28 Hasil Uji-t Secara Parsial ...64

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada umumnya merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Salah satu upaya dalam pembangunan yang dapat pada saat ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan berbagai sumber daya potensial yang tersedia di setiap wilayah maupun luar wilayah yang bersangkutan. Diantara lain sumber potensial yang dapat digunakan, ada yang berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Sumber daya tersebut pada dasarnya bersifat terbatas, unik dan bersifat sepesifk. Pembangunan tidak mencakup pada aspek pertumbuhan ekonomi saja, melainkan mencakup aspek pemerataan pendapatan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, harus menjadi landasan pada setiap kebijakan bahwa upaya pembangunan sumber daya diperlukan integral dari perencanaan pembangunan nasional.

Salah satu sektor yang mendukung terjadinya pembangunan ialah sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu prasyarat bagi pembangunan industri dan jasa. Pada masa awal orde baru para perancang Indonesia, menyadari bahwa pembangunan harus di lakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pada tahap awal, perencanan di fokuskan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil produksi pertanian. Pada prinsipnya pertanian di Indonesia memiliki sasaran untuk membangun pertanian yang produktif dengan tingkat pendapatan petani pada pendapatan rata-rata masyarkat, sehingga akan terjadi pemerataan pendapatan di masyarakat.

(13)

Petani di Indonesia terdiri dari berbagai sub-sektor, antara lain sektor pangan, peternakan perikanan, dan perkebunan. Komoditas perkebunan mencakup tanaman perkebunan tahunan dan tanaman semusim. Permasalahan saat ini dihadapi dalam pengembangan perkebunan antara lain adalah produktivitas tanaman yang belum optimal, kualitas produk belum memenuhi standar perdagangan, proses diversifikasi belum memadai dan pernan kelembagaan yang masih melemah. Upaya peningkatan yang dilakukan melaui perbaikan teknik budidaya, peningktan mutu melaui pengembangan penerapan pasca panen, pengolahan, dan pengembangan teknologi. Indonesia juga salah satu negara berkembang yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian di sektor pertanian, yang artinya sebagian besar masyarakat masih menggantungkan diri pada sektor pertanian. Selain memiliki iklim tropis yang sangat mendukung untuk pertanian wilayah Indonesia yang strategis juga sangat mendukung untuk peningkatan pada sektor ini.

Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pertanian dalam kegiatan perekonomian indonesia. Hal ini karena kopi telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi devisa negara, menjadi salah satu ekspor non migas. Selain itu dapat menjadi penyedia lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan bagi petani perkebunan kopi maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan maupun dalam proses pemasaran.

Di Indonesia pada umumnya terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika merupakan jenis kopi tradisional, yang dianggap memiliki rasa lebih nikmat dan kopi robusta memiliki

(14)

kafein lebih tinggi sehingga dapat dikembangkan pada lingkungan dimana kopi arabika tidak dapat tumbuh. Pada lima tahun terakhir, Indonesia menepati posisi keempat sebagai negara eksportir kopi setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam. Indonesia juga merupakan negara penghasil kopi robusta terbesar kedua setelah Vietnam (ICO, 2019). Meskipun kontribusi kopi Arabika dalam perdagangan kopi dunia secara kuantitatif sangat kecil, namun secara kualitatif sangat disukai oleh para penikmat kopi atau konsumen kopi dengan keanekaragaman jenis serta rasanya.

Indonesia terkenal dengan berbagai jenis kopi dengan cita rasa yang beragam, yang cukup terkenal di pasar kopi internasional seperti, kopi jawa, kopi mandailing, kopi toraja, kopi gayo dan yang beberapa tahun terakhir mulai muncul yaitu kopi lintong dan kopi karo. Keseluruhan dari jenis kopi tersebut merupakan kopi arabika spesialti. Kopi spesialti asal Indonesia makin dikenal mulai akhir 1980-an terutama di kalangan masyarakat Amerika Serikan dan Eropa Barat.

Kopi khas Tanah Karo merupakan kopi yang sudah dikenal sejak tahun1990-an. Membuktikan bahwa kopi ini sudah terkenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Tanah Karo. Dan pada zaman penjajahan Belanda kopi ini sudah dibawa ke Eropa untuk diperdagangkan, dan persebaran kopi ini semakin meluas. Untuk area penanaman kopi khas Tanah Karo ini, memang ada beberapa daerah yang menjadi pusat budidaya Kopi Tanah Karo dan beberapa daerah yang menghasilkan kopi jenis ini ialah area lereng gunung Sinabung, kabanjahe, dan juga berastagi. Kopi jenis ini juga akan tumbuh baik ketika ditanam pada ketinggian antara 1275 sampai 1300 mdpl. Jumlah

(15)

petani kopi pada periode tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dapat dilihat dari tabel berikut .

