• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.7. Profil Informan

Alasan mengapa seseorang yang memilih berkecimpung di dunia politik, terutama yang ingin bergabung dengan salah satu partai politik, diantaranya adanya salah satu keluarga yang merupakan anggota dewan di pemerintahan maupun anggota keluarga yang merupakan aktivis partai politik. Namun hal ini berbeda dengan Pak Mustafa sendiri, sebagaimana yang dinyatakan beliau

”Saya berpolitik bukan karena adanya dorongan dari orang tua, namun ketika masa kuliah dulu, sejak awal saya memang sudah terlibat langsung dengan kegiatan-kegiatan kampus yang sifatnya bergerak di bidang dakwah. Kemudian ketika era reformasi tiba pada tahun 1998, beberapa kalangan mahasiswa kampus yang kegiatannya bergerak dibidang dakwah tersebut bersama-sama berkomitmen mendirikan sebuah partai politik yang pada saat itu bernama Partai Keadilan, begitu didirikan dipusat selang waktu 1 bulan setelahnya dikarenakan adanya koordinasi sebelumnya, maka partai keadilan tersebut langsung didirikan di Sumatera Utara. Jadi, saya memang sudah terlibat sejak awal pendirian partai terutama di Sumatera Utara sendiri, karena saat itu saya sangat dekat dengan tokoh-tokoh PKS yang ada sampai sekarang.”

Partai Politik merupakan wadah yang penting untuk partisipasi politik dalam negara demokrasi. Melalui partai politik, aktivitas rekrutmen dilakukan dan begitu pula dengan pendidikan politik kepada para anggota dan kadernya. Partai Keadilan Sejahtera sendiri yang merupakan partai yang sudah 11 tahun lebih dikenal di masyarakat, juga memiliki struktur kepengurusan yang sama seperti partai politik lainnya yang ada di Indonesia. Untuk kelengkapan struktur kepengurusan PKS secara umum, maupun DPW PKS provinsi Sumatera Utara secara khusus, melibatkan adanya salah satu bidang kewanitaan, yang sifatnya lebih spesifik. Bidang kewanitaan ini sendiri sudah ada sejak Partai Keadilan berdiri. Hal ini memang menjadi sebuah kebutuhan, mengingat bahwa jumlah kader perempuan PKS lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kader laki-laki. Adapun yang menjadi tugas dan peran dari bidang kewanitaan ini adalah pertama,

dari segi internal yaitu untuk menyelesaikan permasalahan internal perempuan di partai,

kedua, untuk menyelesaikan permasalahan perempuan di luar partai, sekaligus memberdayakan kaum perempuan maupun kaum ibu yang tidak bergabung di PKS.

Permasalahan pembagian dan peran jender dalam masyarakat khususnya pada keluarga selama ini umumnya didasarkan pada keyakinan bahwa perempuan memiliki tanggung jawab dalam membesarkan anak-anaknya dan mengelola semua hal di dalam rumah, ini juga termasuk dalam mengurus suami, orang tua dan saudara. Kegiatan kalangan perempuan diluar itu seperti bekerja mencari uang, aktif di organisasi (komunitas) atau bahkan di dunia politik dilihat sebagai tanggung jawab sekunder, sejauh mereka tidak melupakan tugasnya sebagai ibu, istri atau anak perempuan yang berada di ranah privat. Untuk PKS sendiri tidak membedakan antara kader perempuan dan kader laki-laki, seperti yang dijelaskan oleh Pak Mustafa

