• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU (Studi Kasus Siswa Di MTs Rohmatullah Cokro Kab. Magelang Tahun 2006/2007) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU (Studi Kasus Siswa Di MTs Rohmatullah Cokro Kab. Magelang Tahun 2006/2007) - Test Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Perpustakaan STAIN Salatiga

07TD1010898.01

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG

PROFESIONALISME GURU DENGAN SIKAP

HORMAT SISWA KEPADA GURU

(Studi Kasus Siswa Di MTs Rohmatullah Cokro Kab. Magelang Tahun 2006/2007)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

ISTILAKAH NIM : 114 04 015

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

DEPARTEM EN A G A M A RI

SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEG ERI (S T A IN ) SA L A T IG A

J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiea.ac.id E-m ail: [email protected]

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara : ISTILAKAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 04 015 yang berjudul : “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU (Studi Kasus Siswa Di MTs Rohmatullah Cokro Kab. Magelang Tahun 2006/2007)”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Rabu, 28 FEBRUARI 2007 M yang bertepatan dengan tanggal 10 Shafar 1428 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

28 Februari 2007 M Salatiga,

10 Shafar 1428 H Panitia Ujian

Penguji I Penguji II

Drs. H.M. Zulfa, M.Ag NIP. 150 177 821

M aslikhah. S.Ag, M.Si NIP. 150 302 272 Pembimbing

(3)

D E P A R T E M E N A G A M A RI

S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721

W ebsite : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@ stainsalatiga.ac.id

Mufiq, S.Ag

Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

Assalam u'alaikunu Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nam a : ISTILAKAH NIM : 114 04 015

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : HUBUNGAN PERSEPSI SISW A TENTANG PROFESIONALISME GURU DENGAN SIKAP HORMAT

SISWA KEPADA GURU (Studi Kasus Siswa Di M Ts

Rohmatullah Cokro Kab. Magelang Tahun 2006/2007).

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera

(4)

DEPARTEM EN A G A M A RI

SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEG ERI (S T A IN ) SA LA TIG A

JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721

W ebsite: www.stainsalatigaac.id E-m ail: [email protected]

DEKLARASI

\

J t\ j^ \ a

WI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 28 Februari 2007 Penulis,

(5)

MOTTO

pl-lu/

il ^yjjraJt'n Vj

V J

V

*

•■

(j^

t j s y j

Artinya : ”Ketahuilah bahwa siswa tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mendapat manfaat dengan ilmu itu kecuali dengan menghormati ilmu dan ahli ilmu dan menghormati guru serta memuliakannya.' *

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Ayah dan ibu tercinta 2. Kakak dan adikku tersayang

3. Sahabat - sahabatku yang telah membantu penyusunan skripsi ini 4. Teman - temanku satu kelas

5. Keponakan kecilku (Faila)

(7)

KATA PENGANTAR

Semoga puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, sholawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., segenap keluarga, sahabat dan

pengikutnya.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan (penyusunan) skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata I dalam Ilmu Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moral maupun spiritual. Maka tak lupa penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

2. Ibu Dra. Ulfah Susilowati selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat besar artinya bagi penulis.

3. Bapak H. Bawono, BA., selaku Kepala MTs. Rohmatullah Cokro Grabag Magelang yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

4. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis atas terselesaikannya penulisan skripsi ini.

(8)

Dengan iringan doa semoga amal - amal beliau diterima di sisi Allah SWT., dan mendapat balasan yang semestinya, segala pengorbanannya semoga menjadi amal baik dan selalu diridhoi Allah SWT., Amin ya Rabbal ‘aalamiin.

Penulis menyadari pula bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Dan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 22 Februari 2007 Penulis,

(9)

DAFTAR TABEL

1. TABEL 1 : KFTENTUAN PEMBERIAN SKOR 1... 9

2. TABEL 2 : DAFTAR MATA PELAJARAN DI MTs. ROHMATULLAH COKRO... 35

3. TABEL 3: KEADAAN GURU DI MTs. ROHMATULLAH COKRO... 36

4. TABEL 4 : KEADAAN MURID MTs. ROHMATULLAH COKRO... 37

5. TABEL 5 : DATA RESPONDEN... 38

6. TABEL 6 : KETENTUAN PEMBERIAN SKOR 2 ... 41

7. TABEL 7: KETENTUAN PEMBAGIAN SKOR I ... 41

8. TABEL 8: KETENTUAN PEMBAGIAN SKOR 2 ... 42

9. TABEL 9: PENGELOMPOKAN S K O R ... 45

10. TABEL 10: KETENTUAN PEMBAGIAN SKOR 3 ... 46

11. TABEL 11: KETENTUAN PEMBAGIAN SKOR 4 ... 47

12. TABEL 12: TABEL Fo... 48

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN 1 : TABEL HASIL ANGKET TENTANG

PROFESIONALISME GURU

2. LAMPIRAN 2 : TABEL SKOR HASIL ANGKET TENTANG

PROFESIONALISME GURU

3. LAMPIRAN 3 : TABEL HASIL ANGKET TENTANG SIKAP

HORMAT SISWA

4. LAMPIRAN 4 : SKOR TABEL HASIL ANGKET TENTANG SIKAP

HORMAT SISWA

5. LAMPIRAN 5 : TABEL JAWABAN RESPONDEN TENTANG PROFESIONALISME GURU

6. LAMPIRAN 6 : TABEL KLASIFIKASI RESPONDEN TENTANG PROFESIONALISME GURU

7. LAMPIRAN 7 : TABEL JAWABAN RESPONDEN TENTANG SIKAP HORMAT SISWA

8. LAMPIRAN 8 : TABEL KLASIFIKASI TENTANG SIKAP HORMAT SISWA

9. LAMPIRAN 9 : DAFTAR ANGKET

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

DEKLARASI ... iii

HALAMAN M OTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR GAM BAR... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Penegasan Istilah ... 3

C. Pokok Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Hipotesis ... 5

F. Variabel Penelitian... 6

G. Metode Penelitian ... 6

(13)

BABII LANDASAN TEO RI... 12

A. Profesionalisme G uru... 12

1. Pengertian ... 12

2. Syarat-syarat Profesionalisme G u ru ... 22

3. Guru Sebagai Pendidik... 23

B. Sikap Hormat S isw a... 25

1. Pengertian ... 25

2. Sikap - sikap yang Perlu Dikembangkan ... 26

3. Siswa atau Murid sebagai Manusia Yang Berkehendak dan Berkreasi... 27

4. Proses Interaksi Belajar Mengajar Guru M urid.... 27

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 29

A. Keadaan Umum MTs. Rohmatullah C okro... 29

B. Hasil Penelitian Profesionalisme Guru di MTs. Rohmatullah C o k ro ... 40

C. Sikap Hormat Siswa kepada Guru di MTs. Rohmatullah C okro... 42

BAB IV ANALISIS D A T A ... 43

A. Analisis Pendahuluan... 44

B. Analisis Uji H ipotesa... 46

(14)

BAB V PENUTUP... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran 52

(15)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah guru sebagai manajer dalam pelajaran, guru bertugas merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengawasi.1 Oleh karena itu guru dituntut memiliki kecakapan-kecakapan dalam mengajar, di samping itu memiliki kepribadian keguruan yang perlu dikembangkan terus menerus agar guru terampil dalam membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral terhadap murid bagi terciptanya kepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru.* 2 Guru adalah suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional. Guru harus mempunyai kompetensi akademis sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, sehingga guru dapat menguasai materi pelajaran.3

^ Sebagai pengelola belajar dan pengelola kelas guru selalu memotivasi anak didiknya agar mereka dapat mengikuti proses belajar dengan baik, sehingga hasil pembelajaran anak didik sesuai dengan yang diharapkan. Hal demikian ini nampak ketika guru memberi peneguhan (ireinforcement) kepada

'/1 Iver.K. Davies, Pengelola Belajar, ter) Soedarsono Sudirdjo, dkk Rajawali, Jakarta, 1986, him.

