• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian

Profesional berasal dari kata kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.1

Dengan bertitik tolak dari pengertian di atas, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Menurut Cooper sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana, kompetensi guru berarti mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, 1

sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, dan mempunyai tehnik ketrampilan mengajar2 3

Berdasar pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi akademis adalah kecakapan guru dalam hal- hal yang berhubungan antara mata pelajaran dengan materi pelajaran.

Hadari Nawawi memberi pengertian yang sama mengenai pengertian kompetensi guru yaitu sifat, sikap perilaku, kemampuan dan kecakapan yang harus ada padanya. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam pembagian masalah kompetensi guru, meskipun secara garis besar adalah sama. Kompetensi guru yang dimaksud antara lain mengenai kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. ’

Dalam UU Guru dan Dosen pada bab II pasal 2 dijabarkan bahwa “kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.4

Makna profesional menurut Burhanudin Salam adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok yang menghasilkan nafkah hidup dan menghendaki suatu keahlian.5 Lebih lanjut dijelaskan bahwa ciri - ciri profesional menurutnya adalah memiliki keahlian dan pengetahuan khusus, menggunakan waktu untuk bekerja di bidang tersebut dan bukan sebagai hobi, hidup dari pekerjaan tersebut, ada kaidah atau standar moral

2 Dr. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1998, him. 17 3 Dr. H. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, CV Haji, Masagung, Jakarta,

1989, him. 123.

4 Undang - undang R I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta, Dharma Bakti: 2006) cct. II, him. 7.

yang tinggi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan ada izin khusus untuk melaksanakan profesi;

Selanjutnya oleh para ahli pendidikan, pada umumnya memasukkan guru sebagai pekeija profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.6 Pengertian mengenai profesional dalam hal ini lebih lanjut ditegaskan dalam Undang - undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.7 8

Khususnya pembahasan mengenai guru dan dosen dalam dunia pendidikan senantiasa mendapatkan perhatian besar dari pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah memandang mereka sebagai media yang sangat penting bagi pembinaan dan perkembangan bangsa. Mereka adalah pengemban tugas - tugas sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda sesuai dengan cita - cita bangsa.

Sementara masyarakat memandang pekerjaan guru merupakan pekeijaan istemewa yang berbeda dari pekeijaan — pekerjaan lainnya. Dalam pandangan masyarakat, pekerjaan guru bukan semata - mata sebagai mata pencaharian semata, yang sejajar dengan pekerjaan jasa lainnya. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1997) cet. I. him. 191.

7 Mengenai Prinsip profesionalitas bagi profesi guru dan dosen dapat dibaca pada Bab III pasal 7, UU. No. 14 tahun 2005.

8 Omar Hamalik. Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: Trigenda Karya: 1991), him. 23.

negara dan masa depan bangsa. Masyarakat menaruh harapan besar pada guru guna melahirkan generasi masa depan yang lebih baik. Mereka diharapkan menjadi suri tauladan bagi anak didiknya dan mampu membimbing mereka menuju pola hidup yang menjunjung tinggi moral dan etika. Guru telah diposisikan sebagai faktor terpenting dalam proses belajar mengajar.

Kualitas dan kompetensi guru dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas pendidikan, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila guru dituntut untuk bertindak secara profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar guna meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka lakukan. Tuntutan seperti ini sejalan dengan perkembangan masyarakat modem yang menghendaki bermacam - macam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin lama semakin komplek, tuntutan kerja secara profesional juga dimaksudkan agar guru berbuat dan bekerja sesuai dengan profesi yang disandangnya.

Berbicara tentang kerja profesional mengharuskan kita untuk mengetahui terlebih dahulu pengertian profesi sebagai bentuk dasar dari kata profesional tersebut. Dr. Sikum Pribadi sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik mendefinisikan mengenai profesi sebagai berikut: profesi itu pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjaga

pekerjaan itu.9 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa sebuah profesi mengandung sejumlah makna yang dapat disimpulkan sebagai berikut: profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan, profesi dipilih oleh seseorang atas kesadaran yang dalam, dan dalam profesi terkandung unsur pengabdian.

