Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
ARIF FATURRAHMAN NIM: 106044101388
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh:
Arif Faturrahman
NiM:
106044101388Dibawah Bimbingan Pembimbing:
Kamarusdiana, MH. NIP : 19722402199803 1003
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AI{WAL ASY.SYAKHSTYAH
F'AKUI,TAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat,
i7
Juni 2011. Skripsi ini telahditerima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyah (Peradilan Agama)
Jakafia, 17 Juni 201 I Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
PANITIA UJIAN
1.
Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil. SH. MA. NrP. 19500306197603 1 0012.
Sekretaris3.
Pernbimbing I4.
Penguji I5.
Penguji IIHj. Rosdiana. MA.
NIP. I 96906102003 122001 Kamarusdiana MH.
NIP . 19122402199803 1003
Drs. H.A. BasiqDjalil. SH. MA NrP. 19500306197603 1 001
Dr. H. Umar Haddad MA NIP. 1 968090419940 i 1 00 1
1.
Skripsiini
merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhiUniversitas Islam salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata l(satu) di
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
Universitas Islani Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakaria.3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atauinerupakan jiplakan dari karya otang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berada
di
Universitas Islam Negeriruf$
Syarif Hidayatullah Jakarta.KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.,karena
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai kelengkapan tugas
dan memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Syariah pada
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan,
terutama disebabkan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Tanpa
adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah mungkin skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA,dan Hj.Rosdiana MA selaku Ketua dan
sekretaris Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
kemudahan administratif dan bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga
3. Kamarusdiana, MH. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu dan perhatiannya dalam membimbing, serta memberikan motivasi yang tak
pernah henti-hentinya untuk penyelesaian skripsi ini
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
5. Orang tua tercinta Bapak Rausin dan Ibu Ratnawiyah yang telah merawat dan
membesarkan penulis, yang selalu memotivasi dengan penuh keikhlasan
membantu penulis baik moril maupun materiil, dan kakakku Baihaki, Lutfiah,
Saiful Anam, Fahrullah dan Ahmad Gojali, serta adik-adikku tercinta Andi Hakim
dan Fauziah. Dan tidak lupa pula Pamanda H, Mudehir RD yang tak pernah
henti-hentinya memberikan penulis semangat serta pancaran kearifan dalam
memberikan tauladan serta keluarga besar lainnya.
6. Keluarga Besar Alm. Bapak H. Rasyidi dan Keluarga Alm. Drs.H. Muhaimin RD
yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis
7. Segenap teman tercinta FMKS ( ForumMahasiswa Kepulauan Seribu ) yang
selalu berbagi ilmu dan pengalaman serta canda tawa di setiap suasana.
8. Seluruh rekan tercinta PW IPNU DKI JAKARTA (Ikatan Pelajar Nahdhatul
Ulama) yang senantiasa memberikan motivasi dan senantiasa berbagi ilmu dan
pengalaman sehingga banyak hal yang bisa diambil manfaatnya.
9. Teman-teman Peradilan Agama angkatan 2006 khususnya kelas A, Serta
teman-teman Peradilan Agama lain yang menjadi tempat persinggahan penulis dalam
10.Kepada semua pihan yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsungdan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu hingga terselesainya
skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga segala bantuan
tersebutditerima sebagai Amal sholeh di sisi Allah SWT dan mendapat pahala
yang ganda. Amin
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dan semoga amal baik mereka diterima
oleh Allah SWT. Amin.
Jakarta, 12 Mei 2011
8 Jumadil Tsani 1432
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……….
LEMBAR PERNYATAAN ...
KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ...
I
ii
iii
vi
BAB I : PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ...
1
BAB II
BAB III
BAB IV :
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...
D. Tinjauan Studi Terdahulu ...
E. Metode Penelitian ...
F. Sistematika Penulisan ...
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KELUARGA
BERENCANA ………
A. Pengertian dan Dasar Hukum Keluarga Berencana (KB) …….
B. Macam-Macam KB (Keluarga Berencana) ………
C. Tujuan dan Hikmah KB (Keluarga Berencana) ……….
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL ... A. Profil Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasonal.
B. Visi, Misi dan Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional ...
KONSEP BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF………
A. Bentuk-Bentuk Alat (Keluarga Berencana) ……….
B. Metode Keluarga Berencana ... 10
11
12
13
16
17
17
23
24
27
27
37
41
41
C. Perspektif Hukum Islam Tentang Keluarga Berencana ………
D. Perspektif Hukum Positif Tentang Keluarga Berencana ……..
E. Analisis Penulis ...
PENUTUP ... A. Kesimpulan ...
B. Saran-saran ... 50
60
64
67
67
70
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga dalam Islam harus bersifat lestari karena ia dibangun lewat suatu
akad pernikahan yang merupakan sebuah perjanjian yang kuat (mitsqan ghalidzan)
(Q.S. Al-Nisa[4]:21). Al-Qur‟an mengingatkan, seorang suami harus mempergauli
istrinya dengan baik dan jika terjadi perselisihan dalam kehidupan keluarga maka
suami harus bersabar karena boleh jadi ketidaksenangan suami pada hal-hal tertentu
pada diri istri terdapat kebajikan di balik itu (Q.S. Al-Nisa [4]:19). Sebaliknya, istri
juga harus menghormati suami dan menjaga kehormatannya. Islam memang
membolehkan cerai (Thalaq), tetapi itu hanya menjadi “pintu darurat” yang baru
dilalui pada situasi dimana mempertahankan keutuhan rumah tangga ternyata
membawa mudharat bagi kedua belah pihak.1
Dalam Islam pernikahan bukan semata-mata sebagai kontrak keperdataan
biasa, tetapi mempunyai nilai ibadah.. Oleh karena itu, berkeluarga (nikah) adalah
jalan terhormat yang disyariatkan Allah untuk menyalurkan kebutuhan biologis,
dengan karunia Allah.2
1
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992) h.254-255
Keluarga muslim masa kini sedang mengalami perubahan, menjadi lebih
meluas, dengan lebih banyak istri yang berpendidikan dan bekerja secara
menguntungkan. Perkawinan yang diatur mengalami penurunan dan usia perkawinan
meningkat, kontrasepsi modern secara perlahan-lahan menjadi lebih merata
dikomunitas tertentu3.
