• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

A. Profil Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

1. Sejarah didirikannya BKKBN ( Badan Kependudukan dan Keluarga berencana Nasional )

Lahirnya program KB di Indonesia diawali dengan adanya permasalahan kependudukan. Sehingga Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah besarnya jumlah penduduk, Jumlah pertumbuhan penduduk, jumlah kematian penduduk, kelahiran penduduk dan jumlah perpindahan penduduk. Yang itu semua harus ditangani secara terus menerus36.

Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta tanggal 23 desember 1957 dan diikuti oleh badan hukum oleh departemen kesehatan tahun 1967 yang bergerak secara silent operations. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Usaha Keluarga Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi

36

Arjoso, S. Rencana Strategis (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2005) hal. 11

tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam – diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB (Keluarga Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga Berncana) di akun dimasukkan dalam program pemerintah.

Pada tahun 1967 presidan Soeharto menandatangani deklarasi pemimpim-pemimpin dunia tentang kependudukan. Walaupun demikian untuk menetapkan keluarga berencana sebagai program nasional pemerintah sangat berhati-hati, karena masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa,. Oleh karena itu sebagai langka pertama menteri kesejahteraan rakyat yaitu : Dr. Idham Cholid dibentuk suatu panitia ad. Hok yang bertugas mempelajari kemungkinan- kemungkinan keluarga berencana dijadikan program nasional37.

Dalam pertemuan antara presiden dengan panitia ad.hok pada bulan pebruari 1968, presiden menyatakan bahwa pemerintah menyetujui program nasional keluarga berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan pemerintah

Sehubungan dengan itu pada tanggal 7 september 1968 keluarlah intruksi presiden nomor 26 tahun 1968, kepada menteri kesejahtaraan Rakyat yang isinya antara lain :

37

BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional Indonesia artikel di akses pada tanggal 16 maret 2011 dari hhtp://www.bkkbn.go.id/2010/2011

1. Untuk membimbing, mengkordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di dalam masyarakat dibidang keluarga berencana

2. Mengusahakan segera terbentuknya suatu badan atau lembaga yang dapat menghimpun segala kegiatan dibidang keluarga berencana serta terdiri atas unsur pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan intrukrsi presiden tersebut, menteri kesejahteraan rakyat pada tanggal 11 oktober 1968 mengeluarkan surat keputusan nomor 35/Kpts/Kesra/1968

tentang pembentukan team yang mengadakan persiapan bagi pembentukan suatu lembanga keluarga berencana.38

Setelah pertemuan lebih lanjut oleh menteri kesejahteraan rakyat dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh masyarakat yang terlibat usaha keluarga berencana, maka terbentuklah lembaga keluarga berencana nasional ( LKBN ) pada tanggal 17 oktober 1968 dengan surat keputusan nomor 36/-Kpts/Kesra/X/1968 yang berstatus sebagai lembaga semi pemerintah

Fungsi dari pada lembaga ini pada dasarnya mencakup dua hal yaitu : 1. Mengembangkan keluarga berencana

2. Mengelola segala jenis bantuan. Sedangkan susunan organisasinya terdiri atas :

1. Badan Pertimbangan Keluarga berencana nasional ( BPKBN )

38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Informasi Dasar Program Kependudukan, KB ,( Jakarta:PT. Rais Utama Offset, 1982) hal.19

2. Pimpinan pelaksana keluarga berencana ( dari tingkat pusat sampai dengan tingkat II )

Selama periode LKBN ini, maka proses pengenalan keluarga berencana kepada masyarakat berlangsung sangat memuaskan, dan boleh tidak dikatakan tidak ada tantangan dari masyarakat secara berarti; sehingga pemerintah berkesimpulan bahwa masyarakat telah siap untuk menerima program keluarga berencana adalah sebagian integral dari pembangunan lima tahun pelita ( Repelita I )39

Oleh karena itu setelah satu tahun kemudian, pemerintah memutuskan bahwa sudah pada saatnya mengambil alih program keluarga berencana menjadi program pemerintah seutuhnya/sepenuhnya

Namun walaupun demikian, masih harus tetap disadari bahwa keluarga berencana ini bukan hanya persoalan medis saja tetapi menyangkut masalah sosial, sehingga organisasi yang akan menangani masalah ini nanti dalam operasional selanjutnya.

