• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN

B. Profil Pelaku Cerai Gugat dan Pelanggar Iddah di Dusun

Dari observasi yang dilakukan oleh penulis di Dusun Gilang ada banyak perempuan yang mengajukan cerai gugat, akan tetapi penulis hanya mengambil 9 perempuan dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2010- 2014. Dari 9 perempuan yang mengajukan cerai gugat tersebut, ada yang melaskasnan masa iddah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam dan ada yang tidak melaksanakan masa iddah. Berikut data dari tahun 2010-2014 perempuan yang mengajukan cerai gugat di Dusun Gilang.

Tabel 3. 10

Data perempua yang mengajukan cerai gugat tahun 2010-2014 di Dusun Gilang

No Tahun bercerai Banyaknya

1 2010 2 2 2011 3 3 2012 2 4 2013 1 5 2014 1 Jumlah 9

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam kurun waktu lima tahun setiap tahunnya di Dusun Gilang ada perempuan yang mengajukan cerai gugat, hal ini menunjukkan bahwa cerai gugat di Dusun Gilang bukan hal yang aneh, meskipun mereka melakukannya dengan sangat berat.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan sembilan orang yang penulis anggap sudah mewakili perempuan yang lain. Jika dilihat dari gambaran umum Dusun Gilang dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat Dusun Gilang hidup berkecukupan meskipun mereka hanya bekerja sebagai petani, buruh tani dan buruh pabrik. Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan di dusun Gilang mengajukan cerai gugat.

Penulis memperoleh data dari hasil wawancara langsung kepada subyek dan dari informan yaitu pelaku sendiri dan tetangga dekat mereka. Penulis sengaja tidak menggunakan nama asli dari mereka, karena untuk melindungi privasi mereka, adapun pelaku dapat dilihat ditabel sebagai berikut.

Tabel 3. 11

Pelaku cerai gugat dan pelanggaran iddah

No Nama Umur Tahun bercerai

1 Dina 45 2010 2 Rukini 55 2010 3 Wati 41 2011 4 Ika 28 2011 5 Desi 36 2011 6 Umi 27 2012 7 Nita 35 2012 8 Sari 48 2013 9 Fina 18 2014

1. Dina binti Muhyidi.

Dina umur 45 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, alamat Rt 04 Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kecamatan Babyubiru. Agama Islam, pendidikan terakhir SD. Menikah dengan Susanto, pekerjaan karwayan swasta. setelah menikah Dina dan Susanto tinggal serumah selama kurang lebih sembilan tahun, rumah yang di diami adalah rumah milik bersama. Selama Sembilan tahun perkawinannya di karunia seorang anak yang bernama Septiyanti.

Pada awalnya rumah tangga Dina berjalan dengan baik dan bahagia, akan tetapi pada tahun yang ke sepuluh perkawinannya rumah tangga mereka mulai retak karena Susanto di PHK dari tempat bekerjanya. Dina dan Susanto sering bertengkar karena masalah ekonomi. Setelah di PHK dari tempat kerjanya Susanto tidak sungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan yang baru bahkan Susanto sering pergi tanpa tujuan untuk beberapa hari lamanya dan apabila mendapat uang Suanto hanya untuk kepentingan pribadinya seperti untuk membeli rokok dan untuk membeli kopi, bukan untuk kepentingan keluarganya, Susanto sering marah-marah tanpa sebab yang jelas bahkan menganiaya Dina. Sebagai seorang istri Dina sudah mengigatkan agar mengubah kebiasaan suaminya itu, akan tetapi usaha Dina tidak berhasil mengubah kebiasaan Susanto, justru timbul perselisihan dan pertengkaran.

Akibat pertengkaran yang terus menerus membuat Dina tidak kuat untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka sampai akhirnya Dina memutuskan untuk mengajukan cerai gugat di Pengadilan Agama. Sebenarnya Susanto tidak mau bercerai dengan Dina karena Susanto kasihan dengan anak semata wayangnya (Septiyanti), akan tetapi Dina tetap ingin bercerai dengan Susanto. Dina memberikan uang tebusan kepada Susanto sebesar empat ratus ribu rupiah. Dari pengakuan Dina, Dina memberiakan uang empat ratus ribu rupiah sebagai kenang-kenangan. Dahulu Susanto

memberikan mahar kepada Dina sebesar seratus tujuh puluh lima ribu rupiah dan seperangkat alat solat.