35-36

1/2 Usman Said, M etodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (cet 2) Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama /IAIN, Jakarta, 1984 / 1985, him. 206.

(16)

anak didik atas hasil belajar. Reinforcement bisa berupa perkataan seperti pujian pemberian hadiah dan lain-lain.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungngan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan peijalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk dapat mengadaptasikan diri.

Semakin akurat guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri pada guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.4

(17)

B. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dan dalam rangka membatasi ruang lingkup permasalahan terhadap judul skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun batas-batas tersebut sebagai berikut:

a. Profesionalisme guru

Profesional berasal dari kata kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.5

Makna profesional menurut Burhanudin Salam adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok yang menghasilkan nafkah hidup dan menghendaki suatu keahlian.6

b. Sikap hormat Siswa

Rasa yaitu apa yang dialami oleh hati atau batin (ketika panca indra menanggapi sesuatu), keadaan hati atau batin (terhadap sesuatu).7

Hormat ialah rasa menghargai (takzim), perbuatan yang menandakan rasa khidmad atau takzim.8

5 Uzer Usman, Opcit. him. 14 - 15.

6 Burhanudin Salam, Etika Individual, (Jakarta : Rineka Cipta : 2000), him. 137. 7 W.J.S Purwodarminto, ibid, him. 802

8 W.J.S Purwodarminto, ibid, him. 361

(18)

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi guru dan murid. Dalam interaksi tersebut antara guru dan murid saling mengembangkan perasaan. Perasaan murid sebagai orang yang membutuhkan hikmah pengetahuan harus menepati prinsip-prinsip adab ketika menghadapi guru, salah satunya patuh dan hormat kepada guru.9

C. Pokok Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana variasi profesionalisme guru dengan sikap hormat siswa kepada guru di MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ?

2. Apakah ada hubungan secara positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan sikap hormat siswa terhadap guru di MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ?

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin penulis capai adalah :

1. Untuk mengetahui variasi tentang profesionalisme guru dan sikap hormat siswa terhadap guru di MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang berdasarkan pandangan siswa.

(19)

2. Untuk mengetahui hubungan secara positif dan signifikan antara profesionalisme guru dengan sikap hormat siswa kepada guru di MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang belum sepenuhnya memiliki nila: kebenaran atau masih berupa anggapan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya, seperti yang di kemukakan oleh Sumadi Suryabrata bahwa “Hipotesa Penelitian adalah jaw'aban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”.1

Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan hipotesis sebagai berikut:

1. Profesionalisme guru akan meyakinkan siswa dalam membuatnya respek dan hormat. Apabila dalam pandangan siswa guru adalah orang yang tidak mengusai materi pelajaran, maka perasaan hormat kepada guru itupun akan berkurang.

2. Apakah profesionalisme guru mempunyai hubungan yang positif dar. signifikan dengan sikap hormat siswa?.

Semakin tinggi profesionalisme guru maka sikap hormat siswa kepada guru semakin tinggi. 10

(20)

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian yang penulis ajukan, terdapat dua variabel, yaitu variabel pengaruh dan variabel terpengaruh atau variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Independent / Bebas (x)

Yaitu profesionalisme guru dengan indikator : a. Bidang studi atau mata pelajaran yang diampu.

b. Pengetahuan agama Islam guru bukan pengampu mata pelajaran agama Islam.

2. Variabel Dependent / Terikat (y)

Yaitu sikap hormat siswa terhadap guru dengan indikator sebagai berikut: a. Hormat di dalam kelas / sekolah

Siswa selalu mematuhi peraturan ketika proses belajar mengajar berlangsung

b. Hormat di luar kelas /sekolah

Siswa selalu mematuhi tata tertib di luar sekolah.

G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.11 *

(21)

Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang berjumlah 40 siswa,

b. Sampel

Sampel adalah individu yang diselidiki12 karena jumlah siswa MTs. M a'arif Cokro Grabag Kabupaten Magelang 152 orang, maka sampel yang akan dijadikan obyek penelitian diambil 10 % - 15 % dan 20 % - 25 % atau lebih.13

Karena penelitian yang diusulkan sampelnya akan melibatkan populasi yang ada tanpa ada perbedaan dalam hak menjadi responden, maka teknik pengumpulan datanya ditempuh dengan stratified random sampling, yaitu teknik pengumpulan datanya secara acak tanpa melihat perbedaan menjadi responden14 dengan cara menyebarkan angket kepada semua siswa MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang sesuai dengan jumlah sampel yaitu hanya 40 siswa yang menjadi responden.

2. Metode Pengumpulan Data a. Library Research

Yaitu research kepustakaan15 digunakan untuk menganalisa bahan- bahan yang berkenaan dengan pembahasan skripsi yang akan digarap. Metode ini juga didapatkan untuk menggarap data yang bersifat teori

12 Suharsimi Arikunto, Prof. Dr. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V), Rineka Cipta, Jakarta. 2002, hal,. 109

(22)

' l

dari berbagai buku-buku yang erat hubungannya dengan persoalan yang akan dibahas.

b. Metode Observasi

Yaitu cara memperoleh data dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan peristiwa-peristiwa yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang interaksi edukasi dengan segala aktivitasnya.

c. Metode Interview

Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab sepihak. Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara umum seperti apa adanya, baik sejarah, letak geografis, organisasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan yang digarap.

d. Metode Dokumentasi

Yaitu dalam pengertiannya yang sempit sebagai kumpulan verbal yang berbentuk tulisan, artifak, foto dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sarana dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain-lain yang dianggap perlu.

e. Metode Angket

(23)

1

3. Metode Analisa Data

Dalam menganalisa data yang terkumpul digunakan analisa data statistik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisa Pendahuluan

Tahap ini sebagai langkah awal untuk memberikan penelitian hasil angket dengan memberi bobot nilai pada setiap option jawaban responde berupa data kualitatif menjadi kuantitatif dengan pemberian skor sebagai berikut:

Hal ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut: Apabila datanya merupakan data kualitatif misalnya: sangat bagus, bagus, cukup, jelek, jelek sekali, maka data tersebut diberi simbol angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3, jelek 2, dan jelek

sekali 1.16

b. Analisa Uji Hipotesis

Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam analisa ini digunakan rumus chi kuadrat.