Dengan alasan tersebut maka program keluarga berencana dijadikan progran nasional. Sedangkan untuk mengelolanya dibentuklah badan kordinasi keluarga berencana nasional dengan keputusan presiden nomor 8 tahun 1970. Selain itu dasar pertimbangan pembentukan BKKBN ini juga didasarkan atas bahwa :

Badan ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut diantaranya:

39

BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional Indonesia artikel di akses pada tanggal 16 maret 2011 dari hhtp://www.bkkbn.go.id/2010/2011

1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaan program berencana nasional uang dilakukan oleh unit-unit pelaksana

2. Mengajukan saran-saran pemerintah mengenai pokok kebijakan dan masalah-masalah penyelenggaraan program keluarga berencana nasional. 3. Menyusun pedoman perlaksanaan keluarga berencana atas dasar

pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah

4. Mengadakan kerja sama antara indonesia dan negara-negara asing maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras denga kepentingan indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.40

Dalam keppres nomor 8 tahun 1970 itu disebutkan bahwa penanggung jawab umun penyelenggaraan program keluarga berencana nasional ada di tangan presiden dan dilakukan sehari-hari oleh menteri negara kesejahteraan rakyat dibantu oleh dewan pembimbing keluarga berencana nasional.41

Anggota dewan pembimbing terdiri dari :

a. Menteri negara kesejahteraan rakyat, sebagai ketua merangkap anggota. b. Menteri kesehatan, sebagai wakil ketua merangkap anggota

c. Menteri dalam negeri merangkap anggota

40

Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan Program Kependudukan. (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1981) hal 38

41

BKKBN, Rumusan rakernas pembangunan kependudukan dan KB (BKKBN, Jakarta: 2010) hal 49

d. Menteri pertahanan keamanan, sebagai anggota e. Menteri pendidikan dan kebudayaan, sebagai anggota f. Menteri penerangan, sebagai anggota.

g. Menteri agama, sebagai anggota h. Menteri sosial, sebagai anggota i. Menetri keuangan, sebagai anggota j. Ketua Bappenas, sebagai anggota

k. Ketua perkumpulan keluarga berencana Indonesia.42

Pelita pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program keluarga berencana meliputi 6 propinsi Jawa Bali yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Di Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Keenam propinsi tersebut merupakan daerah yang terbesar jumlah penduduk di Indonesia, maka merupakan daerah perintis pertama dari progran BKKBN.

Di tiap propinsi telah terbentuk BKKBN propinsi, serta secara berangsur-angsur pula dibentuk BKKBN kabupaten/ kotamadya43.

Penyelenggaraan program didaerah berjalan sangat lancar, dan dapat menggerakkan seluruh potensi daerah. Hal ini adalah berkat kebijaksanaan BKKBN pusat, yang menitipkan program nasional ini kepada para gubernur, dimana gubernur dinyatakan sebgai penanggung jawab program. Demikina pula para bupati untuk

42

BKKBN, Rumusan Rakernas Pembangunan Kependudukan dan KB (BKKBN, Jakarta:2010) hal. 50

43

BKKBN, informasi dasar program kependudukan KB,(Jakarta: PT. Rais Utama Offset,1982) hal 45

kabupaten di daerahnya masing-masing. Dengan demikian secara organisatoris Nampak adanya pendeglasian dari pusat ke daerah-daerah.44

Oleh karena itu dalam menyelenggarakan program didaerah, BKKBN propinsi maupun BKKBN kabupaten mendapat dukungan dari semua aparat pemerintah daerah. Faktor ini kiranya uang merupakan kunci dan keberhasilan program. Dari segi ketenagaan, maka periode tahun 1970-1972 ( periode keppres nomor 8 tahun 1970 ) tenaga-tenaga yang merupakan motor penggerak dalam mengkordinasikan program.45

Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana (KB) juga mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ) yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, mewujudkan dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). 46

2. Perkembangan BBKBN dimasa sekarang

Dan telah selesainya dan disahkan Undang-Undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009 tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada

44 Ibid.

45BKKBN, “ Profil dan Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional” diakses

pada tanggal 30 mei 2011 dari http//:www.bkkbn.co.id.

