• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

8. Produksi per Plot (kg)

Data pengamatan produksi per plot dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 75-76. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter produksi per plot. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap parameter produksi per plot. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata terhadap parameter produksi per plot.

Produksi per plot pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Produksi per Plot pada Perlakuan Ekstrak Pinang dan Keong Mas Perlakuan Ekstrak Pinang (cc/l air) Rataan Keong (ekor/16 m2) E0 (0) E1 (20) E2 (30) E3 (40) K0 (0) 9.324 10.720 11.013 9.049 10.027a K1 (8) 7.607 8.833 7.749 5.524 7.428b K2 (16) 5.303 5.816 8.365 8.131 6.904b K3 (24) 4.596 5.655 6.904 9.055 6.552b Rataan 6.708 7.756 8.508 7.940 7.728 Ket: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter produksi per plot. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap parameter produksi per plot. Pada perlakuan pemberian hama keong mas produksi tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (tanpa ada keong mas) yaitu sebesar 10.027 kg yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K3 yaitu 6.552 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2

Grafik hubungan antara pemberian hama keong mas dengan penurunan produksi per plot dapat dilihat pada Gambar 6.

. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata terhadap parameter produksi per plot.

Gambar 6. Grafik Hubungan antara Pemberian Hama Keong Mas dengan Penurunan Produksi per Plot

Dari Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara perlakuan

pemberian keong mas diperoleh kurva linear negatif pada persamaan

Ŷ= -0,38x + 9,057, dimana produksi menurun seiring bertambahnya populasi keong mas.

Pembahasan Persentase Kematian Keong Mas di Laboratorium

Sebelum melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu dilakukan penelitian di laboratorium, untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak pinang yang akan digunakan di lapangan.

Penelitian di laboratorium bertujuan untuk mengamati persentase kematian keong mas akibat pemberian dari ekstrak pinang sehingga hasil akhirnya didapatkan nilai letal dosis dari pemberian ekstrak pinang tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pinang berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian hama keong mas pada setiap pengamatan. Hal ini disebabkan oleh karena biji pinang mengandung 0,3-0,6% alkaloid yakni bioaktif yang jika diaplikasikan kepada Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) akan melemahkan sistem saraf otak, keseimbangan hormon reproduksi, terganggunya perilaku berupa penolak, penarik, anti makan dan sistim pernafasan (Anonimus, 2009).

Ukuran keong mas yang diamati tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pemberian ekstrak pinang. Hal ini disebabkan karena keong mas tidak langsung diujikan kepada objek tanaman padi di laboratorium, sedangkan di pertanaman padi di lapangan terlihat kerusakan yang besar akibat serangan berbagai ukuran keong tersebut Pada penelitian sebelumnya ukuran keong mas dengan diameter 1,0 cm menyebabkan sedikit kerusakan pada tanaman padi, sedangkan kerusakan berat disebabkan oleh keong mas yang berdiameter 1,5 cm, 2,0, dan 2,5 cm

(Hendarsih dan Kurniawati, 2005). Hal ini didukung oleh Joshi (2002) yang menyatakan bahwa keong mas dengan ukuran panjang 4 cm lebih ganas, dapat merusak tanaman padi yang ditanam pindah maupun tebar langsung.

Penelitian di Lapangan

Pengaruh Ekstrak Pinang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Perlakuan Ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase tanaman terserang. Jumlah tanaman terserang menurun sejalan dengan meningkatnya konsentrasi pemberian ekstrak pinang. Pemberian ekstrak pinang terbaik dijumpai pada perlakuan E3

Pada pengamatan pertama (3 hari setelah tanam), aplikasi ekstrak pinang belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap persentase tanaman terserang, namun setelah pengamatan selanjutnya, terlihat adanya pengaruh nyata akibat pemberian ekstrak biji pinang tersebut. Hal ini disebabkan karena ekstrak pinang yang diberikan belum mampu mengendalikan keong mas. Aplikasi pestisida nabati seperti ekstrak pinang hanya efektif selama 3 hari, keong yang baru masuk atau baru muncul tidak akan mati sehingga aplikasi harus diberikan berkali-kali (Joshi, et al.,2006). Pinang, tembakau dan sembung merupakan moluskisida nabati yang effektif mengendalikan keong mas (Anonim, 2006).