Rumus menghitung chi-kuadrat adalah sebagai berikut:

(24)

X2 = L

fh

Keterangan:

X2 = chi-kuadrat

f0 = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan 17

Apabila dalam perhitungan ternyata bahwa harga X2 sama atau lebih besar dari harga kritik X" yang tertera dalam tabel, sesuai dengan taraf signifikansi yang telah ditetapkan, maka kesimpulannya adalah ada pengaruh profesionalisme guru terhadap sikap hormat siswa di MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang. Dan sebaliknya jika dari perhitungan ternyata bahwa nilai X2 lebih kecil dari harga kritik dalam tabel menurut taraf signifikansi yang telah ditentukan, maka kesimpulannya tidak ada pengaruh profesionalisme guru terhadap sikap hormat siswa di MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan memahami dan mencerna masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis akan menyusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN, yang berisi: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, (fo-fh)2

(25)

Hipotesis, Variabel Penelitian, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan Skripsi

Bab II LANDASAN TEORI, dalam bab ini akan dibahas tentang profesionalisme guru serta pengaruhnya dengar, sikap hormat siswa kepada guru, yang mana akar, dibahas antara lain : Profesionalisme guru, pembahasannya terdiri dari pengertian, syarat- syarat profesionalisme guru, dan guru sebagai pendidik, juga dibahas sikap hormat siswa terhadap guru, pembahasannya terdiri atas : pengertian, sikap yang perlu dikembangkan, murid sebagai manusia yang berkehendak dar berkreasi, dan proses interaksi belajar mengajar guru dengan murid.

(26)

Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, serta hasil penelitian tentang sikap hormat siswa MTs. Rohmatullah Cokro, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang kepada guru.

Bab IV ANALISA DATA, bab ini meliputi : Analisis Pendahuluan, Analisa Uji Hipotesis, dan Analisis Lanjutan.

(27)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian

Profesional berasal dari kata kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.1

Dengan bertitik tolak dari pengertian di atas, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Menurut Cooper sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana, kompetensi guru berarti mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, 1

(28)

sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, dan mempunyai tehnik ketrampilan mengajar2 3

Berdasar pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi akademis adalah kecakapan guru dalam hal- hal yang berhubungan antara mata pelajaran dengan materi pelajaran.

Hadari Nawawi memberi pengertian yang sama mengenai pengertian kompetensi guru yaitu sifat, sikap perilaku, kemampuan dan kecakapan yang harus ada padanya. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam pembagian masalah kompetensi guru, meskipun secara garis besar adalah sama. Kompetensi guru yang dimaksud antara lain mengenai kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. ’

Dalam UU Guru dan Dosen pada bab II pasal 2 dijabarkan bahwa “kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.4

Makna profesional menurut Burhanudin Salam adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok yang menghasilkan nafkah hidup dan menghendaki suatu keahlian.5 Lebih lanjut dijelaskan bahwa ciri - ciri profesional menurutnya adalah memiliki keahlian dan pengetahuan khusus, menggunakan waktu untuk bekerja di bidang tersebut dan bukan sebagai hobi, hidup dari pekerjaan tersebut, ada kaidah atau standar moral

2 Dr. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1998, him. 17 3 Dr. H. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, CV Haji, Masagung, Jakarta,

1989, him. 123.

4 Undang - undang R I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta, Dharma Bakti: 2006) cct. II, him. 7.

(29)

yang tinggi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan ada izin khusus untuk melaksanakan profesi;

Selanjutnya oleh para ahli pendidikan, pada umumnya memasukkan guru sebagai pekeija profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.6 Pengertian mengenai profesional dalam hal ini lebih lanjut ditegaskan dalam Undang - undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.7 8

Khususnya pembahasan mengenai guru dan dosen dalam dunia pendidikan senantiasa mendapatkan perhatian besar dari pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah memandang mereka sebagai media yang sangat penting bagi pembinaan dan perkembangan bangsa. Mereka adalah pengemban tugas - tugas sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda sesuai dengan cita - cita bangsa.

Sementara masyarakat memandang pekerjaan guru merupakan pekeijaan istemewa yang berbeda dari pekeijaan — pekerjaan lainnya. Dalam pandangan masyarakat, pekerjaan guru bukan semata - mata sebagai mata pencaharian semata, yang sejajar dengan pekerjaan jasa lainnya. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1997) cet. I. him. 191.

7 Mengenai Prinsip profesionalitas bagi profesi guru dan dosen dapat dibaca pada Bab III pasal 7, UU. No. 14 tahun 2005.

(30)

negara dan masa depan bangsa. Masyarakat menaruh harapan besar pada guru guna melahirkan generasi masa depan yang lebih baik. Mereka diharapkan menjadi suri tauladan bagi anak didiknya dan mampu membimbing mereka menuju pola hidup yang menjunjung tinggi moral dan etika. Guru telah diposisikan sebagai faktor terpenting dalam proses belajar mengajar.

Kualitas dan kompetensi guru dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas pendidikan, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila guru dituntut untuk bertindak secara profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar guna meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka lakukan. Tuntutan seperti ini sejalan dengan perkembangan masyarakat modem yang menghendaki bermacam - macam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin lama semakin komplek, tuntutan kerja secara profesional juga dimaksudkan agar guru berbuat dan bekerja sesuai dengan profesi yang disandangnya.

(31)

pekerjaan itu.9 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa sebuah profesi mengandung sejumlah makna yang dapat disimpulkan sebagai berikut: profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan, profesi dipilih oleh seseorang atas kesadaran yang dalam, dan dalam profesi terkandung unsur pengabdian.

Dengan demikian, bekerja secara profesional berarti bekerja secara baik dan dengan penuh pengabdian kepada satu pekerjaan tertentu yang telah menjadi pilihannya. Guru yang profesional akan bekerja di dalam bidang kependidikan secara optimal dan penuh dedikasi dengan membina anak didiknya menjadi tenaga - tenaga terdidik yang ahli dalam bidang yang menjadi spesialisasinya. Hal ini dengan sendirinya menuntut adanya kemampuan atau ketrampilan keija tertentu. Dai i sisi ini maka kctrampilan kerja merupakan salah satu syarat dari suatu profesi. Namun tidak setiap orang yang memiliki ketrampilan kerja pada satu bidang tertentu dapat disebut sebagai profesional.

Ketrampilan kerja yang profesional didukung dengan konsep dan teori terkait. Dengan dukungan teori ini memungkinkan orang yang bersangkutan tidak saja dapat menguasai bidang tersebut, akan tetapi juga mampu memprediksi dan mengontrol suatu gejala yang dijelaskan oleh teori itu. Atas dasar inilah maka pekerjaan profesional memerlukan pendidikan dan latihan yang bertaraf tinggi yang kalau diukur dari jenjang

(32)

pendidikan yang ditempuh memerlukan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi.10 11

Selain itu bekerja secara profesional juga menuntut kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilakukannya. Ini berarti bahwa pekerjaan tersebut dilakukan melalui pertimbangan yang matang dan pemikiran yang mendalam dengan senantiasa mempertimbangkan dinamika kehidupan masyarakat yang mengitarinya.

Dari penjelasan di atas, Muhamad Ali memberikan batasan bahwa sebuah pekefjaan dapat dikatakan profesional apabila memiliki tolok ukur sebagai berikut: adanya ketrampilan keija yang dilandasi konsep teori dari cabang ilmu yang terkail, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang yang terkait dengan profesi yang bersangkutan, secara formal menunjuk persyaratan penyelesaian tingkat perguruan tinggi, adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan, serta memungkinkan pengembangan sejalan dengan dinamika perkembangan tuntutan dalam kehidupan.11

Dengan memperhatikan kriteria profesional tersebut, maka tuntutan agar guru bertindak secara profesional tidak dapat dilepaskan dari tugas profesi dan sosial guru. Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.

10 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru: 1992) him. 22 - 23.