Setelah bercerai dengan Susanto, tak berapa lama Dina kawin lagi dengan laki-laki yang bernama Rohmat (nama samaran) bekerja sebagai penebas kayu. Perkawinan yang kedua ini tidak di catatkan di Kantor Urusan Agama, karena masa iddah Dina belum selesai. Dari pengakuan Dina jarak antara perceraian dengan perkawinan yang kedua hanya selapan (35 hari).

Alasan Dina segera menikah lagi sebelum masa iddahnya selesai, karena sudah terlanjur menerima lamaran dari Rohmat, dan Rohmat pun ingin segera hidup bersama dengan Dina. Alasan Dina yang ke dua masalah ekonomi, Dina tidak mau bekerja sendiri untuk menghidupi dirinya dan anaknya. Dina mengaku tidak mengerti iddah dan perhitungan iddah, suami yang ke duapun juga tidak mengetahui perhitungan iddah. Pernikahan yang kedua ini dinikahkan oleh Kiyai setempat atau pernikahan siri (wawancara kepada Dina tanggal, 2 November 2014).

2. Wawancara kepada Rukini pada tanggal 13 november 2014.

Saat ini usia Rukini menginjak usia 55 tahun, beliau tinggal di Dusun Gilang RT 03 / RW 01, Agama Islam, pekerjaan sebagi Ibu rumah tangga. Latar belakang pendidikan Rukini tidaklah tinggi, mereka hanya lulus sekolah dasar saja. Hal ini dikarenakan orang tua mereka tidak mempunyai biaya untuk pendidikan, mereka juga beranggapan bahwa pendidikan bukanlah suatu hal yang perlu diprerioritaskan terutama bagi seorang anak

perempuan, dalam hal pendidikan Agamapun mereka sangat minim. Hal tersebut dikarenakan lingkungan dan keluarga yang kurang memperhatikan pendidikan Agama.

Rukini menikah dengan Kabul pada tahun 1982, dengan maskawin seperangkat alat solat dan uang sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah. Setelah menikah ke duanya hidup bersama di rumah orang tua Kabul selama tiga tahun, setelah tiga tahun tinggal bersama orang tua Kabul beliau pindah di rumahnya sendiri yang tidak jauh dari rumah orang tua Kabul. Beliau dikaruniai tiga orang anak, dua orang perempuan (Rani dan Dewi) dan satu orang anak laki-laki (Miftah).

Pada mulanya kehidupan ruamah tangga Rukini sangat harmonis, namun pada pernikahan yang ke 22 tahun, rumah tangga beliau sudah tidak harmonis pertengkaran sering terjadi, saat Rukini bekerja sebagai penyalur Tenaga Kerja Wanita. Rukini sering pergi dengan laki-laki lain, bahkan Rukini tidak pulang, dengan alasan mengantarkan calon TKW. perselingkuhan itu terungkap oleh Kabul ketika Rukini pergi dengan laki-laki lain yang katanya bosnya Rukini. Pertengkaran yang terjadi setiap hari membuat Rukini menjadi tidak betah di rumah, Rukini pergi kerumah orang tuanya untuk menhindari pertengkaran yang setiap hari terjadi, akan tetapi Rukini malah diancam oleh suaminya akan dibunuh jika ia akan pergi kerumah orang tuanya.

Rukini memutuskan untuk mengahiri rumah tangganya dengan Kabul. Rukini mengajukan cerai gugat di Pengadilan Agama. Rukini memberikan uang kepada Kabul sebesar satujuta lima puluh ribu rupiah. Karena Kabul meminta mahar yang dulu diberikan kepada Rukini untuk dikembalikan. Perceraian berlangsung selama empat bulan dengan tiga kali sidang, setelah persidangan selesai dan dikabulkan gugatannya Rukini langsung serumah dengan laki-laki yang kata tetangga Rukini itu bosnya.