(40 cc/l air). Biji pinang memiliki zat kimia saponin, flavonoid, tanin, polifenol, kadar abu kadar air, dan antrakinon. Zat saponin yang dikandung ekstrak pinang ini dapat mengendalikan hama keong mas secara botani, dan tidak mencemari lingkungan (Yamin, dkk, 2009).

Perlakuan ekstrak pinang dapat meningkatkan mortalitas hama keong mas. Kematian hama keong mas 100% terjadi pada pengamatan III (9 hari) dengan konsentrasi ekstrak pinang 40 cc/l air (E3). Sedangkan pada perlakuan E2 (30 cc/l air) dan E1

Pemberian ekstrak pinang memberi pengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif. Pemberian ekstrak pinang terbaik dijumpai pada perlakuan E

(20 cc/l) hanya mampu mematikan hama keong mas 100 % pada pengamatan ke V (15 HST)). Hal ini disebabkan karena jumlah konsentrasi ekstrak pinang telah mampu mengendalikan hama keong mas pada konsentrasi yang lebih tinggi sedangkan pada konsentrasi yang lebih rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengendalikan hama keong tersebut. Pinang juga mengandung racun yang sangat efektif untuk mengendalikan hama keong mas di lahan pertanian masyarakat. Pinang umumnya lebih banyak mengandung zat saponin yang dapat mengendalikan keong mas pada tanaman padi (Anonimus, 2009).

2 (30 cc/air) yaitu 13,250 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan E0 (tanpa perlakuan) dan E1

Luas daun tanaman padi terlihat berbeda nyata akibat perlakuan pemberian ekstrak pinang pada umur 2 dan 8 MST. Pada pengamatan umur 2 MST, ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun, karena keong mas telah

(20 cc/l air). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan ekstrak pinang 30 cc/l air telah mampu mengendalikan keong mas, dan di atas konsentrasi 30 cc/liter air telah mengganggu pertumbuhan tanaman akibat akumulasi zat saponin yang dihasilkannya; ekstrak pinang dapat mengurangi kerusakan tanaman, dan populasi keong mas, namun perlu dihindari pemakaian secara terus menerus karena pengaruh akumulatifnya dapat merusak tanaman (Wada, 2003).

banyak yang mati. Luas daun yang terbaik dijumpai pada pemberian ektrak pinang sebanyak 40 cc/l (E3

Pemberian ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman pada umur 2, 4 dan 6 MST, namun tidak berbeda nyata pada umur 8 MST. Hal ini karena ekstrak pinang telah mampu mengendalikan keong mas sehingga pertumbuhan berjalan dengan baik. Sedangkan pada umur 8 MST telah terjadi penumpukan alkaloid dari ekstrak pinang sehingga tidak terjadi penambahan bobot kering tanaman. Wada (2003), mengemukakan bahwa saponin yang diberikan secara terus menerus akan menimbulkan akumulasi.pada tanah dan tanaman sehingga dapat merusak tanaman.

). Pada pengamatan umur 4 dan 6 MST, tidak terlihat pengaruh yang nyata akibat pemberian ekstrak pinang, hal ini disebabkan karena tidak ada serangan dari keong mas lagi, sedangkan pada umur 8 MST, terlihat kembali adanya pengaruh yang nyata dari ekstrak pinang terhadap luas daun tanaman. Hal ini disebabkan karena adanya alkaloida dari biji pinang yang mengandung hormon tumbuh dan memberi sumbangan nitrogen sehingga luas daun tanaman mengalami peningkatan. Sesuai dengan pendapat Padmawinata (1995), beberapa alkaloid bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen dan dapat berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Laju tumbuh relatif tidak berbeda nyata akibat pemberian ekstrak pinang. Hal ini karena ekstrak pinang yang merupakan pestisida nabati biasanya bersifat lambat dan belum menunjukkan respon terhadap laju tumbuh relatif dari waktu ke waktu.