46

Mochtar Rustam, Program Keluarga Berencana,(Jakarta: Badan Kependudukan dan keluarga Nasional, 1998) h,25

tanggal 29 oktober 2009 serta telah diundangkan melalui lembaran Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5080. Undang-Undang ini merupakan Pengganti atas Undang-Undang No 10 Tahun 1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.47

Dari perubahan undang-Undang tadi, maka secara khusus telah diamanatkan perubahan Kelembagaan BKKBN dari “ Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional “ menjadi “ Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta diberikan mandat untuk mengemban tugas melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan Keluarga Berencana. Dengan demikian, diharapkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dapat memperkokoh arah dan tujuan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana dalam mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju penduduk tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera48.

Dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional adalah Lembaga pemerintah Non Kementrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan

Dan pada tanggal 30 oktober 2010 dikeluarkan Peraturan Presiden Repubilk Indonesia No 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

47

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Informasi dasar Program Kependudukan, KB, (Jakarta: PT.Rais Utama Offset,1982) hal.19

48

Wawancara Pribadi dengan Rahmat Rosyadi.(Kepala Bagian Hukum dan Perundang-undangan) Pada tanggal 12 Mei 2011

Nasional, yang secara jelas memuat kedudukan,tugas,fungsi, organisasi serta tata kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Selain itu dalam pembiayaan Lembaga ini telah diatur dalam undang-undang ini, maka peralihan Badan Koordinasi Keluarga Berencana menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana dapat meningkatkan efektifitas pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.49

Selain itu badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dibawah tanggung jawab Kementrian Kesehatan, sehingga hal ini memudahkan berkordinasi secara maksimal antara dua instansi dalam meningkatkan program KB.

Tugas pokok: BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.50

Filosofi BBKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana. Grand Strategi: 1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh

masyarakat dalam program KB; 2) Menata kembali pengelolaan program KB; 3) Memperkuat SDM operasional program KB; 4) Meningkatkan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB; 5) Meningkatkan pembiayaan.

49

Wawancara Pribadi dengan Rahmat Rosyadi.(Kepala Bagian Hukum dan Perundang-undangan) Pada tanggal 12 Mei 2011

50

Undang-undang Republik Indonesia No 62 Tahun 2010 Tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, (Jakarta: Biro Hukum Organisasi, dan Hubungan Masyarakat, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,2010), hal.3

Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif

Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor.

Strategi BKKBN terhadap program KB (Keluarga Berencana)

1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan. 2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan

dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.

Tujuannya adalah :1) Keluarga dengan anak ideal; 2) Keluarga sehat; 3) Keluarga berpendidikan; 4) Keluarga sejahtera; 5) Keluarga berketahanan; 6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya; 7) Penduduk tumbuh seimbang

(PTS )51 .

51

Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia_www.bkkbn.go.id di akses pada tanggal 23 Maret 2011

B. Visi, Misi dan Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Mengantisipasi lingkungan strategis yang berubah dan sejalan dengan era

desesntralisasi saat ini, BKKBN telah merumuskan visi,misi dan strategi dasar ( Grand Straregy ) sebagai acuan dari arah program KB ke depan. Hal ini diperlukan

dalam rangka membangun kembali sendi-sendi program-program yang oleh berbagai kalangan disinyalir melemah pada era disentralisasi. Melalui perumusaan kembali arah kebijakan program ke depan.

VISI : Keluarga Berkualitas 2015 .

MISI: Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.

Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa pembentukan Negara kesatuan Republik Indonesia bertujuan, antara lain: untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darahnya serta memajukan kesejahteraan umum.

Tujuan BKKBN sebagaiman dalam Undang-Undang No 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembagunan Keluarga terdapat dalam pasal 4 : (1) Perkembangaan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan anntara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.

(2) Pembangunan Keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, da harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin.52

Bertolak dari pemikiran tersebut diatas maka telah ditetapkan bahwa tujuan BKKBN melalui program kependudukan keluarga berencana di Indonesia adalah mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber daya manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menajmin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia.

Dengan melihat Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga yang dirumuskan BKKBN, maka tujuan yang harus dicapai oleh BKKBN yaitu :

1. Mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan kebijakan kependudukan guna mendorong terlaksananya pembangunan nasional dan daerah yang berwawasan kependudukan

2. mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia dan sejahtera53

52

Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga (Jakarta: BKKBN,2010) h. 10

53

Undang-Undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009 tentang Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2010), hal. 44

Dokumen terkait