• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Kondisi Kependudukan

Komponen penting pada bagian ini adalah penyajian dan mendeskripsikan tentang data kependudukan, perkembangan dan kepadatan serta jenis pekerjaan penduduk juga proyeksi pertumbuhan penduduk. Selanjutnya komponen ekonomi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan indikator ekonomi serta keunggulan komparatif dan kompetitif berdasarkan masing-masing sektor di deskripsikan juga. Kemudian komponen keuangan daerah disajikan juga untuk melihat sejauh mana penggunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta realisasinya. Berkaitan dengan komponen lingkungan, maka aspek ekologi wilyah, ekologi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ekologi pantai serta ekologi air menjadi bagian penyajian. Terakhir adalah mendeskripsikan tentang profil rumah tangga di lokasi penelitian.

Aspek yang dominan memberikan pengaruh dalam setiap perencanaan pembangunan wilayah sebuah daerah yaitu penduduk. Pentingnya masalah penduduk dikarenakan penduduk merupakan sumberdaya manusia yang berperan dalam m e n y u s u n d a n m e n s i n t e s i s perencanaan. Peranan atau partisipasinya sangat diperlukan agar hasil perencanaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Penduduk dapat berperan sebagai pelaku dan juga sebagai sasaran dalam proses perencanaan pembangunan bahkan berpeluang menjadi korban suatu perencanaan yang tidak baik. Dinamika pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menjadi persoalan bagi pemerintah dalam menata pembangunan yang diarahkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarat, sehingga faktor manusia tetap mengambil peran yang penting terutama dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk tersebut, penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah dan kemasyarakatan .

Memperhatikan data yang diperoleh, dapat d i ketahui konsentrasi jumlah penduduk yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Kabila dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebesar 18.318 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di Kecamatan Bulango Ulu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama hanya sebesar 3.046 jiwa. Dilihat dari jumlah keseluruhan

(2)

penduduk yang ada di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 yaitu sebesar 131.797 jiwa, maka diperoleh kepadatan penduduk rata-rata di kabupaten ini adalah sebesar 66 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terus meningkat seiring adanya pertumbuhan penduduk sekaligus menjadi penentuan peningkatan permintaan dan penawaran barang dan jasa atau dalam istilah pemasaran sebagai konsumen. Sebaran penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 11).

Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolango dirinci per Kecamatan Tahun 2005 s/d 2010 No Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Tapa 19,016 19,177 6,723 6,900 6,575 6.871 2 Bulango Utara 9,235 9,313 6,423 6,263 6,537 6.933 3 Bulango Selatan - - 8,508 8,631 8,775 9.711 4 Bulango Timur - - 4,720 5,366 5,325 4.995 5 Bulango Ulu - - 3,481 2,955 3,064 3.612 6 Kabila 18,307 18,459 17,737 18,318 18,759 21.004 7 Botu Pingge 4,953 4,995 5,209 5,389 5,462 5.598 8 Tilong Kabila 14,511 14,634 14,494 14,726 15,375 16.569 9 Suwawa 24,635 24,843 9,267 9,999 9,881 10.688 10 Suwawa Selatan - - 4,349 4,466 4,510 4.796 11 Suwawa Timur - - 5,710 5,582 5,815 6.578 12 Suwawa Tengah - - 5,100 4,999 5,201 5.716 13 Bone Pantai 9,487 9,567 9,655 8,889 9,331 9.776 14 Kabila Bone 9,407 9,487 9,512 9,400 9,176 9.755 15 Bone Raya 9,504 9,584 5,346 4,767 4,979 5.876 16 Bone 7,852 7,918 8,164 8,306 8,307 8.674 17 Bulawa - - 4,650 5,069 4,707 4.763 Jumlah Total 126,907 127,977 129,025 130,026 131,797 141,915 Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2011

(3)

4.1.1 Pertumbuhan Penduduk

Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolango selama kurun waktu 4 tahun (tahun 2007 – tahun 2010) mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen atau 1.386 jiwa setiap tahunnya, dimana jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah 129.025; tahun 2008 berjumlah 130.025 dan tahun 2009 jumlah penduduk di Kabupaten Bone Bolango berjumlah 131.797. Tren pertumbuhan penduduk erat hubungannya dengan pertumbuhan di sektor lain, meskipun tren pertumbuhannya tidak sama dengan laju tren pertumbuhan penduduk. Disisi lain kondisi demografis Kabupaten Bone Bolango yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota Provinsi Gorontalo menjadi pilihan bagi masyarakat untuk menempati pemukiman-pemukiman yang baru dan nyaman yang telah disiapkan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Bone bolango. Trend nampak pada (Tabel 12).

Tabel 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Setiap Tahun di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007 s/d 2010 (dalam persent)

No Kecamatan 2007 % 2008 % 2009 % 2010 % 1 Tapa -64.9 2.6 -4.71 1,23 2 Bulango Utara -31.0 -2.5 4.37 1,52 3 Bulango Selatan 1.4 1.67 2,63 4 Bulango Timur 14.1 -0.76 1,73 5 Bulango Ulu -15.1 3.08 2,21 6 Kabila -3.9 3.3 2.60 2,51 7 Botu Pingge 4.3 3.5 1.35 2,22 8 Tilong Kabila -1.0 1.6 4.41 2,50 9 Suwawa -62.7 7.9 -1.18 2,63 10 Suwawa Selatan 2.7 0.99 2,15 11 Suwawa Timur -2.2 4.17 1,28 12 Suwawa Tengah -2.0 4.04 2,18 13 Bone Pantai 0.9 -7.9 4.97 2,19 14 Kabila Bone 0.3 -1.2 -2.38 2,23 15 Bone Raya -44.2 -10.8 4.45 1,67 16 Bone 3.1 1.7 0.01 2,37 17 Bulawa 9.0 -7.14 1,01 Jumlah/Total 0,82 % 0,78% 1.36% 2,14% Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010

(4)

4.1.2 Perkembangan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Klasifikasi penduduk berdasarkan struktur umur sangat membantu pemerintah dan dunia usaha untuk menyusun program dan strategi terkait dengan kesiapan umur produktif dan siap bekerja pada suatu wilayah. Penggambaran penduduk menurut struktur umur juga berguna untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan penduduk non produktif. H al ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi. Dilihat dari struktur umur penduduk, suatu wilayah dapat dikategorikan dalam 3 klasifikasi, yaitu: 1) Penduduk tua (old population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun < 30 persen dan penduduk yang berumur +65 tahun > 10 persen; 2) Penduduk muda (young population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun > 40persen dan penduduk yang berumur +65 < 5 persen. 3) Penduduk produktif (productive population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun berkisar 30 persen sampai 40 persen dan penduduk yang berumur +65 tahun berkisar antara 5 persen sampai 10 persen. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 13).

