• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemenuhan kompetensi-kompetensi tersebut, yang tentu bersifat multidimensi.

Evidence-based practice dalam profesi psikologi merupakan salah satu gambaran kompleksitas tuntutan masyarakat akan peran psikolog.

Psikolog bukan hanya harus terampil berpraktik memberikan pelayanan sesuai lingkup profesinya, namun pelayanan yang diberikan haruslah yang berlandaskan pada bukti ilmiah. Selama ini, pengelolaan program profesi di Indonesia banyak memperoleh input dari begitu kencangnya gerakan pendidikan berbasis kompetensi dalam pendidikan profesi psikologi internasional; sebuah tren yang sesungguhnya sudah digaungkan sejak Peterson et al. (1997) merumuskan enam kompetensi dasar bagi psikolog. Kewajiban menerapkan konsep Kampus Merdeka tentu merupakan dorongan luar biasa bagi para pendidik di program profesi, untuk segera melakukan rekonstruksi pembelajaran sesuai semangat Merdeka Belajar. Regulasi dari pembuat kebijakan yang sudah cukup mendukung memberikan ruang untuk proses optimalisasi pendidikan (AP2TPI dan HIMPSI, 2017).

Berkaca dari poin-poin terpenting hasil penelitian terhadap pendidikan profesi psikologi di Indonesia (Ningdyah, 2018), beberapa saran tindak lanjut yang sekiranya dapat menjadi acuan bagi upaya rekonstruksi pembelajaran pada program profesi

1. Pelaksanaan studi di tingkat nasional untuk mengidentifikasi kompetensi-kompetensi psikolog sesuai yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya, sebagai tindak lanjut kesepakatan internasional mengenai kompetensi inti psikolog melalui The International Project on Competence in Psychology (IPCP, 2016) maupun regional seperti yang telah dilakukan oleh ASEAN Regional Union of Psychological Societies melalui Mutual Recognition of Professional Qualifications (ARUPS, 2018). Hasil studi nasional ini nantinya dapat menjadi acuan dalam merumuskan kompetensi target yang harus dicapai oleh lulusan pada masing-masing program profesi psikologi di Indonesia. Hasil studi juga sekaligus dapat digunakan untuk mengkonfirmasi pernyataan kompetensi target sesuai yang tertuang dalam ketetapan oleh AP2TPI dan HIMPSI, atau bahkan melengkapinya.

2. Pelaksanaan diskusi nasional terkait penerapan model kompetensi dalam pendidikan profesi psikologi, yang mencakup antara lain upaya-upaya merancang pengalaman-pengalaman pembelajaran yang secara komprehensif mengarahkan mahasiswa mencapai target kompetensi yang ditentukan.

Penerapan konsep Merdeka Belajar:

Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran di luar kampus secara lebih beragam dan terintegrasi tentunya sangat membantu pendidik di program profesi karena menyelesaikan sebuah kendala terkait sistem penilaian bagi kegiatan-kegiatan di luar kampus yang

“Salah satu pekerjaan rumah terbesar terkait penerapan pembelajaran berbasis kompetensi tersebut adalah upaya untuk mensinkronkan antara pernyataan tujuan

program terkait pencapaian kompetensi lulusan dengan penentuan pengalaman-pengalaman pembelajaran yang menyasar

tiap kompetensi secara sistematis, beserta metode pengukuran yang secara tepat mengukur derajat pencapaian kompetensi

dalam berbagai tingkatannya”.

pembentukan kompetensi, namun tidak mendapatkan ‘tempat’ dan ‘bobot’ yang memadai selama ini. Diskusi di tingkat nasional ini juga perlu menyepakati proses evaluasi kompetensi secara komprehensif untuk mendorong proses perolehan kompetensi secara berkelanjutan. Diskusi disarankan untuk dilakukan di bawah koordinasi AP2TPI dan HIMPSI sebagai salah satu regulator dalam pendidikan profesi psikologi, dengan melibatkan pengelola PSPP (S2), agar kesepakatan akan hasil dapat diterapkan secara nasional.

