• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Kopal Berbagai Macam Periode Pembaharuan Luka Sadapan

TINJAUAN PUSTAKA

5.2 Produktivitas Kopal Berbagai Macam Periode Pembaharuan Luka Sadapan

5.2.1 Produktivitas Kopal Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Penelitian pengaruh periode pembaharuan luka sadapan ini dibagi kedalam beberapa interval jumlah hari yaitu pada periode 3 hari, periode 5 hari, periode 7 hari dan periode 9 hari. Dimana masing-masing periode menunjukkan jumlah hari pada saat kopal akan dipanen. Penelitian ini dilakukan selama 45 hari dengan menggunakan 20 pohon contoh. Setiap periode pengambilan getah memiliki jumlah panen yang berbeda-beda.Untuk periode 3 hari dilakukan 15 kali panen, periode 5 hari dilakukan 9 kali panen, periode 7 hari dilakukan 6 kali panen dan periode 9 hari dilakukan 5 kali panen. Meskipun pengulangan pemanenannya berbeda-beda, namun satuan yang menjadi acuan dalam perhitungan adalah g/quarre/hari.

Salah satu cara yang digunakan untuk membantu meningkatkan produktivitas kopal pada penelitian ini yaitu dengan penggunaan ETRAT 12.40 yang disemprotkan pada luka sadapan setiap kali panen. Menurut Santosa (2011), ETRAT merupakan formulasi terbaru, dimana formulasi tersebut mengandung ZPT (Ethylene) dan stimulansia organik dalam satu larutan. Dengan demikian ETRAT mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan kapasitas produksi getah dan memperlancar keluarnya getah. Pembentukan getah di dalam tanaman dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan ethylene di dalam tanaman ( ethylene endogen) dan adanya stress (pembuatan luka sadap). Dengan demikian peningkatan produksi getah dapat dilakukan dengan memberikan zat yang mengandung ethylene (eksogen) yang mana akan merangsang pembentukan ethylene endogen pada tanaman sehingga proses metabolisme sekunder dapat ditingkatkan. ETRAT tersebut mengandung 100 ppm Etilen dan 150 ppm Asam Sitrat. Saat ini, ETRAT hanya diproduksi oleh CV. Permata Hijau Lestari dengan harga Rp 12.000 /liter.

Hasil panen kopal dari setiap periode pembaharuan luka sadapan ditimbang menggunakan timbangan digital, baik pada saat sebelum penyimpanan dalam gudang maupun setelah penyimpanan dalam gudang. Berikut adalah hasil panen rata-rata produktivitas kopal sebelum penyimpanan di gudang.

25   

Gambar 8 Produktivitas rata-rata kopal sebelum penyimpanan (g/quarre/hari).

Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa produktivitas rata-rata kopal sebelum penyimpanan dalam gudang menunjukkan kecenderungan semakin lama periode pembaharuan luka sadapan maka semakin rendah produktivitas kopal yang dihasilkan. Hasil tersebut dapat dilihat, untuk periode 3 hari menghasilkan produktivitas rata-rata tertinggi sebesar 5,19 g/quarre/hari dan periode 9 hari menghasilkan produktivitas rata-rata terendah sebesar 1,69 g/quarre/hari. Sedangkan pada periode 5 hari produktivitas rata-ratanya sebesar 3,76 g/quarre/hari dan pada periode 7 hari sebesar 2,91 g/quarre/hari.

Menurut Vlies dan Tames (1940) dalam Hendrayus (1992), aliran kopal pada waktu penyadapan dipengaruhi oleh interval waktu pembaharuan luka sadapan dimana pada awal setelah pelukaan aliran kopal dari pelukaan tersebut sangat besar, tetapi semakin lama semakin berkurang kira-kira 12 jam sesudahnya. Aliran ini bisa berhenti atau bisa terus keluar dengan jumlah kopal yang sedikit sampai kira-kira 4 hari. Diduga pada hari ke-4 kopal mulai membeku karena hubungan dengan udara luar dan dipercepat oleh sinar matahari.

Periode 3 hari menghasilkan produktivitas kopal rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan periode yang lain. Hal ini dikarenakan pembaharuan luka periode 3 hari lebih sering dilakukan penyadapan dan pemberian ETRAT (12.40) sehingga aliran kopal akan terus keluar. Kemudian proses pembekuan atau pengerasan kopal selama interval waktu penyadapan dipengaruhi oleh cahaya matahari dan udara luar. Dimana proses keluarnya kopal yang dihasilkan

0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 3 5 7 9 5,19 3,76 2,91 1,69 Produktivitas rata-rata (g/quarre/hari)

PeriodePembaharuan Luka

6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 

tergantung pada saluran keluarnya getah. Kopal yang sudah mengering di permukaan sadapan akan menutup keluarnya getah yang baru sehingga menyebabkan saluran kopal menjadi tersumbat.