”Perempuan merupakan pendidik utama bagi anak-anaknya, karena itu suatu hal yang penting menitipkan serta mencetak generasi yang baik di masa yang akan datang. Untuk menjadi perempuan yang handal diperlukan skill maupun wadah untuk mengembangkan serta mengapresiasikan kemampuannya, maka dengan memberikan ruang gerak yang terbuka seperti halnya sama dengan laki-laki adalah cara dari PKS untuk kadernya sendiri, karena hal yang ditangani oleh kader perempuan di PKS adalah permasalahan anak-anak dan perempuan”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Sebagai seorang perempuan yang sama halnya mendapatkan hak seperti laki-laki, perempuan juga dapat memasuki lembaga-lembaga politik formal, seperti partai politik, dewan perwakilan dan pemerintahan, dan terlibat di dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan politik yang dibuat disana. Dengan demikian aspirasi, kepentingan atau perspektif perempuan akan dapat terwujud atau mewarnai berbagai aturan perundang-undangan dan kebijakan politik yang dihasilkan. Arena perpolitikan yang lebih ramah terhadap perempuan dan produk politik yang lebih merefleksikan aspirasi, kepentingan dan keprihatinan perempuan diharapkan dapat diwujudkan jika cukup jumlah perempuan yang hadir dan berperan serta di dalam lembaga politik formal.

Partai Keadilan Sejahtera sebagai salah satu partai politik yang ada di Indonesia, memberikan ruang gerak yang terbuka bagi perempuan untuk dapat mengapresiasikan potensi dan kemampuannya, hal ini terbukti melalui struktur DPW PKS itu sendiri, kader perempuan tidak hanya menduduki jabatan pada bidang kewanitaan saya, tetapi juga menyebar dibidang-bidang lainnya, seperti pada Bidang Deputi Ekonomi di ketuai oleh Ibu Riri Bertauhid, Amd, di Bidang Deputi Kesehatan di ketuai oleh Ibu Dr. Livia. Bahkan untuk jabatan strategis juga kader perempuan PKS berhak memperolehnya, hal ini dibenarkan oleh Pak Mustafa

”Benar, dulunya saya menjabat sebagai Ketua Bidang Polhukam, namun setelah saya menjadi Pjs ketua umum dari bapak Gatot Pujonugroho yang saat ini terpilih menjadi wakil gubernur provinsi sumatera utara, maka Ibu Chairani Sitompul lah yang saat itu menjadi sekretaris bidang polhukam dan sekarang telah menjabat sebagai ketua bidang polhukam”

Namun ternyata disisi lain, tidak mudah bagi seorang perempuan untuk terjun dalam dunia politik, terdapat beberapa hambatan bagi perempuan yang ingin berkiprah di ranah politik, diantaranya budaya patriarkhi. Patriarkhi berarti budaya rule of father yaitu aturan dari ayah. Dalam sistem patriarkhi laki-laki yang berusia lebih tua mengendalikan kekuasaan secara absolut terhadap pihak lain. Secara budaya, posisi perempuan ditempatkan di urutan kedua setelah laki-laki. Budaya patriarkhi dan keluarga telah menciptakan ketergantungan yang besar bagi perempuan terhadap seluruh sektor kehidupan. Budaya patriarkhi yang merupakan hambatan bagi perempuan untuk berkiprah di ranah politik, juga sejalan dengan ”Deklarasi dan Program Aksi Wina” (dalam Lembar Fakta, 1998) yang menyatakan bahwa kenyataannya dalam setiap masyarakat dan ruang lingkup kegiatannya, perempuan menjadi sasaran dari ketidaksamaan dalam hukum, politik dan sebagainya. Keadaan ini disebabkan dan juga diperburuk oleh adanya diskriminasi dalam keluarga, masyarakat dan tempat kerja. Walaupun sebab dan akibatnya dapat berbeda antara setiap negara.

Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kesempatan untuk memperoleh hak yang sama antara laki-laki dan perempuan terutama dalam bidang pendidikan saat ini sudah sangat mudah, seperti pendidikan manajemen, ekonomi, sosial, budaya bahkan teknologi juga perempuan dapat memperoleh hal tersebut. Sehingga hal ini menjadikan semakin mempermudah perempuan untuk berkecimpung di dunia politik dikarenakan sudah memiliki keahlian-keahlian khusus yang sama seperti laki-laki, termasuk dalam hal peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen.