Tabel 13. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Beban Ketergantungan di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009

Kelompok Umur (Tahun)

Tahun 2009 0 - 14 39.944 15 – 64 83.104 65 + 8.749 JUMLAH 131.797 beban ketergantungan 63,05

Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010

Berdasarkan data penduduk, struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut kelompok umur memperlihatkan struktur umur produktif. Pada tahun 2009 jumlah penduduk usia produktif relatif lebih banyak dibanding kelompok usia lainnya. Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2009 mengalami

(5)

kenaikan sebesar 2.216 jiwa dibanding tahun 2008. Diperkirakan laju pertumbuhan tingkat angkatan kerja akan tumbuh pesat dimana sebagai daerah yang berkembang, tentu lapangan kerja semakin besar dan akan berdampak langsung terhadap kebutuhan jumlah tenaga kerja yang besar pula.

4.1.3. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk menggambarkan tekanan penduduk terhadap luas wilayah. Jumlah penduduk terus bertambah, sedangkan lahan yang ada tetap, mengakibatkan kepadatan semakin bertambah tinggi. Kepadatan penduduk dapat menjadi alat untuk mengukur kualitas dan daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk per kecamatan di kabupate Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 14).

Tabel 14. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2010 di Kabupaten Bone Bolango

No Kecamatan Penduduk Luas (Km 2) Kepadatan Penduduk (Km 2) 1 Tapa 6,575 6,414 102 2 Bulango Utara 6,537 176,04 37 3 Bulango Selatan 8,775 9,87 889 4 Bulango Timur 5,325 10,82 492 5 Bulango Ulu 3,046 78,41 39 6 Kabila 18,795 193,45 97 7 BotuPingge 5,462 47,11 116 8 Tilongkabila 15,375 79,74 193 9 Suwawa 9,881 33,51 295 10 Suwawa Selatan 4,510 184,09 24 11 Suwawa Timur 5,815 489,2 12 12 Suwawa Tengah 5,201 64,7 80 13 Bone Pantai 9,331 161,82 58 14 Kabila Bone 9,176 143,51 64 15 Bone Raya 4,979 64,12 78 16 Bone 8,307 72,71 114 17 Bulawa 4,707 111,01 42 Jumlah 131,787 1984,58 66 Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010

(6)

Kepadatan Kabupaten Bone Bolango mengalami perubahan setiap tahunnya, berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk, diketahui laju pertambahan kepadatan penduduk meningkat sekitar 1 jiwa/km2 setiap tahun. Dilihat dari data kepadatan, wilayah yang mengalami tingkat kepadatan paling tinggi adalah Kecamatan Bulango Selatan dengan kepadatan penduduk tahun 2009 sebesar 889 jiwa per km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan paling rendah berada di Kecamatan Suwawa Timur dengan jumlah kepadatan penduduk pada tahun 2009 sebesar 12 jiwa per km2.

4.1.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan untuk mata pencaharian penduduk yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah di sektor pertanian, dimana jumlah penduduk pada tahun 2009 yang bekerja di sektor ini adalah sebanyak 21.095 jiwa atau sebesar 38,7 persen. Jenis pekerjaann yang tergolong sektor terkecil yang menyerap tenaga kerja adalah penduduk yang bekerja di sektor listrik, gas dan air sebanyak 47 jiwa atau sebesar 0,09 persen dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat di lihat pada (Tabel 15).

Tabel 15. Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2009 di Kabupaten Bone Bolango

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri 3.400 6,2

2 Pertanian 21.095 38,7

3 Pertambangan 1.619 2,9

4 Industri 2.645 4,8

5 Listrik, Gas & Air 47 0,09

6 Konstruksi 6.039 11,1

7 Perdagangan 5.681 10,4

8 Transportasi & Komunikasi 3.680 6,7

9 Keuangan 699 1,3

10 Jasa 9.644 17,7

Jumlah Total 54.549 100

(7)

4.1.5 Proyeksi Kependudukan

Untuk dapat merencanakan pembangunan di masa yang akan datang, maka proyeksi jumlah penduduk sangat diperlukan dalam menghitung besaran kebutuhan perencanaan kawasan.Tujuannya adalah untuk menjadi informasi ilmiah bagi para pihak untuk menentukan arah kebijakan pembangunan daerah terutama kaitannya terhadap ketersediaan daya dukung lahan dan kelembagaan masyarakat bila asumsi pertumbuhan penduduk akan mencapai jumlah tertentu. Dalam menentukan arahan pengembangan kawasan perencanaan Kabupaten Bone Bolango, dibuat proyeksi penduduk selama rentang waktu 2011-2031. Adapun tahapan yang dilalui dalam penghitungan proyeksi penduduk adalah dengan menghitung tingkat pertambahan penduduk alamiah (sudah termasuk komponen migrasi neto). Formulasi yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan penduduk untuk setiap periode waktu yaitu :

Pt = Po . (1 +r)n

Dimana : Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t

Po = Jumlah penduduk tahun dasar n = kurun waktu

r = Tingkat pertumbuhan penduduk

diasumsikan bahwa kebijakan percepatan pengembangan perekonomian (melalui penggalian secara intensif potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah perencanaan) serta kebijakan ketenagakerjaan (pemberian berbagai bentuk insentif untuk membuka peluang usaha baru dan sekaligus menyerap tenaga kerja) mempunyai dampak positif kepada pertumbuhan penduduk di wilayah perencanaan. Proyeksi jumlah penduduk ditampilkan pada (Tabel 16).

(8)

Tabel 16. Proyeksi Jumlah Penduduk Kab. Bone Bolango Tahun 2011–2031

No kecamatan Proyeksi Jumlah Penduduk

2009 2011 2016 2021 2026 2031 1 Tapa 6.575 6.835 7.486 8.137 8.788 9.439 2 Bulango Utara 6.537 6.796 7.443 8.090 8.737 9.385 3 Bulango Selatan 8.775 9.122 9.991 10.860 11.729 12.597 4 Bulango Timur 5.325 5.536 6.063 6.590 7.117 7.645 5 Bulango Ulu 3.046 3.167 3.468 3.770 4.071 4.373 6 Kabila 18.795 19.539 21.400 23.261 25.121 26.982 7 Botupingge 5.462 5.678 6.219 6.760 7.301 7.841 8 Tilongkabila 15.375 15.984 17.506 19.028 20.550 22.072 9 Suwawa 9.881 10.272 11.251 12.229 13.207 14.185 10 Suwawa Selatan 4.510 4.689 5.135 5.582 6.028 6.475 11 Suwawa Timur 5.815 6,045 6.621 7.197 7.772 8.348 12 Suwawa Tengah 5.201 5.407 5.922 6.437 6.952 7.467 13 Bone Pantai 9.331 9.701 10.642 11.548 12.472 13.396 14 Kabila Bone 9.176 9.539 10.448 11.356 12.265 13.173 15 Bone Raya 4.979 5.176 5.669 6.162 6.655 7.148 16 Bone 8.307 8.636 9.458 10.281 11.103 11.926 17 Bulawa 4.707 4.893 5.359 5.825 6.291 6.757 Total 131.797 137.016 150.064 163.112 176.160 189.208 Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010

Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2005-2009 hanya sebesar 0,98 persen, sementara untuk tahun rencana yaitu antara tahun 2011-2031 rata-rata pertumbuhannya sebesar 1,98 persen. Salah satu faktor pendorong tingginya proyeksi laju pertumbuhan penduduk di kabupaten ini adalah karena Kabupaten Bone Bolango merupakan daerah pemekaran yang belum lama ini terbentuk dan masih akan terus berkembang dan letaknya yang bersebelahan dengan Kota Gorontalo yang merupakan ibukota Provinsi Gorontalo, sehingga berpotensi untuk menarik migrasi penduduk dari daer ah lainnya (kota Gorontalo).

