PROFIL HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF DANGAMBARAN UMUM MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA
A. Riwayat Hidup Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf
1. Sejarah Singkat Kehidupan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf
Seorang habib merupakan kelompok elit dari sebagian masyarakat,
baik dilihat dari segi pemahaman keagaman (ilmu agama) ataupun dari segi
sosial ekonomi.32 Sebab sebagai suatu kelompok para habib/kiai memiliki
pengaruh yang sangat kuat di dalam masyarakat.
Di kota Bogor kita kenal seorang ulama besar dengan nama Al-Habib
Abdullah bin Muchsin Al-Athas, atau kita kenal dengan julukan habib
keramat Empang Bogor. Banyak kemuliaan yang tertanam di kota tersebut, di
tengah orang-orang soleh, yang hari-harinya dipenuhi dengan hiasan
al-Qur’an, al-Hadits dan kitab-kitab solihin.
Di kota Bogor pula lahir seorang bayi, tepatnya pada tangal 12 Rabiul
Awal 1398 H, atau dalam kalender nasional pada tangal 20 Februari 1977.
Bayi ini bernama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, beliau lahir dari pasangan
Habib Ja’far Assegaf dan Sarifah Fatmah binti Hasan bin Muchsin Alatas.33
Habib Hasan Assegaf biasa dipanggil oleh murid-muridnya dengan nama
1
Bisri Effendy, A. Nuqoyyah, Gerak Transformasi Scocial madura, (Jakarta : P3M, 1985), h. 51
33
Profil Pendiri Dan Pengasuh Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. (Midnight Nurul Musthofa, Jakarta Lion Of The Youth Production 2006), Edisi. Perdana , h.5
Habibana atau Habib atau Sayid (dalam bahasa Arab yang berarti kekasih).
Habib Hasan bin Ja’far Assegaf biasa dipangil oleh Uminya Habibana kalau
murid-muridnya ada yang memangil Habib ada juga yang memangil dengan
sebutan Habibana.34
Habib Hasan mempunyai empat saudara kandung; pertama Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf, kedua Habib Abdulloh bin Ja’far Assegaf, ketiga
Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf keempat, Habib Sami bin Ja’far Assegaf
yang sekarang sedang belajar di Yaman. Keluarga Habib Hasan semuanya
pendakwah sekaligus pengajar di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa.
Silsilah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf menandakan bahwa Habib
Hasan masih memiliki keturunan seorang ulama besar dan da’i yang
mensyiarkan Islam yang dibawa oleh Rasullulah SAW.
Berikut adalah silsilah dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf : Al-Habib
Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syekh bin Abdullah bin Seggaf bin
Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad bin Adurrahman
Seggaf bin Ahmad Syarif bin Abdurrahman bin Alwi bin Ahmad bin Alwi bin
Syekhul Kabir Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawileh bin Ali
bin Alwi Al Ghuyur bin Al Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali bin
Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Kholi Qosam bin Alwi bin Muhammad
bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An
Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali
34
Zaenal Abidin bin Al Imam Husein Assibit bin Imam Ali KWH bin Fatimah
Al Batul Binti Nabi Muhammad SAW.35
Ayah Habib Hasan seorang mualim yang bernama Habib Ja’far
Assegaf. Beliau lahir tahun 1889 di kota Palembang. Ayah beliau Al-Habib
Ja’far adalah seorang saudagar besar dan Pensyiar Islam. Di masa kecil, beliau
menghafal: Hadits Arbain An-Nawawiyyah Zubad, Kitab Muwatto, Kitab
Imam Malik pada usia 15 tahun.
Pada umur 20 tahun, beliau berguru dengan Al-Habib Ahmad bin
Hasan Alatas, Hadhramaut dan Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al
Habsyi. Lalu melanjutkan pergi haji yang pertama pada usia 25 tahun.
Kemudian, beliau menuju ke Palembang dan bersiar dengan sahabat beliau
Al-Habib Alwi bin Syeikh Assegaf. Di situ beliau bertemu dengan ulama-ulama
besar diantaranya Al-Habib Abdullah bin Muchsin Alatas sekaligus guru
beliau.