Tabel 1.1

Jumlah petani kopi di Desa Serdang dalam kurun waktu 5 Tahun Terakhir

Tahun Luas Lahan Kopi (Ha)

2014 7.387

2015 7.597

2016 7.741

2017 7.843

Sumber: Kantor Kepala Desa Serdang

Berdasarkan data tabel dia atas dapat dilihat bahwa jumlah petani kopi di Desa Serdang setiap tahunnya peningkatan dan secara langsung jumlah hasil kopi yang di hasilkan harusnya pasti ikut meningkat. Melihat tingkat produktivitas kopi semakin meningkat, tentunya akan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani kopi. Tetapi, menurut analisis sementara yang peneliti lihat adanya terjadinya banyak gejala, seperti jumlah lahan yang terbatas, keadaan cuaca alam yang tidak menentu diakibatkan oleh erupsi gunung sinabung, ditambah biaya pupuk yang semakin tahun semakin mahal harganya hal ini juga menjadi kendala para petani kopi. Sehingga kondisi perekonomian masyarakat masih tergolong rendah, walupun harga jual dari gabah kopi masih tergolong tinggi.

Input atau faktor produksi sektor pertanian adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan mampu menghasilkan secara optimal. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produk yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan tenaga kerja dan aspek manjemen adalah faktor produksi terpenting dibandingkan faktor produksi lainnya.

(16)

Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan modal. Luas lahan yang ditanami, akan mempengaruhi banyaknya tanaman yang ditamam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi besarnya produksi kopi. Semakin luas lahan yang ditanami kopi, maka semakin banyak produksinya. Modal usaha tani sangat diperlukan agar semua jadwal dalam usahatani kopi dapat dilakukan dengan tepat waktu. Banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani juga mempengaruhi produksi. Kegiatan usaha tani, seperti penanaman, pemupukan dan pemeliharaan tanaman, serta pekerjaan lainnya dapat dilakukan tepat waktu jika tenaga kerja tersedia dengan cukup. Jika salah satu kegiatan tidak dilakukan dengan tepat waktu, karena kurangnya tenaga kerja misalnya, maka akan dapat mengurangi jumlah produksi.

Jumlah dan hasil dari produksi dari pertanian akan menentukan jumlah dari pendapatan dari seorang petani. Pendaptan petani dalam ruang lingkup ekonomi termasuk kedalam ekonomi mikro, yaitu perekonomian dalam sekala kecil, tetapi ketika pertanian itu menjadi sebuah perkebunan maka kemungkinan akan bisa menjadi suatu perekonomian makro yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas.

Setelah melakukan prapenelitian peneliti melihat bahwa tingkat pendapatan petani kopi tidak merata dan tidak setabil. Ada petani yang memiliki luas lahan kopi luas tapi pendapatan rendah dan sebaliknya ada yang memiliki pendapatan tinggi tapi luas lahan terbatas.

(17)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kopi Karo di Desa Serdang”

1.2 Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpang maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan akan tercapai. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu ruang lingkup hanya meliputi informasi seputar faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kopi Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo yaitu, faktor- faktor yang diteliti yaitu luas tanah, Biaya Produksi ( biaya pupuk,biaya bibit, dan biaya kerja), dan harga output (kopi).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukanakan di atas maka dapat dirumuskan masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, yakni:

1. Apakah ada pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

2. Apakah ada pengaruh biaya Produksi terhadap pendapatan petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

3. Apakah ada pengaruh Harga Output (Kopi) terhadap pendapatan petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui apakah Luas Lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

2. Mengetahui apakah biaya Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

3. Mengetahui apakah harga Output (Kopi) berpengaruh terhadap pendapatan petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain:

1 Bagi Masyarakat Petani Kopi Desa Serdang

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para petani kopi di Desa Serdang, Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo dalam hal menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan mereka dalam usah tani kopi sehingga dapat mengelola pendapatan dari hasil usaha tani dengan tepat serta dapat meningkatkan taraf hidup mereka dan sebagai bahan informasi bagi petani kopi dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya.

2 Bagi Penulis

Sebagai sarana pengembangan wawasan dalam penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan serta mengasah daya analisis dalam

(19)

memecahkan masalah terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kopi.

3 Bagi Akademis

Penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengaplikasian ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia, dan ekonomi Mikro serta dapat menjadi bahan referensi yang dapat digunakan sebagai informasi dan sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(20)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pembangunan Pertanian

2.1.1 Definisi Pembangunan Pertanian

Menurut A.T. Mosher (1984) pembanunan pada suatu daerah dilakukan dengan mengusahakan senantiasa tercipta perubahan-perubahan sosial,dalam arti kata masyarakat diajak maju, sehingga makin pandai, makin terampil, makin bergairah, makin bersemangat, makin tekun bekerja dan seterusnya. Dengan perubahan sosial semacam itu produktivitas disegala bidang kegiatan ditambah dengan sarana-sarana ekonomis, maka proses pembangunan dapat berjalan lancar. Apabila semua penduduk disuatu daerah berusaha dibidang pertanian atau menjadi peternak, ada yang menanam pohon yang menjadi kayu dan seterusnya, maka perubahan sosial penduduk terutama di daerah pada segi-segi pertanian meningkat, gairah dan semangat kerja dalam usaha-usaha pertanian meningkat pula, sehingga produktivitas masing-masing sektor pertanian meningkat.