Pernikahan Rukini dengan bosnya (Mahmud) itu tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dengan alasan iddah yang belum selesai. Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Rukini bahwa beliau tidak faham apa itu iddah menurut ajaran Agama dan menurut undang-undang. Rukini berkata:

“aku ki agomone Islam, nanging aku urung tau reti sing jenenge iddah, mung krungu seko pak hakim wektu aku pegatan kae, karo reti seko wong liyo. Aku seko cilik ora tau ngaji, wong tuo ku ora tau kek i reti babagan iddah”.

“ walaupun kami beraga islam tapi saya tidak tahu tentang iddah yang

diajarkan islam, karena dari kecil saya tidak pernah mengaji dan tidak pernah

diberi tahu tentang iddah oleh orang tua saya”.

Dari pengakuan suami yang kedua Rukini tentang iddah

“ aku ora reti iddah, sing penting aku nikah karo rukini, rukini gelem tur rukini wes resik ora dadi bojone Kabul, pas tak nikahi Rukini yo ora meteng karo Kabul”.

“saya tidak tahu batasan Iddah , yang penting saya kawin dengan Rukini,

Rukini mau, sudah bersih dari suami yang bernama Kabul, waktu

Alasan Rukini cepat-cepat menikah dengan Mahmud karena sakit hati. Karena Kabul setelah cerai dengan Rukini langsung menikah dengan wanita lain, Rukini tidak menunggu masa iddah nya selesai. Dari pengakuan beliau jarak antara selesai sidang perceraian dengan perkawinan yang kedua secara siri hanya satu bulan. Pernikahan beliau yang kedua dilakukan dengan siri yang dinikahkan oleh kiyai setempat.

3. Wati binti Yasmad

Wati Agama Islam, umur 41 tahun, tempat tinggal di Dusun Gilang RT 08 / RW 01 Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Menikah dengan Bayu pada tahun 1991 dengan maskawin seperangkat alat solat beserta uang dua ratus lima puluh ribu rupiah. Setelah menikah mereka tinggal serumah dan dikarunia seorang anak perempuan sekarang berumur 21 tahun bekerja sebagai karyawan pabrik textile.

Latar belakang pasangan suami istri ini tidaklah tinggi, mereka hanya lulusan Sekolah Dasar saja. Beliau beranggapan bahwa pendidikan bukanlah suatu hal yang harus diutamakan, terutama bagi seorang wanita. Dan dalam hal pendidikan Agamapun Wati tergolong orang yang biasa-biasa saja.

Setelah Wati menikah dengan Bayu mereka tinggal di rumah orang tua Bayu. Namun setelah mereka berumah tangga selama satu tahun mereka menepati rumah sendiri. Pada awal perkawinan kehidupan mereka sangat harmonis, rumah tangga mereka bertahan sampai 20 tahun. Memasuki usia

perkawinan yang ke 21 tahun sering diwarnai pertengkaran. Masalah ekonomi yang membuat mereka bertengkar, pekerjaan Bayu sebagai petani tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, akan tetapi Bayu selalu menuntut Wati untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan makanan yang serba enak-enak. Terkadang hanya masalah kecil sering diperdebatkan menjadi masalah besar, setiap ada masalah dalam keluarganya orang tua Bayu selalu ikut campur dan Wati yang selalu disalahkan oleh orang tua Bayu. Hal tersebut membuat hubungan merka tidak harmonis lagi, pada akhir tahun 2010 Wati memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya, karena Wati sudah kesal bertengkar setiap hari dengan suaminya karena masalah ekonomi.

Setiap mereka bertengkar Bayu selalu kasar dengan Wati, hal yang lebih parah lagi ternyata Bayu sudah mempunyai perempuan lain / selingkuh dengan permpuan lain. Hal ini membuat hati Wati tambah kesal dan sakit hati, rumah tangga Wati sudah tidak bisa dilanjutkan lagi, pada akhirnya wati memutuskan untuk mengajukan cerai gugat di Pengadilan Agama. Wati memberikan uang kepada Bayu sebesar satu juta rupiah dan sepeda motor yang dibeli Wati.