Pada umur 30 tahun ayahanda dari Habib Hasan menuju Surabaya,
Madiun, Jepara, Semarang, Pekalongan, Tegal, Cirebon, dan menikahi putri
pondok pesantren “Buntet” K.H Abdullah Anshori, yang bernama Siti
Jamilah binti Abdullah Anshori.
Lalu pada umur 35 tahun ayahanda dari habib Hasan berdakwah di
Banten hingga usia 40 tahun, lalu menuju Jakarta dan bertemu dengan
sahabat-sahabat beliau, diantaranya; Habib Ali bin Abdurrahman
Al-Habsyi, Al-Habib Ali bin Husein Alatas, Al-Habib Salim bin Ahmad bin
35
Profil, Pendiri dan pengasuh Majlis Talim Nurul Musthofa, (Midnight Nurul Musthofa , Jakarta Lion Of The Youth Production 2006), Edisi. Perdana , h. 5
Jindan, Al-Habib Sholeh bin Muchsin Al Hamid, Tanggul, Al-Habib Alwi bin
Muhammad Al Haddad dari Tegal.36
Di Jakarta beliau bermukim di Kebayoran Lama. Masa muda beliau di
isi dengan berdakwah dan menuntut ilmu bersama Al-Habib Abdullah bin
Muchsin Alatas dan Al-Habib Ustman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya.
Sampai beranjak umur 40 tahun beliau berdakwah atas perintah
guru-guru beliau yang telah wafat.37Kalau kita lihat dari keluarga Al-Habib Hasan
bin Ja’far Assegaf adalah seorang ulama yang selalu mensiarkan Islam kepada
umat manusia, dengan tujuan atau cita-cita yang luhur yang membuat keluarga
Habib Hasan menjadi penerus ulama-ulama.
Ketika kelahiran Habib Hasan dua hari dari hari kelahiran Habib
Hasan, ada perayaan haul Habib Abdulloh bin Muchsin Alatas yang juga
buyut beliau. Di situlah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf (Habibana)
diaqikahkan oleh kakek Habib Hasan yang bernama Habib Husein bin
Abdulloh bin Muchsin Alatas dengan memotong sebanyak tiga ratus ekor
kambing. Karena bertepatan dengan haul Al-Habib Abdulloh bin Muchsin
Alatas. Bayi mungil tersebut dibawa ke dalam masjid yang di dalamnya
dibacakan puluhan ribu shalawat oleh jama’ah yang menghadirinya tidak
terkecuali oleh kiai, habaib dan para orang soleh, khususnya para Solihin
diantaranya adalah: Al-Habib Muhamad bin Ali Al-Habsy Kwitang, Al-Habib
Abdulloh Samy Alatas, Habib Ahmad bin Muhammad Al-Haddad.
36
Profil, Pendiri dan pengasuh Majlis Talim Nurul Musthofa, (Midnight Nurul Musthofa, Jakarta Lion Of The Youth Production 2006), Edisi. Perdana, h. 6
37
Pada usia dua tahun, Habib Hasan sudah dapat menghafal juz ’amma
walaupun belum dapat menulis dan membaca, hingga sampai beranjak di
usianya yang kelima tahun beliau telah berkumpul dengan orang-orang soleh.
Pada usia tujuh tahun khususnya di tahun 1984, Habib Hasan bersekolah dasar
di SD Empang, Bogor. Dari kelas satu sampai akhir kelas enam.
Seperti di usia remaja, beliaupun sama dengan remaja-remaja lainya
yang mengalami kenakalan bermula dari masuk SMP, sampai-sampai saat
kelas dua SMP karena kenakalan itulah akhirnya orang tua beliau
menginginkan agar beliau masuk ke pesantren. Dengan alasan bahwa beliau
ini mempunyai bekal untuk masuk ke pesantren, walaupun Habib Hasan
sempat tidak mau masuk ke pesantren dikarenakan beliau ingin menikmati
masa remajanya.