Sedangkan untuk kebijakan yang ada di Partai Keadilan Sejahtera terutama mengenai bagaimana meningkatkan keterwakilan perempuan di pemerintahan, Pak Mustafa menjelaskan

”Untuk kader perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, terlebih dahulu PKS akan memberikan pembekalan-pembekalan dalam rangka pemenuhan serta penambahan kapasitas mereka sebagai calon anggota dewan, bahkan sebelum adanya pemilu, PKS sudah melaksanakan program-program seperti seminar, lokakarya yang sifatnya dalam rangka meningkatkan kapasitas serta skill kader perempuan, atau kegiatan seperti halaqoh yang biasanya rutin dilakukan yaitu sekali dalam sepekan.”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Dalam tahapan pemilihan umum, partai keadilan sejahtera juga memiliki beberapa tahapan atau proses dalam hal pencalonan anggota legislatif , diantaranya seperti yang dijelaskan Pak Mustafa

”Di PKS jika ada salah satu atau bahkan banyak dari kader perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, perlakuan yang sama akan diberikan terhadap mereka. Tentunya hal ini melalui beberapa proses tahapan dimulai dari bakal calon anggota dewan yang hal terssebut akan diseleksi dari anggota PKS sendiri, sampai kepada nama-nama calon anggota dewan yang akan disosialisasikan ke masyarakat”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Disisi lain adanya pembagian peran jender antara laki-laki dan perempuan merupakan hasil dari proses sosialisasi. Dalam dunia perpolitikan dapat dilihat dengan adanya pensosialisasian perempuan menuju ranah politik bukan lagi suatu hal yang dianggap aneh dan perempuan relatif diterima dalam kehidupan publik. Sedangkan pada masyarakat tradisional hal ini masih dianggap kurang pantas bagi perempuan, karena konstruksi sosial yang telah lama mengakar dalam masyarakat. Baik laki-laki maupun perempuan berperilaku menurut jender yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini mengakibatkan munculnya stereotipe jender yang berkembang dimasyarakat yang berkaitan dengan masalah perempuan dan politik, khususnya dalam hal kepemimpinan politik memiliki dua kategori yakni perempuan tidak terlalu pantas untuk masuk dalam dunia politik dan lebih khusus lagi duduk dalam posisi pengambil kebijakan dan tuntutan yang tinggi bahwa perempuan yang terlibat dalam kekuasaan dan otoritas harus mampu menguasai segalanya, sebagaimana yang dikatakan dengan istilah “sindrom perempuan perkasa” (wonder woman syndrome). Selain itu laki-laki dengan

stereotipe perkasa, bertanggung jawab, berani, rasional, bekerja di ranah publik. Sedangkan perempuan dengan stereotipe lemah, cantik, pemalu, emosional, bekerja di ranah privat. Hal ini semakin diperkuat dengan penuturan yang disampaikan Pak Mustafa

“Stereotipe itu kan bisa saja iya bisa saja tidak, dan itu sebenarnya sangat berpengaruh pada latar belakang orang yang memiliki stereotipe tersebut, tetapi jika kita menempatkan dalam posisi netral, perempuan sama halnya seperti laki-laki yang memiliki akal dan hati, jadi wajar-wajar saja jika ada perempuan yang inging berkecimpung di politik, namun perempuan yang ingin berkecimpung di dunia politik haruslah sadar dengan kapasitas yang dia miliki, terutama dia harus bisa menjadi perempuan yang mampu menyelesaikan permasalahan domestiknya baik itu rumah tangga maupun anak, serta menjadi perempuan yang duduk sebagai anggota dewan yang mampu merumuskan serta mengambil kebijakan”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Hal ini sejalan dengan pendapat Margaret Mead dalam studinya pada tahun 1955 (dalam Borgatta, 1992) yaitu “seks dan tempramen dalam tiga masyarakat primitif”. Studi ini menyimpulkan bahwa perbedaan tempramen antara laki-laki dan perempuan bukanlah fungsi perbedaan biologis, akan tetapi lebih kepada hasil perbedaan sosialisasi dan budaya yang diharapkan.

