• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjelaskan mengenai struktur organisasi dan budaya pada Rocksalt Pty Ltd. Di bab ini juga dijelaskan mengenai job description tiap-tiap bagian perusahaan.

5. BAB 5 PERANCANGAN MODEL SISTEM MANAJEMEN

PENGETAHUAN

Bab ini menjelaskan mengenai proses-proses yang dilakukan dalam mendapatkan sebuah model dari sistem manajemen pengetahuan di perusahaan tempat penelitian berlangsung.

6. BAB 6 ANALISIS PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN

PENGETAHUAN

Bab ini berisi mengenai penjelasan atas langkah-langkah untuk mendapatkan sebuah prototipe berdasarkan model yang telah dibuat sebelumnya.

7. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu juga disebutkan saran-saran yang sebaiknya dilakukan pada penelitian selanjutnya.

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tinjauan teori yang diperlukan untuk mendukung atau menjawab dari pertanyaan penelitian seperti yang dijelaskan sebelumnya. Untuk itu dijelaskan teori-teori mengenai pengetahuan, manajemen pengetahuan, dan sistem manajemen pengetahuan. Kemudian juga dijelaskan mengenai Unified Modelling Language (UML).

2.1 Teori Pengetahuan

Pada tinjauan pustaka mengenai pengetahuan, maka tidak akan terlepas pembahasan mengenai definisi dari data, informasi, dan pengetahuan itu sendiri. Selain pengertian, akan dibahas juga mengenai perbedaan diantaranya ketiganya. Kemudian juga akan dibahas mengenai klasifikasi pengetahuan, dan lokasi penyimpanan pengetahuan.

2.1.1 Definisi Data, Informasi, dan Pengetahuan

Definisi data menurut Awad (2004) adalah data merupakan fakta-fakta yang tidak terorganisir dan tak terproses (data are unorganized and unprocessed facts), sedangkan menurut Fernandez (2004), data adalah sesuatu yang berhubungan dengan fakta, observasi, atau persepsi (data compromises facts, observations, or

perceptions). Berdasarkan dua definisi ini, dapat disimpulkan bahwa data adalah

fakta, hasil observasi, atau persepsi yang tidak terorganisir dan tidak terproses. Pengertian informasi menurut Awad (2004), informasi adalah sekumpulan data yang membuat pembuatan keputusan lebih mudah. Ia juga berdasar pada fakta dan gambaran dari data yang sudah diproses (information is an aggregation of data

that makes decision making easier. It is also a facts and figures based on reformatted or processed data). Sedang menurut Fernandez (2004), informasi

9

dan tujuan (information is a subset of data, only including those data that possess

context, relevance, and purpose). Bisa disimpulkan bahwa informasi merupakan

bagian data yang mempunya konteks, hubungan, dan tujuan yang telah diproses sebelumnya, sehingga dapat membuat pembuatan keputusan lebih mudah.

Deskripsi pengetahuan menurut Awad (2004) adalah pengertian manusia dari bidang minat khusus yang telah didapatkan melalui studi dan pengalaman (knowledge is human understandings of specialized field of interest that has been

acquired through through study and experience). Sedang Fernandez (2004)

mendeskripsikan pengetahuan sebagai sesuatu yang berbeda dari data dan informasi dalanm dua cara yang berbeda. Suatu pandangan yang lebih sederhana berpendapat bahwa pengetahuan berada di hirarki paling tinggi dengan informasi pada level menengah, dan data pada level paling rendah (knowledge has been

distinguished from data and information in two different ways. A more simplistic view considers knowledge to be at highest level in a hierarchy with information at the middle level, and data to be at lowest level). Dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan merupakan bagian dari data dan informasi yang didapatkan dari proses studi dan pengalaman.

2.1.2 Klasifikasi Pengetahuan

Pengetahuan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara dan tiap tipe pengetahuan yang ada akan dikelola dengan cara yang berbeda pula. Fernandez (2010) menjelaskan mengenai pengklasifikasian pengetahuan yang digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu:

1. Procedural atau declarative knowledge

Procedural knowledge merupakan pengetahuan tentang langkah-langkah dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan declarative knowledge adalah pengetahuan yang lebih detail yang menggambarkan hubungan antar hal yang kompleks. Pengetahuan deklaratif dapat dengan mudah digunakan para ahli untuk berdiskusi atau melakukan kajian.

