• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi

8. Kawasan Rekreasi (Pantai OP)

4.7. Profil Informan

Peran modal sosial merupakan hal yang penting bagi masyarakat nelayan.

Modal sosial memiliki keterkaitan erat dengan keseharian masyarakat nelayan, baik dari pendapatan, hubungan interaksi, maupun kenyamanan dalam bertetangga. Hal ini juga berlaku pada masyarakat nelayan Bagan Deli yang mengunakan modal sosial sebagai hal utama yang diterapkan untuk keseharian mereka. Masyarakat nelayan desa Bagan Deli mengetahui pentingnya modal sosial yang diterapkan pada aktivitas sehari mereka. Selain masyarakat nelayan memiliki tujuan yang sama dalam mencari penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan. Dari keadaan diatas masyarakat Bagan Deli yang memiliki kebiasaan mengunakan modal social sebagai pegangan keseharian menjadi daya tarik untuk melakukan penelitian.

Adapun penelitian pada masyarakat nelayan mengenai peran modal sosial masyarakat nelayan dalam mengatasi kemiskinan memerlukan informan yang memahami masalah penelitian, hal ini guna memperoleh informasi yang lebih akurat. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat bermata pencarian nelayan, toke (pengumpul ikan), penduduk asli desa Bagan Deli, penduduk pedatang dan penduduk pertama yang mengetahui sejarah desa Bagan Deli.

Informan yang diwawancarai memiliki suku berbeda 4 suku Melayu, 1 suku Batak Mandailing, 2 Jawa, 2 Minang, 1 suku Karo. Di desa Bagan Deli sendiri masyarakatnya mayoritas suku Melayu beragama Islam.

Informan yang diwawancarai, informan tersebut terdiri dari 7 laki-laki dan 3 perempuan, dengan kisaran umur 20-30 tahun berjumlah 3 orang, 31- 45 tahun berjumlah 5 orang, dan diatas 45 tahun berjumlah 2 orang. Informan tersebut berpendidikan SD 5 orang, SMP 1 orang , SMA 4 orang. Informan tersebut terdiri dari 7 orang nelayan, 2 toke ( pengumpul ikan ), 1 penduduk yang mengetahui sejarah Bagan Deli. Terlihat bahwa informan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa golongan. Penulis memperoleh data di atas melalui observasi dan hasil wawancara dengan informan.

Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung dengan informan.

Penulis menulisnya pada tabel dibawah ini :

Tabel 9 :

Nelayan Melayu Penduduk Pendatang

Suku :Melayu Lama tinggal :45 Tahun

Bapak Jallaludin atau yang akrab dipanggil pak Aludin adalah seorang nelayan yang berdomisili di Desa Bagan Deli. Beliau adalah nelayan yang memiliki halaman sendiri ( sampan). Beliau lahir tahun 1943. Usia yang tidak lagi muda memaksa pak Alaudin untuk tidak melaut lagi namun adapun kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yaitu beliau membuat tangkapan gurita.

Sebelumnya pak aludin merupakan orang yang dianggap tua di Desa Bagan Deli karena ia dikenal dengan penduduk yang pertama sekali tinggal di Desa Bagan Deli. Pak Aludin merupakan orang yang tau banyak sejarah berkembangnya Desa Bagan Deli memiliki 4 orang anak dan saat ini ia memiliki 9 cucu.

Sebagai seorang nelayan dan sebagai warga yang pertama kali tinggal di Bagan Deli, keadaan masyarakat yang begitu menghargai pak allaudin sebagai orang tua di Desa Bagan Deli. Seiring dengan usia Pak Allaudin yang sudah tua, Pak Allaudin tidak bisa lagi berkerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pak allaudin sudah berhenti menjadi nelayan, segala kebutuhan Pak Allaudin di cukupin oleh ke empat anaknya dan pembuatan perangkap gurita.

Sejalan dengan usia pak allaudin yang sudah tua, ia mulai sering sakit. Sakit yang dialami Pak Allaudin terkadang mendapkan rasa peduli tetanga dengan memberi bantuan makanan, obatan maupun untuk memberi pinjaman uang kepada Pak Allaudin

Informan 2 :

Nama : Misnah

Usia : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Nelayan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Suku : Melayu

Lama tinggal :45 Tahun

Ibu Misnah adalah salah satu nelayan wanita yang ada di Bagan Deli.

Beliau sudah 37 tahun menjadi nelayan, ia menjadi nelyan sejak usia 23 tahun.

