BAB V PENUTUP
B. Saran
Untuk mewujudkan ide menjadi sebuah hasil produksi yang lebih konkrit dibutuhkan juga kelengkapan alat dengan kualitas standar broadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Adanya peralatan tersebut menunjang kelancaran seluruh proses produksi. Adapun sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan produksi program Dialog TVRI, yaitu:
a) Kamera, merupakan alat yang digunakan untuk pengambilan gambar, dalam proses penayangan Dialog TVRI, dibutuhkan sedikitnya tiga kamera untuk menunjang lancarnya sebuah program acara yang baik, semua kamera-kamera yang ada langsung terhubung dengan switcher
13
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bnadung: Kencana, 2008), h. 217.
14
Rundown adalah susunan atau urutan acara yang disajikan, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, hal. 284.
atau alat memilah dan memilih stok gambar dari kamera maupun yang sudah ada.
b) CCU (Camera Control Unit), merupakan alat yang dipergunakan untuk mengontrol beberapa kamera. Yang bisa dikontrol atau digantikan fungsinya melalui alat ini diantaranya adalah pengaturan pencahayaan (brightness contrast), temperatur warna (color temperature), kecepatan (shutter speed), white balance, serta warna hue (red, green, blue). Jumlah CCU yang digunakan sama persis dengan jumlah kamera yang digunakan karena masing-masing kamera dikontrol oleh satu CCU.
c) Switcher, merupakan perangkat teknis untuk memindahkan dan memilih gambar dari berbagai stock shoot maupun input kamera. d) Audio Mixer, merupakan alat pengatur suara agar suara yang
dihasilkan tidak mengalami gangguan. Alat ini berfungsi
mengendalikan penelpon yang masuk atau suara yang ada distudio agar tidak mengalami gangguan. Jika terjadi gangguan pada suara-suara, audioman atau orang yang mengendalikan alat ini akan segera memperbaikinya.
e) Monitor, berfungsi untuk melihat tampilan visual yang dihasilkan dari kamera. Banyaknya monitor yang digunakan tentu saja tergantung dari berapa kamera yang digunakan. Ada monitor dari berbagai source kamera, monitor preview, serta monitor hasil akhir.
f) VRT (Video Tape Recorder), merupakan alat yang digunakan untuk merekam hasil shooting.
g) Lighting, merupakan alat yang digunakan untuk pencahayaan dalam proses Shooting.
h) Character Generator, merupakan alat yang digunakan untuk menampilkan tittle, sub tittle serta grafik
Selain sarana diatas program Dialog TVRI juga ditunjang oleh prasarana lain, antara lain:
1. Ruang visual penyutingan atau editing gambar, yaitu ruangan yang digunakan untuk mengedit gambar berupa foto atau video yang ada.
2. Master Control Room, adalah ruangan yang dapat mengendalikan beberapa alat seperti switcher, audio, mixer, CCU dan Character Generator.
3. Property, seluruh kebutuhan perlengkapan untuk mendukung suatu program.
c. Biaya Produksi
Setelah memperhatikan segala materi dan sarana prasarana yang dibutuhkan program Dialog TVRI, hal lain yang perlu diperhatikan dalam produksi program Dialog TVRI adalah biaya produksi. Dalam sebuah proses produksi tanpa didukung biaya, maka acara yang sudah disiapkan tidak akan berjalan lancar. Maka dari itu, biaya produksi harus direncanakan pula secara matang.
Biaya produksi pada acara Dialog TVRI sendiri tidak selalu sama setiap penayangannya. Besarnya biaya produksi bergantung atau disesuaikan dengan narasumber yang didatangkan, atau bergantung pada lokasi pelaksanaan produksinya, seperti misalnya diluar studio newsroom TVRI. Sedangkan biaya produksi saat produksi edisi 23 januari 2013 Dialog TVRI mengeluarkan biaya yang cukup besar, hal ini tidak disebutkan nominalnya oleh produser saat wawancara.
d. Organisasi Pelaksanaan Produksi
Pelaksanaan produksi merupakan satuan kerja yang akan menangani proses produksi secara bersama-sama sampai akhirnya ditayangkan untuk dinikmati oleh masyarakat. Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbeda, tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan produksi yang ditayangkan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan.