Dengan demikian, bekerja secara profesional berarti bekerja secara baik dan dengan penuh pengabdian kepada satu pekerjaan tertentu yang telah menjadi pilihannya. Guru yang profesional akan bekerja di dalam bidang kependidikan secara optimal dan penuh dedikasi dengan membina anak didiknya menjadi tenaga - tenaga terdidik yang ahli dalam bidang yang menjadi spesialisasinya. Hal ini dengan sendirinya menuntut adanya kemampuan atau ketrampilan keija tertentu. Dai i sisi ini maka kctrampilan kerja merupakan salah satu syarat dari suatu profesi. Namun tidak setiap orang yang memiliki ketrampilan kerja pada satu bidang tertentu dapat disebut sebagai profesional.

Ketrampilan kerja yang profesional didukung dengan konsep dan teori terkait. Dengan dukungan teori ini memungkinkan orang yang bersangkutan tidak saja dapat menguasai bidang tersebut, akan tetapi juga mampu memprediksi dan mengontrol suatu gejala yang dijelaskan oleh teori itu. Atas dasar inilah maka pekerjaan profesional memerlukan pendidikan dan latihan yang bertaraf tinggi yang kalau diukur dari jenjang

pendidikan yang ditempuh memerlukan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi.10 11

Selain itu bekerja secara profesional juga menuntut kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilakukannya. Ini berarti bahwa pekerjaan tersebut dilakukan melalui pertimbangan yang matang dan pemikiran yang mendalam dengan senantiasa mempertimbangkan dinamika kehidupan masyarakat yang mengitarinya.

Dari penjelasan di atas, Muhamad Ali memberikan batasan bahwa sebuah pekefjaan dapat dikatakan profesional apabila memiliki tolok ukur sebagai berikut: adanya ketrampilan keija yang dilandasi konsep teori dari cabang ilmu yang terkail, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang yang terkait dengan profesi yang bersangkutan, secara formal menunjuk persyaratan penyelesaian tingkat perguruan tinggi, adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan, serta memungkinkan pengembangan sejalan dengan dinamika perkembangan tuntutan dalam kehidupan.11

Dengan memperhatikan kriteria profesional tersebut, maka tuntutan agar guru bertindak secara profesional tidak dapat dilepaskan dari tugas profesi dan sosial guru. Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.

10 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru: 1992) him. 22 - 23.

Menurut Usman bahwa tugas dari profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan } nilai - nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan kepada anak didik. Sementara tugas sosial guru tidak hanya terbatas pada masyarakat saja, akan tetapi lebih jauh bahwa guru adalah orang yang diharapkan mampu mencerdaskan bangsa dan mempersiapkan manusia - manusia yang cerdas, terampil dan beradab yang akan membangun masa depan bangsa dan negara. Semakin profesional dan serius guru melaksanakan fungsinya, maka akan semakin terjamin dapat tercipta dan terbinanya sumber daya manusia yang handal dalam melakukan pembangunan bangsa.12

Tuntutan agar guru bekeija secara profesional tidak mungkin diabaikan guna mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan zaman. Tuntutan tersebut tentu saja membutuhkan kompetensi - kompetensi tertentu, kompetensi tertentu dimaksud adalah sebagaimana dijabarkan undang - undang No. 14 tahun 2005 bahwa kompetensi meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.13

Mengenai kompetensi tertentu ini Muhammad Ali lebih lanjut menjelaskan dengan beberapa indikator sebagai berikut: kompetensi ditunjang oleh latar belakang pengetahuan, kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan dalam melakukan pekeijaan itu sesuai dengan tuntutan, dalam melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik yang jelas dan nalar, dan dapat dikenalinya hasil pekeijaan yang dicapai.14

Dengan melihat indikator di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi menggambarkan adanya ketrampilan dan kecakapan khusus

12 Usman, M.U., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 1999), him. 7. 13 Bab IV pasal 10 ayat (1) Undang - undang R I No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

(Jakarta, Dharma Bakti: 2006) Cet. II, him. 8. 14 Muhammad Ali, Opcit., him. 24.

yang ditunjang oleh konsep dan teori. Apabila hal ini dikaitkan dengan pekeijaan guru di lapangan, maka kita perlu mengetahui kompetensi - kompetensi apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengenalan terhadap kompetensi - kompetensi tersebut penting untuk dikaji dalam rangka memahami dan mengukur serta mempersiapkan tenaga pengajar yang berkualitas yang mampu melakukan keija secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat melahirkan produk dan out put yang berkualitas pula.