Universitas Indonesia

Tacit knowledge adalah pengetahuan yang pada umumnya belum terdokumentasi

karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian dan pengalaman seseorang. Sebaliknya explicit knowledge adalah pengetahuan yang formal, sistematis, dan mudah ditransfer atau dibagikan ke orang lain dalam bentuk dokumentasi karena umumnya merupakan pengetahuan yang bersifat teori. Pengetahuan ini memudahkan para ahli untuk membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui buku, artikel dan jurnal tanpa harus datang langsung untuk mengajari orang tersebut.

3. General atau specific knowledge

General knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki banyak orang dan

dapat dengan mudah ditransfer pada orang lain. Sedangkan tipe specific

knowledge adalah pengetahuan yang dimiliki hanya oleh sebagian kecil orang,

sehingga bersifat unik.

2.1.3 Lokasi Penyimpanan Pengetahuan

Pengetahuan itu sendiri bisa disimpan dalam lokasi yang berbeda. Lokasi penyimpanan ini digambarkan pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Lokasi Penyimpanan Pengetahuan Sumber: (Fernandez, Gonzalez, & Sabherawal, 2010)

Pada Gambar 2.1 bisa terlihat lokasi penyimpanan terdapat pada beberapa lokasi yang berbeda, yaitu manusia (people), artifak (artifacts), dan entitas organisasi

THE NATUREOF KNOWLEDGE 33

In addition, considerable knowledge resides within groups because of the rela-tionships among the members of the group (Felin and Hesterly 2007). When three individuals have worked together for a long time, they instinctively know each other’s strengths and weaknesses, understand the other’s approach, and recognize aspects that need to be communicated and those that could be taken for granted (Skyrme 2000). Consequently, groups form beliefs about what works well and what does not, and this knowledge is over and above the knowledge residing in each individual member. In other words, the collective knowledge is synergistic—greater than the sum of their individual knowledge. Communities of practice that first develop as individuals in-teract frequently with each other (physically or virtually) to discuss topics of mutual interest, and they illustrate such embedding of knowledge within groups.

KNOWLEDGEIN ARTIFACTS

Over time, a significant amount of knowledge is stored in organizational artifacts as well. Some knowledge is stored in practices, organizational routines, or sequential patterns of interaction. In this case, knowledge is embedded in procedures, rules, and norms that are developed through experience over time and guide future behavior (Levitt and March 1988). For example, fast-food franchises often store knowledge

Figure 2.5 The Reservoirs of Knowledge

Organizational Entities People

Knowledge Reservoirs

Groups

Individuals Organizational Units

Interorganizational Networks

Organizations Artifacts

Practices Technologies Repositories Individuals

11

(organizations entities) (Fernandez, Gonzalez, & Sabherawal, 2010). Pengetahuan pada manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu individu dan kelompok. Pengetahuan individu tersimpan pada masing orang/individu. Sedangkan pengetahuan kelompok diperoleh ketika sekelompok individu bekerjasama dalam waktu yang lama, sehingga mereka saling mengetahui kelebihan dan kekurangan anggota timnya, bagaimana cara melakukan pendekatan yang baik, mengetahui pengetahuan apa yang baik dan yang tidak.

Pengetahuan yang tersimpan dalam artifak dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu praktek, teknologi dan sistem, serta repositori. Pengetahuan dalam praktek ada pada peraturan, norma yang diperoleh dari pengalaman sehingga menjadi prosedur. Pengetahuan dalam teknologi dan sistem tersimpan dalam penyimpanan data. Jika berbasis komputer maka dapat disimpan dalam bentuk hubungan antar variabel, sedangkan jika tersimpan dalam repositori maka tersimpan dalam bentuk makalah, buku, dan dokumen lainnya atau yang berbasis elektronik.

Pengetahuan dalam organisasi dibedakan menjadi tiga, yaitu unit organisasi, keseluruhan organisasi, dan antar organisasi. Pengetahuan unit organisasi merupakan pengetahuan yang dimiliki orang dalam suatu unit dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Pengetahuan keseluruhan organisasi merupakan kumpulan pengetahuan unit organisasi, norma, peraturan, kultur organisasi secara keseluruhan. Sedangkan pengetahuan antar organisasi terbentuk karena hubungan antar organisasi dengan supplier maupun konsumennya.