Untuk menghasilkan acara yang berkualitas baik, memerlukan pengorganisasian sumber daya manusia yang bekerja secara sistematis. Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan, dilakukan pembagian tugas dan bertanggung jawab masing-masing atas tugas tersebut.
Jalannya produksi program berita Dialog TVRI ini tidak lepas dari kerjasama sebuah tim yang solid. Oleh karena itu perlu adanya pembagian tugas yang tercatat sebagai struktur organisasi.
Berikut ini merupakan struktur organisasi pelaksana program berita Dialog TVRI pada saat penayangan edisi 23 januari 2013:
a. Eksekutif Produser, adalah penanggung jawab terhadap produksi suatu program, dalam hal ini adalah program berita Dialog TVRI. Eksekutif produser
bertanggung jawab atas penayangan program suara anda, mulai dari penetapan tujuh pilihan berita, persiapan produksi, sampai penayangannya.
b. Produser, adalah seorang pimpinan produksi yang bertanggung jawab kepada seluruh kegiatan pengkoordinasian pelaksanaan pra produksi, produksi dan pasca produksi.15 Dalam program Dialog TVRI dipimpin oleh seorang produser yang akan memutuskan berita apa yang akan dibahas, dan format berita apa yang akan digunakan,dll.
c. Produser Pelaksana, orang yang membantu produser dalam
menjalankan tugasnya secara teknis. Produser Pelaksana pada program Dialog TVRI bertugas membuat rundown acara, menghubungi narasumber, dan masalah teknis lain seperti surat menyurat dan masalah perizinan yang dibantu oleh seorang redaktur.
d. Redaktur, dalam program Dialog TVRI bertugas membuat naskah prolog, voxpop dan membantu produser pelaksana dalam hal teknis seperti menghubungi narasumber, surat menyurat, perizinan studio dan juga pembuatan rundown acara.
15
Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal.283.
e. Program Director, adalah orang yang bertanggung jawab secara teknis atas lancarnya suatu acara televisi, program Suara Anda diarahkan oleh seorang PD yang bertanggung jawab atas aspek teknis dan mampu menjalankan acara berdasarkan rundown acara dalam pelaksanaan produksi program Dialog TVRI.
f. Cameraman, adalah seorang yang bertugas mengoperasikan kamera, crane, dolly, pedestal, steady dan melaksanakan arahan director dalam
proses pengambilan gambar. Seorang juru kamera harus
mendengarkan segala yang dkatakan oleh PD, agar gambar yang diambil baik dan sesuai dengan arahan permintaan produser Dialog TVRI.
g. Floor Director, bertugas mengarahkan semua hal yang ada didalam studio pada saat shooting berlangsung. Floor director mendapatkan arahan langsung dari program director. Ketika program director Dialog TVRI mengarahkan segala aspek saat produksi berlangsung di controlroom, maka floor director adalah nahkoda yang menjembatani antara presenter dengan program director sesuai arahan floor director.
h. Lightingman, bertugas mengoperasikan penataan cahaya,
merencanakan
pemakaian lampu, menentukan jenis dan tipe lampu, dan mengatur pencahayaan.
i. Character Generator Operation, program Dialog TVRI dibantu seorang yang bertugas mempersiapkan dan mengoperasikan peralatan
computer untuk mengerjakan credit tittle dan subtittle, serta menampilkan gambar grafis.
j. Switcher, bertugas mengatur gambar sesuai dengan permintaan program director.
k. VTR (Video Tape Recorder), mengoperasikan peralatan rekam audio visual dan melakukan pengisian time code.