Setelah Wati cerai dengan suaminya (Bayu), ada seorang duda yang ingin menjadikan Wati sebagai istri, tanpa bepikir panjang Wati mau untuk dijadikan istri, akan tetapi pernikahan Wati yang kedua ini secara siri tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama. Waktu antara bercerai dengan

pernikahan Wati yang kedua tidaklah lama hanya dalam waktu satu bulan setengah Wati sudah menikah lagi dengan Eko. Alasan Wati menerima pinangan dari Eko sebelum masa iddah selesai, Wati tidak mau bekerja sendiri sebagai tulang punggung keluarganya.

Menurut keterangan dari Wati, Wati tidak mengetahui apa itu iddah. Wati berkata tidak ada yang memberi tahu tentang masalah perhitungan iddah kepadanya, hanya saja pada waktu Wati akan mencatatkan perkawinannya di KUA, KUA menolaknya karena masalah iddah yang belum selesai, sampai sekarang pernikahan Wati dengan Eko belum dicatatkan di KUA, mereka masih menikah siri (wawancara kepada Wati, tanggal 16 November 2014).

4. Ika binti Sugino

Ika umur 28 tahun, Agama Islam, pekerjaan karyawan pabrik tekstil, tempat tinggal di dusun Gilang RT 03/ RW 01 Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Pendidikan terakhir Madrasah Aliyah. Menikah dengan Ali pada tahun 2005 dengan mahar satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah serta seperangkat alat sholat.

Setelah Ika menikah dengan Ali, Ika mengikuti Ali ke Jakarta mereka tinggal di kontrakan kecil, pada tahun 2006 mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Akbar, kehidupan rumah tangga mereka berjalan sangat harmonis, akan tetapi paada pertengahan tahun 2011 rumah tangga mereka

mulai retak karena pertengkaran, pertengkaran mereka dipicu karena kecurigaan Ika terhadap suaminya yang sering pulang kerja larut malam dengan alasan lembur, bahkan Ali pernah tidak pulang dengan alasan yang sama.

Kecurigaan Ika terungkap ketika Ika membaca SMS dari seorang teman perempuan Ali bahwa temanya minta untuk dijemput di tempat kerjanya. Ika sakit hati, pertengkaran semakin menjadi, rumah tangga mereka tidak bisa dipertahankan karena Ika minta untuk diceraikan. Ika memberikan uang kepada Ali sejumlah tiga juta rupiah.

Setelah Ika bercerai dari Ali, Ika dan anaknya tinggal serumah dengan orang tua Ika. Setahun kemudian Ika menikah lagi dengan Yeni. Ika melaksanakan iddah selama tiga bulan sesuai dengan keputusan pengadilan. Ika mengaku faham dengan masalah perhitungan iddah karena waktu ika masih remaja Ika pernah mengaji di pesantren, latar belakang orang tua Ika juga kental dengan Agamanya (wawancara kepada Ika tanggal 21 November 2014).

5. Desi binti Salim

Desi umur 36 tahun, Agama Islam, pekerjaan wiraswasta, tempat tinggal dusun Gilang RT 02/RW 01, desa Tegaron. Pendidikan terahir SMA. Menikah dengan Arif pada tahun 2005, dengan mahar tujuh ratus lima puluh ribu rupiah.

Setelah menikah pasangan ini masih tinggal di rumah orang tua Arif. Namun setelah mempunyai seorang anak mereka baru menempati rumah sendiri. Pada awal perkawinan, kehidupan rumah tangga Desi dan Arif dalam keadaan rukun dan tentram. Akan tetapi setelah usia perkawinan menginjak ke 4 tahun, kehidupan rumah tangga mereka sering diwarnai pertengkaran. Terkadang hanya masalah kecil yang sering diperdebatkan hingga berakhir dengan pertengkaran. Hal tersebut membuat hubungan mereka menjadi renggang, pada pertengahan 2011 Desi memutuskan untuk pergi dari rumah dan kembali ke rumah orang tuanya.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Desi, latar belakang terjadinya pertengkaran mereka adalah permasalahan ekonomi. Desi merasa kesal dengan perilaku Arif yang jarang memberikan uang belanja, dan kalaupun Arif memberikan uang Belanja kepada Desi itupun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Setiap bertengkar Arif selalu bersikap kasar kepada Desi, hal ini dikuatkan dengan keterangan dari kakak Desi yang tinggalnya tidak jauh dari rumah Desi, bahwa mereka sering bertengkar dengan istrinya dan suara teriakan sering terdengar dari rumah tetangga-tetangga dekatnya.

