• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pra Produksi Program Dialog TVRI

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS

B. Proses Produksi Program Dialog TVRI Pada Edisi 23 Januari 2013

1. Pra Produksi Program Dialog TVRI

3. Pasca produksi

b) Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Utama

Mengetahui secara garis besar bagaimana media massa, khususnya TV dalam mengemas suatu acara. Serta memberi referensi pada pemirsa dalam memilih program yang mendidik.

2. Tujuan Khusus

Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

a. Bagaimana proses Produksi program berita Dialog TVRI pada pengangkatan tema tentang Penanganan Terorisme dari pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi?

b. Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi program berita pada siaran televisi. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya wacana pemikiran, serta menjadi tambahan referensi pustaka, khususnya di konsentrasi jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penulis mengharapkan semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan dan gambaran kepada berbagai kalangan, seperti akademisi, dan aktivis penyiaran umumnya. Selain itu juga dapat menjadi motivasi bagi para pengelola stasiun televisi dalam menciptakan sebuah program yang inovatif dan mendidik, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pemirsa agar tercipta program acara berita yang lebih menarik, diminati dan diterima oleh pemirsa.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam pnelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil penelitian.6 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.7 Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu karena penulis lebih memanfaatkan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Berbeda dengan penelitian kuantitatif Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.

Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menghimpun data aktual dengan memaparkan realitas yang ada. Kegiatan

6

Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41.

7

Lexi, J. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-23, h. 4.

pengumpulan data dilakukan dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis.8 Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji atau membuat prediksi.9

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut.

a. Data Primer

Data primer digunakan sebagai acuan pertama untuk pembahasan penelitian ini dengan melakukan:

1) Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersabut.10 Teknik observasi yang penulis lakukan adalah observasi langsung, yakni mendatangi lokasi TVRI dengan mengamati secara sistematis sebuah siaran langsung (live) di studio yang hasilnya langsung dimasukan ke dalam pembahasan yaitu pada edisi tanggal 23 januari 2013 pada tema penanganan terorisme.

8

Wardi Bachtiar, Metedelogi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h. 60

9

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 ), h. 24.

10

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: kencana, 2007), h. 106

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.11 Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam (depth interview), yaitu wawancara terperinci yang dilakukan dengan menggunakan petunjuk umum berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya untuk ditanyakan kepada narasumber.

Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi program berita Dialog TVRI untuk mendapatkan data yang akurat, dalam hal ini adalah Produser, karena dalam tahap pra produksi produserlah yang berperan aktif seperti dalam penentuan tema. Kemudian Produser pelaksana, karena seorang produser pelaksana sangat berperan aktif dalam proses produksi. Lalu seorang Redaktur, yang mana seorang redaktur sangat membantu dalam proses pra produksi hingga pasca produksi pada program dialog TVRI, dan yamg terakhir pembawa acara karena program ini bersifat siaran langsung (live) dan pasca produksinya adalah penayangan program itu sendiri maka pembawa acara penulis anggap penting untuk diwawancarai.

11

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: kencana, 2007), h. 96

3) Dokumen

Dokumen diperoleh dari sejumlah referensi yang ada atau menggunakan studi pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan tertlis yaitu seperti CV, Rundown acara, Design Program Dialog TVRI dan buku Cetak biru kebijakan umum TVRI tahun 2006.

3. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul untuk realibilitas dan validitas data tersebut penulis menggunakan teknik tringulasi yaitu menggunakan, Pakar dimana penulis menggunakan teori dari Fred Wibowo, Informan yaitu seorang produser program diluar program dialog TVRI bertujuan untuk melihat kebenaran data sebelumnya dan yang terakhir Observasi, yaitu catatan lapangan hasil dari pengamatan secara langsung untuk mengkroscek data-data sebelumnya.

4. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran atau melukiskan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI edisi 23 Januari 2013 yang di tayangkan di TVRI, khususnya pada tema berita mengenai “Penanganan Terorisme”. Penelitian dilakukan dengan menganilisis data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam penelitian ini.

5. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis meninjau beberapa tulisan, buku hasil penelitian, maupun skripsi-skripsi yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada beberapa contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis. Beberapa skripsi yang menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada “ Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme” diantaranya adalah:

1. Skripsi karya Ais Ramadhan Rasyid, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2011, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Analisis Program Tabir Sunnah di Trans TV”, dalam penelitian yang dilakukannya sama dengan peneliti yaitu untuk mengetahui bagaimana proses produksinya, namun berbeda dalam penggunaan teori dimana dalam penelitianya menggunakan teori Helbert Blumer dan Elihu Katz yang lebih menekankan peran media

dalam suatu program terhadap pemirsanya sedangkan penulis

menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

2. Skripsi karya Nurita, mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2013, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Analisis Produksi Program Suara Anda di Metro TV”antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama meneliti bagaimana suatu acara diproduksi. Namun berbeda dalam penggunaan teorinya, penilitian sebelumnya menggunakan teori model alir dua tahap milik Paul Lazarfeld yang lebih menekankan pada pengaruh media yang ditularkan melalui opinian leader sedangkan penelitian ini menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi. 3. Skripsi karya Anne Chrisnasari Syahman, mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2010, yang berjudul “Analisis Produksi Program Forum Kerukunan Umat Beragama di TVRI”. Yang membahas bagaimana sebuah proses produksi sebuah program. Anne menggunkan teori Maxine K, dan Reed yang menjelaskan bahwa proses produksi memiliki kewajiban merubah konsep atau ide, berbeda dengan penulis yang memilih menggunakan teori Fred Wibowo walaupun objeknya sama yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