Pemberian ekstrak pinang tidak berpengaruh nyata terhadap laju asimilasi bersih dan produksi tanaman. Walaupun ada terlihat kenaikan laju assimilasi bersih

tanaman pada pengamatan ke 2-4 MST dan produksi tanaman pada pada pemberian ekstrak pinang sebanyak 40 cc/l air namun belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kedua parameter ini. laju assimilasi bersih tertinggi dijumpai pada pemberian ekstrak pinang 40 cc/l air (E3) yaitu 0.18. Hal ini disebabkan karena pada waktu pengamatan umur 4-6 MST, pemberian ekstrak pinang telah dihentikan, dan tidak lagi memperlihatkan pengaruh nyata terhadap luas daun dan bobot kering tanaman, sehingga laju asimilasi bersih tanaman juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Laju asimilasi bersih tanaman merupakan laju rata-rata penambahan biomasa tanaman persatuan luas dan persatuan waktu yang menggambarkan laju fotosintesis bersih atau kapasitas tanaman mengakumulasi bahan kering (Fitter dan Hay, 1994 ; Sitompul dan Guritno, 1995 ; Gardner, dkk, 1985 dalam Rosniawaty, dkk, 2005).

Pengaruh Keong Mas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman terserang pada pengamatan I-VI. Pada pengamatan ke VII-VIII, tidak terlihat lagi pengaruh serangan keong mas terhadap pertumbuhan tanaman padi, Hal ini diduga keong mas pada umur tersebut telah banyak yang mati. Semakin banyak keong mas yang diaplikasikan, maka persentase serangan pada tanaman semakin meningkat. Persentase serangan tertinggi terlihat pada perlakuan K3 (24 ekor) yang mengakibatkan tingkat serangan tertinggi yaitu 21.1%. . Hal ini sesuai dengan pendapat Hendarsih dan Kurniati (2005), menunjukkan bahwa kerusakan pertanaman padi telah mencapai ribuan hektar akibat keong mas. Tingkat kerusakan sangat

tergantung pada populasi keong mas, tiga ekor keong mas per meter bujursangkar tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata .

Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan/rumpun dan jumlah anakan produktif. Jumlah anakan/rumpun terendah dijumpai pada perlakukan K3 (24 ekor) yaitu 10.38 dan jumlah anakan produktif/rumpun terendah, juga dijumpai pada perlakuan K3 (24 ekor) yaitu 9.689. Serangan keong mas, hanya terlihat pada umur 2 dan 4 MST tetapi pada umur 6 dan 8 MST, serangan keong mas tidak lagi menunjukkan peningkatan serangan, hal ini diduga karena keong telah mati dan tanaman padi telah mulai jagur pertumbuhannya. Penelitian memperlihatkan bahwa populasi keong mas 0,5/m2 menurunkan jumlah rumpun sebanyak 6,15%, sedangkan populasi 8/m2 dapat menurunkan jumlah rumpun sebanyak 92,8% (Halwart, 1993 dan Departemen Pertanian, 1990). Dengan kepadatan 16 ekor keong mas/m2 pada padi yang baru ditanam 16 hari akan hancur total setelah 4 hari (Watanabe and Ventura, 1990). Pada tahun 1992 di Indramayu populasi keong mas mencapai 8 – 14 ekor/m2, di Cilacap mencapai 20 -25 ekor/m2 dan Gading Rejo Lampung mencapai 100 ekor/m2

Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun pada setiap pengamatan. Hal ini disebabkan besarnya jumlah populasi keong mas yang menyerang dan menghabiskan luas daun sebagai objek makanan yang tersedia. Intensitas serangan semakin tinggi, mengakibatkan pertumbuhan padi (Chumaidi dkk, 1993). Selanjutnya penelitian Balai Penelitian Pertanian Sukamandi menyatakan, bahwa keong mas menyerang tanaman padi berumur 1 -3 minggu (BIP Sumatera Utara, 1992).

menurun Hallwart (1994), keong mas dewasa dapat mengkomsumsi 7-24 batang padi muda/hari.