l. Property, menyediakan seluruh kebutuhan perlengkapan untuk mendukung program Dialog TVRI, seperti menyiapkan kelengkapan studio.
m. Wardrobe, menyiapkan kostum untuk presenter Dialog TVRI, sesuai dengan kebutuhan produksi program.
n. Make up, melaksanakan tata rias terhadap presenter dan bintang tamu yang hadir dalam program Dialog TVRI.
o. Sound mixer/audioman, mengoperasikan audio, balancing, atau mengatur dan menjaga kualitas suara, menentukan audio yang digunakan, memasang mic atau wireless dan peralatan pendukung lainnya.
d. Pelaksanaan Produksi Program DIALOG TVRI
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai dengan benar, pelaksanaan produksi dimulai. Produser dibantu oleh produser pelaksana bekerjasama dengan para crew untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan sebelumnya menjadi gambar dan tayangan yang dapat dinikmati oleh pemirsa.
Sekitar pukul 06.00 WIB tim Dialog TVRI yang terdiri dari produser dan produser pelaksana dan redaktur melakukan kroscek ulang terhadap semua aspek yang ada dalam program Dialog TVRI, seperti memeriksa, rundown acara, narasumber, dan yang tak kalah penting yaitu penampilan presenter. Ketika semua aspek ini dirasa sudah siap, kemudian seorang redaktur menyiapkan rundown yang telah dibuat untuk di copy dan dibagikan kepada beberapa crew. Pada tahap ini ketika tanggal 23 januari lalu Program dialog TVRI mengalami bebearpa kendala yaitu salah satunya tidak dapat hadirnya salah satu narasumber yaitu mantan pelaku terorisme yang mendadak memberi kabar bahwa tidak dapat hadir karena suatu hal. Pada tahap ini produser belum menyiapkan plan B ketika salah satu narasumber tidak dapat hadir. Sehingga saat itu hanya diisi dengan dua narasumber.
Setelah itu produser Dialog TVRI memerintahkan salah satu redaktur untuk membagikan lembaran-lembaran tersebut kepada semua tim yang bertugas, seperti program director atau pengarah acara, switcher (petugas yang mengatur gambar), audioman (petugas yang mengendalikan suara yang masuk maupun keluar), character generator operation (yang mempersiapkan, mengoperasikan peralatan komputer dan mengerjakan credit tittle dan subtittle, serta menampilkan gambar grafis), presenter Dialog TVRI, dan sisanya dipegang produser eksekutif, produser dan produser pelaksana. Manfaat dibagi-bagikannya lembaran-lembaran tersebut adalah untuk memudahkan kerja semua tim Dialog TVRI pada saat on air, karena sangat
tidak mungkin pada saat acara mengudara perhatian mereka terpecah antara komputer dengan tugas pokok mereka masing-masing.
Setelah itu tepat pukul 06.30 WIB produser pelaksana bersama ketiga redaktur yang bertugas menuju ruang master control room untuk mengontrol kesiapan diruang tersebut, dan membagi tugas kepada 3 redaktur yang ada. Yang pertama redaktur satu berada di ruang master control untuk menerima telepon dari masyarakat yang ingin berkomentar dalam telepon interaktif nanti. Kemudian redaktur kedua berada di dalam studio untuk membantu FD dalam mengarahkan situasi didalam studio. Redaktur ketiga berada di ruang tunggu narasumber untuk mengatur dan menerima kedatangan para narasumber.
Tepat pada pukul 07.00 WIB tangal 23 Januari 2013 mulailah program Dialog TVRI, Dialog TVRI berlangsung selama 60 menit, secara langsung (live) dan terdiri dari tiga sampai empat segmen tergantung pada situasi saat berlangsungnya acara. Dan terkadang jika pertanyaan-pertanyaan dari penelpon bagus dan banyak itu bisa membuat segmen bertambah satu segmen. Namun pada produksi tanggal 23 januari 2013 dialog dilakukan hanya tiga segmen.
