• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Rumah Tangga Responden

Dalam dokumen IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH (Halaman 29-36)

4.5 Tinjauan Demografi Lokasi Penelitian

4.5.1 Profil Rumah Tangga Responden

Penelitian ini dimulai dengan mendalami data tentang jumlah kepala keluarga. Nampak bahwa dari total jumlah 83 responden terdiri dari 15 perempuan atau 18,1 persen dan laki-laki 67 atau 80,7 persen serta yang tidak jelas 1 responden atau 1,2 persen. Kepala keluarga lebih didominasi oleh laki-laki bila dibandingkan dengan kepala keluarga perempuan. Perilaku sosial ekonomi ini dapat diinformasikan bahwa meskipun kondisi alam (medan) penambang tanpa izin serta karakter atau watak penambang cukup keras namun tetap member kesempatan bagi perempuan untuk mengurus rumah tangga keluarga. Hal ini nampak pada (Tabel 29).

Tabel 29. Jumlah Kepala Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perempuan 15 18.1 18.3 18.3

laki-laki 67 80.7 81.7 100.0

Total 82 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 83 100.0

Jumlah kepala keluraga obyek penelitian ini memiliki peran strategis bagi para pihak, karena logika keputusan melembaga yang dibangun dan disepakati oleh responden terutama penambang tanpa izin sangat terkait dengan salah satu aspek yaitu kapasitas pendidikan. Demikian halnya dengan kemampuan responden untuk memahami aturan hukum dan perundang-undangan beserta turunanya terutama berkaitan hokum pertambangan dan bagaimana pelaksanaan praktek penambangan yang baik (Good Mining Practice) sangat dipengaruhi pula oloh kapasitas pendidikan.

Bila ditelaah seperti pada Tabel 30 nampak bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak yaitu pendidikan SLTP dengan jumlah 47 orang atau 56,6 persen dan diikuti oleh pendidikan SD berjumlah 21 atau 25,3persen, sedangkan responden yang tamat pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi yaitu 4 orang atau 4,8 persen serta responden yang tidak sekolah atau tidak berpendidikan yaitu 1 orang atau 1,4 persen. Akan tetapi dalam penelitian ini terdapat 10 atau 12,0 persen responden yang tidak memberikan informasi terkait dengan tingkat pendidikannya, sehingga total responden yaitu 83 orang.

Tabel 30. Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tdk sekolah 1 1.2 1.4 1.4 Tamat SD 21 25.3 28.8 30.1 Tamat SMP 47 56.6 64.4 94.5 Tamat SMA-PT 4 4.8 5.5 100.0 Total 73 88.0 100.0 Missing System 10 12.0 Total 83 100.0

Meskipun dirasakan sulit untuk mengeksplorasi data secara terstruktur melalui angket yang telah diedarkan, namun usaha tersebut tidak sia-sia. Karena dari total 83 responden yang berhasil diwawancarai terdapat 54 responden (65,1 persen) yang memiliki mata pencaharian penambang tanpa izin dan diikuti oleh petani sebanyak 19 responden atau 22,9 persen serta nelayan sebanyak 4 responden atau 4,8 persen. Namun responden yang tidak menyampaikan tentang pekerjaan utama yang dilakukan yaitu berjumlah 6 responden atau 7,2 persen.

Lokasi Penelitian berada di posisir Teluk Tomini yang berada diwilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango. Dijumpai sebagian besar masyarakat yang berdomisili di pesisir berprofesi bukan nelayan, terutama masyarakat yang bermukim di wilayah konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals, penduduknya lebih banyak berprofesi sebagai penambang tanpa izin. Demikian pula petani telah banyak yang beralih profesi yang sama bukan karena disebabkan oleh adanya obyek pekerjaan baru yaitu PETI, namun disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dalam membasmi binatang babi dan hewan lainnya yang memakan tanaman petani seperti jagung, sayur mayur dan tanaman lainnya. “Kitorang ini masih mau bertani, tapi pemerintah tidak memberikan bantuan dan penyuluhan bagaimana membasmi binatang Babi. Seandainya menanam jagung hari ini maka sampai dipanen harus dijaga terus dari Babi (Ujair Nusa/Paci Kuja ,Tokoh Masyarakat dan Petani di Tombulilato)”

Tabel 31. Pekerjaan Utama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid petani 19 22.9 24.7 24.7 nelayan 4 4.8 5.2 29.9 Penambang 54 65.1 70.1 100.0 Total 77 92.8 100.0 Missing System 6 7.2 Total 83 100.0