Dalam usianya yang keempat belas tahun, Habib Hasan mendapat
bisyarah (mimpi yang dihadiri encit beliau yakni Habib Abdulloh bin
Muchsin Alatas), di sinilah Habib Hasan mendapatkan hidayah saraya
terbangun dari mimpinya dengan seluruh tubuhnya menggigil, sampai Habib
Hasan sakit demam sampai satu minggu lamanya. Dari kejadian inilah Habib
Hasan diperintahkan oleh kakeknya Al-Habib Husein Alatas untuk masuk ke
pesantren, sampai akhirnya Habib Hasan dari kejadian itulah Habib Hasan
terketuk hatinya untuk masuk ke pesantren.
Pada tahun 1990, mulailah beliau masuk ke pesantren. Di Pondok
Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah yang dipimpin oleh Al-Habibul Imam
Timur). Tidak hanya itu, Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Qodir bin Ahmad
Bilfaqih adalah seorang Hafiz al-Qur’an pada umur 7 tahun beliau sudah
menghafal al-Qur’an dikarenakan ketekunan, kegigihan dan keuletan yang
tinggi. Dan semangat belajar yang begitu besar, beliau Prof. Dr. Al-Habib
Abdullah bin Abdul Qodir Balfaqih mampu mengusai 40 fak ilmu agama dan
telah menghafal lebih dari 6 juta hadits pada usia yang sangat muda. Prof. Dr.
Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bilfaqih telah menghafal dengan baik dua
buah kitab hadits shoheh, yaitu Kitab “Shohihul Bukhori” dan “Shohihul
Muslim” lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Dan juga kitab “Ummahatus
Sitt” seperti ”Sunnah Abu Daud”, “Sunnah Thurmudzy” dan sunah yang
lainnya dan kitab hadits yang lainya seperti: “Musnad Imam Syafi’I”,
“Musnad Imam Ahmad bin Hambal”, “Muwatto’ Imam Malik”, “An-Nawadirul Ushul” karangan Imam Al-Hakim At-Tirmidzy, “Al-Ma’ajin Ats
Tsalats” karangan Imam Abdul Qosim At-Thabrani, Al-Mu’jam karangan
Imam Al-Baghawi, “At-Tarikh” karangan Imam Ibnu As-Sakir, “Al-Afrad”
karangan Imam Ad-Daruquthny, dan kitab-kitab hadits lainnya.
Dalam melengkapi pemahaman tentang hadits, Prof. Dr. Habib
Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih memperdalam Ilmu “Mustholahul Hadits”,
yaitu Ilmu yang mempelajari ihwal hadits berikut perawinya. Sedangkan
dalam bidang tasawuf, beliau diajarkan oleh ayah beliau kitab “Ihya
Ulumuddin” sebanyak 41 kali ditamatkan di hadapan ayah beliau. Dan dalam
bidang ilmu fiqih beliau juga dapat menghafalnya dan menguasai dengan baik
Mazhab Syafi’i, dan Mazhab Hambali. Termasuk juga kitab-kitab fiqih lain
seperti: Fatawa Ibnu Hajar, Fatawa Romli, “Al-Muhadzdzab” karangan Imam
Nawawi dan yang lain-lainnya.38 Maka tidak salah kalau Habib Hasan
dimasukan ke pesantren ini dengan kearifan dan kebijaksanaannya guru beliau
membuat Habib Hasan seorang pendakwah dan menjadikan Habib Hasan
sebagai pewaris-pewaris ilmu nabi dan ulama. Allah SWT berfirman: “Aku
akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu.”
juga, Nabi Muhamad SAW bersabda:
“Ulama adalah pewaris-pewaris Rasulullah”.39
Pada saat pertama kali masuk pesantren beliau disuruh membaca
al-Qur’an dengan perasaan gugup beliau disuruh membaca al-al-Qur’an, karena
beliau dapat menghafal al-Qur’an akan tetapi ia tidak dapat membaca,
akhirnya beliau hanya dapat menangis dan ingin pulang melihat akan hal itu
maka Habib Abdullah Bilfaqih mengambil segelas air putih, lalu didoakan lalu
diminumkan kepada Habib Hasan bin Ja’far Assegaf (Habibana) tanpa berfikir
panjang Habib Hasan yang hatinya dalam keadaan bimbang langsung
diminum air tersebut, kontan Habib Hasan merasa senang tinggal di pesantren,
tidak mengingat pulang ke rumah dan langsung betah di pesantren.