Daftar Pustaka

AP2TPI, & HIMPSI. (2017). Keputusan bersama Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia (AP2TPI) dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) tentang Kurikulum Program Studi Psikologi Profesi (S2). Diunduh dari https://ap2tpi.

or.id/wp-content/uploads/2019/05/

Keputusan-Bersama-AP2TPI-dan-HIMPSI-TENTANG-KURIKULUM-PROFESI.pdf AP2TPI dan HIMPSI. (2019). Surat Edaran

Bersama AP2TPI dan HIMPSI.

Diunduh dari https://himpsi.or.id/blog/

pengumuman-2/post/surat-edaran-bersama-ap2tpi-dan-himpsi-36

ARUPS. (2018). Mutual Recognition of Professional Psychology. Diunduh dari http://arups2017.

himpsi.or.id/

Helmes, E. C. (2011). North meets South:

Perspectives on training in clinical psychology in Canada and Australia, with comments on Singapore. In H. Shimoyama (Ed.), An international comparison of clinical psychology in practice: West meets East (pp. 119-143).

Japan: Kazama Shobo Inc.

IPCP. (2016). Final IPCP report: June 2016. Retrieved from http://www.

psykologforeningen.no/foreningen/english/

ipcp

Iwakabe, S. (2011). The training of clinical psychologists in Japan: What we can learn from counselor training in Canada. In H. Shimoyama (Ed.), An international comparison of clinical psychology in practice:

West meets East (pp. 191-205). Japan: Kazama Shobo Inc.

Jaffe, D. T. (2004). On the differences between academic research departments and professional schools. The American Psychologist, 59(7), 647-648.

doi:10.1037/0003-066X.59.7.647 Karseth, B., & Solbrekke, T. D. (2006).

Characteristics of graduate professional education: Expectations and experiences in psychology and law. London

Review of Education, 4(2), 149-167.

doi:10.1080/14748460600855252

Kaslow, N. J. (2004). Competencies in Professional Psychology. American Psychologist, 59(8), 774-781. doi:10.1037/0003-066X.59.8.774 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019).

Merdeka Belajar. Diunduh dari https://www.

kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/empat-pokok-kebijakan-merdeka-belajar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020).

Merdeka Belajar: Kampus Merdeka. Diunduh dari https://www.kemdikbud.go.id/main/

blog/2020/01/kebijakan-merdeka-belajar--kampus-merdeka

Ningdyah, A.E.M. (2018). Indonesian professional psychology education curricula: A mixed-methods study. Unpublished doctoral thesis.

James Cook University. Townsville, QLD.

Ningdyah, A. E. M., Greenwood, K. M., Kidd, G., Helmes, E. C., & Thompson, C. (2016).

Training models in professional psychology education: A literature review. Anima Indonesian Psychological Journal, 31(4), 149-159.

Peterson, R. L., Peterson, D. R., Abrams, J. C., &

Stricker, G. (1997). The National Council of Schools and Programs of Professional Psychology educational model. Professional

Psychology: Research and Practice, 28(4), 373-386. doi:10.1037/0735-7028.28.4.373 Rodolfa, E. R., Bent, R., Eisman, E., Nelson, P.,

Rehm, L., & Ritchie, P. (2005). A cube model for competency development: Implications for psychology educators and regulators.

Professional Psychology: Research and Practice, 36(4), 347-354.

doi:10.1037/0735-7028.36.4.347

Schiro, M. (2013). Curriculum theory: Conflicting visions and enduring concerns (2 ed.).

Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.

Shulman, L. S. (2005a). Signature pedagogies in the professions. Daedalus, 134(3), 52-59.

doi:10.1162/0011526054622015

Shulman, L. S. (2005b). Pedagogies of uncertainty.

Liberal Education, 91(2), 18-25.

Prof. Dr. M. Enoch Markum -

Anggota Majelis Psikologi Pusat (MPP)

PENTINGNYA PERAN GURU