(9)

4.2 Sektor Ekonomi

Sejak kelembagaan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2004 disetujui oleh Presiden sebagai kabupaten otonomi baru yang ke lima di Provinsi Gorontalo kelembagaan ekonomi terus dibenahi meskipun terkesan terlambat dan mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor demografis dan geografis wilayah yaitu secara demografis masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Bone Bolango telah lama memiliki keterikatan langsung dengan kegiatan ekonomi di Kota Gorontalo (Ibu Kota Provinsi Gorontalo) yang hanya berjarak sekitar 7 km dari Ibu Kota Kabupaten Bone Bolango baik di sektor pengolahan hasil produksi maupun sektor jasa. Aspek geografis yaitu kawasan lindung yang tersebar mulai dari wilayah utara (Kecamatan Bulango Utara) membentang luas sampai kewilayah selatan (Kecamatan Bone Raya, Bone, Bulawa, dan Bone Pantai) yaitu sekitar 2/3 wilayah ini adalah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan hanya 1/3 wilayah atau kawasan budidaya.

Oleh karena itu faktor-faktor pertumbuhan ekonomi tersebut sedikit terlambat bila dibandingkan dengan wilayah Kabupaten pemekaran lain di Provinsi Gorontalo seperti Kabupaten Pohuwato yang berada di ujung paling barat dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan Kabupaten Bobe Bolango yang berbatasan langsung dengan Sulawesi utara merupakan Provinsi dengan pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Wilayah ini adalah hinterland dari kota Gorontalo sehingga keterkaitan langsung maupun tidak langsung tetap memilki peluang untuk ditumbuhkembangkan seperti sektor properti (pemukiman) dimana wilayah kota Gorontalo semakin terdesak oleh kebutuhan ketresediaan lahan yang notabene lahan-lahan tersebut masih cukup tersedia di Kabupaten Bone Bolango.

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Aspek utama menjadi pertimbangan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu pada tingkatan mana klasifikasi pertumbuhan antarsektor tersebut. Artinya makna pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yang masih berada pada tingkatan primer akan berbeda dengan daerah yang telah naik peringkatnya pada sektor sekunder, demikian pula daerah yang telah lebih meningkat lagi yaitu pada

(10)

tingkatan tersier. Kabupaten Bone Bolango masih berada pada tingkatan pertama yaitu primer sehingga hal ini akan memengaruhi pemaknaan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango.

Indikator pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan kebutuhan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi wilayah secara agregat, sehingga para pihak dapat mengetahui kinerja ekonomi tersebut untuk menjadi rujukan arah kebijakan pengembangan ekonomi ke depan dengan mengamati sektor-sektor manakah yang dapat menjadi penghela perekonomian wilayah. Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan yang menjadi rujukan lain di luar sektor yang menjadi penghela ekonomi bisa saja terjadi karena adanya keterkaitan antar wilayah di suatu daerah.

Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang berkelanjutan melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Analisis ekonomi diarahkan untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah kabupaten. Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten. Selain itu penilaian terhadap tingkat pertumbuhan perekonomian juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah rencana dengan melihat dominasi kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh mayoritas penduduk.

Kemampuan sektor basis selalu dipandang sebagai sektor penghela ekonomi akan tetapi sektor basis akan nampak peningkatannya bila terjadi hubungan antarsektor. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango maka hal ini akan membantu dalam upaya mengenali kekayaan dan potensi yang dimiliki untuk menunjang kemajuan pembangunan secara umum maupun secara sektoral. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh kegiatan ekonomi di wilayah tertentu pada periode waktu tertentu, tanpa memperhatikan kepemilikan faktor produksi. Dalam penyajian PDRB dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu PDRB atas harga

(11)

berlaku dan PDRB atas harga konstan. PDRB Kabupaten Bone Bolango berdasarkan harga berlaku dan harga konstan mulai tahun 2005-2009 .

Indikator ekonomi melalui analisis PDRB di Kabupaten Bone Bolango bila dilihat seperti pada (Tabel 17), nampak bahwa sektor yang memainkan peran cukup besar yaitu sektor pertanian. Sektor ini sejak tahun 2005-2010 terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 4 persen. Peningkatan sektor pertanian disusul sektor industri pengolahan sejak tahun 2005-2010 terus mengalami peningkatan yaitu 3 persen dari rata-rata kenaikan per tahunnya. Sektor perdagangan hotel dan restoran merupakan urutan berikutnya pada periode tahun yang sama terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 6 persen. Meskipun dari prosentase sektor perdagangan restoran dan yang lebih tinggi namun dari total masing-masing setiap tahun sektor pertanian yang lebih unggul.

Bila dilihat dari urutannya maka sektor yang menempati urutan kedua yang mengalami peningkatan setelah sektor pertanian yaitu sektor jasa-jasa yaitu Rp 146,583. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango telah berada pada stadia sekunder. Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa belum dapat menempatkan posisi perekonomian daerah ini seperti yang didefinisikan dalam stadia sekunder tersebut. Karena indikator ekonomi dalam perhitungan ini bersifat makro dimana hal-hal yang berkaitan dengan perilaku ekonomi ditingkat rumahtanga perekonomian suatu wilayah belum dapat dikategorikan dalam perhitungan PDRB. Adapun perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada (Tabel 17).