Dengan mengutip kriteria yang ditetapkan oleh Asian Institute fo r Teacher Educators ia merumuskan perincian kompetensi seorang guru sebagai berikut:

a. Kompetensi pribadi yang berkaitan dengan: pengetahuan tentang adat istiadat (sosial dan agama), pengetahuan tentang tradisi dan budaya, pengetahuan tentang inti demokrasi, pengetahuan tentang arti demokrasi, pengetahuan tentang estetika, apresiasi dan kesadaran sosial, sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekeijaan, dan setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Kompetensi kepribadian sangatlah luas, jika yang dimaksud dengan kepribadian adalah totalitas atau pribadi guru secara utuh, karena kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, wawasan, watak, sikap, hubungan dengan lingkungan dan lain-lain yang membentuk pribadi seseorang.

b. Kompetensi mata pelajaran, yaitu mempunyai pengetahuan tentang pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Kompetensi akademis yang hendak di kaji dalam skripsi ini sebenarnya termasuk pada kriteria kompetensi professional, tetapi kompetensi professional dianggap masih terlalu luas, karena kompetensi akademis yang dimaksud di sini adalah penguasaan materi pelajaran oleh guru yang bersangkutan.

c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal : mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan, baik filosofis, psikologis, maupun landasan lainnya, mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku anak, mampu menangani

mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya, mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, dapat menggunakan berbagai alat pelajaran dan fasilitas belajar lain, dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran, dan dapat melakukan evaluasi dapat menumbuhkan kepribadian anak.1'

Kompetensi yang ditetapkan di atas memberikan penegasan tentang tugas dan fungsi guru yang diharapkan mampu memahami tradisi dan budaya yang berkembang dalam masyarakatnya di samping menguasai bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya serta diharapkan memiliki kapabilitas untuk melestatarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya serta ilmu pengetahuan tersebut kemudian mentransfer dan menanamkannya pada anak didik melalui proses pendidikan yang efektif dan efisien.

Usman Said, dkk membagi kompetensi guru menjadi kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi atas cara-cara mengajar15 16. Kompetensi akademis dalam hal ini adalah masuk pada kriteria kompetensi ke dua yaitu kompetensi atas penguasaan bahan. Meskipun kompetensi atas penguasaan bahan (akademis) dalam prakteknya tidak berdiri sendiri dan sangat didukung oleh kompetensi kepribadian dan kompetensi dalam cara-cara mengajar, akan tetapi kompetensi akademis dirasa sangat penting mengingat profesinya sebagai guru.

15 Muhamad Ali, OpCit., him. 25-26.

16 Usman Said, dkk., M etode Khusus Pengajaran Agam a Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi/IAIN, Direktorat Pembinaan PT Al, 1984/1985, him. 206

2. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleknya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut ini: menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu, pengetahuan yang mendalam, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekeijaan yang dilaksanakannya, memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.17

Menjadi guru sepertinya mudah, tetapi sebenarnya untuk menjadi guru tidaklah mudah, yakni ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru. Beberapa ahli mensyaratkannya, baik dari segi fisik, psikis ataupun kepribadian. Al Qalqasyandi mengajukan syarat bagi seorang pendidikan Islam :

a. Syarat Fisik, meliputi : bagus badan, manis muka atau berseri-seri, lebar dahinya, serta dahinya terbuka dari rambutnya (bersih)

b. Syarat-Syarat Psikis, meliputi : berakal (sehat akalnya), tajam pemahamannya, hatinya beradab, adil, bersifat perwira, lurus dada, bila bercerita artinya lebih dahulu terbayang dalam hatinya, perkataanya jelas dan mudah dipahami dan berhubungan dengan satu dan yang lain, memilih perkataan-perkataan yang mulia dan baik, serta menjauhi sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tidak jelas.18