2.2 Manajemen Pengetahuan

Tiwana (1999) mendefinisikan manajemen pengetahuan secara luas dalam arti mengelola pengetahuan manajemen pengetahuan memberikan kemampuan untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan dan berguna bagi pencapaian semua jenis tujuan bisnis. Menurut Tiwana (1999), manajemen pengetahuan dapat menyelesaikan masalah bisnis tertentu yang mencakup penciptaan dan penyebaran barang atau jasa inovatif, mengelola dan memperbaiki hubungan dengan para pelanggan, mitra dan pemasok, juga mengadministrasi serta meningkatkan praktek dan proses kerja. Schreiber (2000)

mengartikan manajemen pengetahuan sebagai sebuah kerangka dan alat untuk memperbaiki infrastruktur pengetahuan organisasi, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, kepada orang yang benar, di waktu yang benar pula.

Secara umum manajemen pengetahuan dapat didefinisikan sebagai suatu set atau kumpulan intervensi manusia, proses dan teknologi untuk mendukung proses pembuatan, pembauran, penyerapan, dan penerapan pengetahuan. Proses penerapan manajemen pengetahuan akan memberikan pengaruh terhadap proses bisnis perusahaan yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Penghematan waktu dan biaya

Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnnya, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

2. Peningkatan aset pengetahuan

Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahan kepada setiap pegawai untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap pegawai dapat meningkatkan kompetensinya. 3. Kemampuan beradaptasi

Perusahaan akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.

4. Peningkatan produktifitas

Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkam, sehingga produktifitas perusahaan akan meningkat. 2.2.1 Sistem Manajemen Pengetahuan

Pengembangan manajemen pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu siklus hidup yang dimulai dengan master plan dan justifikasi dan berakhir dengan sistem terstruktur untuk memenuhi kebutuhan manajemen pengetahuan seluruh perusahaan (Awad & Ghaziri, 2004).

13

Sistem manajemen pengetahuan itu sendiri menurut Fernandez (2004) adalah suatu integrasi antara teknologi dan mekanisme yang dikembangkan untuk mendukung proses manajemen pengetahuan. Proses-proses ini digambarkan oleh Fernandez pada Gambar 2.2:

Gambar 2.2 Proses Knowledge Management Sumber: (Fernandez, Gonzalez, & Sabherawal, 2010)

Pada Gambar 2.2 bisa terlihat sistem manajemen pengetahuan yang terbagi menjadi:

1. Knowledge Discovery

Merupakan pengembangan pengetahuan tasit atau eksplisit baru dari data dan informasi atau dari sintesis pengetahuan terdahulu.

2. Knowledge Capture

Merupakan proses penerimaan baik pengetahuan tasit maupun eksplisit yang berada di dalam manusia, artifak, atau entitas organisasi.

3. Knowledge Sharing

Merupakan proses dimana pengetahuan tasit atau eksplisit dikomunikasikan kepada individu lainnya

4. Knowledge Application

Merupakan pendukung proses dimana individu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh individu lainnya tanpa sebenarnya mendapatkan atau mempelajari pengetahuan tersebut.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SOLUTIONS: PROCESSESAND SYSTEMS 57

KNOWLEDGE DISCOVERY

Knowledge discovery may be defined as the development of new tacit or explicit

knowledge from data and information or from the synthesis of prior knowledge. The discovery of new explicit knowledge relies most directly on combination, whereas the discovery of new tacit knowledge relies most directly on socialization. In either case, new knowledge is discovered by synthesizing knowledge from two or more distinct areas with explicit knowledge from two areas being synthesized through combina-tion, and tacit knowledge from two areas being synthesized through socialization. Combination and socialization are discussed now.

Combination

New explicit knowledge is discovered through combination, wherein the multiple bodies of explicit knowledge (and/or data and/or information) are synthesized to create new, more complex sets of explicit knowledge (Nonaka 1994). Through com-munication, integration, and systemization of multiple streams of explicit knowledge, new explicit knowledge is created—either incrementally or radically (Nahapiet and Ghoshal 1998). Existing explicit knowledge, data, and information are reconfigured, recategorized and recontextualized to produce new explicit knowledge. For example, when creating a new proposal to a client, explicit data, information, and knowledge em-bedded in prior proposals may be combined into the new proposal. Also, data mining techniques may be used to uncover new relationships amongst explicit data that may be lead to create predictive or categorization models that create new knowledge.