(12)

Tabel 17. Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 –2009 (Juta Rupiah) No Sektor Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 183.529 221.732 253.122 290.984 349.473 371 620 2 Pertambangan dan Penggalian 2.901 3.045 3.300 3.983 6.746 5 941 3 Industri Pengolahan 68.668 77.794 86.176 95.055 103.262 113 618 4 Listrik, Gas dan

Air Bersih 1.853 2.154 2.751 2.773 2.873 2 922 5 Bangunan 25.602 28.594 30.283 34.404 45.958 43 767 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 60.667 69.026 72.982 96.460 111.291 114 236 7 Pengangkutan dan Komunikasi 18.731 20.956 26.847 29.427 43.722 36 221 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 43.361 48.632 63.285 76.485 82.218 102 779 9 Jasa-Jasa 54.275 63.891 72.523 87.817 103.719 146 583 PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) 459.585 535.822 611.269 717.387 849.263 937.685 Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2011

Berdasarkan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Bone Bolango (atas dasar harga berlaku) tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari total jumlah PDRB 459,585 juta rupiah di tahun 2005 menjadi 849,263 juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,6 persen per tahun. PDRB Bone Bolango (atas dasar harga berlaku) masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor lain yang turut berperan besar dalam pembentukan PDRB adalah sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Sedangkan hasil perhitungan u n t u k nilai PDRB Kabupat en Bone Bol ango ( atas dasar harga konstan) pada rentang waktu yang sama, rata-rata per tahunnya mengalami kenaikan sebesar 6,09 persen,

(13)

dimana jumlah PDRB pada tahun 2005 sebesar 208,386 juta rupiah dan pada tahun 2009 PDRB sebesar 264,028. Selanjutnya perkembangan PDRB Kabupaten Bone Bolango atas dasar harga kontan dapat dilihat pada (Tabel 18).

Tabel 18. Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2011 (Juta Rupiah) N o Sektor Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 63.373 68.342 70.801 75.286 85.607 87 262 2 Pertambangan & Penggalian 2.656 2.736 2.932 3.203 3.364 3 659 3 Industri Pengolahan 31.396 32.205 33.436 34.399 35.589 37 200

4 Listrik, Gas & Air Bersih

870 942 1.016 1.023 1.054 1 045

5 Bangunan 17.621 18.393 19.366 20.093 21.020 22 037 6 Perdagangan,

Hotel & Restoran

23.429 24.029 24.341 25.495 26.022 27 859

7 Pengangkutan & Komunikasi

20.116 21.762 22.103 22.747 23.342 24 345

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 22.047 23.144 29.608 34.998 37.726 44 017 9 Jasa-Jasa 26.879 27.843 28.686 29.787 30.305 33 144 PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) 208.386 219.396 232.300 247.031 264.028 280.568

Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2011

Tabel 19 mendeskripsikan distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha. Dari sembilan sektor ini terdapat enam sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor industri pengolahan 12,82 persen pada tahun 2009 turun menjadi 12,12 persen pada tahun 2010, demikian pula sektor listrik gas dan air bersih pada tahun 2009 0,35 persen turun menjadi 0,31 persen tahun pada 2010. Sektor konstruksi pada tahun 2009 sebesar 4,79 persen turun menjadi 4,67persen pada tahun 2010, demikian pula sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 12,54 persen tahun pada 2009

(14)

turun menjadi 12,18 persen pada tahun 2010 juga diikuti oleh sektor pengangkutan dan sektor jasa-jasa.

Salah satu alasan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu karena adanya kenaikan harga-harga barang dan jasa-jasa. Karakteristik masyarakat Gorontalo termasuk di Kabupaten Bone Bolango suka mengkonsumsi banyak cabai (rica). Kondisi tersebut terkadang dapat mempengaruhi suplai komoditi cabai karena permintaan terus meningkat sementara produksi cabai (rica) belum memenuhi permintaan, apalagi bila terjadi musim kemarau produksinya cukup menurun dan dapat mempengaruhi inflasi. Distribusi presentasi Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha dapat dilihat pada (Tabel 19).

Tabel 19. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen) Di Kabupaten Bone Bolango, 2008-2010 No Lapangan Usaha Industrial Origin Tahun Year 2008 2009* 2010** 1 Pertanian 40,44 39,31 39,63

2 Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,59 0,63

3 Industri Pengolahan 13,52 12,82 12,12

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 0,35 0,31

5 Konstruksi 4,78 4,79 4,67

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,40 12,54 12,18 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,09 3,91 3,86 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,63 10,73 10,96

9 Jasa-jasa 12,20 14,96 15,63

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Bone Bolango tahun 2011

Distribusi persentase Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha terdapat empat sektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor pertanian 39,31 persen pada tahun 2009 naik menjadi 39,63 persen tahun pada 2010. Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,59 persen tahun 2009 naik menjadi 0,63 persen tahun pada 2010, demikian pula sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan 10,73 persen tahun pada 2009 naik menjadi 10,96

(15)

persen tahun pada 2010. Namun terdapat lima sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan hotel, dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi juga sektor jasa-jasa. Distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga kontan 2000 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada (Tabel 20).

Tabel 20. Distribusi Prosentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Persen) Di Kabupaten Bone Bolango, 2008-2010

No

Lapangan Usaha Tahun

2008 2009* 2010**

1 Pertanian 40,43 39,31 39,63

2 Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,59 0,63

3 Industri Pengolahan 13,52 12,82 12,12

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 0,35 0,31

5 Konstruksi 4,78 4,79 4,67

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,40 12,55 12,18

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,09 3,91 3,86

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,63 10,73 10,96

9 Jasa-jasa 12,20 14,96 15,63

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Bone Bolango tahun 2011

4.2.2 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

Sektor basis dan non basis di suatu wilayah merupakan sektor yang berpotensi untuk berkembang dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan ekonomi wilayah. Sektor basis yaitu sektor utama atau unggulan di wilayah tersebut, sedangkan sektor non basis merupakan sektor penunjang (sektor servis) atau bukan sektor utama. Perkembangan setiap sektor dapat dianalisis menggunakan teknik analisis LQ (Location Quetion), dimana teknik ini merupakan suatu cara untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Sektor yang memiliki nilai LQ > 1 di nyatakan sebagai sektor basis, sedangkan sektor yang memiliki nilai LQ < 1

(16)

dinyatakan sebagai sektor servis. Nilai LQ sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 21).

Tabel 21. Nilai LQ Sektor-Sektor Ekonomi di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2007

Sektor 2005 2006 2007

1. Pertanian 0,94 0,89 0,87

a. Tanaman Bahan Makanan 0,71 0,64 0,62

b. Tanaman Perkebunan 0,87 0,93 0,97

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,30 1,58 1,65

d. Kehutanan 2,08 1,57 1,48

e. Perikanan 1,12 0,80 0,76

2. Pertambangan & Penggalian 1,16 1,07 0,98

a. Minyak & Gas bumi - - -

b. Pertambangan Non Migas 0,40 0,47 0,38

c. Penggalian 1,22 1,11 1,03

3. Industri Pengolahan 1,82 2,17 2,27

a. Industri Migas - - -

1. Pengilangan Minyak Bumi - - -

2. Gas Alam Cair - - -

b. Industri tanpa Migas 1,82 2,17 2,27

1. Makanan, Minuman & Tembakau 1,74 1,95 2,07 2. Tekstil Barang Kulit & Alas Kaki 2,58 2,72 2,86 3. Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 2,13 3,37 3,39