17 Muhamad Uzer Usman, Opcit, him. 15.

18 Mumi Djamal, MA., D kk F ilsafat Pendidikan Islam . Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN di Jakarta, Diijen Binbaga Islam 1983 / 1984, him. 169-170

Syarat-syarat akademis untuk menjadi seorang guru, merupakan syarat yang menuju kepada spesialisasi bidang studi dan mata pelajaran yang hendak dibinanya. Penguasaan bahan yang akan diajarkan merupakan syarat pokok bagi guru.

Bahkan menurut Muhammad Athiyah Al Abrosy seorang guru tidak hanya menguasai mata pelajaran yang diberikannya. Serta memperdalam pengetahuannya itu sehingga janganlah pelajaran itu bersifat dangkal.19 Penguasaan bahan-bahan serta memperdalam ilmu-ilmu yang diampunya merupakan syarat yang narus ditempuh oleh guru. Oleh karenanya guru dalam pendidikan Islam mendapatkan tempat yang mulia. Mereka disebut orang yang alim.

3. Guru Sebagai Pendidik

Fungsi guru teramat banyak dan komplek, pada satu sisi ia berfungsi sebagai pengelola belajar sekaligus sebagai pengelola kelas, pada sisi yang lain ia berfungsi sebagai pendidik. Sebagai pendidik, tanggung jawab guru semakin bertambah berat, tidak sebatas mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu membentuk perilaku dan sikap siswa. Oleh sebab itu guru dituntut untuk lebih banyak lagi, terutama dalam hal sikap perilakunya, baik ketika mengajar di kelas ataupun di luar kelas maupun di luar sekolah. Guru harus dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa-siswanya meskipun ia sendiri tidak dapat lepas dari

19 Moh. Athiyah Al Abrosy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Bulan Bintang, Jakarta, 1970, him. 139

permasalahan pribadinya sebagai manusia biasa, tetapi itulah tanggung jawab dan resiko menjadi seorang guru.

Seorang pendidik harus dapat menampakkan kepribadiannya secara utuh dan tidak berkesan kepura-puraan, sebab hal itu akan membias pada diri siswa, misalnya siswa bersikap manis ketika berada dihadapan sang guru atau pendidik, tetapi jika guru tidak ada dihadapannya, mereka akan berlaku tidak sopan, nakal dan sebagainya. Penghormatan yang diberikan siswa kepada guru akan bersifat semu, hipokrit, dan tidak sesuai yang ada di dalam hatinya.20

Jiwa siswa berkecamuk antara dua rasa yang bertentangan, yaitu rasa berdosa pada satu pihak dan keinginan berbuat yang nakal pada pihak yang lain. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus menciptakan komunikasi yang hangat, penuh pengertian dan dilandasi dengan semangat ilmiah, ukhuwah dan diniyah sehingga hati siswa merasa sejuk penuh kedamaian. Sikap yang hangat dan ramah sangat dibutuhkan oleh anak, karena sikap dingin atau tegang dan rasa kurang menggairahkan anak berusaha belajar, dan membuat anak mudah putus asa bersekolah. Jika suasana serba kurang menguntungkan, prestasi anak akan mundur, hubungan antara guru dan murid kurang komunikatif dan kurang ada saling pengertian.

B. Sikap H orm at Siswa 1. Pengertian

Kedudukan guru menurut konsep Islam adalah orang yang agung dan mulia, bahkan kedudukannya hampir sama dengan seorang Rasul. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika orang-orang muslim khususnya murid untuk memuliakan, hormat dan patuh kepadanya.21 Sikap hormat pada guru dalam dunia pendidikan khususnya pesantren dikenal dengan istilah ta’dhim, yang pada lembaga-lembaga pendidikan modem agaknya mulai terkikis.