Socialization

In the case of tacit knowledge, the integration of multiple streams for the creation of new knowledge occurs through the mechanism of socialization (Nonaka 1994).

Capture  Externalization  Internalization Sharing  Socialization  Exchange Application  Direction  Routines Discovery  Combination  Socialization        

2.3 Metodologi Pembentukan Sistem Manajemen Pengetahuan

Ada beberapa metodologi dalam membentuk sistem manajemen pengetahuan, dua diantaranya adalah 10 steps knowledge management roadmap oleh Tiwana dan

knowledge management solution oleh Fernandez.

2.3.1 Ten Steps Knowledge Management Roadmap

Metode ini dipopulerkan oleh Tiwana (1999) sebagai salah satu metode dalam perancangan sistem manajemen pengetahuan. Metode ini terbagi menjadi 4 fase utama, yaitu:

1. Infrastructure evaluation

2. Knowledge management system analysis, design, and development 3. Development

4. Analysis

Keempat fase utama diatas memiliki beberapa langkah yang kesemuanya berjumlah sepuluh. Pembagian langkah-langkah ini ke dalam fase diatas digambarkan pada Gambar 2.3:

15

2.3.2 Solusi Manajemen Pengetahuan

Metode lainnya dalam pengembangan sistem manajemen pengetahuan adalah menggunakan knowledge management solution yang dikembangkan oleh Fernandez (2004). Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan sistem adalah sebagai berikut:

1. Asses the contingency factors

Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor kontingensi apa saja yang terkait dengan organisasi, seperti karakteristik tugas, pengetahuan yang ada, lingkungan, dan organisasi.

2. Identify the knowledge management process based on each contingency factor Langkah ini untuk menentukan proses-proses manajemen pengetahuan yang sesuai dengan faktor kontingensi yang telah didapat.

3. Prioritize the needed knowledge management processes

Langkah ini untuk mengetahui proses-proses apa saja yang paling dibutuhkan oleh organisasi tersebut.

4. Identify existing knowledge management processes

Langkah ini untuk mengetahui proses-proses yang telah ada pada organisasi. 5. Identify the additional needed knowledge management processes

Langkah ini untuk mengetahui proses-proses tambahan apa saja yang dibutuhkan oleh organisasi.

6. Asses the knowledge management infrastructure

Langkah ini untuk mengetahui gambaran infrastruktur manajemen pengetahuan yang tersedia pada organisasi.

7. Develop additional needed knowledge management system, mechanism, and

technologies

Langkah ini berupa penciptaan sistem manajemen pengetahuan, mekanisme, dan teknologi yang dapat mendukung proses manajemen pengetahuan.

2.3.3 Faktor Kontingensi

Menurut Fernandez (2010), terdapat dua pendekatan mengenai pengembangan manajemen pengetahuan pada suatu organisasi, yaitu pandangan secara universal

(universalistic view) dan teori kontingensi (contingency theory). Universalistic view beranggapan bahwa terdapat satu pendekatan yang terbaik untuk mengatur pengetahuan. Sebagai contoh, pendekatan penyebaran pengetahuan (knowledge

sharing) direkomendasikan sebagai yang paling berguna pada semua organisasi.

Meski pada kenyataannya penggunaan pengarahan (direction) mungkin sebagai solusi yang lebih efektif.

Pendekatan yang berbeda terjadi pada contingency theory, dimana mempertimbangkan beberapa jalur alternatif yang diikutkan untuk mencapai kesuksesan. Sebagai contoh, sebuah desain organisasi dengan beberapa aturan atau prosedur lebih tepat untuk sebuah organisasi kecil, sementara sebuah desain dengan aturan dan prosedur yang bersifat luas (extensive) lebih direkomendasikan untuk organisasi besar.