4. Kertas dan Barang Cetakan - - -

5. Pupuk Kimia dan barang Cetakan - - -

6. Semen dan Barang galian bukan logam 3,04 2,86 2,77

7. Logam dasar besi & baja - - -

8. Alat angkutan mesin dan peralatan 1,61 1,28 1,16

9. Barang lainnya - - -

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,46 0,54 0,54

a. Listrik 0,44 0,51 0,52

b. Gas - - -

c. Air Bersih 0,58 0,68 0,64

5. Bangunan 1,17 1,08 1,08

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,82 0,83 0,82 a. Perdagangan Besar & Eceran 0,79 0,80 0,79

b. Hotel - - -

c. Restoran 0,99 1,01 1,01

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,04 1,03 0,93

a. Pengangkutan 1,18 1,26 1,24

1. Angkutan Rel - - -

2. Angkutan Jalan Raya 1,27 1,45 1,50

3. Pengangkutan Laut - - -

4. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan - - -

5. Angkutan Udara - - -

6. Jasa Penunjang Angkutan 3,10 2,86 3,01 Dilanjutkan pada halaman berikutnya

(17)

Lanjutan tabel 21

b. Komunikasi 0,45 0,34 0,26

1. Pos dan Telekomunikasi 0,45 0,34 0,26 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,40 0,33 0,29

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,88 0,90 1,07

a. Bank 0,77 0,82 1,12

b. Lembaga Keuangan non Bank 0,58 0,44 0,44

c. Lembaga Penunjang Keuangan - - -

d. Sewa Bangunan 1,14 1,26 1,28

e. Jasa Perusahaan 1,09 1,08 1,07

9. Jasa – Jasa 0,43 0,44 0,43

a. Pemerintahan Umum 0,24 0,24 0,23

1. Administrasi Pemerintahan &

Pertahanan 0,24 0,24 0,23

2. Jasa Pemerintahan lainnya - - -

b. Swasta 1,39 1,55 1,66

1. Sosial Kemasyarakatan 1,13 1,27 1,38

2. Hiburan dan Rekreasi 2,46 2,85 3,08

3. Perorangan dan Rumah Tangga 1,46 1,59 1,67

4.3 Struktur Ekonomi

Aspek penting lainya yang dapat ditelaah yaitu struktur ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi akan dapat terjabarkan lebih rinci dan jelas pada struktur ekonomi. Untuk itu akan dijabarkan masing-masing struktur ekonomi di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan pertumbuhan yang nampak pada Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan.

4.3.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan kontributor terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bone Bolango. Total kontribusi sektor pertanian pada tahun 2009 terhadap nilai PDRB kabupaten adalah sebesar 41,15 persen. Artinya sektor ini menyumbang hampir sebagian dari keseluruhan nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango. Semenjak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB ditinjau dari harga berlaku terus mengalami peningkatan rata rata sebesar 17,50 persen per tahun. Pada dasarnya dalam bidang pertanian terdiri atas beberapa subsektor, seperti subsektor tanaman perkebunan, subsektor tanaman makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan.

(18)

Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB kabupaten merupakan implikasi dari luasnya lahan pertanian yang dimiliki serta banyaknya tenaga kerja yang bergerak di sektor ini. Secara riil (berdasarkan interpretasi citra), penggunaan lahan di Kabupaten Bone Bolango untuk keperluan lahan pertanian campuran mencapai 46.092,93 hektar atau setara dengan 23.54 persen luas wilayah Kabupaten Bone Bolango dengan angkatan kerja yang bergerak di bidang pertanian sebanyak 21.095 jiwa.

Pengembangan sektor pertanian sebagai basis ekonomi kabupaten, diperlukan kebijakan dan investasi yang tepat sasaran. Investasi pada sektor pertanian ditujukan pada beberapa sub sektor yang dianggap memberi andil yang cukup berarti dalam pengembangan perekonomian daerah, antara lain : subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kelautan dan perikanan, serta subsektor kehutanan. Khusus untuk subsektor tanaman pangan dan hortikultura, investasi diutamakan pada pengadaan dan distribusi bahan-bahan pertanian seperti penyediaan bibit unggul, pupuk dan pestisida guna peningkatan kualitas dan kapasitas hasil pertanian. Sedangkan untuk subsektor perkebunan, program investasi diutamakan pada pengadaan industri pengelolaan hasil-hasil perkebunan, selain itu juga diperlukan Investasi sumberdaya manusia guna penelitian dan pengembangan produktivitas hasil perkebunan. Bagi subsektor perikanan, investasi diutamakan untuk pembangunan fasilitas penangkapan ikan, baik yang digunakan untuk keperluan menjala ikan maupun untuk keperluan pendistribusian hasil-hasil perikanan ke daerah-daerah lain di luar Kabupaten Bone Bolango.

4.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral di sektor pertambangan dan penggalian belum dapat dirasakan manfaatnya, karena yang melakukan kegiatan pertambangan yaitu pertambangan tanpa izin (PETI). Menurut Undang-Undang Minerba model kegiatan tambang tidak dapat dipungut pajak maupun bentuk retribusi lainnya karena belum menjadi bagian dari sektor yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi di kabupaten Bone Bolango. Sektor ini memerupakan penyumbang terkecil k e d u a dalam PDRB

(19)

kabupaten Bone Bolango. Nilai PDRB sektor pertambangan dan barang galian hanya sebesar 6.746 juta rupiah atau hanya sebesar 0,79 persen dari total jumlah nilai PDRB (atas dasar harga berlaku). Walaupun Kabupaten Bone Bolango kaya akan hasil tambang dan sejak dahulu telah ditambang secara tradisional oleh masyarakat, belum adanya Perda tentang setoran pertambangan tradisional ke kas daerah menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya perolehan dari sektor pertambangan.

4.3.3 Sektor Perdagangan

Menempati urutan kedua penyumbang nilai PDRB terbesar di Kabupaten Bone Bolango, sektor perdagangan, hotel dan restoran mulai dilirik untuk terus dikembangkan melihat eksistensi pertumbuhannya yang semakin pesat. Berdasarkan data PDRB, sektor Perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan cukup signifikan dimana PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2005 sebesar 60.667 juta rupiah meningkat menjadi 111.291 juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,76 persen pertahun.

4.3.4 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan penyumbang terbesar ke lima dari total nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango. Sektor ini terus mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 17,65 persen per tahun. Beberapa faktor yang penggerak sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah antara lain pengeluaran konsumsi masyarakat, pembentukan modal usaha, serta pengeluaran pemerintah yang terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan kabupaten.

4.3.5 Sektor Jasa

Sebagai sektor penggerak nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango terbesar ketiga, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 54.275 juta rupiah pada tahun 2005 dan meningkat 103.719 juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami rata-rata kenaikan sebesar 17,6 persen per tahun.

(20)

Peningkatan di sektor ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa.