Untuk terciptanya pembangunan pertanian, A.T. Mosher (1984, 79 dan 156) mengidentifikasi bahwa terdapat lima syarat mutlak dan empat pelancar pembangunan pertanian. Syarat-syarat mutlak yang disebut Mosher tersebut adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara local 4. Adanya perangsang produksi bagi petani

(21)

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu

Sedangkan syarat pelancar yang dimaksud Mosher adalah: 1. Pendidikan pembangunan

2. Kegiatan gotong-royong

3. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian 4. Perencanan nasional pembangunan pertanian

2.1.2 Pengertian Pertanian dan Produksi

Menurut A.T. Mosher (1984,14) Pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hewan itu dalam usahataninya. Kegiatan produksi dalam setiap usaha tani merupakan suatu kegiatan produksi dalam setiap usahatani merupakan aspek penting. Dari pengertian diatas dapat ditarik bahwa pengertian pertanian adalah suatu yang dipergunakan petani untuk mengusahakan agar tanaman dan hewan dapat berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia terutama sebagai sumber penghidupan.

Menurut Mubyarto (1999, 24) ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu-ilmu kemasyarakatan (social siences), ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antar manusia. Perilaku yang dipelajari bukan hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani atau kelompok-kelompok petani.

(22)

Dari defenisi ekonomi pertanian diatas maka analisis ekonomi perusahan-perusahaan pengelola hasil pertanian, perdagangan internasional atas hasil-hasil pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian.

2.1.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

Menurut (Achmad Affandi, 2005:22) tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Dalam rangka pembangunan nasional itu, tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui kebutuhan pangan masyarakat yang terus meningkat dalam upaya memantapkan swasembada pangan dan perbaikan gizi. (Achmad Affandi :2005, 22)

Sepanjang sejarah pembangunan Indonesia, kedudukan dan peran sektor pertanian masih memegang peran penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian. Pertanian merupakan sektor yang memegang peran penting atau sektor dominan sehingga sejak 1 April 1969 negara Indonesia menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan ekonominya. Sektor pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi memang merupakan sektor dominan ekonomi nasional. Perannya dalam penyediaan lapangan pekerjaan pada penduduk bertambah dengan cepat serta kontribusinya dalam penghasilan devisa, dan lain-lain.

Dengan melihat keberadaan sektor pertanian didalam perekonomian suatu negara perlu diuraikan pernanan sektor pertanian itu dalam pembangunan yakni:

(23)

1. Sektor pertanian menjadi tulang punggung proses pembangunan ekonomi dan berfungsi sebagai usaha pemerataan dari segala aspeknya sesuai dengan faktor historis serta peluang pembangunan/pengembangannya.

2. Pembangunan sektor pertanian menjadi pendukung bagi usaha rakyat dalam bidang teknologi budidaya dan pengelolannya serta pelayanan dan pemusatan hasilnya

3. Pembangunan pertanian menjadi penunjang yang mampu mewarisi perkembangan kewiraswastaan para petani kearah yang rasional.

2.1.4 Konsep Usaha Tani Kopi

Menurut (Soekartawi, 1994;87) Hal dasar atau utama dalam sebuah konsep usaha tani adalah mengenai kepemilikan pertanian seperti, petani pemilik, petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Petani pemilik adalah petani yang memiliki luas area tanah satu atau beberapa hektar dan pengarao dilakukan orang lain dengan persetujuan. Petani pemilik penggarap adalah petani yang memiliki area tanah dan menggarapnya sendiri. Petani penggarap adalah petani yang mengerjakan milik orang lain dengan perjanjian bagi hasil dan pendapatannya relatif lebih rendah dari sang pemilik tanah.

Usaha tani adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani atau bedan tertentu lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak, yang didalamnya mencakup bangunan yang dibangun diatasnya mencegah masuknya binatang liar, bangunan-bangunan untuk menyimpan alat-alat pertanian, gedung untuk tempat tinggal petani beserta rumah untuk buruh harian yang dipekerjakan pada lahan pertanian. (Hanafie, 2002;54) berpendapat bahwa usaha tani tidak dapat diartikan sebagai perusahaan, tetapi hanya sebagai cara hidup (way of life) karena pada

(24)

kenyatannnya kehidupan petani tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangga petani.

Ilmu usaha tani meurut (Soekartawi, 1994;87) adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usaha tani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumber daya seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan yang terbatas untuk mencapai tujuannya.

Usaha tani dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan serta mengkordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya atau diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkordinasikan faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimalmungkin. Mubyarto (1989:67) mengatakan bahwa usaha tani merupakan organisasi alam, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan modal yang ditunjukkan kepada produksi di lapangan pertanian.

Mubyarto (1989:67) beranggapan bahwa keberhasilan suatu usaha tani tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya, seperti faktor intern dan ektern. Faktor intern atau faktor dalam usaha tani meliputi petani pengelola, tanah usaha tani, tenaga kerja tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga petani. Sedangkan, faktor ektern atau yang sering disebut dengan faktor luar usaha tani meliputi

(25)

ketersediaan sarana angkutan dan kominikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usaha tani, fasilitas kredit dan penyuluhan bagi petani.