Allah SWT telah menitipkan dalam jiwa manusia, rasa cinta yang dalam
kepada anak-anak, dan tak tertandingi dengan cinta lain. Sebab anak merupakan
jantung hati,cahaya kalbu di dalam rumah tangga. Ini dapat dilihat dari perhatian
besar yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka, disertai dengan rasa kasih
sayang yang abadi.
Oleh sebab itu, suami-istri wajib memberikan perhatian khusus kepada
pendidikan anak-anaknya, sehingga kelanggengan kebahagiaan benar-benar terwujud
sesuai dengan yang mereka dambakan. Dengan demikian,kehidupan rumah
tangganya menjadi kenikmatan dan kebahagiaan abadi4.
Di dalam Al-Qur‟an tidak ada satu ayatpuun yang secara ekplisit menjelaskan
bahwa mengatur jarak kelahiran adalah haram, akan tetapi membunuh bayi
khususnya bayi perempuan yang telah terjadi di masa-masa menjelang
datangnya islam adalah haram; sebab apa yang mereka lakukan adalah sangat jelas
yaitu
3
Mahmud Ash-Shabagh. Keluarga bahagia Dalam Islam. (Yogyakarta: CV. Pustaka Mantiq, 1993) h. 191
4
membunuh anak manusia ( perempuan ) yang sempurna.sebagaimana tersebut dalam
Al-Qur‟an surat al-Nahl ayat 58.
Di dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang melarang membunuh anak karena
takut miskin, karena sesungguhnya Allah telah menjamin rizki baik bagi anak
maupun orang tuanya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-An‟am )
ayat 151 sebagai berikut :
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa setiap anak yang dilahirkan dari
perut ibunya telah ditentukan rizkinya oleh Allah SWT. Penafsiran “ setiap anak
oleh sebagian masyarakat islam apalagi diperkuat dengan hadits Nabi Saw yang
artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad Ibn Ishaq Ast-Staqofi berkata: telah memberitahukan kepada kami Qutaibah Ibnu Said berkata, telah memberitahukan kepada kami Khalf Ibn Kholifah, dari Hafs Ibn Akhi Anas Ibn Malik, dari Anas Ibn Malik berkata: “Menikahlah dengan wanita yang penuh cinta dan banyak melahirkan keturunan, karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian diantara para Nabi pada hari kiamat” ( H.R Ahmad dan Ibnu Hibban )5
Keyakinan terhadap pandangan itulah yang menyebabkan banyak pasangan
suami istri mamiliki anak tanpa pertimbangan dan perencanaan serta tanpa
mempertimbangkan akibatnya. Mereka telah berfikir, apakah anak yang dilahirkan itu
hanya menjadi beban orang lain, menjadi beban berat yang harus dipikul oleh Negara
ataukah anak itu akan menjadi generasi penerus yang akan menerima tanggung jawab
zaman yang akan datang dari bangsa,Negara, dan agamanya.
Orang kadang berfikir bahwa punya anak banyak merupakan takdir dari Allah
SWT dengan menetapkan keyakinan di hatinya bahwa Allah tidak akan melantarkan
anak-anaknya, Allah yang akan member rizki kepada keluarganya6
Meskipun Islam melalui ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi tersebut diatas
menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan, namun islam lebih
mengutamakan pada keturunan yang baik, shalih dan berguna bagi umat manusia dan
mampu menjadi suri tauladan untuk membawa manusia kepada taqwa. Islam tidak
5
Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 11
6
menginginkan umat dengan jumlah yang banyak tetapi lemah, bodoh, pemalas,dan
sakit-sakitan, melarat, terlunta-lunta dan bergantung pada bantuan orang lain.
Sebagaimana doa Nabi SAW :
ئش ق ع ع ثك ق ه ر ءا ج ق ءا ج ه ع
7
“ Aku berlindung kepada Allah dari juhd al-bala, ketika ditanyakan, apa juhd al-bala
itu ya rosulullah? Beliau menjawab : banyak anak tapi sedikit materi ”
Berarti setiap orang tua harus memiliki rasa tanggung jawab kepada mutu
keluarga dan anak keturunannya, jangan meninggalkan keturunan yang lemah baik
jasmani, ekonomi, ilmu dan agama.
Untuk mewujudkan keluarga atau anak-anak yang berkualitas, perlu perencanaan yang matang, setiap keluarga ( orang tua atau suami istri ) harus dapat memperhitungkan terhadap anak yang mungkin lahir, karena kehadiran anak atau manusia baru memerlukan banyak kebutuhan, antara lain makan.pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. 59:18.
7Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18)
Selain itu juga setiap keluarga harus mengatur jarak kelahiran, hal itu
mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan jiwa anak. Apabila
jarak kelahiran terlalu dekat, sang ibu tidak mempunyai kesempatan untuk merawat
kesehatan dirinya, menata rumah tangganya, beribadah kepada tuhannya, bahkan
untuk membahagiakan seluruh keluarganya, juga sang ibu tidak mempunyai peluang
mencurahkan kasih saying terhadap anak, sehingga sang anak kurang kasuh saying
dan air susu ibunya. 8
Keluarga berencana ( KB ) menjadi salah satu isu kontroversial dalam
diskursus pemikiran Islam modern. Ada sejumlah persoalan yang muncul terkait
dengan masalah islam dan KB, mulai dari masalah hukum ber- KB, makna KB
apakah pengaturan keturunan (tanzim al-nasl) atau pembatasan keturunan
( tahdid al-nasl )?, motivasi ber- KB, persoalan alat kontrasepsi ( cara kerja dan cara
penggunaannya ), KB dan hak reproduksi perempuan, hingga masalah kebijakan
demografi Negara dengan berbagai dampaknya. KB sendiri kini bukan lagi sebatas
persoalan suatu negara, tetapi sudah menjadi persoalan dunia internasional. Oleh
karenanya, ia selalu menjadi tema yang menarik untuk dikaji.
Sudah banyak studi yang dilakukan oleh para ulama dan lembaga-lembaga
keislaman mengenai KB dalam berbagai perspektif. Para ulama berbeda pendapat
dalam menyikapi KB. Perbedaan pendapat terjadi karena tidak adanya nash (
Al-Qur‟an dan Hadits ) yang secara ekplisit melarang dan membolehkan ber KB. Itulah
sebabnya, hingga kini masih muncul kontroversi seputar KB dalam wacana
intelektual muslim.9
Untuk mendapat gambaran yang komprehensif tentang bagaimana
sesungguhnya pandangan islam terhadap KB memang tidak ada jalan lain kecuali
harus kembali kepada sumber ajaran islam yang paling otoritatif, yaitu Al-Qur‟an an
Hadits. Namun, karena tidak adanya penjelasan yang ekplisit, maka harus dilakukan
kajian yang lebih mendalam atas kedua sumber tersebut dengan cara mengidentifikasi
semua ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis-Hadis nabi yang terkait dengan permasalahan
KB untuk kemudian ditarik pesan-pesan substantif serta semangat ajaran ( maqashid
al-syari’ah ) yang dikandung kedua sumber tersebut. 10
Oleh karena itu program KB yang sudah dilaksanakan merupakan bukti
implementasi akan adanya upaya pemerintah dalam hal ini lembaga BKKBN yang
sangat fokus dalam upaya pengurangan jumlah penduduk sehingga pembangunan
yang mengutamakan pertumbuhan dan mengharapkan adanya kucuran hasil
pertumbuhan itu untuk keluarga yang kualitasnya rendah, ternyata efeknya kepada
9
Umran, Abd Al-Rahim,. Islam dan KB, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997), Cet. Ke-1. Hal.14
masyarakat dan penduduk miskin makin lama makin perlahan. Untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, menurut John Max Well kita harapkan memberikan sentuhan
kepada manusianya.
Program dan kegiatan untuk “ mendongkrak “ upaya pengentasan kemiskinan
yang ditujukan langsung kepada keluarga dan penduduk miskin itu segera di
lakanakan. Dengan dukungan langsung itu keluarga yang kurang mampu, dan
keluarga pra sejahtera, atau keluarga yang berada di bbawah garis kemiskinan,
diharapkan menjadi wahana peningkatan sumber daya manusia ( SDM ) yang bisa
menjadi pembentuk masyarakat yang maju,modern.dan mandiri.
Dengan disyahkannya UU nomor 10 tahun 1992 tetntang Pembangunan
Keluarga Sejahtera, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi
untuk bersama-sama membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera11
Komitmen dalam UU itu diterjemahkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah nomor 21 tahun 1994 yang secara terperinci menempatkan keluarga
sebagai agen atau pelaku pembangunan lengkap dengan delapan fungsi utamanya
sebagai berikut :
11
Fungsi keagamaan Fungsi reproduksi
Fungsi budaya Fungsisosialisasi dan pendidikan
Fungsi cinta kasih Fungsi ekonomi
Fungsi perlindungan Fungsi pemeliharaan lingkungan
Dengan delapan fungsi utamanya itu keluarga berkembang atau dibantu berkembang menjadi keluarga modern, maju, professional, berkualitas dan mandiri
serta mampu mengembangkan dirinya sendiri, anak-anaknya, dan kaitan keluarga
yang lebih luas, ikut mengembangkan masyarakat dan bangsanya.secara khusus
keluarga dikembangkan menjadi wahana pembangunan bangsa.12
Dari sini dapat dikatakan bahwa peranan kebijakan pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh BKKBN yang secara nyata bergerak dalam masalah KB yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa baik dalam bidang
pendidikan, ekonomi dan social. Oleh karena itu program-program BKKBN dalam
hal pelaksanaan dimasyarakat mengenai KB sangatlah penting untik diketahui,
apakah sudah sesuai dengan hukum islam dan hukum positif yang sudah ada,
sehingga hal itu menjadi sebuah pertimbangan kebijakan yang akan dilaksanakan dan
masyarakat pun akan memahami fungsi dan manfaat KB secara baik.
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk menyususun skripsi dengan judul
Konsep BKKBN Tentang Keluarga Berencana ( KB ) Ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Di dalam kitab-kitab fikih pada umumnya KB itu diperbolehkan, pada
kenyataan dalam praktek KB di BKKBN banyak hal yang tidak dibenarkan
dalam fikih.
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi bagaimana konsep BKKBN
tentang KB ( Keluarga Berencana ) perspektif hukum Islam dan positif
dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam hal kependudukan
yang mengarah kepada kesejahteraan dan ketentraman keluarga sehingga akan
menjadi keluarga yang sakinah dan berkualitas.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, Penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk KB ( keluarga berencana ) yang dilakukan di BKKBN ?