Bobot kering tanaman padi menurun akibat serangan keong mas di lapangan. Bobot kering terendah terlihat pada perlakuan K3

Pemberian keong mas pada tanaman padi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap Laju Tumbuh Relatif tanaman. Hal ini terlihat dari luas daun tanaman dan bobot kering tanaman, hanya memberikan pengaruh yang nyata pada umur 4 MST, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata pada umur 6- 8 MST, sehingga mengakibatkan LTR tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peningkatan umur tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Leopold dan Kriedermann (1975) dengan memperhatikan bobot kering, dapat diukur laju tumbuh relatif yang semakin meningkat.

(24 ekor) yaitu 16.14 g pada umur 4 MST, sedangkan pada umur 6 MST dan 8 MST, bobot kering tanaman padi mulai meningkat kembali, hal ini disebabkan serangan keong mas tidak lagi mampu menyerang tanaman akibat keong mas banyak yang telah mati akibat pemberian ekstrak pinang dan padi telah mulai tumbuh besar. Serangan keong mas yang tinggi mengakibatkan jumlah anakan berkurang yang secara tidak langsung juga akan menurunkan bobot kering tanaman.

Serangan keong mas pada berbagai perlakuan, tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap laju asimilasi bersih (LAB). Namun terjadi penurunan luas daun yang nyata pada pengamatan dari waktu ke waktu, sehingga terjadi penurunan LAB pada tanaman tersebut. Shibles dan Weber (1965) mengemukakan bahwa ada hubungan antara nilai Indek Luas Daun (ILD) dan produksi bahan kering.

Pemberian keong mas tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap produksi tanaman padi, namun produksi tanaman padi menurun akibat semakin banyaknya keong mas pada setiap pengamatan. Hal ini disebabkan karena jumlah keong mas yang diamati, belum mencukupi untuk serangan yang mampu menurunkan produksi senyata nyata. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa populasi keong mas 0,5 /m2 dapat menurunkan produksi sebanyak 6,15%, sedangkan populasi 8/m2 dapat menurunkan populasi sampai 92,8% (Halwart, 1993 dan Departemen Pertanian, 1990). Kemampuan keong mas memakan padi sangat tinggi, dimana seekor keong mampu mengkonsumsi satu batang padi selama 3-5 menit sehingga produksi semakin cepat menurun (IRRI, 1987).

Pengaruh Interaksi Keong Mas dan Ekstrak Biji Pinang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Perlakuan Keong mas dan ekstrak pinang menunjukkan adanya interaksi yang nyata terhadap persentase tanaman terserang dan mortalitas hama keong mas. Interaksi persentase serangan tertinggi dijumpai pada perlakuan tanpa ekstrak pinang dan pemberian keong mas sejumlah 24 ekor (E0K3) yaitu 55.25 % dan yang terbaik dijumpai pada pemberian ekstrak pinang sebanyak 40 cc/air (E3) meskipun pada pemberian keong mas sejumlah 8, 16 maupun 24 ekor/16 m2, yaitu E3K1, E3K2 dan E3K3. Hal ini disebabkan dengan pemberian ekstrak pinang sebanyak 40 cc/l air telah mampu mengendalikan keong mas sehingga persentase tanaman terserang menurun dan mortalitas keong mas meningkat sampai 100 %. Saponin yang terdapat dalam biji pinang mengurangi tingkat serangan keong mas dan effektifitasnya tidak berbeda dengan moluskisida sintetis niklosamida (Hendarsih dan Kurniawati, 2005).

Saponin merupakan metabolik sekunder yang mempunyai sifat deterjen, berbusa, rasa pahit dan beracun bagi hewan berdarah dingin (Cheeke, 1989)

.

Interaksi pemberian ekstrak pinang dengan keong mas tidak menunjukkan

pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, luas daun, bobot kering tanaman, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih dan produksi tanaman per plot. Hal ini disebabkan karena pengamatan pada parameter tersebut di atas, telah memasuki masa pertumbuhan generatif, dimana kesemua parameter tidak berhubungan lagi dengan serangan keong mas dan pemberian ekstrak pinang juga hanya diberikan pada masa vegetatif saja. Pestisida atau moluskisida sintetik dan nabati hanya effektif selama 3 hari dan diberikan pada masa vegetatif tanaman (Daradjat, dkk, 2009).

Dokumen terkait