Menurut Riyanto (1980), potensi kopal secara kuantitatif pada dasarnya dipengaruhi dua faktor pokok, yaitu :

1. Faktor pasif yang terdiri dari kualitas tempat tumbuh, umur pohon, kerapatan tegakan, sifat genetik dan ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut.

2. Faktor aktif yang terdiri dari kuantitas dan kualitas tenaga sadap, perlakuan kimia, dan pelakuan mekanis seperti penutupan luka dengan plastik. 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Produktivitas kopal rata-rata (g/quarre/hari) Panen ke.. Produktivitas kopal rata-rata periode 3 hari 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Produktivitas kopal rata-rata (g/quarre/hari) Panen ke.. Produktivitas kopal rata-rata periode 5 hari   8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00   6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 

27   

Gambar 9 Kecenderungan produktivitas rata-rata kopal periode 3, 5, 7, 9 hari (g/quarre/hari).

Pada gambar 9 terlihat bahwa produktivitas kopal rata-rata untuk setiap kali panen dari masing-masing periode pembaharuan luka sadapan pun berbeda-beda. Namun, terdapat pola kecenderungan peningkatan dan penurunan produktivitas kopal yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan proses kerja dari ETRAT dan proses metabolisme sekunder dari pohon Agathis itu sendiri.

Produktivitas kopal rata-rata pada panen pertama cenderung meningkat. Hal ini disebabkan getah yang keluar pada saat panen pertama merupakan getah deposit yang ada dalam pohon. Kemudian untuk panen kedua cenderung mengalami penurunan karena pada kondisi ini pohon masih belum stabil untuk membentuk getah kembali. Menurut Santosa (2011), produktivitas yang masih rendah pada awal periode penyadapan sampai dengan 12 hari disebabkan

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 1 2 3 4 5 6 Produktivitas kopal rata-rata (g/quarre/hari) Panen ke.. Produktivitas kopal rata-rata periode 7 hari 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 1 2 3 4 5 Produktivitas kopal rata-rata (g/quarre/hari) Panen ke.. Produktivitas kopal rata-rata periode 9 hari   4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00      2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00

pemberian ZPT memerlukan waktu untuk mempengaruhi metabolisme sekunder. ZPT (ethylene) membutuhkan waktu untuk merubah bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga tercapainya proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) dapat berjalan dengan stabil.

Kopal yang sudah dipanen kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan selama akhir masa periode panen. Untuk periode 3 hari, penyimpanan dilakukan mulai dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-42, periode 5 hari mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-40, periode 7 hari mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-35 dan periode 9 hari mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-36. Berikut adalah produktivitas kopal rata-rata setelah penyimpanan dalam gudang.

Gambar 10 Produktivitas rata-rata kopal setelah penyimpanan (g/quarre/hari).

Pada gambar 10 dapat dilihat bahwa hasil produktivitas kopal rata-rata setelah penyimpanan di gudang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan produktivitas kopal rata-rata sebelum penyimpanan dalam gudang. Produktivitas kopal rata-rata setelah penyimpanan yang tertinggi yaitu pada periode 3 hari sebesar 4,72 g/quarre/hari dan produktivitas yang terendah yaitu pada periode 9 hari sebesar 1,59 g/quarre/hari. Sedangkan untuk periode 5 hari produktivitasnya sebesar 3,49 g/quarre/hari dan periode 7 hari sebesar 2,70 g/quarre/hari. Rata-rata penurunan produktivitasnya sebesar 0,47 g/quarre/hari (P.3hr); 0,27 g/quarre/hari

0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 3 5 7 9 4,72 3,49 2,70 1,59 Produktivitas Rata-Rata (g/quarre/hari)

Periode Pembaharuan Luka

    5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 

29   

(P.5hr); 0,21 g/quarre/hari (P.7 hr) dan 0,10 g/quarre/hari (P.9 hr). Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan kopal mengalami penyusutan pada saat disimpan dalam gudang.

Untuk mengetahui pengaruh periode pembaharuan luka sadapan terhadap produktivitas kopal maka dilakukan pengolahan data statistik terhadap produktivitas kopal rata-rata setelah penyimpanan. Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan bahwa periode pembaharuan luka sadapan memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata produktivitas kopal yang dihasilkan dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), terlihat pada tabel 4 bahwa F hitung sebesar 41,62 lebih besar dibandingkan F tabel sebesar 2,77. Kemudian hasilnya pun signifikan dengan nilai P-value yang kurang dari 0,0001.