4.3.6 Sektor Industri Pengolahan

Industri yang ada di kabupaten ini hanya terdiri atas industri kecil dan rumah tangga, dimana jumlahnya terus meningkat tiap tahun. Pada Tahun 2005 jumlah perusahaan industri kecil di Kabupaten Bone Bolango tercatat sebanyak 1.146 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2.361 orang. Pada tahun 2009 jumlah industri kecil dan rumah tangga meningkat menjadi 1.984 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 3.652 orang. Jumlah industri kecil yang tersebar diseluruh Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 22).

Tabel 22. Jumlah Industri Kecil di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009

No Kecamatan Indikator Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi Nilai Produk Nilai Bahan Baku 1 Tapa 217 285 778,150 1,076,775 643,000 2 Bulango Utara 502 789 1,275,516 2,635,640 2,159,638 3 Bulango Selatan *) - - - - - 4 Bulango Timur *) - - - - - 5 Bulango Ulu *) 257 409 881,140,684 5,664,262 1,356,547 6 Kabila 262 575 745,250 5,257,565 3,609,750 7 Botupingge 37 141 276,800 463,860 182,875 8 Tilongkabila 203 446 575,000 2,367,250 1,501,000 9 Suwawa 119 339 654,340 2,859,725 1,908,650 10 Suwawa Selatan *) - - - - - 11 Suwawa Timur *) - - - - - 12 Suwawa Tengah *) - - - - - 13 Bone Pantai 190 309 293,250 1,937,864 1,324,025 14 Kabila Bone 73 136 89,150 1,155,925 605,475 15 Bone Raya 27 49 19,600 301,450 202,150 16 Bone 97 174 89,500 1,171,275 785,725 17 Bulawa *) - - - - - Total 1.984 3.652 885.937.240 24.891.591 14.278.835 Sumber : Diolah dari Data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil, dan Penanaman Modal Kabupaten Bone Bolango,Tahun 2010

(21)

4.3.7 Sektor Listrik dan Air Bersih

Khusus Air Bersih diinformasikan bahwa Kabupaten Bone Bolango memiliki potensi pengelolaan air yang cukup melimpah karena adanya dua sungai besar (Sungai Bone dan Sungai Bolango) yang mengalir dan bermuara ke Kota Gorontalo. Hasil pengamatan sektor ini belum dikelola secara optimal untuk memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah sekaligus agar potensi air bersih memiliki angaran yang dapat memelihara potensi dalam bentuk jasa lingkungan. Pelayanan listrik di Kabupaten Bone Bolango diselenggarakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Wilayah VII Cabang Gorontalo dengan sistem interkoneksitas. Pembangkit listrik di wilayah administratif Kabupaten Bone Bolango ada 3 PLTD, yaitu: S.R.Bilunggala, KJG Kabila, PP Tapa. Di sektor pelistrikan jumlah pelanggan listrik yang menggunakan listrik PLN selama tahun 2008 mencapai 12.287. Jumlah pelanggan listrik dapat dilihat pada (Tabel 23).

Tabel 23. Pelanggan Listrik Menurut Unit Kerja Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005-2008

No. Unit Tahun

2005 2006 2007 2008

1 KJG. Kabila 6.406 6.491 6.623 6.643

2 PP. Tapa 3.062 3.079 3.130 3.132

3 S.R Bilungala 2.309 2.436 2.502 2.512

Jumlah 11.777 12.006 12.255 12.287 Sumber: PT PLN Persero Cabang Gorontalo 2009

Kebutuhan air bersih berdasarkan data dari Perusahaan Air Minum Daerah Kabupaten Bone Bolango Jumlah pelanggan PDAM dari tahun 2008 mengalami penambahan jumlah pelanggan yang signifikan tahun 2009. Data pelanggan PDAM tahun 2008 sejumlah 659 pelanggan dan pada tahun 2009 jumlah pelanggan PDAM sebesar 1.101 pelanggan, artinya mengalami kenaikan sebesar 67,07 persen. Sebagian besar pelanggan PDAM disalurkan pada kategori kelompok III yaitu klasifikasi rumah tangga (selain RSS dan mewah), niaga kecil, instansi pemerintahan tingkat Kabupaten/kodya dan Hankam tingkat

(22)

Kabupaten/kodya yaitu sebesar 90,64 persen. Jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Bone Bolango mulai Tahun 2008-2009 nampak pada (Tabel 24).

Tabel 24. Banyaknya Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2008-2009

Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2009 KLP I KLP II KLP III KLP IV KLP V Jml KLP I KLP II KLP III KLP IV KLP V Jml Tapa 32 19 465 0 0 516 23 19 494 0 0 536 Kabila 0 0 0 0 0 0 4 6 148 0 0 158 Tilong-kabila 0 0 0 0 0 0 5 32 132 0 0 169 Bulawa 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 Bone Pantai 2 9 132 0 0 143 3 11 214 0 0 228 Jumlah 34 28 597 0 0 659 35 68 998 0 0 1.1 01

Sumber: PDAM Kabupaten Bone Bolango 2010

Catatan :

KLP I : Hidran Umum, Kamar mandi/WC umum, Terminal Air, Tempat ibadah KLP II : Rumah Sangat Sederhana, Panti Asuhan, Yayasan Sosial, RS

Pemerintah, Sekolah Negeri, Instansi Pemerintahan dan Hankam tingkat Kelurahan dan Kecamatan.

KLP III : Rumah Tangga (selain RSS & mewah), niaga kecil, industri rumah tangga, Instansi Pemerintahan dan Hankam tingkat Kabupaten/Kodya KLP IV : Rumah mewah, niaga besar dan industri besar

KLP V : Pelanggan Khusus

4.3.8. Keuangan Daerah

Analisis mengenai pembiayaan pembangunan daerah dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan terutama yang potensial dan besaran biaya pembangunan baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan sumber-sumber pembiayaan masyarakat, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya.

(23)

Tabel 25. Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009-2010

No Jenis Pendapatan Daerah Jumlah Realisasi Tahun 2009 % Realisasi Tahun 2010 % 1.1 Pendapatan Asli Daerah 11.105.324.881,80 3,49 6.712.335.537,70 2,03 1.1.1 Pajak Daerah 1.412.844.731,00 0,44 1.158.032.561,00 0,35 1.1.2 Retribusi Daerah 3.246.961.234,00 1,02 4.407.467.502,83 1,34 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan - 0 - 0 1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

6.445.518.916,80 2,03 1.146.835.473,87 0,34

1.2 Dana Perimbangan 297.595.066.405 93,75 312.170.424.730,00 94,50 1.2.1 Dana Bagi Hasil

Pajak/bagi Hasil Bukan Pajak 21.834.067.405,00 6,87 26.392.828.130,00 7,99 1.2.2 Dana Alokasi Umum 230.411.999.000,00 72,58 251.362.396.600,00 76,10 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 45.349.000.000,00 14,28 34.415.200.000,00 10,41 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 8.733.775.121,00 2,75 11.439.942.411,00 3,46 1.3.1 Hibah - 0 - 0 1.3.2 Dana Darurat - 0 - 0