Setelah tinggal di pesantren mulailah ia belajar dengan
sungguh-sungguh, mulailah sedikit-sedikit timbul ilmu Allah SWT seperti
38
Biography, Yang mulia Prof. Dr. HABIB Abdullah bin Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih Alawy Al Husainy Ra. (Midnight Nurul Musthofa , Jakarta Lion Of The Youth Production 2006), Edisi. Perdana , h.10-11
39
ilmu al-Qur’an, al-Hadits, hafalan-hafalan ilmu fiqih, yang dihafal di luar
kepala dan pengetahuan agama lainnya yang diajarkan oleh guru beliau yang
penuh perhatian dan kasih sayang selama dua tahun beliau selalu mengikuti
apa yang diperintakan oleh gurunya Prof. Dr. Al-Habib Abdullah Bilfaqih.
Kegiatan Habib Hasan hanya mengikuti dan menemani gurunya untuk
berpergian keluar, mulai pergi ke daerah Bondowoso, Madura, Situbondo,
Banyuwangi, sampai daerah-daerah Sumatera, dan Kalimantan untuk
berdakwah. Hari-hari Habib Hasan hanya mengikuti Sang guru untuk
berdakwah. Sampai detik-detik terakhir guru Habib Hasan wafat.
Pada Tahun 1991, beliau dirundung duka tepatnya pada tanggal 23
Jumadin Awal 1411 H bertepatan dengan 30 November 1991. Prof. Dr Habib
Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih dimakamkan berdampingan dengan
ayahnya Habib Imam Al-Har Al-Qutb Al-Habib Abdulah bin Abdul Qodir
Bilfaqih di pemakaman Kasin Malang, Jawa Timur, dikarenakan guru beliau
Al-Habib Abdullah Bilfaqih telah meninggal dunia. Setelah sang guru wafat,
beliau pulang ke kampung halaman di Bogor. Pada tahun 1992 kakek Habib
Hasan, Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muchsin Alatas, tak lama kemudian
meningal dunia, kakek yang Habib Hasan cintai telah tiada. Al- Habib Husein
bin Abdullah bin Muchsin Alatas yang mengenalkan ilmu agama sekaligus
yang mengusulkan Habib Hasan untuk masuk ke pesantren.
Pada tahun 1993 beliau pun mengurungkan diri dalam kamar, tanpa
keluar rumah (tanpa berpergian), selama itu Habib Hasan hanya membaca
perintahkan, mulai dari rumah ke masjid dan berziarah ke makam kakeknya
terus kembali lagi ke rumah untuk muthola’ah (mempelajari) pelajaran yang
didapat dari gurunya. Itu semua Habib Hasan lakukan selama satu tahun.
Pada tahun 1994 Habib Hasan kembali ke Malang, Jawa Timur untuk
belajar kembali dengan Syekh Al-Alamah Abdullah Ba’bud untuk
mendapatkan ilmu yang berkah dan manfat dunia akhirat, pada saat itu Habib
Hasan mendapat kabar bahwa beliau akan diberangkatkan ke Hadhramaud,
Yaman oleh kakek Habib Hasan Al-Habib Abubakar bin Muchsin Alatas
selaku adik dari kakek Al-Habib Husein binAbdullah bin Muchsin Alatas.