(33)

Menurut Usman bahwa tugas dari profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan } nilai - nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan kepada anak didik. Sementara tugas sosial guru tidak hanya terbatas pada masyarakat saja, akan tetapi lebih jauh bahwa guru adalah orang yang diharapkan mampu mencerdaskan bangsa dan mempersiapkan manusia - manusia yang cerdas, terampil dan beradab yang akan membangun masa depan bangsa dan negara. Semakin profesional dan serius guru melaksanakan fungsinya, maka akan semakin terjamin dapat tercipta dan terbinanya sumber daya manusia yang handal dalam melakukan pembangunan bangsa.12

Tuntutan agar guru bekeija secara profesional tidak mungkin diabaikan guna mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan zaman. Tuntutan tersebut tentu saja membutuhkan kompetensi - kompetensi tertentu, kompetensi tertentu dimaksud adalah sebagaimana dijabarkan undang - undang No. 14 tahun 2005 bahwa kompetensi meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.13

Mengenai kompetensi tertentu ini Muhammad Ali lebih lanjut menjelaskan dengan beberapa indikator sebagai berikut: kompetensi ditunjang oleh latar belakang pengetahuan, kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan dalam melakukan pekeijaan itu sesuai dengan tuntutan, dalam melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik yang jelas dan nalar, dan dapat dikenalinya hasil pekeijaan yang dicapai.14

Dengan melihat indikator di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi menggambarkan adanya ketrampilan dan kecakapan khusus

12 Usman, M.U., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 1999), him. 7. 13 Bab IV pasal 10 ayat (1) Undang - undang R I No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

(34)

yang ditunjang oleh konsep dan teori. Apabila hal ini dikaitkan dengan pekeijaan guru di lapangan, maka kita perlu mengetahui kompetensi - kompetensi apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengenalan terhadap kompetensi - kompetensi tersebut penting untuk dikaji dalam rangka memahami dan mengukur serta mempersiapkan tenaga pengajar yang berkualitas yang mampu melakukan keija secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat melahirkan produk dan out put yang berkualitas pula.

Dengan mengutip kriteria yang ditetapkan oleh Asian Institute fo r Teacher Educators ia merumuskan perincian kompetensi seorang guru sebagai berikut:

a. Kompetensi pribadi yang berkaitan dengan: pengetahuan tentang adat istiadat (sosial dan agama), pengetahuan tentang tradisi dan budaya, pengetahuan tentang inti demokrasi, pengetahuan tentang arti demokrasi, pengetahuan tentang estetika, apresiasi dan kesadaran sosial, sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekeijaan, dan setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Kompetensi kepribadian sangatlah luas, jika yang dimaksud dengan kepribadian adalah totalitas atau pribadi guru secara utuh, karena kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, wawasan, watak, sikap, hubungan dengan lingkungan dan lain-lain yang membentuk pribadi seseorang.

b. Kompetensi mata pelajaran, yaitu mempunyai pengetahuan tentang pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Kompetensi akademis yang hendak di kaji dalam skripsi ini sebenarnya termasuk pada kriteria kompetensi professional, tetapi kompetensi professional dianggap masih terlalu luas, karena kompetensi akademis yang dimaksud di sini adalah penguasaan materi pelajaran oleh guru yang bersangkutan.

(35)

mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya, mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, dapat menggunakan berbagai alat pelajaran dan fasilitas belajar lain, dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran, dan dapat melakukan evaluasi dapat menumbuhkan kepribadian anak.1'

Kompetensi yang ditetapkan di atas memberikan penegasan tentang tugas dan fungsi guru yang diharapkan mampu memahami tradisi dan budaya yang berkembang dalam masyarakatnya di samping menguasai bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya serta diharapkan memiliki kapabilitas untuk melestatarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya serta ilmu pengetahuan tersebut kemudian mentransfer dan menanamkannya pada anak didik melalui proses pendidikan yang efektif dan efisien.

Usman Said, dkk membagi kompetensi guru menjadi kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi atas cara-cara mengajar15 16. Kompetensi akademis dalam hal ini adalah masuk pada kriteria kompetensi ke dua yaitu kompetensi atas penguasaan bahan. Meskipun kompetensi atas penguasaan bahan (akademis) dalam prakteknya tidak berdiri sendiri dan sangat didukung oleh kompetensi kepribadian dan kompetensi dalam cara-cara mengajar, akan tetapi kompetensi akademis dirasa sangat penting mengingat profesinya sebagai guru.

15 Muhamad Ali, OpCit., him. 25-26.

(36)

2. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleknya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut ini: menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu, pengetahuan yang mendalam, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekeijaan yang dilaksanakannya, memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.17

Menjadi guru sepertinya mudah, tetapi sebenarnya untuk menjadi guru tidaklah mudah, yakni ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru. Beberapa ahli mensyaratkannya, baik dari segi fisik, psikis ataupun kepribadian. Al Qalqasyandi mengajukan syarat bagi seorang pendidikan Islam :

a. Syarat Fisik, meliputi : bagus badan, manis muka atau berseri-seri, lebar dahinya, serta dahinya terbuka dari rambutnya (bersih)

b. Syarat-Syarat Psikis, meliputi : berakal (sehat akalnya), tajam pemahamannya, hatinya beradab, adil, bersifat perwira, lurus dada, bila bercerita artinya lebih dahulu terbayang dalam hatinya, perkataanya jelas dan mudah dipahami dan berhubungan dengan satu dan yang lain, memilih perkataan-perkataan yang mulia dan baik, serta menjauhi sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tidak jelas.18

17 Muhamad Uzer Usman, Opcit, him. 15.

(37)

Syarat-syarat akademis untuk menjadi seorang guru, merupakan syarat yang menuju kepada spesialisasi bidang studi dan mata pelajaran yang hendak dibinanya. Penguasaan bahan yang akan diajarkan merupakan syarat pokok bagi guru.

Bahkan menurut Muhammad Athiyah Al Abrosy seorang guru tidak hanya menguasai mata pelajaran yang diberikannya. Serta memperdalam pengetahuannya itu sehingga janganlah pelajaran itu bersifat dangkal.19 Penguasaan bahan-bahan serta memperdalam ilmu-ilmu yang diampunya merupakan syarat yang narus ditempuh oleh guru. Oleh karenanya guru dalam pendidikan Islam mendapatkan tempat yang mulia. Mereka disebut orang yang alim.

3. Guru Sebagai Pendidik

Fungsi guru teramat banyak dan komplek, pada satu sisi ia berfungsi sebagai pengelola belajar sekaligus sebagai pengelola kelas, pada sisi yang lain ia berfungsi sebagai pendidik. Sebagai pendidik, tanggung jawab guru semakin bertambah berat, tidak sebatas mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu membentuk perilaku dan sikap siswa. Oleh sebab itu guru dituntut untuk lebih banyak lagi, terutama dalam hal sikap perilakunya, baik ketika mengajar di kelas ataupun di luar kelas maupun di luar sekolah. Guru harus dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa-siswanya meskipun ia sendiri tidak dapat lepas dari

(38)

permasalahan pribadinya sebagai manusia biasa, tetapi itulah tanggung jawab dan resiko menjadi seorang guru.