2. Bagaimana Metode BKKBN dalam program KB ( keluarga Berencana ) ?
3. Bagaimana perspekktif hukum Islam dan hukum positif tentang KB
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan dan kegunaannya yang bermanfaat
bagi pembacanya, oleh karena itu tujuan dan kegunaan dari penelitian ini, antara lain:
1 Untuk mengetahui bagaimana profil dan perkembangan BKKBN
2. Untuk mengetahui bagaimana metode KB dalam pelaksanaan program di BKKB
3. Untuk mengetahui konsep BKKBN tentang KB ( Keluarga Berencana ) perspektif
hukum Islam dan hukum positif
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Segi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang lebih luas bagi
pengembangan ilmu hukum. Khususnya dalam bidang hukum Islam dan hukum
positif di Indonesia.
2) Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis, dan para
mahasiswa/I Fakultas Syariah dan Hukum pada khususnya, serta masyarakat pada
umumnya dalam menanggapi masalah KB (Keluarga Berencana) dalam kehidupan
hubungan suami istri. Dan memberikan pemahaman akan hukum KB (Keluarga
Berencana) dalam kehidupan rumah tangga, sehingga diharapkan dapat
melaksanakan dalam kehidupan guna membentuk keluarga kecil yang berkualitas.
3) Segi Ilmu Pengetahuan
Untuk memberikan kajian dalam memperkaya literatur serta penelitian secara
keluarga islam serta dijadikan bahan rujukan pada kajian-kajian ilmiah
selanjutnya.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam kajian – kajian yang ada berkenaan dengan KB ( Keluarga Berencana )
ada beberapa skripsi yang sudah membahas dan mengkaji masalah ini antara lain :
Dampak Positif Keterlibatan MUI dalam menyukseskan Program KB yang disusun
oleh Sarifudin Tahun 1996.13
Kajian yang lain berkenaan dengan Bimbingan dan Koordinasi KB nasional
dalam meningkatkan kwalitas SDM menurut pandangan islam oleh Mukhlisin Tahun
1998, yang membahas bagaimana Islam memandang akan pentingnya kualitas SDM
sehingga KB nasional menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas manusia dengan cara bimbingan dan koordinasi antara lembaga yang
menangani KB tersebut.14
Dari dua kajian terdahulu ini yang hanya membahas tentang keterlibatan
lembaga/institusi MUI dalam Program KB yang secara jelas kajiannya meliputi
sebuah kebijakan lembaga tersebut dalam implementasi KB di masyarakat. Dan
kajian selanjutnya berkenaan dengan bimbingan dan kordinasi KB nasional dalam
peningkatan SDM menurut Islam.
13
Sarifudin, “Dampak Positif Keterlibatan MUI dalam menyukseskan Program KB( Studi kritis terhadap Kebijakan MUI dalam program KB)”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,1996), hal.19
14Mukhlisin, “
Bimbingan dan Koordinasi KB Nasional dalam meningkatkan kualitas SDM Menurut
Dari kajian tersebut memberikan sebuah keinginan untuk kembali
mengadakan penelitian tentang KB di BKKBN berkenaan dengan konsep serta
praktek KB yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut dalam persfektif hukum Islam
dan hukum positif.
Adapun perbedaan antara dua skripsi yang telah dibahas yaitu konsep
Keluarga Berencana yang baru yang ada dalam BKKBN berkenaan dengan metode
dan cara Ber- KB untuk masyarakat di lihat dari hukum islam dan positip, mengingat
kuantitas penduduk yang semakin banyak dan tidak dibarengi dengan peningkatan
kualitas penduduk. Sehingga ini menjadi pembahasan penting sehingga kesejahteraan
dan kehidupan yang baik dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Selain itu dalam skripsi yang saya teliti berkenaan dengan sebuah menelaah
gagasan dan kebijakann pemerintah dalam pembangunan penduduk dan
perkembangan keluarga berencana, yang akan menghasilkan tujuan terbentuknya
keluarga kecil yang berkualitas, serta dapat membatu peran pemerintah dalam
mewujudkan keasilan social bagi seluruh bangsa Indonesia.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah yang dipergunakan oleh penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini adalah menggunakan metode-metode pada umumnya berlaku dalam
penelitian yaitu :1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, literatur-literatur yang
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, dalam pengertian tidak sekedar
menyimpulkan dan menyusun data,tetapi meliputi analisis dan interprestasi dari
data-data yang berhubungan denngan Konsep BKKBN tentang KB (Keluarga
Berencana) ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif.
3. Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalahj pendekatan yuridis-normatif.
Pendekatan yuridis peneliti gunakan dalam melihat obyek hukum berkaitan dengan
KB (Keluarga Berencana) yaitu UU No 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan
pembangunan keluarga. Pendekatan normatif dilakukan dengan mendasarkan Al-Quran
maupun sunnah Nabi yang menjelaskan tetntang KB (Keluarga Berencana).
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu :
a. Data Primer
Data primer digunakan adalah UU No. 52 Tahun 2009 tentang kependudukan
dan pembangunan keluarga.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data
yang dikeluarkan oleh kantor Badan Kependudukan dan Kekeluargaan
Nasional (BKKBN). Juga diperoleh dari literatur-literatur seperti buku-buku,
5. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam skripsi ini, maka teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi, yaitu pengamatan terhadap Lembaga BKKBN15
2. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis,
seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sumber-sumber
lain yang relevan dengan tema skripsi
3. Wawancara, yaitu cara yang dipergunakan dengan tujuan mencoba
mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lisan dari informan, atau
metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini
sasarannya adalah staf BKKBN, dan pihak yang berkaitan dengan KB
( Keluarga Berencana )16
4. Analisis Data
Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode induktif yaitu
pengkajian yang bertitik tolak dari kaidah-kaidah yang bersifat khusus yang
kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum
15
Jalaludin Rahmat, Metodoligi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,1999), Cet.Ke-7, h. 83.