Menjadi seorang nelayan wanita ia merasa sangat menikmati, karena bagi ia menjadi nelayan bisa memenuhi kebutuhan ia sejak gadis hingga ia menikah. Dari hasil nelayan ibu misnah bisa mendapatkan penghasilan Rp. 100.000-Rp.200.000 per harinya. Ibu Misnah memiliki sampan sendiri sejak ia berusia 28 tahun. Namun disaat usianya sudah memasuki 60 tahun ibu misnah berhenti menjadi nelayan karena ia sudah tidak mampu lagi untuk melaut sendirian.

Sebelumnya ibu Misnah memiliki 6 orang anak dengan 14 cucu. Anak ibu Misnah hanya tamat sekolah tingkat SD, karena biaya yang cukup tinggi untuk sekolah dan penghasilan terbatas ibu Misnah tidak mampu memberikan pendidikan tinggi kepada anak-anaknya. Ibu Misnah yang sudah terbiasa untuk selalu berkerja saat ini memilih untuk menjadi seorang pengopek kerang, pekerjaan ini ia lakukan agar ia memiliki penghasilan dan tidak bergantung kepada pemberian anak-anaknya. Bagi Ibu Misnah berkerja lebih baik dari pada meminta atau mengharapkan pemberian dari orang. Ibu Misnah yang saat ini tinggal dengan cucunya bernama Lailan usia 17 yang duduk di bangku SMA, ibu Misnah memiliki cita-cita ingin menyekolahi cucunya hingga tamat SMA dengan pekerjaan yang ia lakukan. Bagi Ibu Misnah sendiri pendidikan bagi lailan merupakan hal yang penting, agar kelak Lailan tidak menjadi nelayan wanita sepertinya.

Informan 3 :

Nama : Nasrun

Usia : 43 Tahun

Jenis kelamin : Laki- Laki Pekerjaan : Toke

Agama :Islam

Pendidikan terakhir : SD

Suku : Batak Mandailing Lama tinggal : 20 Tahun

Pak Nasrun merupakan salah satu toke (pengumpul ikan) yang ada di Bagan Deli, ia menjadi pengumpul ikan selama 15 tahun. Pada awalnya Pak Nasrun adalah nelayan biasa, namun ia merasa penghasilan menjadi seorang nelayan sangat sedikit karena tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Hingga ia berencana menjual sampan yang ia miliki untuk menjadi modal menjadi toke. Pak Nasrun berusaha menjadi toke dengan dukungan keluarga, pinjaman uang koperasi dan dengan menjual sampan hal ini ia lakukan guna untuk mengubah kehidupan keluarga, Pak Nasrun yang hanya berpendidikan SD tidak ingin anaknya sama seperti ia dalam hal pendidikan.

Pak Nasrun merupakan salah satu toke yang lama di Bagan Deli, ia memiliki 8 sampan yang ia beli dari hasil berkembangnya usaha yang ia punya. Ia meiliki 6 karyawan untuk menimbang, membersihkan dan menjual ikan ke kota.

Secara tidak langsung Pak Nasrun telah membuka sedikit lowongan pekerjaan bagi masyarakat nelayan.

Pak Nasrun dikenal dengan toke segala jenis ikan, dari mulai ikan basah, hingga ikan kering (asin). Ikan basah ialah ikan yang apa saja yang di jual nelayan ia terima dengan harga yang relatif sama dengan toke lainnya. Pak Nasrun juga menerima ikan yang bisa di olah menjadi ikan asin. Alasan Pak Nasrun menerima segala jenis ikan karena dengan segala jenis ikan yang di jual nelayan saya bisa mendapatkan keuntungan juga dengan segla jenis cuaca, baik musim hujan maupun musim panas.

Informan 4 :

Nama : Suriono

Usia :41 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki Pekerjaan : Nelayan

Agama :Islam

Pendidikan terakhir :SD

Suku : Jawa

Lama tinggal : 15 Tahun

Pak Suriono yang sering disapa Pak Ono merupakan pendatang di desa Bagan Deli, ia berasal dari Batu Bara. Bagi Pak Ono ia pindah dari Batubara ke Bagan Deli karena tidak adanya pendapatan yang menjamin di Batubara. Setelah Pak Ono pindah ke Bagan Deli ia merasa kehidupan keluarganya lebih membaik, pendapatan yang lebih tinggi, kebutuhan yang lebih terpenuhi dan perasaan nyaman tinggal di Bagan Deli.