Seorang pendidik harus dapat menampakkan kepribadiannya secara utuh dan tidak berkesan kepura-puraan, sebab hal itu akan membias pada diri siswa, misalnya siswa bersikap manis ketika berada dihadapan sang guru atau pendidik, tetapi jika guru tidak ada dihadapannya, mereka akan berlaku tidak sopan, nakal dan sebagainya. Penghormatan yang diberikan siswa kepada guru akan bersifat semu, hipokrit, dan tidak sesuai yang ada di dalam hatinya.20

Jiwa siswa berkecamuk antara dua rasa yang bertentangan, yaitu rasa berdosa pada satu pihak dan keinginan berbuat yang nakal pada pihak yang lain. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus menciptakan komunikasi yang hangat, penuh pengertian dan dilandasi dengan semangat ilmiah, ukhuwah dan diniyah sehingga hati siswa merasa sejuk penuh kedamaian. Sikap yang hangat dan ramah sangat dibutuhkan oleh anak, karena sikap dingin atau tegang dan rasa kurang menggairahkan anak berusaha belajar, dan membuat anak mudah putus asa bersekolah. Jika suasana serba kurang menguntungkan, prestasi anak akan mundur, hubungan antara guru dan murid kurang komunikatif dan kurang ada saling pengertian.

(39)

B. Sikap H orm at Siswa 1. Pengertian

Kedudukan guru menurut konsep Islam adalah orang yang agung dan mulia, bahkan kedudukannya hampir sama dengan seorang Rasul. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika orang-orang muslim khususnya murid untuk memuliakan, hormat dan patuh kepadanya.21 Sikap hormat pada guru dalam dunia pendidikan khususnya pesantren dikenal dengan istilah ta’dhim, yang pada lembaga-lembaga pendidikan modem agaknya mulai terkikis.

Syaikh Az-Zamuji memberikan statement bahwa penghormatan siswa kepada guru itu berkaitan dengan ilmu yang akan diperoleh dan manfaat yang akan didapat dari ilmu tersebut, sebagaimana dijelaskan beliau:

plXoiVl p d r tx l i V) Aj V J <■. ijlTi

Artinya : ”Ketahuilah bahwa siswa tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mendapat manfaat dengan ilmu itu kecuali dengan

menghormati ilmu dan ahli ilmu dan menghormati guru serta

memuliakannya. "22

Jadi pengertian sikap hormat siswa terhadap guru adalah kesediaan anak untuk bertingkah laku yang menunjukkan kepada kepatuhan, ketaatan

21 Imam Malik Bin Anas, Opcit, him. 136

(40)

dan rendah diri siswa kepada guru baik di lingkungan sekolah atau di luar sekolah.

2. Sikap-sikap yang perlu dikembangkan

Proses belajar mengajar merupakan suasana ilmiah yang pada prinsipnya mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa, utamanya mengembangkan aspek-aspek berpikir, meskipun bukan berarti aspek- aspek yang lain tidak dikembangkan, seperti afeksi ketrampilan anak didik, yang lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam proses belajar mengajar inilah antara guru dan murid saling mengembangkan apa yang ada dalam dirinya, yang pada akhirnya akan menimbulkan sikap respek atau kurang respek, hormat menghormati dan sebagainya, layaknya hidup dalam masyarakat, sehingga sebagian para ahli mengatakan bahwa sekolah adalah gambaran dari masyarakat.

Interaksi antar guru dengan murid menimbulkan adanya hak-hak utamanya adab dan kesopanan yang harus dijunjung tinggi oleh guru dan murid. Hamzah Ya’qub memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip akhlak dalam lingkungan perguruan dengan membedakan dan merinci adab guru dalam mengajar dan adab murid dalam belajar.

Adab atau kode etik guru : niat ikhlas, kasih sayang, hikmah kebijaksanaan, memilih waktu yang tepat, memberi teladan23

(41)

Sedang adab murid adalah : niat, azam, tekun, serta patuh dan hormat kepada guru24

3. Siswa atau murid sebagai manusia yang berkehendak dan berkreasi

Kajian-kajian tentang pendidikan menurut konsep Islam dari tinjauan filosofis adalah mengakui adanya fitroh dalam diri anak didik, potensi dasar atau fitroh inilah yang selanjutnya dikembangkan dan diarahkan melalui pendidikan menurut konsep para ahli dari barat, hal dialas bertentangan, sedang menurut konsep Islam hal itu merupakan hal yang harus diyakini dan dihayati melalui jalan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang lain, karena pendidikanlah yang membentuk pribadi anak didik. Oleh karena itu guru sangat berpengaruh sekali dalam pembentukan tersebut. Namun dalam hal ini guru akan lebih berperan sebagai seorang manajer dalam pengajaran, oleh karenanya ia bertugas untuk mengembangkan potensi yang telah ada serta mengarahkan ke arah yang positif.

4. Proses Interaksi Belajar Mengajar Guru Murid

Dalam pendidikan formal diharuskan adanya tatap muka diantara guru dan murid. Bahkan murid diharuskan atau mensyaratkan ± 1 5 % atau

lebih tatap muka dengan guru, sebagai syarat untuk mengikuti test atau ujian. Dalam tatap muka itulah terjadi interaksi antara guru dan murid.

(42)

Interaksi itu sendiri terjadi karena adanya aksi-aksi baik dari pihak guru terlebih dahulu kemudian siswa memberikan respon, atau sebaliknya. Siswa terlebih dahulu memberi stimulus kemudian ditanggapi oleh guru.

Pada hakekatnya teijadi interaksi antara guru dan murid terjadi karena adanya tujuan masing-masing. Guru berusaha memberikan ilmu yang telah dimilikinya dan berusaha mengembangkannya dengan siswa, membekali siswa dengan berbagai ketrampilan serta membimbing siswa kepada arah kedewasaannya. Siswapun demikian ia berusaha menyerap berbagai ilmu dan pengalaman dari guru, untuk mempersiapkan kehidupannya kelak. Oleh sebab itu, maka interaksi antara guru dengan murid hendaknya dikembangkan dengan baik, mengembangkan sikap- sikap yang menuju kepada keutamaan dan berusaha menghindari ketegangan-ketegangan yang mungkin saja terjadi. Yang terpenting dari adanya interaksi guru murid dalam proses belajar mengajar adalah pembentukan sopan santun dan akhlak yang mulia, karena inilah sebenarnya inti dari pendidikan Islam.

(43)

‘y j ^ l T>^j

Artinya : Rasulullah SA W. bersabda : Sesungguhnya Aku dikirim / disuruh

hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia '\25

(44)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. KEADAAN UMUM MTs ROHMATULLAH COKRO GRABAG

MAGELANG

1. Letak Geografis

Pada tahun 2001 di Kabupaten Magelang tepatnya di Kecamatan

Grabag telah berdiri MTs Rohmatullah yang bernaung dibawah

Departemen Agama.

MTs Rohmatullah Cokro Grabag, menempati areal seluas

±2000m2 yang berada satu lingkup bangunan dengan MTs Rohmatullah

Cokro Grabag. Lokasi MTs Rohamtullah tepat di Desa Cokro,

Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang yang mudah dijangkau oleh

sarana transportasi apapun.

2. Tinjauan Historis

Lulusan Sekolah Dasar (SD/MI) tidak semuanya tertampung oleh

daya serap sekolah. Maksud dari sekolah ini adalah MTs Rohmatullah

Cokro, Grabag yang mana semua lulusan tidak mungkin tertampung

disini, karena terbatasnya tempat. Pemerintah Republik Indonesia telah

(45)

tahun dari wajib belajar 6 tahun. Oleh karena itu diperlukan lembaga

formal yang dapat menampung lulusan SD / MI yang belum tertampung

oleh lembaga pendidikan negeri yang ada.

Dengan berdirinya MTs Rohmatullah Cokro, Grabag, akan

membantu program pemerintah berupa program wajib belajar 9 tahun

dan secara lebih lanjut ikut membantu mencerdaskan masyarakat

■j

Indonesia, memajukan bangsa dan negara dengan menyelenga.akan

pendidikan dan pengejaran bagi pemuda-pemuda penerus cita-cita

bangsa Indonesia dan tulang punggung harapan bangsa.