Desi memilih untuk meninggalkan Arif dengan alasan sudah tidak kuat lagi hidup berumah tangga dengan Arif. Desi mengajukan cerai gugat di Pengadilan Agama. Setelah beberapa kali sidang pengadilan Agama

dan menurut undang-undang perkawinan. Desi tidak memberikan tebusan kepada Arif, karena Arif tidak meminta apapun dari Desi.

Perpisahan Desi dan Arif sudah berjalan selama satu tahun, kemudian Desi baru menikah dengan laki-laki lain, menurut keterangan Desi, Desi menikah setelah masa iddah Desi sudah selesai. Desi mengaku paham dengan perhitungan iddah yang di syariatkan oleh Agama (wawancara kepada Desi tanggal 30, November 2014).

6. Umi binti Hadiyono

Umi umur 27 tahun, berasal dari Dusun Gilang, Desa Tegaron RT 06 RW 01. Bersal dari keluarga yang taat beragama yang kuat beribadah. Pendidikan terahir SMP. Pernah belajar dipesantren, pekerjaan sebagai karyawan pabrik. Menikah dengan Bagas dengan maskawin seperangkat alat solat dan perhiasan emas, berasal dari keluarga petani, dari segi ekonomi mereka merupakan keluarga yang sederhana. Dalam hal agama suami Umi tergolongan orang yang biasa-biasa saja.

Pasangan ini menikah pada tahun 2005, pada awal pernikahan mereka harmonis namun pada usia perkawinannya yang ke 6 tahun hubungan mereka sering diwarnai pertengkaran karena perbedaan pendapat. Umi merasa kesal dengan Bagas yang sering berkata kasar dan sering menghina keluarga Umi, karena keluarga Umi keluarga yang sangat sederhana.

Puncak pertengkaran terjadi pada tahun 2012 yakni ketika kesabaran Umi sudah mulai hilang karena hinaan dari keluarga Bagas. Umi akhirnya

minta cerai dari Bagas. Bagas tidak mengiyakan permintaan Umi, karena menurut Bagas masalah di rumah tangganya adalah masalah yang sepele, akan tetapi Umi tetap meminta untuk berpisah dengan Bagas. Pada akhirnya Bagas mengiyakan permintaan istrinya dengan syarat Umi memberikan sepeda motor yang dibeli Umi diserahkan kepada Bagas.

Setelah tujuh bulan mereka bercerai, Umi melangsungkan pernikahannya dengan Joko. Ketika wawancara dilakukan, Umi mengatakan telah melaksanakan iddahnya selama 90 hari sesuai dengan apa yang ia ketahui (wawancara kepada Umi, tanggal 7 Desember 2014).

7. Nita binti Slamet

Nita umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal dusun Gilang RT 03 RW01. Pendidikan terakhir SD. Menikah dengan Ahmad pada tahun 2006 dengan mahar seperangkat alat solat.

Nita adalah perempuan yang usianya sekitar 35 tahun, semasa kecil hidupnya dihabiskan untuk membantu ibunya berjualan di pasar dan membantu ayahnya di sawah. Keluarga Nita adalah keluarga yang ekonominya sangat sederhana, ia hanya mengenyam pendidikan SD sehingga pengetahuannya hanya sebatas saja begitu pula dengan pengetahuan agamanya. Orang tua Nita tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknyan karena terlalu sibuk mencari nafah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Begitu juga latar belakang pendidikan suami Nita yang hanya pendidikan SD. Nita dan Ahmad menikah karena di jodohkan oleh orang tua mereka. Setelah menikah, Nita dan Ahmad masih tinggal dirumah orang tua Nita di Dusun Gilang. Pada saat usia pernikahan mereka satu tahun mereka memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah yang dibuatkan orang tua Ahmad. Mereka dikaruniai satu orang anak laki-laki sekarang usianya 7 tahun.