Pendekatan yang sama direkomendasikan oleh Fernandez (2010) berdasarkan contingency theory untuk mengidentifikasi proses dan solusi manajemen pengetahuan. Untuk mendapatkan solusi manajemen pengetahuan yang tepat, maka perlu dimengerti keadaan yang spesifik dalam organisasi dan yang ada di sekitarnya. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan solusi manajemen pengetahuan yang paling menguntungkan bagi perusahaan berdasarkan keadaan-keadan tersebut. Hubungan antara faktor-faktor kontingensi dengan solusi manajemen pengetahuan digambarkan pada Gambar 2.4:

Gambar 2.4 Hubungan Faktor Kontingensi dengan Solusi Manajemen Sumber: (Fernandez, Gonzalez, & Sabherawal, 2010)

260 KM Foundations KM Solutions KM Infrastructure * rganization Culture * rganization Structure * T frastructure * ommon Knowledge * hysical Environment KM Systems

* nowledge Discovery Systems * nowledge Capture Systems * nowledge Sharing Systems * nowledge Application Systems

KM Mechanisms KM Technologies KM Processes * nowledge Discovery * nowledge Capture * nowledge Sharing * nowledge Application Contingency Factors 1 2 3 4 5 6 7 KM Foundations KM Solutions KM Infrastructure * rganization Culture * rganization Structure * T frastructure * ommon Knowledge * hysical Environment KM Systems

* nowledge Discovery Systems * nowledge Capture Systems * nowledge Sharing Systems * nowledge Application Systems

KM Mechanisms KM Technologies KM Processes * nowledge Discovery * nowledge Capture * nowledge Sharing * nowledge Application Contingency Factors 1 2 3 4 5 6 7 Figure 11.1 Contingency Factors and Knowledge Management

17

Berdasarkan Gambar 2.4, faktor kontingensi berpengaruh langsung terhadap proses-proses manajemen pengetahuan. Hal ini karena faktor kontingensi menentukan pilihan-pilihan yang akan diambil pada proses manajemen pengetahuan. Sedangkan sistem, mekanisme, dan teknologi manajemen pengetahuan tidak terpengaruh langsung oleh faktor kontingensi.

Dalam contingency theory, terdapat beberapa kategori faktor kontingensi yang mempengaruhi proses-proses manajemen pengetahuan. Kategori-kategori tersebut dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut:

1. Karakteristik tugas (task characteristics)

Faktor yang terdapat dalam kategori ini adalah ketidakpastian tugas (task

uncertainty) dan ketergantungan tugas (task interdependence). Semakin tinggi

nilai task uncertainty, maka proses yang direkomendasikan adalah direction atau

exchange. Sedangkan ketika nilai task interdependence tinggi, maka proses yang

direkomendasikan adalah socialization dan combination. 2. Karakteristik pengetahuan (knowledge characteristics)

Kategori ini terdiri dari tiga karakteristik, yaitu eksplisit/tasit (explicit/tacit), prosedural/deklaratif (procedural/declarative), dan umum/spesifik (general/specific). Namun hanya dua karakteristik pertama saja yang berpengaruh langsung terhadap proses manajemen pengetahuan.

3. Karakteristik organisasi (organizational characteristics)

Kategori ini terdiri dari dua, yaitu ukuran dan strategi organisasi. Ukuran menunjukkan besarnya ukuran maupun tipe birokrasi suatu organisasi, dimana nilainya antara kecil (small) atau besar (large). Pada organisasi kecil, birokrasi yang ada biasanya lebih longgar, dimana hal yang sebaliknya terjadi pada organisasi yang lebih besar. Strategi organisasi bisa didapatkan melalui analisis strategi Porter, dimana terbagi menjadi dua yaitu low cost atau differentiation. 4. Karakteristik lingkungan (environmental characteristics)

Kategori ini merupakan faktor ketidakjelasan lingkungan pada organisasi. Faktor ini merujuk pada konteks bisnis dimana organisasi tersebut beroperasi, dimana nilai faktor yang ada bisa berupa rendah (low) atau tinggi (high) terhadap ketidakjelasan atau stabilitas lingkungan.

2.3.4 Tabel Faktor Kontingensi

Semua faktor kontingensi yang dijelaskan pada sub-bab 2.3.3 dapat digunakan untuk menentukan proses manajemen pengetahuan apa saja yang bisa diterapkan pada organisasi dengan tepat. Proses penentuan tabel dengan cara memasukkan faktor-faktor yang sesuai dengan keadaan organisasi ke dalam tabel pemetaan. Setelah faktor-faktor tersebut dimasukkan ke dalam kotak yang sesuai, maka dihitung nilai akumulasinya.