Pak Ono biasanya melaut pukul 05.00Wib- 15.00Wib ia menangkap ikan dengan sampan yang ia miliki sendiri. Dari hasil penangkapan ikan stiap harinya Pak Ono bisa menghasilkan uang RP 200.000- Rp.250.000 per harinya. Uang yang ia dapat dibawa pulang ke rumah untuk pemenuhan kebutuhan setiap harinya.

Pak Ono merupakan bapak dari 2 orang anak. yakni anak pertama laki-laki dan anak kedua Perempuan. Anak pertama Pak Ono sudah menikah anak kedua pak Ono sedang kuliah di Medan. Pak Ono juga memiliki satu orang istri yang memiliki pekerjaan menjadi penggopek kerang.

Informan 5:

Nama : Awalludin

Usia : 38 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki Pekerjaan :Nelayan

Agama :Islam

Pendidikan terakhir :SMP

Suku : Minang

Lama tinggal :38 Tahun

Pak Awalludin yang sering disapa dengan pak Awal merupakan nelayan dan penduduk asli Desa Bagan Deli. Sebagai seorang nelayan Pak Awal sangat erat kaitannya sampan dan laut. Biasanya pak Awal pergi mencari ikan pukul 05.00Wib-14.00 Wib, Pak Awal merupakan Nelayan cumi-cumi. Cumi-cumi yang ia dapat dari hasil melaut biasanya memiliki penghasilan Rp.150.000- Rp200.000 per harinya. Uang yang dihasilkan Pak Awal biasanya ia bawak pulang sepenuhnya, karena Pak Awal memiliki sampan sendiri. Dengan penghasilan yang ia dapatkan sehari-hari masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Kekurangan pendapatan menyebabkan Pak Awal memiliki pekerjaan sampingan seperti memiliki warung kelontong dan pembuatan perangkap cumi-cumi. Penghasilan yang pak Awal dapatkan dari warung kelontong Rp.100.000 per hari keuntungan yang ia dapatkan, dan keuntungan yang ia dapatkan dari penjualan perangkap cumi-cumi Rp.50.000 per harinya. Dengan pekerjaan sampingan yang ia kerjakan kebutuhan keluarga terpenuhi.

Pak Awal yang merupakan penduduk asli Bagan Deli dalam kesehariannya menjadi nelayan, pemiliki warung kelontong dan pembuat perangkap cumi-cumi ia tidak lupa untuk membagi penghasilannya kepada keluarga nelayan yang tidak mampu. Keluarga nelayan yang tidak mampu seperti tidak memiliki sampan, memiliki banyak anak yang tidak sekolah dan juga nelayan yang menyewa tempat tinggal. Bantuan yang sering diberikan Pak Awal berupa sembako (beras, minyak, telur dan indomie) setiap bulannya. Bantuan ini dia berikan kepada 2 keluarga yakni keluarga Pak Jamin dan keluarga Pak Kardin. Ditengah keterbatasan, Pak Awal masih ingat untuk membantu sesamanya tanpa melihat suku, asal keluarga dan agama.

Pak Awal merupakan seorang ayah dengan 4 orang anak 2 anak Perempuan dam 2 anak Laki-laki. Anak pertama duduk di bangku SMA kelas 1, anak kedua duduk di bangku SMP kelas 2 , anak ke 3 duduk di bangku SD kelas 5 dan anak ke 4 duduk di bangku SD kelas 3. Pak Awal memiliki 1 orang istri yang juga berkerja menjadi seorang perternak ayam, dari hasil ternak ayam ini juga membantu kebutuhan keluarga.

Informan 6:

Nama : Ade Metha

Usia : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Nelayan

Agama :Islam

Pendidikan terakhir :SMA

Suku : Karo

Lama tinggal : 18 Tahun

Ibu Ade Metha yang sering disapa dengan Ibu Ade merupakan nelayan yang di Bagan Deli, Ibu Ade nikah diusia yang cukup muda yakni 15 tahun. Disaat ia menikah suaminya bekerja sebagai seorang nelayan. Namun selang 10 tahun pernikahan Ibu Ade suaminya meninggal. Keadaan ini yang memaksa Ibu Ade menjadi nelayan untuk memperoleh penghasilan.

Selama menjadi nelayan Ibu Ade memilih bekerja dengan Pak Nasrun, ibu Ade bekerja dengan pak Nasrun karena tidak memiliki sampan. Dalam kesehariannya Ibu Ade pergi menangkap ikan pukul 05.00 Wib – 14.00 Wib. ia memperoleh penghasilan Rp.150.000-Rp.200.000 per hari namun dari penghasilan yang ia miliki harus dibagi dengan Pak Nasrun selaku toke dan kapal yang ia pakai.