Segmen pertama, dengan berdurasi 30 menit yaitu diawali dengan bumper in yang menandakan acara Dialog TVRI sudah dimulai dengan memunculkan logo program yang bergerak. kemudian pembawa acara membuka dan memperkenalkan narasumber yang telah hadir, pada saat awal segmen pertama seorang narasumber terlambat hadir yaitu bapak Wawan H
Purwanto dengan alasan kemacetan dan barulah dipertengahan segmen pertama narasumber tersebut hadir, lalu setelah pembawa acara memperkenalkan narasumber, sebelum memulai perbincangan pada segmen ini seharusnya terdapat pemutaran prolog dan voxpop. Pemutaran prolog dan voxpop ini seperti bertujuan sebagai pembuka tema untuk memperjelas masyarakat agar tau apa yang akan dibahas pada tema saat itu dan mengerti masalah yang menjadi perbincangan nanti. Namun saat itu tidak ada pemutaran voxpop dan prolog. Hal ini sedikit membuat dialog kurang hidup. Pada segmen ini pembawa acara memaparkan beberapa pertanyaan pada narasumber satu Ibu Susningtyas dari komisi I DPR RI yang sudah hadir terlebih dahulu yaitu, bagaimana penanganan dan komitmen kita mengenai terorisme saat ini? kemudian dilanjutkan dengan jawaban dari narasumber satu yang memaparkan bahwa penanganan terorisme seharusnya tidak musti menggunakan pendekatan diradikalisasi namun menurutnya masih kurang karena tidak menyentuh kepada anggota pelaku terorisme itu sendiri jadi kita tidak bisa mengetahui dasar dan motif dari pelaku tersebut. Menurutnya penanganan seharusnya dengan pencegahan yaitu harus mengetahui akar permasalahanya dulu dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat seperti PEMDA dan Departmen- departemen terkait. Bukan dengan cara pendekatan militeristik yang cenderung represif. Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan kepada narasumber kedua yaitu Bapak Wawan H purwanto pengamat Intelejen yaitu bagaimana sisi plus minusnya penanganan terorisme yang sudah dilaksanakan? Kemudian narasumber dua menjawab pertanyaan
tersebut yaitu pendekatan yang dilakukan saat ini masih menggunakan pola kekerasan dimana bisa membuat pelaku-pelaku yang telah bebas kembali menjadi terorisme hal ini menjadi hambatan untuk mengetahui embrio dari terorisme tersebut dengan menggunakan pola kemanusiaan.
Segmen kedua, setelah jeda iklan sekitar dua menit, segmen kedua berdurasi 8 menit, dimulai dengan presenter membuka dan melanjutkan pembahasan dialog sesi pertama bersama para narasumber dengan memberikan kesempatan kepada setiap narasumber untuk berkomentar atau memberikan pandangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sedang dibahas pada segmen pertama tadi.