Sedangkan ketika ditanya mengenai permasalahan kuota 30% keterwakilan perempuan, Pak Mustafa sebelumnya terdiam lalu kemudian menjelaskan

”Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu yaitu mengenai kuota 30% keterwakilan perempuan , PKS sudah melaksanakan dan memenuhi hal tersebut, yang secara tidak langsung hal ini menjadi sebuah kebijakan untuk keterwakilan perempuan di partai politik, Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah kader perempuan PKS yang menjabat di dalam struktur kepengurusan DPW PKS Provinsi Sumatera Utara serta ketika pemilu 2009 calon anggota legislatif perempuan untuk wilayah sumatera utara jumlahnya melebihi 30% (data terlampir)”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Dengan demikian setelah dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu No. 12 Tahun 2003 mengenai kuota 30% keterwakilan perempuan, PKS termasuk salah satu partai yang mendukung diberlakukannya Undang-Undang tersebut. Hal ini juga semakin memberikan peluang besar kepada perempuan untuk berpartisipasi di dalam pemerintahan, tentunya sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan jika ada kader PKS

yang terpilih sebagai anggota dewan, maka tidak ada aturan yang baku mengenai tidak diperbolehkannya rangkap jabatan, kecuali untuk jabatan strategis seperti ketua umum, sekretaris umum dan bendahara umum, hal ini berdasarkan akan kebutuhan yang ada.

Sementara itu untuk jumlah kuantitatif anggota legislatif perempuan PKS yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pemilu 2004, berikut penjelasan Pak Mustafa

”Dari segi peningkatan apa yang diharapkan terjadi, walaupun sebenarnya jumlah tersebut kami harapkan bisa lebih, tetapi pada kenyataannya dalam proses pemilihan umum hasilnya belum mencapai target yang diharapkan”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Harapannya ke depan jumlah keterwakilan perempuan PKS di pemerintahan akan semakin meningkat, karena tidak ada hambatan yang bisa mengahalangi hal tersebut, jika sumber daya manusianya terpenuhi dan tentunya mempunyai kapasitas yang sesuai dengan bidangnya.

2. Hj. Nur Azizah Tambunan, SS

Partai politik adalah kekuatan politik (organisasi kekuasaan) yang berfungsi untuk membela dan memperjuangkan nilai dan kepentingan rakyat, khususnya anggota dan simpatisannya, melalui pengaruh atau kekuasaan atas otoritas negara, khususnya pemerintah. Secara universal dan demokratis, peran utama dari partai politik adalah memegang kekuasaan negara, apabila mereka berhasil memperoleh suara mayoritas dalam pemilu, selain itu fungsi lainnya adalah menyiapkan kader-kader pemimpin, pendidikan politik bagi rakyat, partisipasi politik untuk perempuan, komunikasi politik

dan lain sebagainya.

Sebagai seorang perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan politik dari orang tua sejak dini, Ibu Nur Azizah tidak merasa canggung lagi dengan dunia politik, apalagi partai politik, berikut penuturan Ibu Nur Azizah

”Ayah saya merupakan aktivis dari partai politik, meskipun bukan dari PKS, hanya saja berkat beliau saya mengetahui pendidikan politik itu dari dulu, namun hal ini bukan menjadi sebuah kekuatan buat saya untuk dengan mudahnya melewati proses pencalonan legislatif, semua proses yang saya lewati sama halnya dengan caleg-caleg yang ada”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Ada berbagai alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan mengapa kalangan perempuan memilih terjun ke arena politik dengan bergabung dalam partai. Alasan mereka yang menonjol adalah karena mereka sebetulnya berasal dari organisasi yang secara tradisional berafiliasi dengan partai tertentu. Sebagian besar dari mereka pada awalnya tidak memahami isu-isu keadilan dan kesetaraan jender; dan semata-mata berada di partai untuk membantu memenangkan suara dalam pemilu. Namun saat ini kebanyakan dari perempuan menyadari pentingnya pemberdayaan perempuan dan upaya peningkatan keterwakilan perempuan. Hal ini sejalan dengan penuturan dari Ibu Nur Azizah

”Dari SD sampai saya kuliah saya memang aktif dikegiatan-kegiatan ekstrakulikuler, baik itu OSIS sampai kepada menjadi pengurus Musholla di fakultas yang sifatnya untuk berdakwah. Selain kegiatan-kegiatan tersebut saya juga pernah dilibatkan dalam kepengurusan senat mahasiswa kampus atau sekarang disebut dengan PEMA yaitu dibagian kewanitaan, serta aktif di ikatan jurusan bahasa arab, bahkan ketika saya menjadi pengurus BTM Fakultas saya menjabat sebagai ketua 3, makanya hal ini menjadi latar belakang saya untuk terus berlanjut aktif di partai politik, dikarenakan adanya basic ketika kuliah dulu”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Ketika ditanya mengapa tertarik memilih untuk bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera diantara berpuluh-puluh pilihan partai politik yang ada di Indonesia, Ibu Nur Azizah menjelaskan