Pada tahun 1995, Habib Hasan datang ke Jakarta dengan maksud
untuk berangkat ke Hadharamaud, dan di situ pula Habib Hasan bertemu
dengan Al’Alamah Al-Arifbillah Al-Habib Umar bin Muhamad bin Salim bin
Hafid bin Syekh Abubakar dari Hadhramaud, pimpinan pondok pesantren
Rubath Darul Musthofa di kota Inat, Yaman.40 Pada saat itu pula beliau juga
ingin diberangkatkan ke Hadhramaud bersama Al-Habib Munzir Al-Musawa
yang sekarang memimpin Majlis Rasullulah di daerah Pancoran, Al-Habib
Jindan, Al-Habib Alawy dan Al-Habib Muchsin, pada saat itu pula Habib
Hasan ingin diberangkatkan bersama, akan tetapi Al-Habib Abubakar bin
Abdullah bin Muchsin Alatas, adik dari kakek Habib Hasan menginginkan
agar ditemani oleh Habib Hasan, sehingga untuk pergi ke Hadhramaud
dibatalkan, karena Habib Hasan harus menemani Sang kakek hingga satu
tahun lamanya, sedangkan rombongan yang pergi ke Hadhramaud berangkat
40
Internasiaonal News, Hadhramaud (yaman) (Midnight Nurul Musthofa , Jakarta Lion Of The Youth Production 2006), Edisi. Perdana , h.14
bersama Al-Habib Umar bin Hafidz. Pada Akhir tahun 1995, kakek Al-Habib
Abubakar bin Abdullah bin Muchsin Alatas meningal dunia. Sampai pada
tahun 1996 Habib Hasan mulai menziarahi para orang-orang soleh pada
zaman itu yang masih hidup, diantaranya yaitu Alamah Arifbillah
Al-Habib Umar bin Hud Alatas, yang dikenal dengan sebutan Habib Umar
Cipayung. Habib Hasan menziarahi Al-Habib Umar bin Hud Alatas setiap
subuh di waktu pagi, mengikuti shalat berjamaah, yang sekarang Habib Umar
bin Hud Alatas sudah almarhum, makam beliau di daerah Condet, Habib
Umar bin Hud Alatas, guru Habib Hasan yang Mengijajahkan Rarib Alatas.
Al-Habibul Imam Al-Habib Abdurahman Assegaf (Bukit Duri) yang sekarang
beliau sudah almarhum, beliau dimakamkan di daerah Bogor tepatnya di
makam Keramat Empang, Bogor. Al-Habib Abdullah Samy Alatas, dan masih
banyak lagi orang-orang soleh lainnya seperti Al-Habib Abdullah bin Husin
Alatas (Malang) yang pada saat itu usianya 115 tahun, Habib Hasan juga
menemui Al-Habib Ali Bilfaqih (Bali) yang berusia 125 tahun.
2. Perjuangan Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
Habib Hasan sudah berkeluarga memiliki tiga orang anak, satu anak
perempuan dua anak laki-laki. Istri Habib Hasan bernama Syarifah Muna
Al-Hadad, cucu dari Keramat Jati Al-Habib Husen bin Muhammad Alatas Alawi,
kedua Habib Atos, ketiga Habib Ali.41Di dalam keluarga beliau memiliki seni
keluarga yang romantis dan humoris, cara beliau bertutur sapa terhadap anak
istri sangatlah halus dan lembut di tengah-tengah kesibukan. Beliau
melaksanakan dakwah Islamiah biarpun membagi waktunya untuk keluarga
kepada putra dan putrinya beliau sangat menekankan pendidikan agama sejak
kecil.42
Sehinga pada tahun 1997 untuk pertama kalinya Habib Hasan bin
Ja’far Assegaf berdakwah, yang dimulai di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Di
sana Habib Hasan berdakwah dengan izin Allah SWT mendapatkan jama’ah
sebanyak lima ratus orang, lalu Habib Hasan pulang ke Bogor dikarenakan
Umi dari Habib Hasan sakit. Pada tahun 1998 beliau melakukan dakwah
kembali, yang dilakukan di daerah yang sangat jauh yaitu di daerah
Timor-Timur (yang sekarang menjadi negara sendiri dan pisah dari wilayah
Indonesia), tepatnya di daerah Palu, Habib Hasan berdakwah bersama
Al-Habib Abubakar bin Hasan Alatas. Dari pengalaman itulah rupanya Allah
SWT memberikan izin kepada Habib Hasan untuk terus melakukan dakwah
dan berdakwah, dan dakwah tersebut menjadi suatu “makanan” atau kebiasaan
tersendiri bagi kehidupan Habib Hasan untuk memperjuangkan agama Allah
SWT demi tegaknya amal ma’ruf nahi munkar dan menjadikan al-Qur’an
sebagai pedoman hidup umat manusia dan Rasullah SAW sebagai suri
tauladan kita yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.