Faktor yang sesuai dengan semua keadaan pada satu variabel kontingensi mempunyai nilai 1. Nilai 0 diberikan pada faktor yang tidak sesuai dengan semua variabel kontingensi. Sedangkan nilai 0,5 diberikan pada faktor yang sesuai dengan salah satu variabel kontingensi yang ada. Pemetaan faktor-faktor tersebut dengan proses manajemen pengetahuan dijelaskan pada Tabel 2.1:

19

Tabel 2.1 Pemetaan Faktor Kontingensi Terhadap Proses Manajemen Pengetahuan Sumber: (Fernandez, Gonzalez, & Sabherawal, 2010)

Contigency Factors

Knowledge Factors

Combination Socialization for Knowledge Discovery

Socialization for Knowledge

Sharing Exchange Externalization Internalization Direction Routines

Task Uncertainty LOW HIGH HIGH LOW LOW LOW HIGH LOW

Task

Interdependency HIGH HIGH HIGH HIGH LOW LOW HIGH/LOW HIGH/LOW

Tacit/Explicit

Knowledge EXPLICIT TACIT TACIT TACIT EXPLICIT EXPLICIT TACIT/EXPLICIT TACIT/EXPLICIT

Procedural/Declar

ation Knowledge PROCEDURAL/DECLARATIVE PROCEDURAL/DECLARATIVE PROCEDURAL/DECLARATIVE PROCEDURAL/DECLARATIVE PROCEDURAL/DECLARATIVE PROCEDURAL/DECLARATIVE PROCEDURAL PROCEDURAL Organizational

Size SMALL/LARGE SMALL SMALL LARGE SMALL/LARGE SMALL/LARGE SMALL LARGE

Bussiness

Strategy DIFF DIFF

LOW COST/DIFFERE NTIATION LOW COST/DIFFERE NTIATION LOW COST/DIFFERE NTIATION LOW COST/DIFFERE NTIATION

LOW COST LOW COST

Environmental

2.3.5 Infrastruktur Sistem Manajemen Pengetahuan

Sistem manajemen pengetahuan perlu didukung oleh infrastruktur yang baik dalam pelaksanaannya. Infrastruktur manajemen pengetahuan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1. Kultur organisasi

Bagian ini menunjukkan kebiasaan, aturan, penghargaan, dan proses interaksi antar anggota organisasi.

2. Struktur organisasi

Struktur organisasi mempengaruhi sistem yang akan diterapkan dalam organisasi, karena meliputi interaksi antar individu dalam unit dan antar unit kerja dalam organisasi. Struktur lain yang juga mempengaruhi adalah struktur hirarki organisasi yang akan mempengaruhi peran dan struktur dalam sistem manajemen pengetahuan.

3. Infrastruktur teknologi informasi

Infrastruktur ini meliputi penyimpanan data, teknologi informasi dan jaringan, serta sistem. Ini meliputi juga dengan akses atau koneksi, banyaknya informasi yang yang diperoleh atau kapasitas bandwith, detail informasi yang bisa diperoleh, serta data warehouse.

4. Pengalaman umum

Bagian ini meliputi pengalaman organisasi, yang terdiri dari pengetahuan tiap individu, pengetahuan khusus individu, aturan yang ada, dan lain-lain.

5. Lingkungan fisik

Bagian ini meliputi infrastruktur dan fasilitas fisik yang mendukung sistem manajemen pengetahuan. Fasilitas fisik ini berupa kantor, ruang meeting, ruang istirahat, atau yang lainnya.

2.3.6 Mekanise Manajemen Pengetahuan

Merupakan sebuah cara secara organisasi atau struktur yang digunakan untuk mempromosikan manajemen pengetahuan (Fernandez, Gonzalez, & Sabherawal, 2010). Mekanisme manajemen pengetahuan memungkinkan adanya sistem

21

manajemen pengetahuan dan didukung oleh infrastruktur manajemen pengetahuan.

Contoh dari penggunaan mekanise manajemen pengetahuan adalah pembelajaran otodidak, pelatihan kerja, observasi, dan pertemuan antarmuka. Contoh dalam jangka biasanya terdiri dari memperkerjakan CKO (Chief Knowledge Management), proyek bersama antar departemen, penentuan kebijakan organisasi, hingga perputaran pegawai antar departemen.

2.3.7 Teknologi Manajemen Pengetahuan

Berbagai macam teknologi informasi dapat digunakan untuk membantu dalam

Dokumen terkait