”Saya tertarik untuk masuk ke PKS dikarenakan sejak awal visi dan tujuan dari PKS itu sejalan dgn padangan saya, konsep pribadi saya yaitu dalam rangka untuk melakukakan reformasi poliitik di Indonesia khususnya di Sumatera Utara dan terlebih lagi karena yg di dalamnya adalah orang-orang muda yang masih memiliki idealisme serta kami yg bergabung di PKS itu rata-rata aktifis kampus. Jadi, kloplah rasanya saya bergabung bersama mereka. tentunya saya bergabung tidak serta merta bergabung begitu saja, saya tetap harus mengikuti aturan-aturan diberlakukan oleh partai, misalnya setiap kader partai harus mengikuti program-program pembinaan kepartaian, dan lain-lain.”

Partai politik selain memiliki fungsi antara lain melakukan pendidikan politik bagi rakyat dan arena partisipasi bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam partai politik, program aksi dan strategi juga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka untuk tetap mendapatkan legitimasi dari konsituennya. Untuk itu Partai Keadilan Sejahtera juga memiliki beberapa program kerja ataupun kebijakan dalam rangka menambah kapasitas kadernya khususnya untuk kader perempuan sehingga mereka layak dan mampu mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif. Segala bentuk dari program kerja maupun kebijakan tersebut termaktub pada bidang kewanitaan di DPW PKS.

Ketika ditanya mengenai program-program apa saja yang dilakukan bidang kewanitaan selama ini, selaku ketua bidang kewanitaan DPW PKS Provinsi Sumatera Utara menjelaskan

bidang kewanitaan memiliki beberapa deputi diantaranya Deputi pemberdayaan perempuan, adapun yang menjadi programnya adalah pendidikan politik bagi kaum perempuan, pos wanita keadilan yang dalam hal ini sasarannya adalah kaum perempuan terutama kelompok ekonomi menengah ke bawah seperti ibu-ibu rumah tangga, kaum pekerja, para buruh, adapun program-programnya adalah sadar agama/fokusnya pemberantasan buta aksara al-quran dan taklim, sadar pendidikan, misalnya membantu dengan memberikan pendidikan alternatif seperti PAUD, TKA di DPC-DPC setiap pos-pos wanita keadilan hal ini agar dapat membantu anak-anak yg kurang dari segi ekonomi tetapi ingin belajar,serta pemberantasan buta aksara, lalu sadar ekonomi titik tekannya pada bagaimana penekanan ekonomi keluarga, pembekalan-pembekalan, seperti di sergei diajarakan membordir kain, di siantar bagaimana membuat mie telur, itu sebagai salah satu upaya utk menambah income keluarga tanpa perempuan tersebut keluar jauh dari rumahnya, kemudian sadar kesehatan, seperti pelayann kesehatan-kesehatan dalam rangka mengatasi gizi buruk pada anak, serta kesehatan-kesehatan reproduksi pada perempuan, yang terakhir sadar lingkungan, penyuluhan bibit tanamn, untuk memanfaatkan pekarangan rumahnya, dengan harapan halaman rumah yg ada bisa dimanfaatkan untuk membantu menciptakan keseimbangan lingkungan, bisa juga hasilny untuk dijual. Disamping itu bidang kewanitaan juga melakukan diklat-diklat seperti tanggal 12-13 desember kemarin dibuat seminar mengenai personality development. Sedangkan untuk Deputi jaringan lembaga, tugasnya adalah membangun networking dengan partai-partai perempuan lainnya sepertia aisyiasah, wasliyah.Terakhir adalah deputi kajian wanita, fokusnya mengkaji isu-isu hangat permaslahan yang terkait dengan perempuan, misalnya trafficking, kasus KDRT dan lain-lain”

Disisi lain selain rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif disebabkan oleh adanya beberapa hambatan yang dialami kaum perempuan, diantaranya adanya pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Perempuan diidentikkan dengan pekerjaan domestik, sedangkan laki-laki lebih diidentikkan dengan ranah publik.