16
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini semua berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cet.1, 2007.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. BAB 1 : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan umum tentang . pengertian KB Keluarga Berencana,
Dasar hukum KB, Macam-Macam KB, dan Tujuan dan Hikmah KB.
3. Bab III : Profil tentang BKKBN Terdiri dari : Sejarah Berdiri dan
Perkembangan BKKBN, Visi, Misi, dan Tujuan BKKBN, dan
Program-Program BKKBN, Struktur Organisasi BKKBN.
4. Bab IV : Konsep BKKBN Tentang KB ( Keluarga Berencana ) Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Positif Terdiri dari : Bentuk-Bentuk KB
( Keluarga Berencana ) , Metode KB ( Keluarga Berencana ) di BKKBN,
Perspektif hukum Islam tentang KB, perspektif hukum positif tentang KB
dan Analisis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KB ( KELUARGA BERENCANA )
A. Pengertian dan Dasar Hukum keluarga Berencana ( KB ) 1. Pengertian KB ( Kelurga Berencana )
Keluarga Berencana ( KB ) adalah Upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga,peningkatan kesejahtaraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera17
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu
persekutuan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan
inilah manusia berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud
marga, puak, kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa
yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa,
kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan
keluarga-keluarga yang hidup pada bangsa tersebut18
K B (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan
lainnya, dengan pengertian lain satu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau
usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi
17
Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Program KB Nasional Kamus istilah ( Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2007), h.21
Dan kondisi tertentu untuk kepentingan (Mashlahat) Keluarga, masyarakat maupun
Negara.19
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(mashlahat) keluarga, masyarakat maupun Negara.20 Dengan demikian, KB di sini
mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan).
Penggunaan istilah ”Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan istilah yang
umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood,
seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood Federation (IPPF),
nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London.21
KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan
jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan
negara. Dengan demikian, KB berbeda dengan birth control, yang artinya
pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).22
19
Muhammad Arifin Badri, Soal Jawab: Hukum Keluarga Berencana (KB), kategori: Fiqh dan Muamalah, diakses pada tanggal 4 Maret 2009 dari http://muslim.or.id/soaljawab/fiqh-dan-muamalah/soal-jawab-hukum-keluarga
20
Yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, h. 24.
21
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1991), h. 199
Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode
kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk
mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan,
kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung
jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat.
Ini meliputi hal-hal sebagai berikut:23
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan
ibu dan anak.
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga
untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak.
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran.24
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran. Dalam program Keluarga Berencana Nasional saat ini baru
dilakukan salah satu saja dari usaha Keluarga Berencana, yakni penjarangan
kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi.25
23
Abd ar-Rahim ‟Umran, Islam & KB, (Jakarta: Lentera, 1997), cet. Ke-1, h. xxvii.
Keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas26
Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert Committee
1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
- Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
- Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
- Mengatur interval diantara kehamilan.
- Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.
- Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, Hanafi, 2004 : 26).27
KB (Keluarga Berencana) juga berarti usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri
karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat)
keluarga,masyarakat dan Negara.28
25
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: 1989 )
26
Undang-Undang Republik Indonesia No 52 tahun 2009, Tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2010 ), hal. 7
27 Pengertian Keluarga Berencana” artikel di akses pada tanggal 03 Pebruari 2011 dari http: www.id shvoong.com/- KB.
28
2. Dasar Hukum KB ( Keluarga Berencana )
Dasar Hukum Kelurga Berencana yaitu berdasarkan Undang-Undang No 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
sebagaimana tercantum dalam pasal 20 Keluarga Berencana untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan.
kebijakan keluarga berencana melalui penyelengaraan program keluarga berencana.29
Selain itu, dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 tahun
2010 tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana nasional sebagai dasar hukum
Keluarga berencana. Sedangkan dasar hukum KB ( keluarga berencana ) dari sisi
Islam, berdasarkan ayat Al-Qur‟an surat 46 : 15:
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". ( Q.S. Al-Ahqaaf : 15 )
29
Dan dalam surat An-Nisa ayat 9 sebagai berikut :
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. ( QS. An-Nisaa: 9 )
Dan satu hadits shahih dimana Nabi SAW menyebutkan secara spesifik istilah
Al-Azl sambil menghalalkannya.sebagai berikut :
ق
ر
:
ق ج ع
خ ،
ث ح ،
ه ع ح ث ح
:
قف ع ه ص ه
ر اجر
:
ف
خ ر ج إ
قف ، ح أ كأ ع ف ط ،
:
ش إ ع
ش
ق أ ف
.
ث ف
قف ث ج
:
قف ح ق ر ج إ
:
ر ق أ أ ك خ ق
.