Indonesia adalah negara pertanian, yang artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan pertanian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto 2004:12). Sebuah usaha pertanian adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga petani atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang dapat diperlukan untuk peroduksi pertanian (A.T. Mosher: 1986: 52)

Ditinjau dari sudut pembangunan pertanian hal yang terpenting mengenai usahatani adalah bahwa usaha tani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun susunannya. Untuk memanfaatkan metode usahatani yang cocok bagi petani yang masih primitive bukanlah corak yang paling produktif apabila tersedia metode-metode yang modern. Pada mulanya usaha tani hanya ditunjukkan untuk menghasilkan bahan makanan guna menutupi kebutuhan primer dari keluarga petani. Usaha tani swasembada murni belum banyak melakukan tindakan tukar menukar bahan dengan pihak luar. Kehidupan perekonomian sifatnya masih tertutup. Usaha tani murni adalah suatu usaha tani yang secara murni diusahakan untuk memperoleh produk yang diperlukan untuk menutupi keperluan primer dari keluarga petani.

(26)

2.2 Teori Pendapatan

Dalam ekonomi modern terdapat dua cabang utama teori yaitu, teori harga dan teori pendapatan. Teori Pendapatan termasuk dalam ekonomi makro, yaitu teori yang mempelajari hal-hal besar seperti:

a) Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen b) Investasi dunia usaha

c) Pembelian yang dilakukan pemerintah

Menurut pelopor ekonomi klasik, Adam Smith dan David Ricardo, distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama: pekerja pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menetukan 3 faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terkatih terhadap pendapatan nasional. Teori mereka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relative lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relative lebih buruk keadaannya (Sumitro,1991:29). Distribusi pendapatan berdasarkan besarnya (size distribution of income), yaitu distribusi pendapatan diantara rumah tangga yang berbeda, tanpa mengacu pada sumber-sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan ketidak merataan distribusi pendapatan cukup besar di semua negara,

Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar produksi. Harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan. Dalam ilmu

(27)

ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktivitas ekonomi dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pendekatan memaksimumkan keuntungan atau profit maximization

Yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memaksimumkan profit berkonsentrasi kepada penjualan yang lebih banyak untuk meningktkan penjualan. Untuk meningktkan volume penjualan dapat dilakukan dengan cara marketing mix, yaitu kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu produk, harga, promosi dan sistem distribusi (Kadariah, 1994: 83).

2. Pendekatan meminimumkan biaya atau cost minimization

Yaitu usaha kegiatan pelaku ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada alokasi biaya yang telah dilakukan dapat diminimlkan. Upaya-upaya peminimuman biaya ini yang akan menciptakan alokasi biaya yang akan lebih efisien atau lebih kecil dibandingkan dengan alokasi biaya yang sebelumnya. Dengan demikian biaya alokasi turun dan mempunyai pengaruh terhadap profit atau laba, misalnya jumlah alokasi biaya pada suatu bidang kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang dikerjakan oleh lebih sedikit orang. Ini berarti ada penggunaan biaya untuk gaji atau upah karyawan. Dengan demikian total biaya berkurang dengan turunnya total biaya cateris paribus, profit secara otomatis meningkat. Kenaikan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut (Kadariah,1994: 217)

= Profit

(28)

TC = Total Cost ( TC = FC + VC)

2.3 Biaya Produksi

Menurut (Soekartawi,1995: 40) Seorang produsen termasuk petani dalam melaksanakan setiap produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-obatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi.

Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor produksi tesebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Jadi biaya dalam hal ini merupakan pengeluaran, akan tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Menurut (Soekartawi,1995: 42) bahwa biaya; harga cost pada umumnya ialah jumlah uang yang dibayar atau dibelanjakan untuk suatu produk atau jasa tertentu. Jumlah uang

(29)

yang sebenarnya dikeluarkan atau dibebankan untuk pembelian barang atau jasa. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi, maka dikenal pula istilah lain yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Biaya langsung adalah harga bahan baku dan tenaga kerja yang secara langsung dibelanjakan atau dikeluarkan untuk memperoduksi suatu produk atau jasa. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi seperti biaya sewa, penerangan, pemeliharaan, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fadholi Hernanto, (2018:198) mengemukakan bahwa biaya produksi adalah seluruh biaya upah langsung, biaya bahan langsung dan biaya umur pabrik yang dikeluarkan atau dibebankan selama satu periode, baik menghasilkan barang jadi maupun setengah jadi. Sedangkan Harga Pokok Produksi atau Cost of goods manufactured, adalah biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk memproduksi barang jadi yang dihasilkan selama satu periode.

Dalam menganalisis pembiayaan petani dapat dilakukan dengan pendekatan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengambil keputusan penggunaan biaya dalam produksi pertanian. Dalam proses produksi jangka pendek , biaya produksi terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya Variabel (Variable Cost). Biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan outpout sedangkan biaya variabel berubah dengan berubahnya output (Sumitro,1991:65).

Dalam hubungannya dengan pembiayaan jangka pendek (satu musim tanam) biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan. Biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, misalnya pajak lahan. Biaya variabel secara langsung berhubungan dengan

(30)

jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai, misalnya pupuk, bibit, biaya penyiangan dan lain-lain. Biaya total petani adalah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total.