Syaikh Az-Zamuji memberikan statement bahwa penghormatan siswa kepada guru itu berkaitan dengan ilmu yang akan diperoleh dan manfaat yang akan didapat dari ilmu tersebut, sebagaimana dijelaskan beliau:

plXoiVl p d r tx l i V) Aj V J <■. ijlTi

Artinya : ”Ketahuilah bahwa siswa tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mendapat manfaat dengan ilmu itu kecuali dengan menghormati ilmu dan ahli ilmu dan menghormati guru serta memuliakannya. "22

Jadi pengertian sikap hormat siswa terhadap guru adalah kesediaan anak untuk bertingkah laku yang menunjukkan kepada kepatuhan, ketaatan

21 Imam Malik Bin Anas, Opcit, him. 136

dan rendah diri siswa kepada guru baik di lingkungan sekolah atau di luar sekolah.

2. Sikap-sikap yang perlu dikembangkan

Proses belajar mengajar merupakan suasana ilmiah yang pada prinsipnya mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa, utamanya mengembangkan aspek-aspek berpikir, meskipun bukan berarti aspek- aspek yang lain tidak dikembangkan, seperti afeksi ketrampilan anak didik, yang lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam proses belajar mengajar inilah antara guru dan murid saling mengembangkan apa yang ada dalam dirinya, yang pada akhirnya akan menimbulkan sikap respek atau kurang respek, hormat menghormati dan sebagainya, layaknya hidup dalam masyarakat, sehingga sebagian para ahli mengatakan bahwa sekolah adalah gambaran dari masyarakat.

Interaksi antar guru dengan murid menimbulkan adanya hak-hak utamanya adab dan kesopanan yang harus dijunjung tinggi oleh guru dan murid. Hamzah Ya’qub memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip akhlak dalam lingkungan perguruan dengan membedakan dan merinci adab guru dalam mengajar dan adab murid dalam belajar.

Adab atau kode etik guru : niat ikhlas, kasih sayang, hikmah kebijaksanaan, memilih waktu yang tepat, memberi teladan23

Sedang adab murid adalah : niat, azam, tekun, serta patuh dan hormat kepada guru24

3. Siswa atau murid sebagai manusia yang berkehendak dan berkreasi

Kajian-kajian tentang pendidikan menurut konsep Islam dari tinjauan filosofis adalah mengakui adanya fitroh dalam diri anak didik, potensi dasar atau fitroh inilah yang selanjutnya dikembangkan dan diarahkan melalui pendidikan menurut konsep para ahli dari barat, hal dialas bertentangan, sedang menurut konsep Islam hal itu merupakan hal yang harus diyakini dan dihayati melalui jalan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang lain, karena pendidikanlah yang membentuk pribadi anak didik. Oleh karena itu guru sangat berpengaruh sekali dalam pembentukan tersebut. Namun dalam hal ini guru akan lebih berperan sebagai seorang manajer dalam pengajaran, oleh karenanya ia bertugas untuk mengembangkan potensi yang telah ada serta mengarahkan ke arah yang positif.

4. Proses Interaksi Belajar Mengajar Guru Murid

Dalam pendidikan formal diharuskan adanya tatap muka diantara guru dan murid. Bahkan murid diharuskan atau mensyaratkan ± 1 5 % atau lebih tatap muka dengan guru, sebagai syarat untuk mengikuti test atau ujian. Dalam tatap muka itulah terjadi interaksi antara guru dan murid.

Interaksi itu sendiri terjadi karena adanya aksi-aksi baik dari pihak guru terlebih dahulu kemudian siswa memberikan respon, atau sebaliknya. Siswa terlebih dahulu memberi stimulus kemudian ditanggapi oleh guru.

Pada hakekatnya teijadi interaksi antara guru dan murid terjadi karena adanya tujuan masing-masing. Guru berusaha memberikan ilmu yang telah dimilikinya dan berusaha mengembangkannya dengan siswa, membekali siswa dengan berbagai ketrampilan serta membimbing siswa

Dokumen terkait