)
ر
)
30Diriwayatkan oleh muslim I berkata: memberitahukan Ahmad Ibn Abdullah Ibn Yunus, memberitahukan kepada kamu Zuhair, mengabarkan kepada kami Zibair dari
Jabir Berkata: seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata: “ aku
mempunyai budak perempuan dia adalah pembantu kami dan gembala kami (lelaki ini menyamakannya dengan onta yang digunakan untuk mengairi), dan aku
menyutubuhinya tetapi saya tidak mau dia hamil” maka Nabi berkata :Lakukanlah
„Azl (senggama terputus) kalau kau mau, tapi apa yang ditakdirkan kepadanya pasti akan datang /terjadi. Kemudian tidak berapa lama lelaki itu kembali mendatanginya:” sesungguhnya budak perempuanku telah hamil “. Maka nabi berkata: aku telah
30
Kabarkan padamu bahwa apa yang telah ditakdirkan pasti akan terjadi padanya. (H.R. Muslim) 31
Syekh Muhammad Al-Madani , dalam mengomentari hadits ini di majalah Manbar Al-Islam (Juni 1965 ) mengatakan : Hadits ini menunjukkan pengertian yang mendalam tentang kebolehan Azl dan kehalalannya, karena hadits ini mengungkapkan bahwa nabi sendiri adalah orang yang menganjurkan al- azl
B. Macam-Macam KB ( Keluarga Berencana )
a). KB ( keluarga Berencana ) dengan cara Hormonal
KB ini memanfaatkan hasil penelitian ilmu kedokteran mengenai
hormon-hormon yang mengatur kehidupan proses ovulasi dan menstruasi dalam tubuh wanita,
tetapi kemudian mengacu proses tersebut dengan hormone buatan yang dimasukkan
ke dalam tubuh wanita seperti pil, suntikan atau susuk, dengan akibat tidak terjadi
ovulasi , tidak ada sel telur yang matang keluar dari indung telur. Dengan tidak ada
sel telur maka tidak terjadi kehamilan.
b). KB ( Keluarga berencana ) dengan cara Mekanis
KB ( Keluarga Berencana )ini diartikan dengan memasang suatu rintangan
berupa alat yang menghalang-halangi pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel
telur dari wanita. Diantara alat-alat yang dipakai dalam ber-KB dengan cara ini antara
lain: kondom, diafragma yang meliputi 4 cara kimiawi (vaginal tablet,foam,jelly
pasta,dan tissue KB ).32
31
Abd Al-Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1997) Cet. Pertama,h.143
32
Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi
C. Tujuan dan Hikmah KB ( Keluarga Berencana )
Program Keluarga Berencana (KB) dirumuskan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakaat melalui batas usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKBBS).
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan
mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara
lain:
1. Manfaat Untuk Ibu:
Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
Menjaga kesehatan ibu
2. Manfaat Untuk Anak:
Mengurangi risiko kematian bayi
Meningkatkan kesehatan bayi
Mencegah bayi kekurangan gizi
3. Manfaat Untuk Keluarga:
Meningkatkan kesejahteraan keluarga
Harmonisasi keluarga lebih terjaga33
33Departemen kesehatan“Keperawatan dan kesehatan”.artikel diakses pada tanggal 9 Maret
Demikianlah manfaat mengikuti program KB, sesuai rangkuman informasi dari
berbagai sumber referensi, khususnya brosur tentang info Program KB dapat
mencegah ledakan penduduk di Indonesia, produksi SIKIB-Jakarta 2010.“Keluarga
Kecil, Sehat dan Berkualitas, Ya..Keluarga Berencana…”34
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi
2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan
akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta
banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan
pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus
(1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti
deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih
dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan
untuk tercapainya keluarga bahagia.
34Putu Sudayasa, “ Program Keluarga Berencana “ artikel diakses pada
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan
produktif dari segi ekonomi35.
35
BAB III
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
A. Profil Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
1. Sejarah didirikannya BKKBN ( Badan Kependudukan dan Keluarga berencana
Nasional )
Lahirnya program KB di Indonesia diawali dengan adanya permasalahan
kependudukan. Sehingga Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah
besarnya jumlah penduduk, Jumlah pertumbuhan penduduk, jumlah kematian
penduduk, kelahiran penduduk dan jumlah perpindahan penduduk. Yang itu semua
harus ditangani secara terus menerus36.
Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta
tanggal 23 desember 1957 dan diikuti oleh badan hukum oleh departemen
kesehatan tahun 1967 yang bergerak secara silent operations. Dalam rangka
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Usaha Keluarga
Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada
tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga
Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi
36
tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga
Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi
secara diam – diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB
(Keluarga Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga
Berncana) di akun dimasukkan dalam program pemerintah.
Pada tahun 1967 presidan Soeharto menandatangani deklarasi
pemimpim-pemimpin dunia tentang kependudukan. Walaupun demikian untuk menetapkan
keluarga berencana sebagai program nasional pemerintah sangat berhati-hati, karena
masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa,. Oleh karena itu sebagai langka
pertama menteri kesejahteraan rakyat yaitu : Dr. Idham Cholid dibentuk suatu panitia
ad. Hok yang bertugas mempelajari kemungkinan- kemungkinan keluarga berencana
dijadikan program nasional37.
Dalam pertemuan antara presiden dengan panitia ad.hok pada bulan pebruari
1968, presiden menyatakan bahwa pemerintah menyetujui program nasional keluarga
berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan
pemerintah
Sehubungan dengan itu pada tanggal 7 september 1968 keluarlah intruksi
presiden nomor 26 tahun 1968, kepada menteri kesejahtaraan Rakyat yang isinya
antara lain :
37
1. Untuk membimbing, mengkordinir serta mengawasi segala aspirasi yang
ada di dalam masyarakat dibidang keluarga berencana
2. Mengusahakan segera terbentuknya suatu badan atau lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan dibidang keluarga berencana serta terdiri
atas unsur pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan intrukrsi presiden tersebut, menteri kesejahteraan rakyat pada
tanggal 11 oktober 1968 mengeluarkan surat keputusan nomor 35/Kpts/Kesra/1968
tentang pembentukan team yang mengadakan persiapan bagi pembentukan suatu
lembanga keluarga berencana.38
Setelah pertemuan lebih lanjut oleh menteri kesejahteraan rakyat dengan
beberapa menteri lainnya serta tokoh masyarakat yang terlibat usaha keluarga
berencana, maka terbentuklah lembaga keluarga berencana nasional ( LKBN ) pada
tanggal 17 oktober 1968 dengan surat keputusan nomor 36/-Kpts/Kesra/X/1968 yang
berstatus sebagai lembaga semi pemerintah
Fungsi dari pada lembaga ini pada dasarnya mencakup dua hal yaitu :