Setelah perkawinan mereka berusia lima tahun, rumah tangga mereka sering diwarnai pertengkaran karena penghasilan mereka yang tidak menentu. Maklum saja, Ahmad yang bekerja sebagai petani biasa yang mengandalkan hasil panen padi setiap setengah tahun sekali, kadang hasil panen mereka tidak tetap, kadang banyak dan kadang gagal panen karena diserang hama tikus. Dari hasil panen padi itu dijual untuk membayar hutang-hutang untuk kebutuhan sehari-hari. Hal inilah yang sering memicu pertengkaran. Setiap pertengkaran, Nita selalu ingin pergi dari rumah untuk bekerja di luar kota, karena menurut Nita suaminya tidak dapat menafkahi keluarganya.

Dengan keadaan yang terus menerus bertengkar, Nita tidak tahan di rumah, akhirnya Nita memutuskan untuk bercerai dari Ahmad. Nita tidak memberikan tebusan apapun untuk Ahmad, karena menurut Nita tidak ada yang akan diberikan kepada Ahmad, Ahmadpun tidak menuntut apa-apa dari Nita.

Belum genap tiga bulan dari perceraiannya, Nita sudah menikah dengan Yanto. Alasan Nita segera menikah dengan Yanto, karena sudah sama-sama suka dari dulu sebelum Nita menikah dengan Ahmad. Pernikahan Nita yang kedua ini tidak dilaporkan ke kantor urusan Agama. Karena jika pernikahan mereka ingin di catatkan di KUA Nita harus menjalankan masa iddah terlebih dahulu, menurut pengakuan Nita saat wawancara kepadanya: “ iddah niku nopo to mbak? Sing pripun, kulo mboten nate retos iddah? Nek kulo mpun pegatan kaleh Ahmad, nggeh mpun kulo mboten gadah urusan nopo-nopo kaleh Ahmad, naming anak niku sing dadi urusane kulo kaleh Ahmad. Nek kulo ajeng rabi maleh, niku mpun urusane kulo.nek kulo ken iddah kesuen mbak, malah kulo mangkeh dosa, nek mung ubyang-ubyung kaleh yanto,nek sirri lak wes sah to mbak.”

iddah itu apa mbak? Yang bagaimana, saya belum pernah tahu tentang iddah? Kalo saya sudah bercerai dengan Ahmad, ya sudah saya tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Ahmad, yang jadi urusan saya dengan Ahmad hanya anak. Jika saya mau menikah lagi, itu sudah urusan saya. Kalo saya suruh menunggu iddah kelamaan mbak, nanti saya dosa karena sudah kesana-kemari dengan yanto, kalo nikah sirri dahulu sudah sah menjadi suami istri.

8. Sari binti Ngatimin

Sari umur 48 tahun, Agama Islam, tempat tinggal dusun Gilang RT 07 RW 01, pendidikan terakhir SMP. Pekerjaan petani, menikah dengan Fani pada tahun 1987 dengan mahar seperangkat alat solat.

Setelah menikah keduanya hidup bersama di rumah milik Fani, setelah menikah mereka hidup rukun dan tentram. Fani dan Sari dikaruniai 2 orang

anak laki-laki bernama Zaki (23) dan Fajar (18). Fani bekerja sebagai tukang bangunan yang sering merantau ke Jakarta, pulang kerumah setiap 3 bulan sekali. Sejak tahun 2012 rumah tangga mereka mulai renggang karena Fani jarang pulang dan tidak memberi kabar, yang dahulu pulang setiap 3 bulan sekali kini selama setahun Fani tidak pulang dan juga tidak memberi nafkah kepada anak dan istrinya. Sari sudah berusaha mencari ke Jakarta tempat Fani bekerja akan tetapi menurut teman Fani, Fani sudah pindah proyek ke Kalimantan sejak 6 bulan yang lalu. Sari bersama anak laki-laki yang

Dokumen terkait