Dalam seharinya ibu Ade mendapat pengahasilan Rp. 60.000- Rp.80 .000 perhari.

Namun ibu Ade memiliki pekerjaan sampingan dengan bersedia menjadi tukang masak untuk acara pernikahan, ulang tahun, maupun sunatan. Dengan kerja sampingan itu ibu ade bisa mendapatkan uang tambahan. Tetangga sekitar tidak jarang memberi pekerjaan kepada Ibu Ade seperti mencuci pakaian, menstrika pakaian maupun membersihkan rumah. Saling bantu membantu antara tengga satu dengan yang lain untuk menolong dalam ekonomi, maupun dalam kegiatan social

seperti rewang , perwiritan dll. Dengan kerja sampingan dan bantua kerja dari masyarakat sekitar membantu Ibu Ade untuk untuk menyekolahkan anaknya.

Ibu Ade merupakan orang tua tunggal, dimana suami meninggal karena kecelakaan motor. Semenjak suami meninggal Ibu Ade hidup seorang diri dalam membesarkan anaknya. Ibu Ade memiliki 3 orang anak 1 anak laki- laki masih SMP dan 2 anak perempuan yang masih SD. Ibu Ade sering mendapat bantua beras miskin juga dari pemerintah, hal ini yang banyak membantu kehidupan Ibu Ade tersebut.

Informan 7 :

Nama : Sity

Usia : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Nelayan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Suku : Jawa

Lama tinggal : 12 Tahun

Ibu Sity adalah seorang wanita bermata pencarian nelayan. Ia bekerja menjadi seorang nelayan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Suami Ibu Sity mengalami stroke sejak 2014 hal ini yang menyebabkan Ibu Sity menjadi tulang punggung keluarga. Tidak hanya menjadi seorang nelayan, Ibu Sity memiliki pekerjaan sampingan berjualan pakaian disekitar Bagan Deli. Setiap pagi pukul 06.00Wib Ibu Sity pergi melaut untuk mencari ikan, biasanya Ibu Sity pulang melaut pukul 14.00 Wib. dari hasil nelayan Ibu Sity biasanya berpenghasilan Rp. 150.000- Rp. 250.000. Ibu Sity memiliki sampan sendiri sehingga pengahasilan yang ia dapatkan sepenuhnya untuk keluarganya. Sedangkan pendapatan dari

menjual pakaian tidak menentu, karena pakaian yang ia jual dengan sistem cicilan setiap minggunnya.

Ibu Sity merupakan pendatang di desa Bagan Deli. Bagi ia tinggal di Bagan Deli merupakan tempat ternyaman untuk tinggal, mencari pendapatan dan bertetanga. Di Bagan Deli kerjasama dan saling membantu satu sama lain tetangga yang mengalami kekurangan ekonomi.

Sebelumnya, Ibu Sity memiliki 3 orang anak perempuan, anak pertama kelas 5 SD, anak kedua kelas 3 SD namun anak ke 3 tidak sekolah karena Ibu Sity masih kesulitan dalam membayar kebutuhan anak sekolah. Tidak hanya kebutuhan sekolah anak yang tinggi, kebutuhan lain yang juga harus dipenuhi Ibu Sity ialah pengobatan suami yang sedang sakit stroke.

Informan 8 :

Nama :Arif

Usia :30 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki Pekerjaan : Nelayan

Agama :Islam

Pendidikan terakhir :SD

Suku :Minang

Lama tinggal :13 Tahun

Pak arif adalah seorang nelayan, ia bekerja menjadi nelayan sejak 12 tahun yang lalu. Pak Arif biasanya melaut pukul 04.00 Wib- 16.00 Wib. Pak Arif melaut kurang lebih dua belas jam, dari hasil Pak Arif melaut ia bisa berpenghasilan Rp.200.000- Rp.250.000. penghasilan yang diperoleh Pak Arif sepenuhnya milik Pak Arif karena ia melaut menggunakan sampannya sendiri.

Pak Arif merupakan pendatang ke Bagan Deli, ia memilih Bagan Deli menjadi tempat tinggal saat ini baginya Bagan Deli merupakan tempat yang cukup

nyaman, baik dari pekerjaan sebagai nelayan yang hanya memilki tamatan SD saja.

Selain itu Bagan Deli memiliki kenyamanan dalam bertetangga saling membantu dan tidak saling menjatuhkan. Permasalahan yang sering ada di Bagan Deli antar tetangga paling sering karena anak, setelah itu semuanya baik-baik saja.