Segmen ketiga, setelah jeda iklan sekitar dua menit kemudian masuk di segmen ketiga ini yang berisi dialog sesi selanjutnya dan ditambah dengan interkatif kepada pemirsa dengan berdurasi 18 menit. Dengan menenerima dua penelpon, penelpon pertama yaitu Bapak Sanusi Kaplale yang berada di Pamulang yaitu pertanyaan yang menyingung orde baru dan kedamaian di Indonesia yang masih di intervensi oleh luar negeri. Kemudian penelpon kedua yaitu Bapak Prio yang menyinggung kasus korupsi juga harus di brantas, saat menerima telepon sangat disayangkan terjadi gangguan dari bagian audio sehingga narasumber dan pembawa acara tidak bisa menangkap inti dari pertanyaan kedua penelpon tadi sehingga membuat pembawa acara mengalihkan dengan pertanyaan lain. Setelah itu pembawa acara mempersilahkan satu persatu narasumber untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan dari pembawa acara. Dan dilanjutkan dengan catatan penutup dari
masing- masing narasumber yang pertama Ibu Susningtyas mengatakan bahwa dalam menghentaskan keamanan nasional kita lakukan secara integral tidak hanya kita berikan tanggung jawab ini hanya kepada aparat TNI, POLRI maupun Intelejen namun juga melibatkan Departemen- departemen terkait dalam hal penanganan berbagai maslah komunal masalah yang terjadi dimasyarakat itu harus dibangun sebaik- baiknya. Sedangkan Narasumber dua memberikan catatan terkahir yaitu dengan mengatakan dan mengajak semua elemen bangsa kita untuk bangkit menjadi negeri yang besar dari segi ekonomi dengan menjaga keamanan negara kita. Kemudian terakhir pembawa acara menutup dialog dengan memberikan kesimpulan yaitu kebijakan, regulasi atau polesi itu perlu mendapatkan lejitemasi dan untuk mendapatkan lejitemasi rakyat harus diajak bicara dan pemimpin harus mau berdialog dan mendengarkan apa yang menjadi aspirasi rakyat. Lalu setelah itu pembawa acara menutup acara dengan salam.
e. Pasca produksi Program DIALOG TVRI
Setelah proses produksi tentunya akan ada pasca produksi. Dalam program Dialog TVRI jika siaranya dilakukan secara langsung (live) tidak ada pasca produksi, karena kegiatan produksi sudah berjalan sebagaimana mestinya dan hasilnya pun apa adanya, selain itu evaluasi dilakukan sambil berjalan. Misalnya dengan mendengar respon dari pemirsa dirumah melalui media sosial seperti facebook, twitter, email dan lain sebagainya. Akan tetapi jika proses produksinya dilakukan secara tunda (taping) maka akan ada pasca
produksi yaitu proses editing, dimana pada proses editing program Dialog TVRI biasanya dikerjakan oleh editor dan dibantu oleh seorang produser dan produser pelaksana sebagai pengarah akan seperti apa hasil yang akan ditayangkan. Namun dalam program Dialog TVRI sangat jarang adanya proses produksi dilakukan secara tunda (taping).
C. Faktor Pendukung dan Kendala Proses Produksi Program Dialog TVRI
Dalam memperoduksi suatu program televisi tentu tidak semudah yang dibayangkan. Tentu banyak kendala yang dihadapi oleh seorang produser atau tim pelaksana produksi lainya. Namun, adapula faktor pendukung yang membuat acara tersebut semakin baik dan menarik.
Pada produksi program Dialog TVRI tanggal 23 Januari 2013, terdapat faktor pendukung dan kendala, diantaranya sebagai berikut:
a) Faktor pendukung
1. Kelengkapan peralatan menjadi salah faktor pendukung saat itu.
2. Biaya Produksi, biaya yang mencukupi saat itu juga menjadi faktor pendukung dalam proses produksi.
3. Persiapan seorang pembawa acara sangat mendukung berjalanya proses dialog saat itu.
b) Faktor penghambat/ kendala
1. Kehadiran narasumber, dimana terjadi pembatalan hadir 30 menit sebelum acara dimulai atau keterlambatan hadir seorang narasumber hingga hampir satu segmen. hal ini menganggu jalanya dialog.
2. Kesiapan Audio yang pada pelaksanaanya sempat mengganggu jalanya proses dialog hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya dialog saat itu.
3. Sulitnya mencari narasumber yang berkompeten terkait tema penanganan terorisme adalah satu faktor penghambat dalam proses produksi saat itu mengingat tema penanganan terorisme lebih berat dibanding tema- tema lain.
Namun seharusnya seiring berjalannya waktu dan banyaknya pengalaman, berbagai kendala tersebut dapat diatasi. Dengan mempersiapkan segala hal- hal teknis terkait produksi, sehingga proses produksi pun akan berjalan lebih baik lagi.