Tabel 4 Analisis ragam pengaruh periode pembaharuan luka terhadap produktivitas penyadapan kopal

Sumber

Keragaman db

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung F0,05 P-value

Model 3 78,51 26,17 41,62 2,77 <0,0001

Derajat Kesalahan 56 35,22 0,63

Total 59 113,73

Nyata = Fhitung >F0,05

Berdasarkan hasil analisis ragam yang menunjukkan bahwa periode pembaharuan luka sadapan memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata produktivitas kopal maka analisis dilanjutkan menggunakan Uji Duncan untuk mengetahui kelompok periode pembaharuan luka sadapan yang berbeda nyata.

Tabel 5 Hasil Uji Duncan pengaruh periode pembaharuan luka terhadap produktivitas penyadapan kopal

Perlakuan Jumlah

Data Produktivitas Rata-Rata (g/quarre/hari)

Uji Duncan (α=0,05) 3 hari 15 4,72 A 5 hari 15 3,45 B 7 hari 15 2,65 C 9 hari 15 1,59 D

Berdasarkan hasil Uji Duncan pada tabel 5, periode pembaharuan luka sadapan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda (berbeda nyata) dari setiap perlakuan terhadap produktivitas kopal (g/quarre/hari). Terlihat dari hasil Uji Duncan yang terbagi dalam 4 kelas yaitu A, B, C dan D. Periode pembaharuan luka sadapan yang terbaik menghasilkan produktivitas tertinggi yaitu periode 3 hari sebesar 4,72 g/quarre/hari.

5.2.2 Persentase Penyusutan Kopal

Penyusutan kopal terjadi ketika hasil produksi kopal masih dalam keadaan lengket kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan sampai kopal mengering sehingga produktivitasnya menurun. Gambar 14 menunjukkan persentase penyusutan kopal yang terjadi sesuai kondisi lingkungan dan suhu adara yang ada di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Gambar 11 Persentase penyusutan kopal. 9,21 6,97 6,96 5,59 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 3 5 7 9 Persentase Penyusutan (% )

Periode Pembaharuan Luka 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00

31   

Pada gambar 11 terlihat bahwa persentase penyusutan tertinggi terjadi pada periode 3 hari sebesar 9,21 % dan persentase penyusutan terendah terjadi pada periode 9 hari sebesar 5,59 %. Kemudian untuk periode 5 hari sebesar 6,97 % dan periode 7 hari sebesar 6,96 %.

Pada periode 5, 7, 9 hari kopal mengalami penyusutan yang lebih rendah dibandingkan periode 3 hari. Hal ini dikarenakan kopal yang dipanen sudah menjadi kering udara ketika masih di pohon sehingga penyusutan yang terjadi di dalam gudang tidak terlalu besar. Persentase penyusutan pun dipengaruhi oleh keadaan kopal pada saat awal panen (sebelum disimpan dalam gudang). Produktivitas dari masing-masing panen berbeda-beda, tergantung dari kondisi pohon atau kondisi lingkungan yang ada pada saat melakukan penyadapan (faktor pasif/aktif).

Besarnya persentase penyusutan yang terjadi pada periode 5, 7 dan 9 hari tidak berbeda terlalu jauh dikarenakan pada saat penelitian terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi penyusutan.

Untuk periode 3 hari, penyimpanan dilakukan mulai dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-42, periode 5 hari mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-40, periode 7 hari mulai dari hari 0 sampai hari 35 dan periode 9 hari mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-36. Kopal yang masih basah/lengket akan mengalami penyusutan lebih besar. Berdasarkan lamanya hari penyimpanan, rata-rata kopal akan mengering setelah penyimpanan dalam gudang selama 24-28 hari.

5.3 Kualitas Kopal Secara Uji Visual

Pengujian kualitas kopal secara visual menurut SNI 01-5009.10-2001 (2001) menggunakan parameter uji warna, ukuran butir, kekeringan, bau dan kebersihan kopal. Pengujian kualitas secara visual ini bersifat terbatas. Pengujian ini hanya berdasarkan apa yang dilihat langsung oleh seorang pengelola produksi di lapangan, karena untuk pengujian lebih lanjut masih ada tahapan uji kualitas kopal di laboratorium seperti uji bilangan asam, bilangan penyabunan, titik lunak, kadar abu dan kadar kotoran.

Tabel 6 Persentase pengujian kualitas kopal menurut ukuran butir Ukuran Butir Periode 3 Hari (%) Periode 5 Hari (%) Periode 7 Hari (%) Periode 9 Hari (%) Besar 87,98 86,95 71,09 74,14 Kecil 12,02 13,05 28,91 25,86

Pada tabel 6 terlihat bahwa persentase ukuran butiran kopal yang tertinggi yaitu pada periode 3 hari sebesar 87,98 % dan persentase ukuran butiran kopal yang terendah yaitu pada periode 7 hari sebesar 71,09 %. Hal-hal yang mempengaruhi ukuran butir kopal ini berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan adalah pengaruh bentuk cetakan penampung kopal, keterampilan penyadap kopal, pemakaian jenis alat sadap dan kekeringan kopal.