41
Ustad. Abdurrahman, Asisten Habib, Humas, kodinator Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, Wawancara Pribadi , Jakarta, 6 Desember 2008
42
Pada tahun 1999, beliau pergi kembali ke Jakarta, dikarenakan beliau
mendapat kabar bahwa guru Habib Hasan Al-Habib Umar bin Hud Alatas
telah meningal dunia, dari situlah Habib Hasan melihat Jakarta yang dipenuhi
oleh para pemuda yang suka hura-hura dan senang melakukan maksiat kepada
Allah SWT dan tidak mengenal Allah SWT dan Nabi Muhamad SAW dan
pemuda yang sangat jauh dari ketakwaan sering berbuat maksiat jauh dari
sunah-sunah Nabi Muhammad SAW, kurang mengetahui wali-wali, para aulia
Allah SWT, tidak mengenal kitab-kitab Salafus sholihin yang dibawakan para
ulama, tidak mengetahui keutamaan shalawat.43Dikarenakan keadaan Jakarta
yang bermacam-macam karakter dan berbagai fenomena maksiat, Habib
Hasan tersentak untuk berdakwah kepada pemuda di Jakarta. Karena belum
ada celah dan tempat untuk berdakwah di Jakarta, akhirnya beliau kembali ke
Bogor untuk membantu orang tua Habib Hasan untuk berdagang berjualan
kain yang berkodi- kodi jumlahnya, biasanya Habib Hasan menjual kain sehari
habis 18 kodi kain, bahkan Habib Hasan menjajahkan daganganya mulai dari
kampung ke kampung, dari pesantren ke pesantren.
Di tahun yang sama, ada sekelompok pemuda yang datang untuk
berziarah ke Habib Keramat Empang, Bogor. Para peziarah berasal dari
Jakarta Selatan, peziarah tersebut bernama Aray dan Zaenal Arifin. Para anak
muda tersebut menginginkan Habib Hasan untuk berdakwah di Jakarta, akan
tetapi Allah SWT belum berkehendak karena Habib Hasan belum niat
berdakwah ke Jakarta, pada akhirnya selang beberapa minggu Allah SWT
43
memberikan petunjuk kepada Habib Hasan untuk berangkat ke Jakarta untuk
berdakwah, adapun dakwah yang pertama kali Habib Hasan dimulai di
wilayah Ciganjur, Jakarta Selatan tepatnya di jalan Jambu Dua Ciganjur di
rumah Zaenal Arifin. Mulailah Habib Hasan berdakwah dengan membuka
ratib dan maulid Simthuddurrar secara kecil-kecilan, baru berapa hari di
Jakarta untuk berdakwah Habib Hasan sudah mendapatkan ujian baik bersifat
dzahir dan batin.
Pada tahun 2000 mulailah Habib Hasan untuk membuat pengajian
ratib, yang diikuti oleh dua puluh orang jama’ah, semingu kemudian
berkurang jama’ahnya menjadi lima belas orang saja yang mengikuti
pengajian ini hari demi hari, minggu demi minggu, jama’ah bukan bertambah
tetapi berkurang. Dengan kondisi yang seperti ini, tidak mengurangi gairah
untuk berdakwah di jalan Allah SWT karena Habib Hasan tidak memandang
manusia, tetapi ini semua untuk Allah SWT. Pada akhirnya, ujian demi ujian
Habib Hasan lewati para penduduk kembali lagi untuk mengikuti pengajian
yang dipimpin langsung oleh Habib Hasan sendiri, sampai lima puluh jama’ah
yang mengikuti pengajian ini, Dari tahun ke tahun terus bertambah lagi
menjadi seratus orang jama’ah. Karena para jama’ah yang terus bertambah
banyak, maka di saat itulah beliau berangkat ke Solo untuk menemui Habib
Anis Al-Habsyi untuk minta ijazah maulid Simthuddurrar. Diijinkanlah oleh
Habib Anis Al-Habsyi untuk membawakan maulid Simthuddurrar, mulailah
Habib Hasan membuka pengajian dengan mengunakan maulid Simthuddurrar,
Hasan menggagas untuk membuat maulid dengan mengunakan marawis atau