1.3.3 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah Lainnya 4.148.150.371,00 1,31 3.958.347.936,00 1,19 1.3.4 Pendapatan lainnya 4.585.624.750,00 1,44 - 0 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - 0 4.317.000.000,00 1,32 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya**) - 0 3.164.594.475,00 0,95 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 + 1.2 +1.3) 317.434.166.407,80 100 330.322.702.678,70 100 Sumber : Dinas Pengelolaan Aset Daerah & Keuangan, Kab.Bone Bolango, 2010

Dari data pada Tabel 25 diketahui bahwa total pendapatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 meningkat sebesar 5 persen dibanding tahun sebelumnya. Dimana total pendapatan pada tahun 2008 sebesar 317.434.166.407 juta rupiah dan pendapatan pada tahun 2009 sebesar 330.322.702.678 juta rupiah. Besarnya

(24)

jumlah pendapatan ini didominasi oleh Dana Perimbangan sebesar 94,50 persen dimana komponen penyumbang terbesarnya diperoleh dari dana alokasi umum yaitu sebesar 76,10 persen dari total jumlah pendapatan yang diperoleh.

4.4 Ekologi Wilayah

Wwilayah Kabupaten Bone Bolango memiliki kawasan lindung paling luas di Provinsi Gorontalo yaitu Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sehingga didalamnya memiliki daerah aliran sungai yang banyak dan menyebar diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Diperkirakan terdapat 400 jenis pohon, dengan lebih kurang 24 jenis anggrek, 120 jenis epifit, dan 90 jenis tumbuhan obat yang tumbuh di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Jenis pepohonan khas dan langka antara lain adalah kayu hitam (Dyospiros spp), kayu besi (Intsia spp), kayu matayangan (Pholidocarpus ihur), dan pohon ara pencekik yang menyediakan buah berlimpah bagi banyak satwa. Buah pohon arah adalah makanan utama bagi kera yaki (Macaca nigra) dan julang sulawesi (Rhyticetos cassidix). Selain itu, terdapat beberapa jenis palem seperti palem sarai (caryota mitis), palem landak (Oncosperma horridum), palem tinggi berdaun kipas (Livistona rotundifolia), dan palem liar penghasil gula (Arenga spp). Jenis lainnya adalah kantong semar (Nephenthes sp) dan kayu hitam (Dyospiros celebica).

Fauna yang sudah diketahui di kawasan ini terdiri dari 24 jenis mamalia, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 68 jenis aves, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Jenis-jenis mamalia endemik Pulau Sulawesi yang terdapat di kawasan ini adalah babi rusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus) dan anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering disebut sebagai kerbau kerdil; musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) yang sulit sekali ditemui; serta kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis), satwa ini adalah mamalia bergantung. Jenis primata endemik adalah monyet yaki (Macaca nigra) dan tarsius atau tangkasi (Tarsius spectrum). Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo), burung ini tidak mengerami telurnya melainkan memendamnya di di dalam tanah dan

(25)

dibiarkan menetas sendiri karena panas bumi atau pantai. Sedikitnya ada 125 jenis burung dengan 45 jenis di antaranya adalah endemik. Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah. Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika (Kajian Base Line Study UNG, ITB, 2006).

4.4.1 Ekologi DAS

Kawasan TNBNW merupakan hulu sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Bolang Mongondouw dan Kabupaten Gorontalo. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ongkag-Dumoga dan DAS Mongondouw yang keduanya terletak di Kabupaten Gorontalo. Sedikitnya ada 20 sungai yang sumbernya berada di kawasan ini. Terpeliharanya daerah tangkapan air yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone akan menjamin ketersediaan produksi air bagi ketiga bendungan yang ada di sekitar kawasan taman nasional (Bendungan Kasinggolan dan Bendungan Toraut di Kecamatan Dumoga serta bendungan Lolak di Kecamatan Bolaang Uki), sehingga suplai air bagi lahan pertanian, baik di hilir maupun di sekitar taman nasional dengan luas kurang lebih 10.815 hektar, akan tetap tersedia.

Bendungan sangat membantu pertanian, sehingga Kecamatan Dumoga merupakan lumbung beras andalan Propinsi Sulawesi Utara. Produksi Domestik Bruto (PBRB) sektor pertanian untuk Kabupaten Bolaang Mongondouw adalah 16 persen dan Kabupaten Gorontalo sebesar 32 persen, menunjukkan betapa pentingnya kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sebagai sumber air bagi pertanian. Produksi air bersih dari kawasan taman nasional yang dikelola oleh PDAM akan menjamin kebutuhan air minum bagi masyarakat, khususnya di sekitar kawasan dan umumnya yang ada di Sulawesi Utara bagian tengah dan timur.

Sungai merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai potensi sosial ekonomi dan ekologi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tetapi

(26)

tentu saja kondisi dan kompleksitas biofisik setiap daerah aliran sungai berbeda satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu maka dalam upaya pengelolaan daerah aliran sungai diperlukan adanya keterpaduan antara kebijakan pembangunan dengan rencana pengelolaan kawasan. Selain itu peran penduduk dan masyarakat yang bermukim di DAS terutama di daerah hulu dan sekitar sungai, sangat diperlukan untuk ikut memelihara dan melestarikan kawasan ini.

Daerah Aliran Sungai merupakan gabungan sejumlah sumberdaya darat dan perairan, dalam suatu hubungan interaksi dan interchange yang saling terkait. DAS dapat disebut sebagai suatu sistem dan tiap-tiap sumberdaya penyusunnya menjadi sub-sistem atau anasirnya (component). Anasir-anasir DAS meliputi iklim hayati (bioclimate); relief permukaan daratan; geologi atau sumberdaya mineral, tanah, air (air permukaan dan air tanah), flora, fauna, manusia dan berbagai sumberdaya budaya lainnya.

Kabupaten Bone Bolango mempunyai dua Daerah Aliran Sungai Besar, yaitu DAS Bone dan DAS Bolango, kedua DAS ini bermuara pada satu tempat yaitu teluk Tomini. Selain DAS besar, di Kabupaten ini terdapat juga DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat hampir di seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. DAS Bone jauh lebih luas daripada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 1.845.706 km2. DAS Bolango-Bone didominasi (80 persen) oleh wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40 persen.

DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan banjir. Ini terlihat jelas pada seringnya kejadian banjir di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan. Selanjutnya nama-nama daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Bone Bolango ditampilkan pada (Tabel 26).