1. Mengembangkan keluarga berencana
2. Mengelola segala jenis bantuan.
Sedangkan susunan organisasinya terdiri atas :
1. Badan Pertimbangan Keluarga berencana nasional ( BPKBN )
2. Pimpinan pelaksana keluarga berencana ( dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat II )
Selama periode LKBN ini, maka proses pengenalan keluarga berencana kepada
masyarakat berlangsung sangat memuaskan, dan boleh tidak dikatakan tidak ada
tantangan dari masyarakat secara berarti; sehingga pemerintah berkesimpulan bahwa
masyarakat telah siap untuk menerima program keluarga berencana adalah sebagian
integral dari pembangunan lima tahun pelita ( Repelita I )39
Oleh karena itu setelah satu tahun kemudian, pemerintah memutuskan bahwa
sudah pada saatnya mengambil alih program keluarga berencana menjadi program
pemerintah seutuhnya/sepenuhnya
Namun walaupun demikian, masih harus tetap disadari bahwa keluarga
berencana ini bukan hanya persoalan medis saja tetapi menyangkut masalah sosial,
sehingga organisasi yang akan menangani masalah ini nanti dalam operasional
selanjutnya.
Dengan alasan tersebut maka program keluarga berencana dijadikan progran
nasional. Sedangkan untuk mengelolanya dibentuklah badan kordinasi keluarga
berencana nasional dengan keputusan presiden nomor 8 tahun 1970. Selain itu dasar
pertimbangan pembentukan BKKBN ini juga didasarkan atas bahwa :
Badan ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut diantaranya:
39
1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan program berencana nasional uang dilakukan oleh unit-unit
pelaksana
2. Mengajukan saran-saran pemerintah mengenai pokok kebijakan dan
masalah-masalah penyelenggaraan program keluarga berencana nasional.
3. Menyusun pedoman perlaksanaan keluarga berencana atas dasar
pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah
4. Mengadakan kerja sama antara indonesia dan negara-negara asing maupun
badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras denga
kepentingan indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.40
Dalam keppres nomor 8 tahun 1970 itu disebutkan bahwa penanggung jawab
umun penyelenggaraan program keluarga berencana nasional ada di tangan presiden
dan dilakukan sehari-hari oleh menteri negara kesejahteraan rakyat dibantu oleh
dewan pembimbing keluarga berencana nasional.41
Anggota dewan pembimbing terdiri dari :
a. Menteri negara kesejahteraan rakyat, sebagai ketua merangkap anggota.
b. Menteri kesehatan, sebagai wakil ketua merangkap anggota
c. Menteri dalam negeri merangkap anggota
40
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan Program Kependudukan. (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1981) hal 38
41
d. Menteri pertahanan keamanan, sebagai anggota
e. Menteri pendidikan dan kebudayaan, sebagai anggota
f. Menteri penerangan, sebagai anggota.
g. Menteri agama, sebagai anggota
h. Menteri sosial, sebagai anggota
i. Menetri keuangan, sebagai anggota
j. Ketua Bappenas, sebagai anggota
k. Ketua perkumpulan keluarga berencana Indonesia.42
Pelita pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program keluarga berencana
meliputi 6 propinsi Jawa Bali yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Di
Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Keenam propinsi tersebut merupakan daerah yang terbesar jumlah penduduk
di Indonesia, maka merupakan daerah perintis pertama dari progran BKKBN.
Di tiap propinsi telah terbentuk BKKBN propinsi, serta secara berangsur-angsur
pula dibentuk BKKBN kabupaten/ kotamadya43.
Penyelenggaraan program didaerah berjalan sangat lancar, dan dapat
menggerakkan seluruh potensi daerah. Hal ini adalah berkat kebijaksanaan BKKBN
pusat, yang menitipkan program nasional ini kepada para gubernur, dimana gubernur
dinyatakan sebgai penanggung jawab program. Demikina pula para bupati untuk
42
BKKBN, Rumusan Rakernas Pembangunan Kependudukan dan KB (BKKBN, Jakarta:2010) hal. 50
43
kabupaten di daerahnya masing-masing. Dengan demikian secara organisatoris
Nampak adanya pendeglasian dari pusat ke daerah-daerah.44
Oleh karena itu dalam menyelenggarakan program didaerah, BKKBN
propinsi maupun BKKBN kabupaten mendapat dukungan dari semua aparat
pemerintah daerah. Faktor ini kiranya uang merupakan kunci dan keberhasilan
program. Dari segi ketenagaan, maka periode tahun 1970-1972 ( periode keppres
nomor 8 tahun 1970 ) tenaga-tenaga yang merupakan motor penggerak dalam
mengkordinasikan program.45
Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana (KB) juga
mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN (Lembaga Keluarga
Berencana Nasional) sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga
ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ) yang
merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, mewujudkan
dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). 46
2. Perkembangan BBKBN dimasa sekarang
Dan telah selesainya dan disahkan Undang-Undang Republik Indonesia No 52
Tahun 2009 tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada
44
Ibid.
45BKKBN, “ Profil dan Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional” diakses pada tanggal 30 mei 2011 dari http//:www.bkkbn.co.id.