Sebelumnya Pak Arif sudah menikah memiliki 1 orang istri dan 2 orang anak laki- laki. Anak pertama masih sekolah tingkat SD, anak kedua, TK. Bagi Pak Arif ia akan terus tinggal di Bagan Deli karena disini Pak Arif bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan juga bisa menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya dengan menyekolahkan anak sampai SMA.

Bagi Pak Arif nelayan merupakan pekerjaan dan orang yang harus mendapatkan perhatian pemerintah, karena keadaan ekonomi yang rendah, keluarga yang cukup banyak, pendidikan anak yang juga merupakan hal penting untuk masa depan anak nelayan. Nelayan merupakan bagian penting untuk pemenuh kebutuhan masyarakat luan maka Pak Arif berharapan agar nelayan bisa hidup lebih sejahtera lagi.

Informan 9:

Nama : Darwis

Usia :30 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki Pekerjaan :Toke

Agama :Islam

Pendidikan terakhir :SMA

Suku : Melayu

Lama tinggal :16 Tahun

Pak Darwis adalah salah satu toke ( pengumpul ikan ) yang ada di Bagan Deli, ia menjadi Toke ikan sejak 8 tahun yang lalu. Pak Darwis merupakan toke ikan, cumi dan udang. Berbeda dengan Pak Nasrun yang menjadi toke sagala jenis ikan, Pak Yusuf hanya mengambil ikan dari nelayan beberap pilihan ikan saja.

Pak Nasrun merupakan nelayan yang memiliki 5 sampan, sampan ini digunakan ia untuk menambah pendapatannya dengan menyewa sampannya kepada nelayan yang tidak memiliki sampan. Ia menyewakan sampan dengan pembagi dari pendapatan nelayan, seperti jika nelaya mendapatkan uang Rp.200.000 dari hasil pendapatan ikan yang ia jual maka Rp.60.000 nelayan tersebut harus mengisi minyak kapal, Rp.30.000 nelayan itu harus membayar untuk perawatan kapal yang disewakan maka nelayan tersebut hanya membawa uang RP.110.000 jika menggunakan sampan Pak Darwis untuk melaut.

Pak Darwis merupakan pendatang dari Batubara, ia memiliki 3 orang , 1 orang anak laki- laki dan 2 orang anak perempuan. Dari penghasilan yang cukup tinggi setiap harinya, membuat Pak Darwis mampu menyekolahkan ketiga anaknya di sekolah yang termasuk baik di Bagan Deli. Pak Yusuf bertekat akan berusaha memberikan pendidikan kepada anaknya lebih baik dari padanya.

Informan 10 :

Nama : Yusuf

Usia :23 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki Pekerjaan :Nelayan

Agama :Islam

Pendidikan terakhir :SMA

Suku :Batak Mandailing Lama tinggal :23 Tahun

Yusuf adalah nelayan muda yang ada di Bagan Deli, ia mulai menjadi nelayan di usia 15 tahun. Ia menjadi nelayan diusia yang relatif muda karena ia ingin memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya yang tidah tamat sekolah. Dari hasil ia menjadi seorang nelayan ia mampu memiliki pendidikan hingga SMA. Namun karena rasa nyaman yang ia miliki menjadi seorang nelayan selama 8 tahun membuat ia enggan untuk berkerja di sektor lain. Bagi Yusuf berkerja menjadi seorang nelayan bebas dari aturan, segalanya bisa dilakukan sesuka hati jika ingin melaut maka melaut jika tidak ingin melaut maka ia bisa tidak melaut.

Yusuf anak ke 2 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Karnail dan Ibu Rosiana, pengahasilan yang sering di hasilkan Yusuf setengahnya di berikan kepada orang tuanya untuk menambah kebutuhan keluarga. Karena ayah Yusuf seorang nelayan dan ibunya hanya seorang pembuat jaring cumi-cumi. Karena alasan ia masih memiliki 3 adik yang masih sekolah dan penghasilan kedua orang tua yang masih relatif rendah menjadi alasan Yusuf untuk tidak menikah.

Yusuf yang dikenal oleh warga Bagan Deli seorang anak yang peduli kepada pendidikan dan juga pekerja keras, hal ini terlihat dengan Yusuf membuka kelas mengajar setiap sorenya dari mulai pukul 17.00 WIB – 18.30 WIB. Yusuf mengajarkan menulis dan membaca bagi anak-anak nelayan yang tidak bersekolah.

Cara Yusuf yang peduli akan sesama anak Desa Bagan Deli menjadi alasan dia disenangi banyak orang di Desa Bagan Deli.

Dokumen terkait