Selain itu, hambatan perempuan untuk berkiprah di dunia politik khususnya lembaga legislatif, juga disebabkan oleh adanya anggapan rendahnya kualitas perempuan. Rendahnya kualitas perempuan berbanding lurus dengan rendahnya pendidikan perempuan. Sosialisasi yang diterima dalam keluarga pada umumnya lebih mengajarkan perihal kepatuhan, mengabdi, tidak membantah. Dalam keluarga biasanya oenghargaan yang tinggi diberikan pada anak laki-laki. Hal ini terlihat dalam pendidikan yang diberikan pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Dengan pertimbangan bahwa perempuan lebih memprioritaskan perkawinan dan keluarga, dan hal ini merupakan alasan bagi orang tua belum memberikan kesempatan yang besar bagi anak perempuannya. Apalagi jika mereka ingin memasuki dunia politik yang dianggap penuh intrik, kotor, persaingan yang tidak sehat sehingga hal ini mengakibatkan perempuan tidak cocok untuk berpolitik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Broverman (dalam Borgotta 1992:692). Peran jender merujuk pada cara laki-laki dan perempuan bertingkah laku dalam tatanan masyarakat. Di Amerika Serikat misalnya secara tradisional laki-laki diharapkan untuk bertingkah laku dalam cara-cara logis, kompetitif dan ambisious, sementara perempuan diharapkan berkelakuan dalam cara yang lemah lembut, sensitif dan hangat.

Melihat beberapa kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya, Ibu Nur Azizah berpendapat lain, jika seorang perempuan ingin memasuki dunia politik maka ia juga harus bersedia meningkatkan kapasitasnya sehingga perempuan tersebut benar-benar

layak untuk masuk dalam perpolitikan yang ada di Indonesia, seperti penuturan dari Ibu Nur Azizah

”Untuk meningkatkan kapasitas kami sebagai perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota dewan khususnya di Sumatera Utara, PKS memberikan pembekalan-pembekalan bahkan sebelum adanya proses pemilu, menjelang pemilu sampai pada setelah terpilihnya kami (saya dan ibu Siti Aminah) PKS tetap memberikan pembekalan-pembekalan tersebut. Hal ini dikarenakan kami yang duduk di dewan ini bukan hanya faktor keberuntungan atau uang saja, tetapi karena kami memang memiliki kapasitas, dan agar kemampuan kami tidak berkurang bahkan harus bertambah terus, maka PKS secara continiu memberikan pembekalan tersebut.”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Sedangkan untuk proses dari tahapan pencalegan yang harus dilalui seorang calon legislatif dari partai keadilan sejahtera adalah sebagai berikut, berdasarkan penjelasan dari Ibu Nur Azizah

”Jika ada kader yang ingin mencalonkan diri terlebih dahulu akan dimasukkan ke dalam daftar bakal calon anggota dewan (BCAD), setelah itu anggota dari PKS akan memilih daftar nama BCAD melalui mekanisme yang namanya pemilu internal (PUI). Dari hasil pemilu internal (PUI) kemudian dibahas oleh panjatiwil atau panitia penjaringan di tingkat wilayah jika pencalonannya di tingkat wilayah (ditingkat nasional disebut panjatinas, sedangkan untuk tingkat daerah disebut dengan panjatinas) siapa-siapa saja yang berhak lulus ke tahapan berikutnya yaitu menjadi calon anggota dewan (CAD) yang kemudian nama-nama tersebutlah yang disosialisasikan ke masyarakat”

Sumber : Wawancara Desember 2009

Setelah melalui tahapan pemilu internal di tubuh partai, maka partai mulai menyusun urutan dari caleg tersebut, berikut penjelasan ibu Siti Bur Azizah

”Pada saat penyusunan nomor urut calon legislatif, partai memposisikan caleg

Dokumen terkait