Tabel 32 berikut mendeskripsikan bahwa profesi atau mata pencaharian penduduk yang bermukim di wilayah yang berhimpitan langsung dengan konsesi Kontrak Karya dijumpai memiliki pekerjaan sampingan diantaranya aparat Desa sebanyak 3 responden (3,6 persen), aparat Pemerintah sebanyak 1 responden (1,2 persen), buruh sebanyak 1 responden (1,2 persen), karyawan sebanyak 1 responden (1,2 persen), kontraktror dan pengusaha sejumlah 5 responden (5,8 persen), Lurah 1 responden (1,2 persen) dan pedagang sejumlah 9 responden (10,8 persen), serta penambang 9 responden (10,8 persen). Informasi ini penting karena terkait dengan adanya kelembagaan yang memiliki kekuatan hukum seperti adanya Kepala Desa dan aparat Desa membuktikan bahwa di wilayah ini telah ada Desa-Desa yang definitif secara melembaga.

Tabel 32. Pekerjaan Sampingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 42 50.6 50.6 50.6 Aparat Desa 3 3.6 3.6 54.2 Aparat Pemerintah 1 1.2 1.2 55.4 Buruh 1 1.2 1.2 56.6 Karyawan 1 1.2 1.2 57.8 Kontraktor 1 1.2 1.2 59.0 Lurah 1 1.2 1.2 60.2 Material 1 1.2 1.2 61.4 Nelayan 1 1.2 1.2 62.7 pedagang 1 1.2 1.2 63.9 Pedagang 8 9.6 9.6 73.5 Penambang 9 10.8 10.8 84.3 Pengawas 1 1.2 1.2 85.5 Pengurus KUBE 1 1.2 1.2 86.7 Pengusaha 1 1.2 1.2 88.0 Petani 5 6.0 6.0 94.0 Tukang 2 2.4 2.4 96.4 Wiraswasta 3 3.6 3.6 100.0 Total 83 100.0 100.0

Tabel 33 berikut mendiskripsikana bahwa rata-rata umur responden yaitu 30-39 atau 31,1 persen dan responden yang berumur 30-39 tahun sebanyak 30 orang atau 36,1 persen. Responden yang paling tua berusia 50 tahun sebanyak 18 responden atau 21,7 persen. Dengan demikian bahwa wilayah tumpang tindih antara pemukiman masyarakat dan konsesi kontrak karya penduduknya rata-rata berumur produktif dan kreatif. Umur responden ini mengindikasikan tentang semangat kerja dan semangat utnuk menanggapi isu-isu terkait dengan tumpang tindih kawasan. Hal ini sesuai dengan obyek penelitian yaitu isu-isu terkait dengan pertambang tanpa izin semakin menggema di masyarakat.

Tabel 33. Umur Anggota Rumah Tangga Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=29 6 7.2 7.5 7.5 30-39 30 36.1 37.5 45.0 40-49 26 31.3 32.5 77.5 50+ 18 21.7 22.5 100.0 Total 80 96.4 100.0 Missing System 3 3.6 Total 83 100.0

Data responden yang berkaitan dengan jumlah anggota keluarga yaitu anggota keluarga paling banyak atau diatas 5 orang yaitu 49 responden atau 59,0 persen sedangkan responden yang memiliki anggota keluarga 3-4 orang yaitu 28 responden atau 33,7 persen dan sisanya 4 responden dengan jumlah keluarga 1 sampai 2 orang atau 4,8 persen. Penduduk yang bermukim diwilayah berhimpitan langsung dengan konsesi Kontrak Karya Rata-rata anggota 4,95 dan anggota keluarga paling sedikit yaitu 1 anggota keluarga, jumlah keluarga yang paling banyak yaitu 14. Nampak pada Tabel 34 yang menjelaskan jumlah keluarga disetiap rumah tangga yang bermukim diwilayah tumpang tindih dengan kawasan kontrak karya PT Gorontalo Minerals masih relafif sedikit, hal ini diperkuat juga oleh jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih relatif sedikit.