46
tanggal 29 oktober 2009 serta telah diundangkan melalui lembaran Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
5080. Undang-Undang ini merupakan Pengganti atas Undang-Undang No 10 Tahun
1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera.47
Dari perubahan undang-Undang tadi, maka secara khusus telah diamanatkan
perubahan Kelembagaan BKKBN dari “ Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional “ menjadi “ Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta
diberikan mandat untuk mengemban tugas melaksanakan pengendalian penduduk dan
menyelenggarakan Keluarga Berencana. Dengan demikian, diharapkan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dapat memperkokoh arah dan
tujuan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana dalam
mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju penduduk tumbuh
seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera48.
Dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional adalah
Lembaga pemerintah Non Kementrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
Dan pada tanggal 30 oktober 2010 dikeluarkan Peraturan Presiden Repubilk
Indonesia No 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
47
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Informasi dasar Program Kependudukan, KB, (Jakarta: PT.Rais Utama Offset,1982) hal.19
48
Nasional, yang secara jelas memuat kedudukan,tugas,fungsi, organisasi serta tata
kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Selain itu dalam
pembiayaan Lembaga ini telah diatur dalam undang-undang ini, maka peralihan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana dapat meningkatkan efektifitas pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.49
Selain itu badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dibawah
tanggung jawab Kementrian Kesehatan, sehingga hal ini memudahkan berkordinasi
secara maksimal antara dua instansi dalam meningkatkan program KB.
Tugas pokok: BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.50
Filosofi BBKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam
keluarga berencana. Grand Strategi: 1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh
masyarakat dalam program KB; 2) Menata kembali pengelolaan program KB;
3) Memperkuat SDM operasional program KB; 4) Meningkatkan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB; 5) Meningkatkan pembiayaan.
49
Wawancara Pribadi dengan Rahmat Rosyadi.(Kepala Bagian Hukum dan Perundang-undangan) Pada tanggal 12 Mei 2011
50
Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik,
profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/
inovatif
Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan,
pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian,
pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan
lintas sektor.
Strategi BKKBN terhadap program KB (Keluarga Berencana)
1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB
nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan
dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah.
Tujuannya adalah :1) Keluarga dengan anak ideal; 2) Keluarga sehat;
3) Keluarga berpendidikan; 4) Keluarga sejahtera; 5) Keluarga berketahanan;
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya; 7) Penduduk tumbuh seimbang
(PTS )51 .
51
B. Visi, Misi dan Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Mengantisipasi lingkungan strategis yang berubah dan sejalan dengan era
desesntralisasi saat ini, BKKBN telah merumuskan visi,misi dan strategi dasar
( Grand Straregy ) sebagai acuan dari arah program KB ke depan. Hal ini diperlukan
dalam rangka membangun kembali sendi-sendi program-program yang oleh berbagai
kalangan disinyalir melemah pada era disentralisasi. Melalui perumusaan kembali
arah kebijakan program ke depan.
VISI : Keluarga Berkualitas 2015 .
MISI: Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB.
Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa pembentukan Negara
kesatuan Republik Indonesia bertujuan, antara lain: untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan tumpah darahnya serta memajukan kesejahteraan umum.
Tujuan BKKBN sebagaiman dalam Undang-Undang No 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Penduduk dan Pembagunan Keluarga terdapat dalam pasal 4 :
(1) Perkembangaan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan anntara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan
(2) Pembangunan Keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, da harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin.52
Bertolak dari pemikiran tersebut diatas maka telah ditetapkan bahwa tujuan
BKKBN melalui program kependudukan keluarga berencana di Indonesia adalah
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber
daya manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menajmin
terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia.
Dengan melihat Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Penduduk dan Pembangunan Keluarga yang dirumuskan BKKBN, maka tujuan yang
harus dicapai oleh BKKBN yaitu :
1. Mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan kebijakan
kependudukan guna mendorong terlaksananya pembangunan nasional dan
daerah yang berwawasan kependudukan
2. mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera53
52
Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga (Jakarta: BKKBN,2010) h. 10
53
C. Program-Program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Dan dalam Petolaka Deputi Keluarga Sejahtera/Pemberdayaan BKKBN, “keluarga pentaloka program pendidikan kependudukan ada beberapa kebijakan dan program dalam melaksanakan kegiatan Kependudukan dan Keluarga Berencana yaitu:
Kebijakan BKKBN (badan Kependudukan dan Keluarga Berencana nasional)
1. Peningkatan komitmen stakeholder dan keluarga terhadap program-program
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga dalam mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera.
2. Peningkatan PSP keluarga balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak.
3. Peningkatan PSP remaja tentang perilaku hidup sehat dan berakhlak mulia
dalam rangka mewujudkan generasi berencana.54
Adapun Program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional)
1. Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Balita dan Anak
Peningkatan jejaring kerjasama dengan mitra kerja dalam pembinaan
keluarga balita dan anak.
Pengembangan kompetensi tenaga pelatih, pengelola, dan kader program
pembinaan keluarga balita dan anak (TOT) tingkat Pusat dan Provinsi.
Pengembangan model kelompok percontohan Bina Keluarga Balita dan
Anak di lingkungan mitra kerja. 55
54
Deputi Keluarga Sejahtera/Pemberdayaan BKKBN, “keluarga pentaloka program pendidikan kependudukan”artikel ini diakses pada tanggal 30 mei 2011 dari http//bkkbn.go.id/2010/11
2. Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan:
Peningkatan jejaring kerjasama dengan mitra kerja dalam pembinaan
keluarga lansia.
Pengembangan kompetensi tenaga pelatih dan pengelola program
pembinaan keluarga lansia (TOT) tingkat Pusat dan Provinsi.
Pengembangan prototype media penyuluhan pembinaan ketahanan keluarga
lansia dan rentan.
D. Struktural Organisasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional terdiri:
a, Kepala
b. Sekretariat Utama
c. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk
d, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
e. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
f. Deputi Bidang Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi
g. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pembang