• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecil, jika produksi menurun antara 0% hingga 10%, ada 21 spesies tanaman pertanian

PADA TANAMAN PERTANIAN

4) Kecil, jika produksi menurun antara 0% hingga 10%, ada 21 spesies tanaman pertanian

kunjungan serangga penyerbuk meningkat.

(Klein et al., 2007) membuat klasifikasi sitem ketergantungan tanaman terhadap serangga penyerbuk yaitu :

1) Penting, jika produksi menurun hingga ≥90% jika tidak ada penyerbuk , ada sebanyak 13 spesies tanaman pertanian, 2) Besar, jika produksi menurun antara 40% hingga 90%, ada

30 spesies tanaman pertanian,

3) Sedang, jika produski menurun antara 10% hingga 40%, ada 27 spesies tanaman pertanian,

4) Kecil, jika produksi menurun antara 0% hingga 10%, ada 21 spesies tanaman pertanian.

Jika dilihat mutu kandungan nutrisi produk tanaman yang penyerbukannya bergantung serangga, maka dari 150 tanaman pertanian, sebagian besar produksi tanaman tersebut mengandung berbagai kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan manusia seperti lemak, vitamin dan mineral yang berfungsi untuk mempertahankan

Imam Widhiono 4.2. Jenis Tanaman Pertanian Dan Serangga Penyerbuknya.

Hasil penelitian Widhiono dkk. (2011) menunjukan bahwa 8 jenis tanaman pertanian utama di lereng Gunung Slamet ditemukan antara 5-20 spesies serangga penyerbuk. Tanaman tetrsebut dan serangga penyerbuknya adalah :

4.2.1. Tanaman Strowberi ( Fragaria x annanasa)

Produksi strawberi (Fragaria x annanasa) sebagai tanaman penghasil buah sangat bergantung pada keberhasilan proses penyerbukan (Roselino et al., 2009), karena tanaman strowberi mempunyai bunga jantan dan betina yang matang tidak bersamaan sehingga tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri. Selain itu bunga strawberry miskin tepungsari sehingga tidak menarik serangga untuk berkunjung. Hasil penelitian (Widhiono, dkk., 2012) dengan menggunakan lebah madu lokal (Apis cerana javana dan

Trigona laeviceps), pada tanaman strawberry varietas Oso Grande di

desa Serang, Kabupaten Purbalingga menunjukan peningkatan produksi buah masing-masing sebesar 37% untuk A.cerana dan 16,6% untuk T. laeviceps. Partap (2006) menemukan peningkatan produksi buah strawberry sebesar 46% pada tanaman yang penyerbukannya dibantu A. cerana. (Albano et al., 2009) juga menemukan peningkatan keberhasilan pembuahan tanaman strowberi sebesar 33 % pada tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh serangga penyerbuk dibandingkan dengan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri. Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh (Klatt et al., 2014) menunjukan bahwa kehadiran lebah penyerbuk pada tanaman strawberry meningkatkan mutu, umur buah, dan nilai ekonomis buah strowberi.

Imam Widhiono

4.2.2. Tanaman Cabai (Capsium annuum)

Bunga tanaman cabai (Capsium annuum ), seperti kebanyakan tanaman dari familia Solanaceae, menggantung pada pangkal daun berwarna putih mempunyai 5-7 stamen (Winfree et al., 2008), anthers berbentuk tabung dan dapat terlihat apabila terbuka. Menurut Delaplane dan Mayer, (2000) bunga cabai walaupun menghasilkan nektar dan tepungsari tetapi tidak menarik serangga penyerbuk karena tanaman cabai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri, namun demikian data dilapangan menunjukan bahwa penyerbukan silang tanaman ini berkisar antara 7%-91%, sehingga tanaman ini dianggap sebagai menyerbukan sendiri secara semu. Penyerbukan silang yang terjadi dapat berlangsung dengan bantuan serangga penyerbuk Di lereng Gunung Slamet, bunga tanaman cabai dikunjungi oleh 9 spesies serangga penyerbuk .Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Raw (2000) di Central Brazil menunjukan bahwa bunga cabai dikunjungi oleh 16 spesies lebah liar antara lain Hylaeus sp. dan Bombus, sp. Hasil ini menunjukan bahwa meskipun secara teoritis bunga cabai tidak menarik serangga penyerbuk tetapi pada kenyataanya banyak serangga penyerbuk yang mengunjungi bunga tanaman cabai. Kehadiran serangga penyerbuk akan meningkatkan mutu buah dan mengurangi kegagalan pembentukan buah (de Cruz et al., 2005).

4.2.3. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis)

Tanaman kacang panjang (Vigna sinencis) mempunyai bunga berwarna ungu. Di lahan pertanian di lereng utara Gunung Slamet tanaman iniditemukan dikunjungi oleh duabelas spesies serangga penyerbuk yang sebagian besar merupakan lebah yang mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada lebah madu lokal seperti

Xylocopa sp, Megachille sp, Amegilla sp dan Hylaeus sp. Kwapong et al., (2013) menemukan serangga penyerbuk bunga tanaman kacang

panjang yang terdiri atas : Xylocopa varipes, X. olivacea, X. unilator,

Amegilla calens, A. Astrocincus, (Apidae), Meghacile erynera (Meghacilidae), dan Nomia chandlery (Halictidae). Spesies

Imam Widhiono Xylocopaspsangat berperan dalam penyerbukan dan pembentukan

buah kacang panjang, bunga yang dikunjungi oleh serangga penyerbuk mempunyai ukuran yang lebih panjang dan jumlah biji yang lebih banyak (Aouar-Sadli et al, 2008, Kingha et al, 2012.).

4.2.4. Tanaman Buncis ( Paseolus vulgaris)

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) mempunyai bunga berwarna yang walaupun berwarna ungu, di lereng Utara Gunung Slamet tanaman ini dikunjungi oleh sepuluh spesies serangga penyerbuk. Bunga tanaman buncis beersifat autogami yaitu mampu menyerbuk sendiri. Namun demikian penyerbukan silang sengan bantuan serangga penyerbuk akan meningkatkan mutu dan produksi polong. Kasina et al., (2009) dalam penelitianya di Kenya menemukan bahwa spesies lebah Xylocopa ( X. olivacea dan X. calens) merupakan penyerbuk utama tanamn buncis. Bunga tanaman buncis yang dikunjungi oleh lebah tersebut akan menghasilkan polong yang lebih panjang dan lebih berat.

4.2.5. Tanaman Kedelai ( Glycine max)

Tanaman kedelai (Glycine max) merupakan tanaman autogamic, yaitu bunga tanaman yang mampu menyerbuk sendiri pada beberapa varietas, tetapi varietas yang lain harus menerima tepungsari dari tanaman lain. Bunga tanaman kedelai mempunyai struktur yang manarik kehadiran serangga penyerbuk untuk mengambil tepung sari dan meningkatkan penyerbukan. Widhiono, dan Sudiana(2015c) menemukan bunga tanaman kedelai yang berwarna putih dikunjungi oleh: Amegilla cingulata, Ceratina sp, Apis

cerana, Trigona, Megachile realtiva, Xylocopa laticeps, Ropalidia fasciata, Polites fuscata dan Delta companiforme. Chiari et al. (2005)

dalam penenltiannya menggunakan lebah madu (A. mellifera) menemukan bahwa, tanaman kedelai yang penyerbukanya dibantu

Imam Widhiono

4.2.6. Tanaman Tomat (Lycopresicum esculentum)

Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) (Vegara dan Buendia, 2012), bunga berwarna kuning cerah dikunjungi oleh 10 spesies serangga penyerbuk, bunga tanaman tomat tidak menghasilkan nektar, dan pelepasan serbuk sari dari anther memerlukan “sonication” atau getaran. Serangga penyerbuk pada bunga tomat didominasi oleh lebah liar yaitu sebanyak delapan spesies, satu spesies lebah tidak bersengat dan satu dari lalat. Bunga tanaman tomat umumnya dikunjungi oleh Bombus and Lassioglossum (Teppner, 2005) yaitu jenis lebah yang mampu melakukan getaran pada bunga. Di Brasil bunga tomat dikunjungi oleh lebah dari familia

Andreidae, Apidae, Collectidae, Halictidae and Megachilidae yang

mampu melakukan sonication pada bunga tomat (Harter et al., 2002). Hoogendon et al., (2006) menyatakan bahwa lebah liar Amegilla sp (Hymenoptera, Anthoporidae) merupakan penyerbuk bunga tomat yang efektif. Silva-Neto et al., (2013) menyatakan bahwa kehadiran serangga penyerbuk pada tanaman tomat, terutama serangga yang mampu melakukan getaran akan meningkatan keberhasilan tepung sari mencapai anther sehingga akan meningkatkan keberhasilan pembuahan dan jumlah biji pada buah. Kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan meningkat sejalan dengan peningkatan kedatangan serangga penyerbuk (Greenleaf dan Kremen 2006).

4.2.7. Tanaman Mentimun ( Cucumis sativus)

Mentimun (Cucumis sativus) (Dos Santoset al., 2008), berwarna kuning cerah dan berbentuk terompet dan penyerbukannya sangat memerlukan bantuan serangga. Pada lahan pertanian di lereng Gunung Slamet tanaman ini ditemukan dikunjungi oleh sebelas spesies serangga penyerbuk. Di Filipina, bunga tanaman mentimun umumnya dikunjungi oleh Xylocopa

chlorina, Xylocopa philippinensis, Megachile atrata dan Apis dorsata.

(Cervanica dan Bergonia, 1993). Selain jenis lebah tersebut, Dos Santos et al., (2008) menemukan lebah tidak bersengat dari sub familia Meliponini merupakan penyerbuk tanaman mentimun yang sangat efektiv sebagai alternatif pengganti lebah madu Apis mellifera.

Imam Widhiono 4.2.8. Tanaman Waluh ( Cucumis pepo)

Tanaman waluh (Cucurbita pepo) (Nicodemo, et al, 2009), merupakan tanaman yang penyerbukannya sangat membutuhkan bantuan serangga untuk mentransfer tepung sari dari stamen ke

pistil. Bunga tanaman waluh berwarna kuning cerah dan berukuran

besar di lahan pertanian di lereng Utara Gunung Slamet tanaman ini ditemukan dikunjungi oleh delapan spesies serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk pada tanaman waluh umunya serangga yang berukuran besar dan terutama adalah spesies Peponapis pruinosa . Di berbagai negara yang budidaya tanaman waluh menjadi komoditas penting sebagai pakan ternak maupun sumber energi, ditemukan bahwa rendahnya produktivitas buan waluh disebabkan oleh rendahnya jumlah kunjungan serangga penyerbuk terutama lebah madu (Walters dan Taylor 2006). Bunga tanaman waluh yang tidak dikunjungi oleh lebah madu tidak mampu menghasilkan buah, atau produksi buahnya hany mampu meancapai 32% dibanding dengan tanaman yang dikunjungi oleh lebah madu (Vidalet al., 2010). Nicodemo et al.,(2009) menemukan bahwa produksi buah maksimum yang dihasilkan oleh tanaman waluh terjadi apabila satu bunga betina dikunjungi oleh lebah madu sebanyak 16 kali, karena untuk menghasilkan buah waluh yang kualitasnya baik satu bunga membutuhkan sekurang-kurangnya 1500 - 2000 butir tepung sari.

4.3. Dampak Dari Penurunan Serangga Penyerbuk Pada Produksi Pertanian.

Serangga penyerbuk, khususnya lebah sangat dibutuhkan oleh 75% tanaman pertanian yang dibutuhkan oleh manusia diseluruh dunia, terutama tanaman buah. Produksi buah dan sayuran, sangat rentan terhadap penurunan lebah budidaya maupun lebah liar. Perkembangan budidaya pertanian dengan tanaman yang bergantung serangga penyerbuk terus meningkat sejak tahun 1961,

Imam Widhiono

nilai penting serangga penyerbuk dalam produksi pertanian sangta jelas, namun belum banyak informasi tentang keragaman, kelimpahan dan komposisi serangga penyerbuk yang dapat meningkatan produksi dan kualitas produk. Widhiono dkk (2012) menguji kelimpahan lebah madu (Apis cerana dan Trigona laeviceps) terhadap peningkatan produksi buah strawberry menunjukan bahwa peningkatan kelimpahan kedua jenis lebah tersebut dapat meningkatan produksi dan kualitas buah strawberry.

4.4. Peran Serangga Penyerbuk Dalam Konservasi Tumbuhan

Penyerbuk menyediakan layananan jasa ekosistem yang sangat penting yaitu membantu penyerbukan 240.000 lebih tumbuhan berbunga yang sudah dikenal baik tanaman budidaya maupun tumbuhan liar. Peran serangga penyerbuk adalah dalam aktivitas pencarian pakan, serangga secara tidak sengaja memindahkan tepung sari dari anther ke stigma yang merupakanp proses penyerbukan. Hasil akhir penyerbukan adalah biji tanaman yang merupakan alat untuk memperbanyak keturunan atau kelangsungan hidup suatu jenis tumbuhan.

Peran serangga penyerbuk dalam penyerbukan tumbuhan liar terjadi dan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan yang tidak mampu menyerbuk sendiri, tetapi juga sangat penting bagi tumbuhan yang mampu menyerbuk sendiri. Karena adanya serangga penyerbuk memungkinkan terjadinya penyerbukan silang yang secara genetik dan ekologi sangat penting dalam keberlangsungan sistem ekologi di daratan. Penyerbukan silang akan menghasilkan keragaman genetik yang lebih luas dibanding penyerbukan sendiri (inbreeding) sehingga keturunan yang dihasilkan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan dan mampu mempertahanakan keberlanjutan keberadaan suatu spesies tumbuhan di muka bumi.

Keragaman tumbuhan pada suatu ekosistem darat akan menjamin keberlangsungan fungsi ekologis dari suatu ekosistem sehingga keberlangsungan kehidupan dapat terjamin. Mengingat serangga penyerbuk juga berperan dalam penyerbukan tumbuhan

Imam Widhiono

liar yang kebeeradaanya sangat banyak di alam maka ketidak hadiran serangga penyerbuk, terutama serangga penyerbuk spesialis akan menyebabkan kepunahan tumbuhan. (Kevan dan Phillips, 2007)

4.5. Dampak Kepunahan Serangga Penyerbuk Terhadap Tumbuhan Liar

Penurunan keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk dapat menyebabkan penurunan layanan jasa penyerbukan pada tumbuhan liar, dan selanjutnya akan menurunkan populasi tumbuhan liar yang penyerbukanya bergantung pada serangga. Dampak sebaliknya dari penurunan tumbuhan liar akan menyebakan penurunan serangga penyerbuk. Hampir 80% tumbuhan liar pembentukan buah dan bijinya dan sekitar 62%-73% tumbuhan yang diteliti mengalami keterbatasan penyerbukan minimal pada suatu waktu tertentu, tergantung pada lokasi dan musimnya.

Tumbuhan yang penyerbukan silangnya sepenuhnya bergantung pada serangga sangat peka terhadap penurunan keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk, dan biasanya penurunan populasi tumbuhan tersebut paralel dengan penurunan keragaman serangga penyerbuknya.hal ini diduga karena adanya keterbatasan polen. Hasil penelitian terjadinya metapopulasi pada 89 spesies tumbuhan liar sebagian besar terjadi karena adanya fragmentasi habitat yang menyebabkan ketidaksesuaian reproduksi karena keterbatas polen yang terjadi karena adanya isolasi habitat.

Spesies tumbuhan liar yang paling berisiko mengalami kepunahan adalah tumbuhan yang membutuhkan serangga penyerbuk khusus (spesialis). Namun demikian, Bukti terjadinya kepunahan masih sangat jarang, mungkin karena adanya mekanisme ketahanan yang dibangun pada berbagai jejaring hubungan antara tumbuhan dengan serangga penyerbuk yang menyediakan fasilitas

Imam Widhiono

Umumnya hubungan tumbuhan dengan serangga penyerbuk merupakan hubungan asimetri dan biasanya tersarang, dengan inti sarang adalah spesies generalis yang memegang peranan kunci, spesies penyerbuk spesialis bergantung pada tumbuhan yang bersifat generalis, sebaliknya spesies tumbuhan spesialis bergantung pada spesies serangga penyerbuk spesialis.

Spesies generalis umumnya tahan terhadap perubahan dibanding spesies spesialis, karena mungkin merupakan bagian keberlanjutan dari struktur jejaring dalam perubahan kondisi lingkungan, namun demikian tetap saja spesies generalis dalam bahaya kepunahan.Hal ini ditunjukan dengan adanya kepunahan lokal lebah madu yang merupakan spesies super generalis yang disebabkan oleh penyakit. Kepunahan lebah madu secara lokal dapat menyebabkann kepunahan berbagai spesies tumbuhan.

Pola jejaring asimetris dan tersarang sangat tersebar dan tidak bergantung pada komposisi komunitas , lokasi geografis dan faktor-faktor lain . model jejaring asimetrik diduga mempunyai ketahanan yang tinggi sehinga mereka tahan terhadap kehilangan spesies dan hubungannya. Namun demikian , perubahan lingkungan global yang terus terjadi akan mempengaruhi bukan saja terhadap kehadiran suatu spesies, tetapi juga hubungan antar spesies dan jalur hubunganya. Sehingga tetap saja membahayakan jejaring hubungan antara tumbuhan dengan serangga penyerbuk, meskipun mempunyai struktur ketahanan. (Kevan dan Phillip, 2007).

Imam Widhiono

Dokumen terkait