Dalam rangka mengantisipasi abad dua modem yang serba

mutakhir, maka program pendidikan dan pengajaran yang hendak

diselenggarakan adalah bertujuan untuk mendidik manusia-manusia

Indonesia berdasarkan kultur dan kepribadian bangsa Indonesia menuju

kepada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk

manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak

mulia. Maka cita-cita yang hendak dicapai dengan adanya MTs

Rohmatullah Cokro, Grabag adalah terbentuknya masyarakat Indonesia

modem yang religius serta memiliki kecakapan ilmu pengetahuan dan

mempunyai tanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan masa depan

(46)

3. Struktur Organisasi

MTs Rohmatullah Cokro Grabag selanjutnya mengangkat

seseorang kepala sekolah yang secara administrasi bertugas sebagai

penyelenggara kegiatan dan awal usaha sesuai dengan kebijaksanaan

MTs.

Di samping mengangkat kepala sekolah yang bertugas

mengendalikan jalannya MTs Rohmatullah Cokro Grabag. Juga diangkat

beberapa ahli yang secara khusus bertugas mengelola pendidikan dan

pengajaran di MTs Rohmatullah Magelang.

Adapun susunan organisasi MTs Rohmatullah

adalah sebagai berikut:

Kepala Sekolah : H. Bawono, BA.

Waka MTs : Taryono, S W

Kepala TU : Dwi Haryanto

Cokro Grabag,

BP/BK : Any Tisnawati, S.Pd

Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi MTs Rohmatullah Cokro

(47)

STRUKTUR ORGANISASI

MTs. ROHMATULLAH COKRO GRABAG MAGELANG

(48)

4. Deskripsi Tugas

Dari masing - masing jabatan tersebut di atas, mempunyai tugas

-tugas sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah bertugas mengorganisasi, mengarahkan,

mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan

di sekolah.

b. Tata Usaha bertugas mengelola dan mengkoordinir segala

administrasi sekolah di bawah pengawasan Kepala Sekolah.

c. Bimbingan dan penyuluhan bertugas memberi bantuan kepada

individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan

diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami nilai -

nilai lingkungan, menghadapi hambatan guna menentukan rencana

masa depan yang lebih baik.

d. Wali kelas adalah guru yang bertugas dan bertanggungjawab

terhadap jalannya usaha pengelolaan kelas, baik teknik administrasi

ataupun edukatif.

e. Guru - guru bidang studi bertugas melaksanakan pendidikan

pengajaran di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku, di

samping itu guru membantu Kepala Sekolah dalam melaksanakan

(49)

5. Kurikulum

Kurikulum yang dipakai oleh MTs Rohmatullah Cokro Grabag Magelang adalah kurikulum 1994 yang sudah disesuaikan, dan dengar, sistem semester. Sesuai dengan surat Edaran Diretur Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama NO. DT. II/PP.01/ ED 38 02 >ang dikeluarkan pada bulan Agustus tahun 2002, tentang perubahan sistem catur wulan menjadi semester di lingkungan lembaga pendidikan Agama Islam, maka terhitung mulai tahun pelajaran 2002 2003 pembelajaran di MI, MTs, MA dan MAK yang menggunakan sistem catur wulan di ubah menjadi sistem semester. Ketentuan mengenai perubahan ini mengacu kepada keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 084/2002.

Dengan berlakunya keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan di keluarkannya Surat Edaran Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama tersebut di atas maka mengenai catur wulan dan kurikulum 1994 tidak berlaku lagi. Seiring dengan perubahan tersebut khususnya untuk memudahkan para guru MTs Rohmatullah Cokro Grabag Magelang untuk melaksanakan proses pembelajaran, maka gum MTsN dan MTs se-Jawa Tengah telah melakukan penyelerasan garis - garis

2 belajar program pengajaran atau GBPP kurikulum MTsN.

Dari buku penyesuaian materi kurikulum 1994 dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang berdasarkan sistem semester tersebut terdapat beberapa mata pelajaran yang pokok. Adapun mata pelajaran yang terdapat di MTs Rohmatullah Cokro Grabag Magelang adalah:

(50)

Tabel 2

Daftar Mata Pelajaran MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang

No. M ata Pelajaran Keterangan i 1. Al-Qur’an Hadits

2. Aqidah Akhlak 3. Fiqih

4. Sejarah Kebudayaan Islam 5. Bahasa Arab

6. PPKn

7. Bahasa Indonesia 8. Matematika

9. Ilmu Pegetahuan Alam 10. IPS

11. Bahasa Daerah 12. Bahasa Inggris 13. Baca Tulis Al-Quf an

14. Teknologi Informasi dan Komunikasi 15. Orkes

16. Ketrampilan

17. Bahasa Daerah (Jawa) Muatan lokal

6. Keadaan Guru dan Murid a. Keadaan Guru

(51)

membentuk sikap dan perilaku keagamaan siswa termasuk di

dalamnya rasa hormat siswa kepada guru.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa fungsi sekolah adalah : melaksanakan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, membina hubungan tata usaha dan rumah tangga sekolah, dan melaksanakan tata usaha dan rumah tangga sekolah

Maka dari itu, MTs. Rohmatullah Cokro Grabag tidak hanya mengajar pelajaran yang menjadi tanggung jawab utamanya. Dalam pelaksanaannya Kepala Madrasah dibantu oleh beberapa guru dalam pelaksanaan tugasnya.

Selain menjadi pendidik para guru tersebut menjalankan beberapa tugas - tugas sebagai berikut: petugas bimbingan dan penyuluhan, wali kelas, kesiswaan, pengajaran / kurikulum, sarana dan prasarana, dan seksi hubungan dengan masyarakat.

Tabel 3

Keadaan Guru MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang

No. Nama Bidang Studi

1. H. Bawono, BA. Kepala Sekolah 2. Taryono, S W. Bahasa Jawa 3. Ardani, BA. Bahasa Arab

(52)

6. Any Tisnawati, S.Pd. Bahasa Indonesia, Biologi

7. Rita Kusumaningrum, ST. Fisika, Matematika

8. Amrih Wibowo, A.Md. PPKn, Seni Budaya, Geografi Q. Titik Nur Endah Seiarah, Ekonomi

10. H.M. Suheb, S.Pd. Bahasa Arab 11. Haryani, S.Pd. Bahasa Inggris

12. Alfian Fibriyanto, S.Pd. Penjaskes, Seni Budaya 13. Eva Setiowati, S.Pd. Bahasa Indonesia 14. Dwi Haryanto, A.Md. Ke-Nu-an, Seni Budaya

b. Keadaan Murid

Seluruh siswa MTs Rohmatuilah Cokro Grabag Magelang berjumlah 152 siswa terdiri dari 70 siswa putra dan 82 putri.

Jumlah siswa tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4

Keadaan Murid MTs Rohmatuilah Cokro Grabag Magelang

Kelas/ Tingkat

Siswa

Keterangan

L P Jumlah

VII 26 35 61 2 kelas

VIII 22 23 45 2 kelas

IX 22 24 46 2 kelas

JUMLAH 70 82 152 6 Kelas

(53)

Kelas yang ada termasuk kelas yang terdiri dari 25 siswa.