Bentuk cetakan penampung kopal dapat menghasilkan bentuk kopal yang berbeda-beda. Cetakan penampung kopal pada metode Quarre berbentuk balok berukuran 5 cm × 10 cm × 1 cm sehingga ukurannya bisa lebih dari 1cm × 1cm × 1cm (ukuran standar kopal yang tergolong besar menurut SNI). Kemudian keterampilan penyadap kopal pada saat pemungutan kopal juga mempengaruhi ukuran butir kopal. Penyadap yang sudah mahir akan mudah dan terampil dalam melakukan pemungutan kopal dilapangan sehingga kopal tidak mudah hancur, misalnya ketika melepaskan kopal dari cetakan penampung getah dan pemungutan getah yang masih menempel di pohon.

Alat sadap yang terlalu besar dan kurangnya keterampilan penggunaan alat sadap oleh penyadap kopal membuat penyadap kesulitan dalam pemungutan kopal dibagian bidang sadap. Kopal yang masih lengket akan menggumpal dan bersatu dengan kopal butiran kecil sehingga ukuran menjadi besar ketika kering udara. Kopal butiran besar merupakan kopal kulitas Utama dan kopal butiran kecil merupakan kopal kualitas Pertama. Kopal yang dijadikan perbandingan dalam penelitian ini hanya yang berukuran besar (kualitas Utama).

33   

Tabel 7 Data hasil pengujian kualitas kopal secara visual Parameter

Uji

Periode Pembaharuan Luka Sadapan

3 Hari 5 Hari 7 Hari 9 Hari

Warna Kuning pucat Kuning pucat Kuning bening Kuning bening Kekeringan Lengket dan

menggumpal

Sedikit lengket dan menggumpal

Kering udara Kering udara

Bau Khas kopal Khas kopal Khas kopal Khas kopal Kebersihan Banyak

kotoran

Sedikit kotoran

Bersih Bersih

Kualitas Pertama Pertama Utama Utama

Secara umum kualitas kopal yang dihasilkan pada berbagai macam periode pembaharuan luka sadapan disajikan dalam tabel 7. Periode pembaharuan luka sadapan 3 hari dan 5 hari termasuk dalam kualitas Pertama sedangkan periode pembaharuan luka sadapan 7 hari dan 9 hari termasuk kualitas Utama. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata kopal akan mengering setelah 24-28 hari penyimpanan dalam gudang. Pada pengujian bau, masing-masing kopal memiliki bau khas kopal.

Menurut Koppel (1988), sebelum dikirimkan ke Amerika Serikat dan Eropa, kopal mengalami pengolahan diantaranya dilakukan sortasi besarnya potongan-potongan dan mengeluarkan kotoran-kotoran atau mengerik bagian luar kopal dari debu terutama potongan-potongan yang besar agar menjadi bersih sehingga harga menjadi lebih tinggi. Apabila kopal dalam keadaan lengket dikumpulkan, maka dengan sendirinya akan banyak potongan-potongan rekahan yang ikut serta. Kopal yang lengket itu akan menggumpal menjadi satu dengan cepat dan menjadi bongkahan-bongkahan yang besar.

Gambar 12 Contoh warna kopal periode 3, 5, 7 dan 9 hari.

Pada parameter uji warna yang terlihat pada gambar 12, kopal periode 3 hari memiliki warna kuning yang lebih pucat jika dibandingkan periode yang lain. Hal ini dikarenakan kopal masih dalam keadaan basah dan lengket sehingga kotoran dari kayu atau dari batang pohon ikut masuk pada cetakan penampung ketika terjadi hujan dan akan menempel pada kopal. Kemudian perubahan warna kopal juga disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi yang terjadi dalam gudang penyimpanan. Menurut Sumadiwangsa (1978), semakin tua warna kopal semakin tinggi titik lunak, kadar endapan dan kadar kotoran sedangkan kekentalan makin rendah pada saat pemungutannya.

35   

Uji kekeringan dilakukan dengan cara melihat kopal yang terlihat masih lengket atau sudah kering udara. Sedangkan uji kotoran dilakukan dengan cara membandingkan banyaknya kotoran dari masing-masing contoh kopal (periode 3, 5, 7, dan 9 hari).

Gambar 13 Contoh kopal yang masih lengket.

Gambar 14 Contoh kopal yang sudah mengering.

5.4 Kekurangan dan Kelebihan Masing-Masing Periode Pembaharuan Luka

Dokumen terkait