Menurut kutipan dari Pedoman Analisis Usaha tani Holtikultura (2000:1620) yang menyatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk, termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupun di luar usaha tani. Sedang kan total produksi biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang digunakan da lam mengorganisasi dan melaksanakan proses produksi termasuk di dalamnya modal input-input dan jasa-jasa yang digunakan dalam produksi.

Menurut Soekartawi (2001:112) biaya dalam usaha tani diklasifikasikan dalam tiga golongan yaitu:

a. Biaya uang dan biaya in natura

Biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah termasuk upah untuk ternak, biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak dibayarkan dalam bentuk in natura.

b. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya bibit, pupuk, pestisida dan lain-lain.

(31)

c. Biaya rata-rata dan biaya marginal

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan tam bahan satu satuan produk pada satu tingkat produksi tertentu.

Menurut kebanyakan data menghubungkan hasil (output) tanaman atau produksi terhadap tingkat penggunaan masukan (input) yang berbeda–beda diperoleh dari percobaan agronomi. Dalam hal ini terutama berhubungan dengan penggunaan masukan yang dianggap penting seperti bibit, tenaga kerja, pupuk, dan tenaga kerja (Soekartawi, dkk,1984: 34)

1. Biaya Bibit

Pemilihan bibit merupakan langkah awal yang akan sangat menentukan apakah budidaya tanaman kopi akan berhasil atau tidak. Langkah ini merupakan landasan bagi usaha atau penanaman kopi. Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup berbagai segi yaitu pemeliharaan varietas unggul ini mempunyai ciri-ciri berproduksi tinggi dan kontinu (ajeg), tahan terhadap serangga hama – penyakit (terutama penyakit HV), serta menghasilkan kopi yang bermutu tinggi.

Pada dasarnya bibit yang digunakan dalam budidaya kopi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bibit generatif dan bibit vegetatif. Bibit generatif (bibit semai) diperoleh dengan cara menyemaikan benih. Bibit vegetatif diperoleh dengan cara membiakkan bagian tanaman selain benih; misalnya bibit cangkokan, sambungan, okulasi, dan setek. Bibi semai boleh digunakan asal bibit tersebut berasal dari benih hasil silang pertama (hibrida) yang diperoleh langsung dari penakar-penakar

(32)

benih terpercaya. Benih dari penakar benih tersebut berasal dari tanaman yang sudah diisolasikan sehingga sifat unggulnya tidak tercemar.

Bibit yang diperoleh dari pihak lain (membeli), sebaiknya tidak langsung ditanam. Bibit tersebut dipelihara terlebih dahulu selama 2-3 minggu, terutama bibit yang diambil dari tempat yang cukup jauh dengan kondisi lahan yang sangat berbeda, maksudnya agar bibit tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, sehingga tidak banyak mengalami kegagalan ketika ditanaman di lapangan. Penanaman dari kebun sendiri tidak disarankan, karena biasanya sifat benih tersebut berbeda dengan induknya. Akibatnya tidak bisa diduga apakah benih tersebut menghasilkan tanaman unggil atau tidak. Bibit yang cukup umur dan ditanam pada waktu yang tepat akan menghasilkan buah atau tumbuh dengan baik

2. Biaya Tenaga kerja

Menurut Soetriono (2016:71) tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam produksi, kerena tenaga kerja merupakan faktor penggerak faktor input lainya, tanpa adanya skill dan pengetahuan serta pengaruh usia dan sumber daya manusia yang masih rendah maka faktor tenaga kerja tersebut tidak berarti. Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :

(33)

a. Tersedianya tenaga kerja

Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

b. Kualitas tenaga kerja

Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu ini sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas sesuai kemampuan yang dimilikinya. Akan tetapi tenaga kerja yang berspesialisasi ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas dan ini telah menjadi masalah global sampai saat ini. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut.

c. Jenis kelamin

Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.

(34)

d. Tenaga kerja musiman

Pada umumnya, pertanian ditentukan oleh musim. Oleh karena itulah seringkali terjadi penyediaan tenaga kerja musiman. Biasanya tenaga kerja musiman ini muncul saat suatu proses produksi yang berlangsung ketika dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani sendiri membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mengerjakan tanahnya misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak. Selain tenaga kerja musiman, ada juga yang disebut dengan pengangguran tenaga kerja musiman. Pengangguran musiman ini muncul setelah masa tanam selesai dan proses menunggu panen. Dalam keadaan menunggu panen inilah biasanya para petani lebih memilih untuk tinggal dirumah.

3. Biaya Pupuk

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pada dasarnya sangatlah bermanfaat dalam mempertahankan kandungan nutrisi tanaman yang ada didalam tanah serta memperbaiki atau menyediakan kandungan tanaman yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik, terutama dapat memperbaiki struktur Tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Selain menyediakan nutrisi pada tanaman,pemupukan juga membantu mencegah kehilangan nutrisi yang cepat

(35)

hilang seperti N, P, K yang mudah hilang oleh penguapan. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki kemasaman tanah. Tanah yang masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk organik.

Pemupukan pada tanaman kopi bertujuan pada dasarnya untuk mencukupi unsur hara bagi tanaman. Unsur hara adalah unsur yabg dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, membentuk batang, daun cabanag baru, bunga, buah, dan sebagainya. Apabila tanaman kekurangan salah satu unsur haram aka akan timbul gejala yang merugikan seperti tanaman kurus, daun menguning, enggan berbuah dan lain-lain (Sri Najiyati: 1999: 82 ).

2.4 Lahan Pertanian

Menurut Daniel(2002; 34) tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah usaha tani tidak dapat di lakukan. Pengertian tanah disini adalah bukan sekedar pada wujud nyata tanah saja, tetapi arti di mana usaha tani dilakukan.

Penggunaan tanah baik secara permanen ataupun siklus terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik berupa kebendaan maupun spritual maupun kedua-duanya. Berarti dengan melihat

(36)

pola penggunaan tanahnya, maka dapat mengetahui aktivitas ekonomi yang menonjol diwilayah tersebut dan budaya masyarakatnya.

Selain menurut menurut Mubyanto (1989) lahan pertanian adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama, sehingga tidak di adakan depresiasi atau penyusutan dan pendapatan bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi tersebut. Pembayaran atas jasa produksi ini di sebut sewa tanah. Luas lahan tanaman sangat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Petani pada umumnya memiliki lusa lahan yang beda-beda sehingga memiliki tingkatan yang berbeda beda. Selain itu, kepemilikan tani pada umunya dimiliki langsung oleh pemilik tanah dan dikelola dengan penggunaan jasa tenaga kerja dan hal ini bisanya terjadi pada daerah perdesaan. Faktor-faktor tanah yang berpengaruh terhadapatan usahatani adalah luas lahan garapan, kondisi fisik, lokasi tanah dari pusat perekonomian, serta status penguasaan tanah. Hal tersebut yang akan kemudian menentukan jumlah tanaman kopi yang di tanam, jumlah hasil produksi yang dihasilkan, jumlah modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan serta produktitifitas lahan pertanian

Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap/ditanami, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut maka semakin meningkat pendapatan petani yang di poroleh. Untuk usahatani kopi kelembapan tanah dan faktor cuaca serta biaya produksi dan harga jual juga mempengaruhi pendapatan petani kopi.

2.5 Harga Output (Kopi)

Menurut Soekartawi,(2001;82) dalam teori penawaran menyatakan kesediaan dan sekaligus kerelaan penjual sebagai individu maupun pasar untuk

(37)

menjual barang kepada konsumen. Harga barang yang akan ditentukan oleh supplier memperhitungkan biaya yang digunakan untuk menciptakan barang yang dimaksud. Penawaran akan sesuatu barang ditentukan oleh kelangkaan dalam pengertian relatif disebabkan oleh kelangkaan mendapatkan faktor-faktor produksi. Faktor penyebab fluktuasi harga komoditas pertanian bermacam-macam. Bisa karena naiknya harga input (pupuk, bibit, benih, obat, peralatan, serta tenaga kerja), sehingga harga produk komoditas juga naik; harga komoditas lain yang berhubungan (misal harga ayam dengan pakan ayam); adanya teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas budidaya hingga 100%, sehingga menurunkan harga produk karena produksinya yang berlimpah; adanya ramalan penjualan harga yang mengikuti tren (harga gabah murah pada saat musim tanam, mahal saat kemarau); serta kondisi cuaca yang berpengaruh pada tinggi rendahnya harga komoditas (Soekartawi,2001).

Selain itu Harga Output (Kopi) dimana Produksi (output) yang dihasilkan dalam usahatani kopi merupakan salah satu faktor terhadap besar kecilnya pendapatan yang diperoleh petani, dimana makin besar harga output maka akan meningkatkan pendapatan petani, demikian sebaliknya semakin kecil harga output maka pendapatan petani akan menurun. Beberapa hal yang mempengaruhi harga penjualan gabah kopi antara lain jangaka waktu panen kopi, tahan proses pemetikan kopi dan tahan penjemuran kopi.

2.6 Konsep Tentang Pendapatan Usaha Tani Kopi

Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan analisis R/C ratio untuk mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau tidak dan analisis fungsi keuntungan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh,

(38)

analisis biaya per unit untuk mengetahui keuntungan setiap unitnya (kg) (Tohir,2001 : 176). Menurut Soekartawi, bahwa dalam melakukan usaha pertanian seorang pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan “Profit Maximization dan Cost Minimization”. Profit maximization adalah mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal, sedangkan cost minimization adalah menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Kedua pendekatan tersebut merupakan hubungan antara input dan output produksi yang tidak lain adalah fungsi produksi. Dimana pertambahan output yang diinginkan dapat ditempuh dengan menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan. Begitu pula halnya dengan input yang digunakan dalam usahatani jagung penambahan input produksi kopi akan memberikan tambahan output usahatani kopi. Akan tetapi penambahan input tersebut tidak selamanya memberikan tambahan produk. Ada saat dimana penambahan input produksi kopi akan menurunkan produksi kopi yang dihasilkan. Untuk itu alokasi sumber daya yang tepat sangat penting dalam mencapai keberhasilan usahatani kopi.

Menurut Tohir (2001 : 176) "Pendapatan petani adalah jumlah sisa dari penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya untuk imbalan faktor-faktor luar dan bunga modal dari luar". Pendapatan seorang anggota masyarakat atau individu berarti seluruh penghasilan yang diperolehnya dan jasa-jasa produksi yang diberikan kepada suatu waktu yang diperolehnya dari harta kekayaan.Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani kopi tergantung dalam pengelolaan faktor produksinya, penerimaan, dan pengeluarannya. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kopi yaitu, Jumlah Luas lahan, Biaya produksi,

(39)

dan Harga Output (Kopi) yang berperan penting terhadap pendapatan petani kopi. Rata-rata pekerja petani kopi akan mendapatkan hasil jauh lebih rendah dibandingkan yang diperoleh pemilik. Dengan demikian rata-rata pemilik usaha tani kopi menerima sekitar enam puluh lima persen dari keseluruhan hasil produksinya.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 : Skema Kerangka PemikiranAnalisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Pendaptan Petani kopi

(sumber: Skripsi Christofel D Nababan “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung)

Keterangan : : Pengaruh HARGA OUTPUT (X3) PENDAPATAN (Y) LUAS LAHAN (X1) BIAYA PRODUKSI (X2)

(40)

2.7 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian ini diiantaranya sebagai berikut;

1. Jufrianto Simanulang (2015) melakukan penelitian berjudul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan viabilitas petani Salak Padangsidimpuan di Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara menyimpulkan bahwa status pendapatan keluarga petani salak Padangsidimpuan di daerah penelitian relatif rendah dibandingkan Upah Minimum Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedangkan secara parsial variabel produktivitas lahan, harga jual, harga herbisida, biaya pengangkutan dan jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan petani Salak Padangsidimpuan, dan Usahatani petani Salak Padangsidimpuan tidak valid. 2. Nababan (2009) melakukan penelitian berjudul Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo menyimpulkan 1) Biaya pupuk berpengaruh negative terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi biaya pupuk yaitu sebesar -0,058327. Artinya setiap kenaikan biaya pupuk 1 persen, maka pendapatan petani jagung berkurang sebesar 0,06 persen, 2) Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi tenaga kerja yaitu sebesar 0,314649. Artinya setiap kenaikan tenaga kerja 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah sebesar 0,31 persen. 3) Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi luas

(41)

lahan yaitu sebesar 0,598634. Artinya setiap kenaikan luas lahan 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah sebesar 0,60 persen.

3. Kristi (2014) melakukan Penelitian berjudul Analisis Usahatani Pendapatan Kopi Arabika (Coffea arabica ) di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan menyimpulkan 1) Produktifitas kopi di daerah penelitian lebih tinggi 0.65 Ton/Ha dibandingkan dengan produktifitas kopi di tingkat kecamatan Lintongnihuta dan lebih tinggi 0,7 Ton/Ha dari produktifitas kabupaten Humbang Hasundutan. 2) Faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan, secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi, namun secara parsial hanya variabel bibit dan lahan saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. 3) Usahatani kopi di daerah penelitian tergolong menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk usahataninya.

4. Rizki Taufik Harahap (2016) melakukan penelitian yang berjudul”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kopi Sipirok”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kopi Sipirok di Kelurahan Parau Sorat, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan data dianalisis dengan analisis regresi linear berganda (multiple linier regression). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani ada pengaruh produktivitas lahan, harga jual kopi, biaya pupuk, biaya bibit, terhadap

(42)

pendapatan petani. Tetapi pengalaman bertani dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani.

5. Ria Aswita Pohan (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Usaha Tani dan Faktot-faktor yang Mempengaruhi pendapatan Petani Wortel”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis usaha tani dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani wortel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kab. Karo. Produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja, pendidikan, dan pengalaman bertani secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha tani wortel sedangkan secara parsial yang berpengaruh nyata adalah produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan pengalaman bertani di daerah penelitian.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode penetian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian. Metode yang digunakan adalah metode penelitian asosoatif dengan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana keterkaitan atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Instrumen pengumpulan data yang digunakan melalui pengumpulan data survey dalam bentuk pembagian kuesioner kepada para petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe Kabupaten karo.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani Desa Serdang Kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner dengan petani kopi Desa Serdang. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2019 sampai Juni 2019.

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dari kuesioner yang merupakan jenis data yang dapat diukur atau di hitung secara langsung yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.

(44)

3.3.2 Sumber Data

Adapun sumber data pada penelitian ini yaitu:

1. Data Primer dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada para petani kopi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe sesuai dengan sampel pada penelitian.

2. Data Sekunder a. Studi Pustaka

Data yang digunakan pada penelitian ini selain dari penyebaran kuesioner adalah studi pustaka. Memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian melalui membaca buku, artikel, karya ilmiah dan sejenisnya. b. Internet Research

Internet Research disini adalah studi untuk melengkapi data yang kurang didapat pada studi pustaka melalui jaringan internet. Melalui internet informasi yang didapat juga sangat cepat serta data-data yang masih baru sehingga dapat memenuhi tujuan penelitian ini.