Semua siswa kebanyakan berasal dari Kecamatan Grabag dan sebagaian kecil berasal dari luar Kabupaten Magelang

c. Sarana dan Prasarana

Fasilitas yang dimiliki oleh MTs Rohmatullah Cokro Grabag Magelang termasuk dikatakan representatif bagi suatu kegiatan pendidikan dan pelajaran. Lokasi MTs Rohmatullah terdiri dari 6 ruang kelas, lapangan volly, lapangan upacara, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang perpustakaan, mushola dan ruang lainnya yang mendukung sarana dan prasaarana proses belajar mengajar.

7. Data Responden

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 40 siswa dari populasi yang ada di MTs. Rohmatullah Cokro Grabag Magelang yang berjumlah 152 siswa. Data ini diambil secara acak yang terdiri dari siswa putra dan putri. Data responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Data Responden

No. Nama Responden Jenis Kelamin

1. Ahmad Khamim L

2. Ahmad Misbakhul Munir L

(54)

4. Fika Suryaningsih P

5. Guntoro L

6. Inalul ‘Izzati P

7. Indah lestari P

8. Miftakhul Huda L

9. Muhammad Khalwani L

10. Ninik Slamet Kholifah P

11. Nur Khayati L

12. Risa Uswatun Khasanah P

13. Siti Listiana Humawi P

14. Siti Muliah P

15. Slamet Riyadi L

16. Sodikin L

17. Soimatun Rizkiana P

18. Soimiyah P

19. Tri Lanjari P

20. Tri Utami P

21. Wahyu Setiyowati P

22. Ahmad Baedowi L

23. Ahmad Zaenuri L

24. Andi Wijaya L

25. Asmiyati P

26. Fauzan L

(55)

28. Iwan L

29. Mambaul Lutfiyati P

30. Maslihatul Umamah P

31. Mei Krisnawati P

32. Much Sabron L

33. Muhammad Razkani L

34. Muhammad Syarifudin L

35. Nur Anifah P

36. Okzan Rini P

37. Risa Miarsih P

38. Partono L

39. Rofik L

40. Siti Maemonah P

B. HASIL PENELITIAN PROFESIONALISME GURU DI MTs ROHMATULLAH COKRO GRABAG KABUPATEN MAGELANG

Untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi pelajaran dan praktek mengajar guru di MTs Rohmatullah Cokro Grabag Magelang, penulis mengajukan daftar angket siswa, yang menjadi responden adalah 40 siswa.

(56)

Tabel 6

Tabel Ketentuan Pemberian Skor

j No. A lternatif Jaw aban Skor

1. A 5

2. B 4

3. C 3

4. D 2

5. E 1

Untuk menentukan nilai kuantitatif dari masing - masing jawaban,

maka masing - masing alternatif jawaban dikalikan dengan harga scor yang

telah ditentukan seperti ketentuan penskoran di atas.

Untuk mengetahui seberapa jauh profesionalisme guru di MTs

Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang, maka dilakukan

perhitungan berdasarkan pada hasil jawaban siswa terhadap angket yang disebar.

Dari hasil perhitungan (tabel terlampir) diketahui bahwa skor tertinggi variabel profesionalisme guru di MTs. Rohmatullah Cokro adalah 46 dan skor terendah adalah 37. Dari hasil tersebut penulis membagi skor tersebut menjadi 5 (lima) kriteria:

Tabel 7

Tabel Ketentuan Pembagian Skor No. Rentangan Skor K atagori

1. 45 - 46 Tinggi

(57)

3. 41 -4 2 Cukup

4. 3 9 - 4 0 Rendah 5. 3 7 - 3 8 Kurang

C. SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU

Untuk mengetahui sikap hormat siswa MTs. Rohmatullah Cokro terhadap guru, juga dilakukan perhitungan berdasarkan pada hasil jawaban siswa terhadap angket yang disebar tentang sikap hormat siswa

terhadap guru di MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang.

Berdasarkan hasil perhitungan (tabel terlampir) diketahui bahwa skor tertinggi variabel sikap hormat siswa kepada guru di MTs. Rohmatullah Cokro adalah 49 dan skor terendah adalah 33. Dari hasil tersebut penulis membagi skor tersebut menjadi 5 (lima) kriteria:

Tabel 8

Tabel Ketentuan Pembagian Skor

No. Rentangan Skor Katagori

1. 4 6 - 4 9 Tinggi

2. 4 2 - 4 5 Sedang

3. 3 8- 41 Cukup

4. 3 4 - 3 7 Rendah

(58)

B A B I V

A N A LISIS DATA

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh profesionalisme guru

terhadap sikap hormat siswa di MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang,

penulis menyebarkan angket kepada siswa untuk memperoleh data. Kemudian data

ini dianalisis dengan statistik. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui jaw aban dari

tujuan penelitian yang penulis lakukan. Di samping itu analisa ini digunakan untuk

menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam analisa ini digunakan rumus chi

kuadrat.

Rumus menghitung chi-kuadrat adalah sebagai berikut:

(fo-fh)2

A* - E

---fh

Keterangan:

A3 = chi-kuadrat

f0 = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan

Apabila dalam perhitungan ternyata bahwa harga X 2 sama atau lebih besar

dari harga kritik X 2 yang tertera dalam tabel, sesuai dengan taraf signifikansi yang

telah ditetapkan, maka kesimpulannya adalah ada pengaruh profesionalisme guru

terhadap sikap hormat siswa di MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang. Dan

sebaliknya jik a dari perhitungan ternyata bahwa nilai lebih kecil dari harga kritik

dalam tabel menurut taraf signifikansi yang telah ditentukan, maka kesimpulannya

(59)

Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang.

Adapun langkah - langkah yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:

a. Analisis Pendahuluan

b. Analisis uji hipotesa

c. Analisis lanjutan

Sehingga pengolahan datanya lebih lanjut dapat penulis uraikan sebagai berikut:

A. Analisis Pendahuluan

Dalam pendahuluan ini dipersiapkan tabel dan rumus yang akan

dipakai dalam analisis lanjut dan sebelumnya akan dipeijelas permasalahannya,

maka terlebih dahulu diketahui:

X = profesionalisme guru

Y = sikap hormat siswa terhadap guru

Langkah selanjutnya adalah mencari data dari masing - masing variabel di atas.

Metode yang penulis gunakan dalam mendapatkan data tersebut adalah dengan

menyebarkan angket kepada siswa.

Setelah data diperoleh kemudian, ditentukan skor maksimal dan skor

minimal. Dari kedua skor tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 5 (lima)

(60)

Tabel 9

Tabel Pengelompokkan Skor

No. Katagori

1. Tinggi T

2. Sedang S

3. Cukup C

4. Rendah R

5. Kurang K

Langkah berikutnya adalah memasukkan data tersebut ke dalam tabel kontingensi

untuk mendapatkan hasil f0. Dari hasil yang didapat dari tabel ini maka dapat

ditentukan fh dengan rumus sebagai berikut:

jum lah baris

fh = --- x jum lah kolom jum lah semua

Derajat kebebasan (degree o f freedom) digunakan rumus:

Derajat kebebasan = (baris - 1) (kolom - 1)

Setelah didapatkan hasil f0 dan fh kemudian dianalisis dalam rumus chi-kuadrat,

yaitu:

(fo-fh)2

A* = £

---fh

Keterangan:

X 2 = chi-kuadrat

fG = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan

(61)

signifikansi 1

%

dan 5 % untuk mengetahui taraf signifikansi.