Meskipun penulis melakukan tinjauan terhadap skripsi tersebut di atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis sama-sama membahas proses produksi suatu program yang ditayangkan di televisi dengan objek penelitian dan hasil penelitian yang

berbeda dan peneliti memilih menggunakan teori dari Fred Wibowo yang berbeda dengan teori-teori yang digunakan oleh skripsi-skripsi diatas. Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti tentang “ Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme ”.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi menjadi 5 Bab dan ditambah beberapa lampiran-lampiran. Dalam Bab satu yaitu Pendahuluan, Penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab dua yaitu Landasan Teori, Penulis menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang, definisi analisis, produksi program televisi, berikut juga konsep berita, pengertian berita,nilai berita, komposisi berita, kategori berita.

Bab tiga yaitu Profile Stasiun TVRI, Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum sejarah perkembangan TVRI, visi dan misi, program-program TVRI, struktur organisasi TVRI, serta program berita Dialog TVRI sebagai masalah penelitian.

Bab empat yaitu Temuan Data dan Analisis, Bab ini berisi deskriptif hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI serta proses produksi pada edisi 23 januari 2013 tentang “ Penanganan Terorisme”.

Bab lima yaitu Penutup, Penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diteliti dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang didapat.

18

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Produksi

1. Produksi Program Televisi

Berita sebelum disajikan kepada masyarakat mengalami suatu proses. Dalam bahasa latin, proses adalah processus yang berarti geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil yang dalam bahasa inggris procession berarti gerakan, maju, prosesi. Produksi adalah pelaksanaan pengubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi Pertelevisian.1 Produksi juga bias diartikan, barang yang dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Menurut Anton Moeliono proses adalah rangkaian tindakan, perbuatanatau pengelolaan yang dihasilkan.2

Sedangkan pengertian analisis produksi adalah tahap menganalisa atau memeriksa sebuah proses produksi, sehingga dapat mengetahui hasil dari analisis tersebut. Hal ini dilakukan karena produksi televisi merupakan sebuah proses pembuatan program yang nantinya ditayangkan di televisi dan memerlukan perjalanan panjang dan melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya

1

Darwanto Sastro Soebroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta: Duta Wacana, 1995), h. 125.

2

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 703

manusia dengan berbagai keahlian dan peralatan penunjang serta biaya yang besar.

Produksi program televisi memiliki berbagai macam format dan materi, beberapa di antaranya terkadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda. Setiap materi program mendapatkan perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya. Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi penyiaran yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.3

Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.4

Berfikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki makna.

Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Namun, apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideology, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang

3

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-1, h. 24.

4

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 23

dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekedar mengikuti arus yang mengalir.

Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi.

1. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu.

Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik untuk program-program documenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut paut dengan materi hasil produksi itu lengkap.

Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema untuk program documenter atau sinetron (film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi konsep program. Tema ataupun konsep program kemudian

diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program berbeda-beda.

Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik.

2. Sarana produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas allat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus.

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio.

3. Biaya produksi

Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu:5

a. Financial Oriented

Prenecanaan biaya produksi yang didasarkan pada

kemungkinana keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan.

b. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi badget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk

5

menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya.

Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit. Banyak factor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran kita melihat hal-hal tersembunyi atau yang sekiranya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya.

4. Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi meliatkan banyak orang, misalnya pada artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabar yang bersangkut paut dengan masalah perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan lancer, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten

produser atau sering disebut produser pelaksana atau production manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi..

Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara itu, secretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan. Tanggung jawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistic. Bidang yang langsung dibawah koordinasi pelaksana unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi. Lokasi, setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi artistic sepenuhnya dibawah tanggung jawab art designer atau art director.

Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan director of photography (kamerawan). Sementara kamerawan membawahi bagian pencahayaan (lighting) dan suara (sound). Sutradara adalah penanggung jawab penuh suatu produksi.

Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berada pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip dengan sutradara. Hanya ia bekerja di belakang meja control di ruang

control. Asisten sutradara disebut floor Director(FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew didalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah cara men-switch kamera melalui tombol di meja control. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah cameramen. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus.

5. Tahap Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure (SOP), seperti berikut:6

a. Pra – Produksi (Perencanaan dan Persiapan)

Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra –produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut:

6

1) Penemuan Ide

Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

2) Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

3) Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan samua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan.

Keberhasilan sebuah produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Oleh karena itu, pada tahap ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dalam tahap produksinya pun berjalan dengan baik dan lancar.

b. Produksi

Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan

tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah posisii kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup:7

1. Shoot jauh (long shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya cukup untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan.

2. Shoot dekat (close shoot)

Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah kamera disingkat CS.

3. Shoot agak dekat (medium shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam naskah kamera istilah itu disingkat MCS.

4. Shoot sewajah (close-up)

Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah

Dokumen terkait