3.4 Populasi dan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan tehnik purposive sampling. Alasan menggunakan tehnik purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih tehnik purposive sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu

(45)

pertimbangan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Responden petani kopi yang sudah menanam kopi dalam jangka waktu kurun 5 Tahun keatas

2. Responden merupakan pemilik langsung lahan pertanian 3. Luas lahan kopi responden minimal 5000

Dengan menggunakan petimbangan kriteria yang digunakan oleh peneliti maka dari jumlah populasi sebanyak 125 orang petani maka di dapat jumlah sampel yang diteliti oleh peneliti yaitu sebanyak 64 orang petani kopi yang memenuhi kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini.

3.5 Hipotesis Penelitian

Sebagai jawaban sementara dari hasil penulisan dengan permasalahanya yang telah dirumuskan, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut; H : Luas lanah tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani

kopi

H : Luas lanah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kopi H : Biaya produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani

kopi

H : Biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kopi H : Harga output tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani

kopi

(46)

H :Luas lahan, biaya produksi dan harga output secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kopi

H :Luas lahan, biaya produksi dan harga output secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kopi

3.6 Definisi Konsep

Defenisi konsep merupakan istilah khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang diteliti. Defenisi konsep ini dilakukan agar ada batasan terhadap masalah variabel yang diteliti dan menyederhanakan pemikiran sehingga tujuan dan arah penelitian jelas tidak menyimpang. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka peneliti mengemukakan defenisi konsep yang digunakan sebagai berikut;

1. Pendapatan Petani Kopi (Y)

Pendapatan petani adalah seluruh penghasilan yang diperolehnya dan jasa-jasa produksi yang diberikan kepada suatu waktu yang diperolehnya dari harta kekayaan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani kopi tergantung dalam pengelolaan faktor produksinya, penerimaan, dan pengeluarannya. 2. Luas Lahan (X1)

Luas lahan pertanian adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama, sehingga tidak di adakan depresiasi atau penyusutan dan pendapatan bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi tersebut. Pembayaran atas jasa produksi ini di sebut sewa tanah. Luas lahan tanaman sangat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani

(47)

3. Biaya produksi (X2)

Biaya produksi adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran –pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan.

4. Harga Ouptut (X3)

Harga ouput atau jual pertanian umumya adalah berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian bahan baku yang berulang-ulang pada harga yang tidak pasti.

3.7 Definisi Operasional

Dalam rangka mempermudah dalam penelitian di lapangan, maka variabel-variabel dalam penelitian diukur menggunakan operasional dari masinhg-masing konsep yang digunakan dalam menggambarkan gejala yang kemudian dapat diamatai dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenaranya, serta mudah untuk dipahami lebih dalam.defenisi operasional penelitian ini adalah;

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala

Luas Lahan (X1)

Luas lahan pertanian adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama, sehingga tidak di adakan depresiasi atau penyusutan dan pendapatan bagian dari

1. Jumlah tanaman kopi yang di tanam 2. Jumlah hasil

produksi yang dihasilkan

3. Jumlah modal dan

(48)

hasil produksi karena jasanya dalam produksi tersebut (Mubyanto (1989)

tenaga kerja yang dibutuhkan

4. Produktitifitas lahan pertanian

Biaya Produki (X2)

Biaya produksi adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran –pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. (Soekartawi,1995: 42) 1. Proses penanaman dan perawatan 2. Proses pengolahan hasil dan pendistribusian 3. Pengerjaan pupuk 4. Pembersihan lahan dan pengolahan lahan Likert Harga Output (X3)

Harga ouput atau jual pertanian umumya adalah berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian bahan baku yang berulang-ulang pada

1. Kualitas yang dihasilkan

2. Jumlah dari hasil produki

3. Distributor

pengepul hasil produksi

Gambar

Gambar 2.3  Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1  Definisi Operasional
Tabel  4.2  memperlihatkan  bahwa    dari  64  responden    penelitian,  bahwa  petani kopi yang paling banyak ialah pada umur 40-50 tahun
Tabel  4.5  memperlihatkan  bahwa  dari    64  responden  penelitian,  ada  52  orang  petani  kopi  yang  memilih  sangat  setuju  dan  setuju  bahwa  petani  kopi  memiliki  luas lahan tanaman kopi  yang berbeda-beda
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 30 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Slegrengan Ds Pasung Kec Wedi.

Anak-anak di rumah lakukanlah sholat berjamaah baik di masjid atau di rumah, di bawah ini ada tabel yang ditandatangani oleh orangtua dan guru, bahwa kalian telah menghafal

Untuk merealisasikan strategi pencapaian visi dan misi daerah tadi, secara fungsional Kecamatan Kraksaan dituntut untuk mampu menterjemahkannya kedalam berbagai

ini harus diusulkan secara tertulis oleh Ormas atau lembaga yang diwakili dengan melampirkan fotocopy KTP, daftar hadir rapat anggota Forunr Kewaspadaan Dini

1) Kepala Sub Bagian Tata Usaha Biro mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan biro dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. 2) Kepala Sub

A special case for the Complex and Literal input values is the so called Reference type of input: instead of providing the data directly as part of the Execute request, the

Mengarahkan penyusunan program kerja, pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, peraturan perundang-undangan, kelembagaan, persuratan, rumah tangga,