B. Analisis uji hipotesa

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh serta untuk membuktikan

diterima dan ditolaknya hipotesis yang penulis ajukan yaitu semakin tinggi

profesionalisme guru, maka semakin tinggi pula sikap hormat siswa terhadap

guru, dan sebaliknya semakin rendah profesionalisme guru semakin rendah pula

sikap hormat siswa terhadap guru, maka perlu dibuktikan dengan memaparkan

data - data yang didapat kemudian dianalisis dengan analisis yang diakui secara

ilmiah dan akademis.

Data yang didapat dan telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel

(terlampir).

Memperhatikan tabel tersebut diketahui bahwa skor tertinggi variabel

profesionalisme guru di MTs. Rohmatullah Cokro adalah 46 dan skor terendah

adalah 37. Dari hasil tersebut penulis membagi skor tersebut menjadi 5 (lima)

kriteria:

Tabel 10

Tabel Ketentuan Pembagian Skor

No. Rentangan Skor Katagori

1. 4 5 - 4 6 Tinggi

2. 4 3 - 4 4 Sedang

3. 4 1 - 4 2 Cukup

4. 3 9 - 4 0 Rendah

(62)

Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Profesionalisme guru yang masuk dalam katagori tinggi sebanyak 4

2. Profesionalisme guru yang masuk dalam katagori sedang sebanyak 7

3. Profesionalisme guru yang masuk dalam katagori cukup sebanyak 15

4. Profesionalisme guru yang masuk dalam katagori rendah sebanyak 13

5. Profesionalisme guru yang masuk dalam katagori kurang sebanyak 1

M emperhatikan hasil penyekoran terhadap sikap hormat siswa kepada guru

diketahui bahwa skor tertinggi variabel sikap hormat siswa kepada guru di MTs.

Rohmatullah Cokro adalah 49 dan skor terendah adalah 33. Dari hasil tersebut

penulis membagi skor tersebut menjadi 5 (lima) kriteria:

Tabel 11

Tabel Ketentuan Pembagian Skor 1

No. Rentangan Skor Katagori

1. 4 6 - 4 9 Tinggi

2. 4 2 - 4 5 Sedang

3. 3 8 - 4 1 Cukup

4. 3 4 - 3 7 Rendah

5. 3 0 - 3 3 Kurang

dipero eh hasil sebagai berikut:

1. Sikap hormat siswa yang masuk dalam katagori tinggi sebanyak 9

2. Sikap hormat siswa yang masuk dalam katagori sedang sebanyak 11

3. Sikap hormat siswa yang masuk dalam katagori cukup sebanyak 11

4. Sikap hormat siswa yang masuk dalam katagori rendah sebanyak 8

(63)

Langkah berikutnya adalah memasukkan data tersebut ke dalam tabel kontingensi

untuk mendapatkan hasil fG. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

TABEL 12 TABEL F0

PGT PGS PGC PGR PGK JUMLAH

SHT 4 1 3 1 0 9

PGT = Profesionalisme guru tinggi PGS = Profesionalisme guru sedang PGC = Profesionalisme guru cukup PGR = Profesionalisme guru rendah PGK = Profesionalisme guru kurang SHT = Sikap hormat siswa tinggi SHS = Sikap hormat siswa sedang SHC = Sikap hormat siswa cukup

(64)

TABEL 13 TABEL Fh

PGT PGS PGC PGR PGK JUMLAH

SHT 0.9 1.575 3.375 2.925 0.225 9

SHS 1.1 1.925 4.125 3.575 0.275 11

SHC 1.1 1.925 4.125 3.575 0.275 11

SHR 0.8 1.4 3 2.6 0.2 8

SHK 0.1 0.175 0.375 0.325 0.025 1

JUMLAH 4 7 15 13 1 40

Keterangan:

PGT = Profesionalisme guru tinggi PGS = Profesionalisme guru sedang PGC = Profesionalisme guru cukup PGR = Profesionalisme guru rendah PGK = Profesionalisme guru kurang SHT = Sikap hormat siswa tinggi SHS = Sikap hormat siswa sedang SHC = Sikap hormat siswa cukup

f0 = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan

Jadi Jumlah keseluruhan = 10,7 + 0,2 + 0,04 + 1,27 + 0,225 + 1,1 + 0,6 + 0,3 +

0,05 + 1,9 + 1,1 + 1,925 + 2 + 0,05 + 0,275 + 0,8 + 1,83 + 0,3 + 0,6 + 0,2 + 0,1

(65)

Derajat kebebasan (degree o f freedom ) digunakan rumus:

Derajat kebebasan = (baris - 1) (kolom - 1)

= (5 - 1) (5 - 1) = 4 x 4

=16

Terakhir hasil dari perhitungan ini dikonsultasikan dengan tabel uji pada taraf

signifikansi 5 % untuk mengetahui taraf signifikansi dengan derajat kebebasan 16

yaitu 26,3.

C.

Analisis lanjutan

Setelah diketahui hasil dari chi-kuadrat sebesar 27, 04 yang lebih

besar dari taraf signifikansi 5 % 1 yaitu sebesar 26,3, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan profesionalisme guru terhadap sikap hormat siswa di MTs.

Rohmatullah Cokro Grabag Magelang. Hubungan profesionalisme guru terhadap

sikap hormat siswa kepada guru dapat ditunjukkan dengan nilai chi-kuadrat =

27,04 dan apabila dikonsultasikan dengan harga kritik pada tabel chi-kuadrat

dengan derajat kebebasan 16, maka dalam taraf signifikansi 5% = 26,3.

Ternyata nilai chi kuadrat berada di atas harga kritik chi-kuadrat.

Berdasarkan studi empiris tersebut maka hipotesis yang menyatakan ada

hubungan yang positif antara profesionalisme guru pengaruhnya terhadap sikap

hormat siswa terhadap guru pada MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang

dapat diterima kebenarannya. Dengan demikian terbuktilah bahwa

profesionalisme guru sangat mempengaruhi sikap hormat siswa kepada guru pada

siswa MTs. Rohmatullah Cokro Grabag Magelang. 1

(66)

B A B Y PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang beijudul : persepsi siswa tentang

-i.

profesionalisme guru dan sikap hormat siswa kepada guru dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Profesionalisme guru merupakan masalah yang penting yang perlu dimiliki

oleh semua guru demi lancarnya proses kegiatan belajar mengajar dalam

rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh hasil tentang variasi profesionalisme guru sebagai berikut: skor

untuk kategori tinggi 45 sampai dengan 46, sedang 43 sampai dengan 44,

cukup 41 sampai dengan 42, rendah 39 sampai dengan 40, dan kurang 37

sampai dengan 38.

2. Sedangkan variasi sikap hormat siswa kepada guru sebagai berikut: skor

untuk kategori tinggi 46 sampai dengan 49, sedang 42 sampai dengan 45,

cukup 38 sampai dengan 41, rendah 34 sampai dengan 37, dan kurang 30

sampai dengan 33.

3. Adanya hubungan antara profesionalisme guru dengan sikap hormat siswa

kepada guru dapat ditunjukkan dengari nilai chi-kuadrat = 27,04 dan apabila

dikonsultasikan dengan harga kritik pada tabel chi-kuadrat dengan derajat

kebebasan 16, maka dalam taraf signifikansi 5% = 26,3

Gambar

Tabel 1Tabel Ketentuan Pemberian Skor
tabel menurut taraf signifikansi yang telah ditentukan, maka
Daftar Mata Pelajaran MTs. RohmatTabel 2ullah Cokro, Grabag, Magelang
Tabel 3Keadaan Guru MTs. Rohmatullah Cokro, Grabag, Magelang
+7

Referensi

Dokumen terkait