109
A. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi, menganalisa data dalam rangka menjawab rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:.
1. Dalam proses produksi program berita Dialog TVRI edisi 23 Januari 2013 pada tema penanganan terorisme, memiliki beberapa tahapan yang sama seperti program-program lainya, yaitu: tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Ketiga tahapan tersebut memiliki keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya.
a. Proses pra produksi program Dialog TVRI
Pada tahapan pra produksi program Dialog TVRI edisi 23 Januari 2013 pada tema penanganan terorisme, diawali dengan menentukan ide atau tema yang nantinya akan menjadi sebuah topik yang akan dibahas. Ide atau tema yang didapat merupakan hasil rapat redaksi dari para produser dan beberapa crew yang dilakukan melalui pertemuan langsung di ruang manager current affair sehari sebelum produksi dilaksanakan, pada saat penentuan tema beberapa produser masing-masing mengajukan tema yang berbeda-beda sehingga sempat terjadi perbedaan pendapat. Tema yang diangkat pada 23 januari yaitu penanganan terorisme adalah hasil dari rapat
redaksi dimana tema itu dipilih dengan alasan tema tersebut sedang hangat dibicarakan karena pada saat banyak terjadi aksi serta penanganan terorisme salah satunya yaitu penyergapan para terduga teroris di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru yang bersifat doktrin.
Selain penemuan tema tahap pra produksi saat itu juga membahas dan menentukan narasumber, dalam penentuan narasumber pada edisi 23 januari 2013 produser lebih memilih Wawan H Purwanto seorang pengamat intelejen dan Susningtyas Kertopati seorang anggota komisi satu DPR dengan alasan keduanya lebih berkompeten, selain itu alasannya ialah komisi satu DPR bertugas menangani HANKAM dalam membahas penanganan terorisme selain itu sebenarnya Dialog TVRI telah memanggil
satu narasumber lagi yaitu Nasir Abbas mantan pelaku terorisme namun pada saat itu tidak dapat hadir. Persiapan studio dengan perangkat-perangkatnya juga dibahas dalam proses ini.
b. Proses produksi program Dialog TVRI
Dalam program Dialog TVRI proses produksinya dilakukan secara langsung. Dalam prosesnya langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan materi, sarana dan prasarana serta pendukung lainnya. Pelaksanaan produksinya sendiri dimulai dengan mengedit gambar berita terkait tema untuk ditampilkan pada saat dialog berlangsung dan menyusun rundown acara. Program ini dibagi menjadi tiga segmen. Pada segmen
pertama yaitu opening oleh pembawa acara, pengenalan tema dan
narasumber serta memulai dialog segmen pertama dan pada segmen ini acara mengalami kendla yaitu narasumber dua terlambat hadir. Pada segmen kedua yaitu melanjutkan dialog serta diskusi bersama narasumber mengenai tema yang sedang dibahas. Dan pada segmen ketiga pemirsa dapat berinteraksi kepada narasumber secara langsung melalui telepon yang Kemudian langsung ditanggapi oleh para narasumber dan di akhiri dengan kesimpulan dari masing- masing narasumber dan closing. Namun sangat disayangkan pada segmen ini sedikit mengalami gangguan pada bagian audio penerima telepon sehingga mengganggu jalanya dialog.
c. Proses pasca produksi program Dialog TVRI
Program Dialog TVRI adalah program berita yang format siarannya secara live dan dilakukan di dalam studio, dalam produksi secara live tidak ada proses editing. Dan pada produksi tanggal 23 januari 2013 tentang penanganan terorisme produksinya dilakukan secara langsung dan tidak ada peroses editing Maka proses penayangan merupakan bagian dari proses pasca produksi. Karena Dialog TVRI adalah program acara yang disiarkan secara langsung, maka saat proses pra produksi dan proses produksi segala sesuatunya harus disiapkan secara matang agar pada saat penayangan tidak terdapat kesalahan.
2. Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru