• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

2. Produksi Musik Digital

Proses produksi musik sudah dilakukan oleh manusia jauh sebelum ditemukan istilah musik (Roads, 2001:49), proses produksi musik berawal dari sebuah ide penciptaan hingga karya musik tersebut diperdengarkan. Dengan demikian cakupan pengertian produksi musik sangat luas, oleh sebab itu perlu ditetapkan terlebih dahulu batasan dari kajian produksi musik digital yang dibahas dalam penelitian ini, sehingga

15

kajian produksi musik digital tersebut koheren dan komprehensif.

Li, et al (2015:22) menuturkan pengertian musik digital “digital music refers to an art of music that is described, created, spread and stored via digital technology by using computer and Internet, and where sound streams are processed in other processing modes.” Artinya produksi musik digital merupakan proses penciptaan musik di mana data hasil rekaman suara berupa data digital.

Diketahui hasil rekaman suara berupa data digital pertama kali ditemukan pada tahun 1943 oleh para teknisi Bell Labs untuk keperluan perang dunia (Fine, 2008:2). Teknologi musik digital baru digunakan oleh industri musik pada Januari 1971 melalui proyek kerjasama antara teknisi Denon (sebuah manufaktur perangkat rekaman) dengan radio NHK (Nippon Hoso Kyokai). Musik komersil berformat digital pertama kali yang tercipta pada proyek tersebut adalah sebuah lagu jazz berjudul “Something” dari Steve Marcus dan Jiroh Inagaki (Fine, 2008:3).

Pada teknologi rekaman digital, terdapat proses pengkonversian sumber suara menjadi data-data yang terdiri dari deretan bilangan biner dengan satuan byte. Proses konversi tersebut dinamakan sampling, hasil rekaman tiap detiknya dinamakan sample dengan kualitas yang bervariasi menurut bitdepth dari sebuah perangkat rekaman digital (Rumsey, 2009:204). Format CD (compact disc) dengan sistem bitdepth 16-bit dan samplerate 44.100 Hz (hertz, frekuensi tiap satuan waktu) memiliki kualitas cukup baik untuk mereproduksi suara, namun demikian dalam

16

proses produksi musik digital terdapat sistem lain dengan nilai bitdepth dan samplerate yang beragam. Gambar 1 merupakan gambaran visual perbedaan sistem bitdepth dan samplerate pada sebuah klip suara.

Gambar 1. Perbandingan samplerate dan bitdepth klip suara dalam grafik (Sumber : Rumsey, 2009:205)

a. Tahap Produksi Musik Digital

Terdapat perbedaan antara tahap produksi musik pada kultur industri (musik populer, musik untuk kebutuhan komersial) dan kultur non industri (musik untuk kebutuhan akademis atau penciptaan komposisi musik absolut). Dalam penelitian ini, kultur produksi musik yang dimaksud merupakan kultur industri musik populer. Proses produksi pada kultur industri musik meliputi proses non teknis dan proses teknis. Proses non teknis merupakan proses aktualisasi diri musisi/komposer sehingga muncul sebuah konsep karya musik. Selanjutnya konsep tersebut diproses menjadi sebuah karya musik yang diproduksi secara teknis bersama dengan produser dan para teknisi rekaman.

Dalam proses produksi secara teknis, produser merupakan orang yang bertanggung jawab atas proses tersebut secara

17

keseluruhan, tugas produser adalah mengarahkan para musisi yang bertindak sebagai pencipta sekaligus penyaji karya musik yang diproduksi. Selanjutnya terdapat sosok lain yang diarahkan oleh produser dalam produksi musik yaitu teknisi rekaman suara atau audio engineer. Para teknisi pada umumnya melakukan persiapan teknis pra produksi seperti routing yaitu menyusun alur sinyal suara yang direkam, dan patching yaitu menghubungkan satu alat dengan alat lain sehingga menjadi seperangkat alat rekam sesuai kebutuhan (Owsinski, 2005:12). Ketika pra produksi telah selesai maka proses produksi musik dilanjutkan ke tahapan teknis dengan penjelasan secara garis besar sebagai berikut:

1) Tracking

Dalam produksi musik digital, track merujuk pada sekumpulan data biner (byte) sebagai media untuk menyimpan klip suara. Dengan demikian istilah tracking adalah proses merekam suara baik vokal maupun instrumen menggunakan perangkat rekam (Bartlett, 2009:602). Kemudian terdapat teknik multitrack recording, yang ditemukan oleh Les Paul seorang audio engineer. Dengan teknik tersebut dimungkinkan rekaman beberapa sumber suara secara simultan (Morton, 2006:126). 2) Editing

Setelah dilakukan rekaman, masuk ke tahap editing atau penyuntingan. Pada era digital, proses penyuntingan klip suara

18

dapat dilakukan dengan manipulasi data digital, sehingga dapat dilakukan berulang-ulang (Persson, 2006:21). Selain hal tersebut, teknologi digital memungkinkan klip suara dapat dimanipulasi baik titinada, warna suara, maupun dinamikanya (Bartlett, 2009:222).

3) Mixing

Proses menggabungkan beberapa track hasil rekaman, dan mengatur agar tingkat volume dari keseluruhan suara dalam rekaman baik itu vokal maupun instrumen tetap balans (Owsinski, 2006:2). Teknologi digital memungkinkan data yang telah direkam melalui proses mixing secara berulang-ulang, termasuk menambahkan efek untuk memanipulasi hasil rekaman (Persson, 2006:21).

4) Mastering

Proses ini merupakan proses terakhir sebuah sesi rekaman. Fungsi dasar dari mastering adalah menyusun hasil akhir secara keseluruhan dari sebuah sesi rekaman sebelum didistribusikan (Owsinski, 2008:3). Seorang teknisi mastering bertugas menyesuaikan tingkat kekerasan (loudness) dan keseimbangan frekuensi tonal tiap lagu dari sebuah album musik, sehingga album tersebut memiliki keselarasan dan alur yang ideal (Bartlett, 2009:368). Pada era digital, karena data rekaman dan hasil akhir berwujud data digital, proses mastering

19

dapat dilakukan menggunakan komputer (Persson, 2006:21). b. Perangkat Produksi Musik Digital

Terdapat beberapa jenis perangkat produksi musik digital, namun kini yang paling lazim digunakan adalah digital audio workstation berbasis komputer. Lebih lanjut Bartlett menjelaskan bahwa komponen utama dalam sebuah digital audio workstation berbasis komputer ada tiga, yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:

1) Komputer

Selain sebagai media penyimpanan data klip suara digital, komputer merupakan perangkat keras di mana data tersebut dapat disunting, diolah dan dimanipulasi. Untuk itu diperlukan komputer dengan prosesor berkecepatan tinggi, kualitas memori yang kuat, dan hard-drive yang cepat dan berkapasitas besar (Bartlett, 2009:293)

2) Audio interface

Perangkat keras pengkonversi sinyal suara menjadi sebuah data digital. Suara yang masuk melalui mikrofon atau mixer dirubah kemudian disalurkan ke komputer untuk diolah (Bartlett, 2009:294).

20

Gambar 2. Contoh audio interface dan tampilan recording software

(Sumber : Bartlett, 2009:306) 3) Recording software

Perangkat lunak yang berfungsi untuk menjalankan perintah dalam digital audio workstation. Terdapat bermacam bentuk perintah mulai dari perintah merekam, memutar klip suara, menyimpan data rekaman, hingga perintah untuk mengolah data audio seperti memotong, menyalin, menggabungkan, termasuk menyunting (Bartlett, 2009:305).

Selain digital audio workstation, dibutuhkan perangkat produksi musik lain untuk memproduksi sebuah karya musik. Berikut ini adalah beberapa perangkat yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:

21

1) Mikrofon

Menurut Owsinski (2005:1) fungsi dari mikrofon adalah mengubah getaran suara yang ditangkap menjadi energi listrik sehingga dapat diamplifikasi atau direkam “ … their purpose is the same—to convert acoustic vibrations (in the form of air pressure) to electrical energy so it can be amplified or recorded.“ Terdapat beberapa jenis mikrofon dengan cara kerja yang berbeda-beda, berikut ini merupakan beberapa jenis mikrofon tersebut :

a) Dynamic, suara yang masuk ke mikrofon dynamic akan menggetarkan diafragma yang terbentuk dari kawat tembaga yang dililitkan pada magnet kemudian terjadi induksi elektromagnetik, sehingga suara tersebut berubah menjadi energi listrik. Mikrofon ini lebih tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem dan memiliki ketahanan yang baik menghadapi tekanan suara yang keras (Owsinski, 2005:2).

b) Condenser, mikrofon ini menggunakan komponen kapasitor beraliran listrik untuk mengolah suara yang ditangkap menjadi medan elektrostatis (Owsinski, 2005:6). Mikrofon ini memiliki jangkauan frekuensi luas dan sensitivitas yang tinggi dibanding mikrofon dynamic (Bartlett, 2009:81).

c) Ribbon, seperti namanya mikrofon ini menggunakan lembaran pita tipis pada magnet, getaran pita tersebut

22

merupakan penghasil sinyal elektromagnetik (Owsinski, 2005:3).

Gambar 3. Contoh mikrofon dynamic, condenser dan ribbon (Sumber : Owsinski, 2005:4)

Selanjutnya menurut Owsinski (2005:12) mikrofon juga memiliki perbedaan pola kutub tangkapan sinyal seperti omnidirectional (segala arah), unidirectional (satu arah dengan klasifikasi bertingkat cardioid, supercardioid, hypercardioid) dan bidirectional (dua arah). Kemudian terdapat jenis mikrofon dengan spesifikasi khusus seperti shotgun mic, surround mic, stereo mic, boundary mic, lavaliere, dummy-head mic, dan headworn mic.

2) Kabel & Konektor

Fungsi alat ini adalah untuk mengangkut sinyal listrik dari perangkat elektrik satu ke perangkat elektrik lainnya (Bartlett, 2009:51). Kabel audio pada umumnya tersusun atas satu (unbalanced) atau dua (balanced) rangkaian kawat (tembaga/besi) sebagai konduktor yang dilindungi selang berbahan karet disertai jalinan/anyaman kawat sebagai insulator (ground shield). Pada

23

ujung kabel-kabel tersebut terdapat konektor dengan beberapa jenis antara lain :

a) 3-pin / XLR. Pada umumnya jenis ini digunakan untuk mikrofon, dan untuk aplikasi kabel balanced.

b) TRS (tip, ring, sleeve). Pada umumnya jenis ini digunakan untuk perangkat stereo, dan untuk aplikasi kabel balanced. c) TS (tip, sleeve). Pada umumnya jenis ini digunakan untuk

instrumen, perangkat mono, dan aplikasi kabel unbalanced. d) RCA/Phono yang biasa digunakan untuk perangkat audio dan

konektor khusus seperti S/PDIF, USB, TOSLINK, FireWire.

Gambar 4. Contoh konektor XLR, TRS, dan RCA (Sumber : Bartlett, 2009:54)

3) DI Box

DI merupakan singkatan dari direct injection (injeksi langsung). Perangkat ini berguna untuk mengurangi impedansi (hambatan elektrik) tinggi ketika menghubungkan instrumen elektrik, dan perangkat rekaman (Bartlett, 2009:49).

4) Monitoring System

Dalam proses rekaman mulai dari tracking hingga mastering, monitoring suara adalah hal yang selalu dilakukan. Para teknisi rekaman umumnya menggunakan sepasang pengeras

24

suara dengan sistem nearfield monitor. Menurut Bartlett (2009:69) fungsi nearfield monitor adalah “… nearfield monitoring. Because the speakers are close to your ears, you hear mainly the direct sound of the speakers and tend to ignore the room acoustics.”

Gambar 5. Contoh sepasang nearfield monitor (Sumber : Bartlett, 2009:70)

Selanjutnya Bartlett (2009:76) menegaskan bahwa selain nearfield monitor, para pelaku rekaman disarankan untuk mendengarkan hasil rekaman pada sistem tata suara yang lain, seperti headphone, car stereo, boombox. Hal tersebut bertujuan untuk mendengarkan hasil rekaman dengan lebih detil.

5) MIDI Equipment

Terdapat teknik programming di mana klip suara untuk karya musik dibuat menggunakan komputer. Teknik produksi tersebut dilakukan dengan teknologi MIDI (music instrument digital interface). Menurut Bartlett (2009:381) “Musical Instrument Digital Interface (MIDI) is a standard connection between electronic musical instruments and computers that

25

allows them to communicate with each other.” Artinya fungsi MIDI adalah memberi perintah tertentu dalam digital audio workstation. Perangkat MIDI yang digunakan adalah controller berwujud tuts piano, drum machine pad, atau menyerupai panel sebuah mixer.

Gambar 6. Contoh MIDI controller berwujud tuts piano. (Sumber : Bartlett, 2009:383)

Beberapa alat tersebut merupakan perangkat yang lazim digunakan dalam produksi musik digital, namun tidak jarang ditemui beberapa produksi musik digital merekamnya ke alat rekam pita magnetik beserta perangkat efek analog terlebih dahulu sebelum dikonversi menjadi data digital. Tujuan proses tersebut untuk mendapatkan karakter hasil produksi suara yang khas akibat dari sistem amplifikasi perangkat efek analog dan pita magnetik (Owsinski, 2006:71)

Dokumen terkait