Tabel 34. Jumlah Anggota Keluarga Rumah Tangga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1-2 4 4.8 4.9 4.9 3-4 28 33.7 34.6 39.5 5+ 49 59.0 60.5 100.0 Total 81 97.6 100.0 Missing System 2 2.4 Total 83 100.0

Tabel 35 mendeskripsikan dua aspek yaitu anggota keluarga responden yang sedang sekolah yaitu 57,86 persen dan yang tidak sekolah yaitu 42,14 persen. Persentase keluarga responden yang sedang sekolah dan tidak sekolah

relatif hampir sama, hal ini dijumpai karena anggota keluarga yang produktif lebih memilih untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan keluarga bila dibandingkan dengan keputusan untuk bersekolah. Alasan lain yang dijumpai karena peluang usia sekolah untuk bekerja menjadi buruh di penambangan tanpa izin cukup terbuka karena menjadi tenaga buruh di PETI tidak terlalu membutuhkan keterampilan dan keahlian tertentu, hanya dengan modal fisik yang cukup kuat untuk mencungkil batu (rep) dalam lubang atau menjadi buruh pengangkat barang ke lokasi PETI (kijang) sudah cukup mendapatkan upah. Kendala lain juga dijumpai bahwa akses pendidikan terutama ke Perguruan Tinggi cukup sulit karena setiap anggota keluarga yang akan melanjutkan kependidikan tinggi harus ke Kota Gorontalo jaraknya sekitar 60 Km.

Tabel 35. Prosentase Anggota Keluarga Rumah Tangga Responden yang Sedang Sekolah

Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan Total

SD 33.91 38.60 36.24

SMP 21.74 21.93 21.83

SLTA 40.00 30.70 35.37

PT 4.35 8.77 6.55

Tabel 35 mendeskripsikan tentang anggota keluarga yang berpartisipasi kesokolah. Perempuan bersekolah lebih banyak bila dibandingkan dengan partisipasi laki-laki bersekolah, kecuali partisipasi sekolah di tingkat SLTA. Nampak pada Tabel 35 mendeskripsikan bahwa partisipasi perempuan bersekolah di SD yaitu 38,60 persen, sedangkan laki-laki 33,91 persen, demikian pula ditingkat SLTP nampak perempuan yang lebih banyak yaitu 21,93 persen sedangkan laki-laki 21,74 persen, berbeda dengan partisipasi bersekolah di tingkat SLTA dimana laki-laki lebih banyak yaitu 40.00 persen sedangkan perempuan 30.70 persen. Akan tetapi di tingkat Perguruan Tinggi, siswa perempuan lebih banyak yaitu 8.77 persen sedangkan laki-laki hanya 4.33 persen. Kesempatan untuk melanjutkan keperguruan tinggi lebih dimanfaatkan oleh perempuan meskipun akses untuk melanjutkan studi keperguruan tinggi cukup jauh dan bahkan memilih untuk tinggal sementara (asrama/sewa kamar) di Kota Gorontalo.

Anggota keluarga umur produktif umumnya dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan. Jenis pekerjaan yang dimiliki terdiri dari tiga jenis pekerjaan utama yaitu laki-laki umur produktif sedang bekerja sebanyak 69,93 persen dan perempuan umur produktif yang sedang bekerja yaitu 10,46 persen. Selanjutnya laki-laki umur produktif yang sedang sekolah yaitu 26,14 persen dan perempuan umur produktif yang sedang sekolah yaitu 35,29 persen. Sedangkan laki-laki umur produktif mengurus rumah tangga yaitu 3.92 persen serta perempuan umur produktif mengurus rumah tangga yaitu 54,25 persen.

Nampak bahwa perempuan yang berumur produktif lebih banyak memiliki pekerjaan bila dibanding dengan laki yang berumur produktif, meskipun laki-laki memegang peran penting dalam pekerjaan namun perempuan selain mengurus rumah tangga juga bersekolah. Hal lain dijumpai juga laki-laki umur produktif yang mengurus rumah tangga karena dijumpai di lokasi penambang tanpa izin seperti di pegunungan Waluhu terdapat beberapa perempuan yang ikut bekerja sebagai buruh dan menjual makanan serta pedagang asongan, hasil wawancara dengan seorang ibu yaitu:

“Saya pe jualan makanan deng rokok capat habis disini, kalau cuaca bagus saya dua kali balik bawa makan deng minuman kesini, soalnya disini harga makanan mahal jadi depe untung lumayan juga cukup untuk biaya anak-anak pigi disekolah.(Bu Nou)”

Tabel 36. Jumlah Anggota Keluarga Umur Produktif

Laki-laki Perempuan Total

Bekerja 69.93 10.46 40.20

Sekolah 26.14 35.29 30.72

URT 3.92 54.25 29.08

Dalam dokumen IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH (Halaman 29-36)

Dokumen terkait