(27)

Tabel 26. Nama-Nama Sungai Besar dan Kecil Di Kabupaten Bone Bolango Nama Sungai Panjang (Km) Kecamatan yang Dilalui

Bone 90,00 Suwawa, Botupingge

Bolango 40,00 Tapa, Bulango, Tilongkabila

Tamboo 3,50 Kabila Bone

Inengo 10,25 Kabila Bone

Kiki 5,00 Kabila Bone

Molotabu 5,50 Kabila Bone

Aladi 5,00 Kabila Bone

Bututonuo 7,25 Kabila Bone

Oluhuta 3,75 Kabila Bone

Olele 4,00 Bone Pantai

Tolotio 6,25 Bone Pantai

Butalo 11,50 Bone Pantai

Bilungala 15,00 Bone Pantai

Tongokiki 6,50 Bone Pantai

Tongodaa 2,75 Bone Pantai

Uabanga 7,75 Bone Pantai, Bone Raya

Tombulilato 20,00 Bone Raya

Ombulo 3,50 Bone Raya

Mamunga Daa 7,00 Bone Raya

Mopuya Daa 5,00 Bone Raya

Mopuya Kiki 3,50 Bone Raya

Tapambudu 3,25 Bone Raya, Bone

Monano 9,50 Bone

Topidaa 3,50 Bone

SogitaDaa 6,50 Bone

Sogita Kiki 5,50 Bone

Taludaa 18,00 Bone

Sumber : Peta Rupabumi Indonesia, 1993

4.4.2 Ekologi Pantai

Umumnya fisiografi pesisir pantai di Kabupaten Bone Bolango d i d o m i n a s i h a m p a r a n p a s i r p u t i h d a n l a n d s c a p e n ya t i d a k m e n u n j u k k a n k e h i d u p a n e k o s i s t e m m a n g r o v e . o l e h k a r e n a i t u perlunya perlakuan teknis untuk meredam atau meminimalisir aktivitas eksogen, sehingga sedini mungkin dapat dihindari kerusakan kawasan sempadan pantai.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung ditetapkan bahwa daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat adalah kawasan sempadan pantai.

(28)

Kawasan ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tentunya ketentuan ini semata-mata untuk melindungi sumber daya air yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia.

4.4.3 Ekologi Air Tanah

Sumber air tanah di Kabupaten Bone Bolango umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan sehari-hari sebagai sumber air bersih berupa sumur. Sedangkan air sumur bor sampai dengan saat ini terdapat 2 buah sumur bor yang telah dibangun umumnya terdapat di Desa Pauwo dan Desa Moutong Kecamatan Kabila. Sumur bor yang ada saat ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang dengan kapasitas 25 liter/detik dan 10 liter/detik. Data Sumur Bor di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 27).

Tabel 27. Data Pembangunan Sumur Bor di Kabupaten Bone Bolango

No Uraian I II

1. No. /Jenis TWG 55 TWG 56

2. Lokasi (Desa, Kecamatan) Pauwo Kabila Moutong Kabila 3. Tahun Pemboran 4. Koordinat : X 511024,000 513964,000 Y 61938,000 61669,000 Z 14,000 17,000 5. Kedalaman (m) 6. Debit (L/Detik) 25 10

Sumber : Balai Sungai Wilayah Sulawesi II (2005)

Sumber air baku potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih penduduk dan kegiatan pertanian disamping Sungai Bone, Sungai Bolango dan beberapa sungai kecil lainnya. Terdapat beberapa tempat/daerah genangan dengan luasan bervariasi, salah satu yang terbesar adalah danau perintis dengan luas genangan ± 4,0 hektar berada di Kecamatan Suwawa. Sumber air danau berasal dari aliran permukaan tanah dan suplai air dari Saluran Sekunder Irigasi Alale menggunakan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM). Model pompa air ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pemerintah daerah lain untuk meninjaunya.

(29)

Data daerah irigasi baik irigasi teknis dan irigasi non teknis dapat dilihat pada (Tabel 28).

Tabel 28. Data Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005

Data Uraian

DI Teknis DI Non Teknis

Alale Lomaya Hulu- duo-tamo Mou-tong Ulanta Waduk Perintis Luas Areal (Ha) Luas Fungsional 425 2263 21 125 7 21 Luas Belum Berfungsi 140 320 79 75 143 179 Luas Rencana 565 2583 100 200 150 200 Panjang Saluran (m) Panjang Saluran Primer 3130 3130 874 1250 1080 195 Panjang Saluran Sekunder 34467 34467 - - - -

Sumber : Balai Sungai Wilayah Sulawesi II (2005)

4.5 Tinjauan Demografi Lokasi Penelitian

Tinjauan demografi dalam penelitian ini telah dimulai dengan melakukan wawancara langsung dengan responden dengan dimulai pada kondisi profil rumah tangga responden dengan tujuan unutk lebih mengetahui keadaan dan jumlah keluarga disetiap rumah tangga.

4.5.1 Profil Rumah Tangga Responden

Penelitian ini dimulai dengan mendalami data tentang jumlah kepala keluarga. Nampak bahwa dari total jumlah 83 responden terdiri dari 15 perempuan atau 18,1 persen dan laki-laki 67 atau 80,7 persen serta yang tidak jelas 1 responden atau 1,2 persen. Kepala keluarga lebih didominasi oleh laki-laki bila dibandingkan dengan kepala keluarga perempuan. Perilaku sosial ekonomi ini dapat diinformasikan bahwa meskipun kondisi alam (medan) penambang tanpa izin serta karakter atau watak penambang cukup keras namun tetap member kesempatan bagi perempuan untuk mengurus rumah tangga keluarga. Hal ini nampak pada (Tabel 29).

(30)

Tabel 29. Jumlah Kepala Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perempuan 15 18.1 18.3 18.3

laki-laki 67 80.7 81.7 100.0

Total 82 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 83 100.0

Jumlah kepala keluraga obyek penelitian ini memiliki peran strategis bagi para pihak, karena logika keputusan melembaga yang dibangun dan disepakati oleh responden terutama penambang tanpa izin sangat terkait dengan salah satu aspek yaitu kapasitas pendidikan. Demikian halnya dengan kemampuan responden untuk memahami aturan hukum dan perundang-undangan beserta turunanya terutama berkaitan hokum pertambangan dan bagaimana pelaksanaan praktek penambangan yang baik (Good Mining Practice) sangat dipengaruhi pula oloh kapasitas pendidikan.

Bila ditelaah seperti pada Tabel 30 nampak bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak yaitu pendidikan SLTP dengan jumlah 47 orang atau 56,6 persen dan diikuti oleh pendidikan SD berjumlah 21 atau 25,3persen, sedangkan responden yang tamat pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi yaitu 4 orang atau 4,8 persen serta responden yang tidak sekolah atau tidak berpendidikan yaitu 1 orang atau 1,4 persen. Akan tetapi dalam penelitian ini terdapat 10 atau 12,0 persen responden yang tidak memberikan informasi terkait dengan tingkat pendidikannya, sehingga total responden yaitu 83 orang.

(31)

Tabel 30. Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tdk sekolah 1 1.2 1.4 1.4 Tamat SD 21 25.3 28.8 30.1 Tamat SMP 47 56.6 64.4 94.5 Tamat SMA-PT 4 4.8 5.5 100.0 Total 73 88.0 100.0 Missing System 10 12.0 Total 83 100.0

Meskipun dirasakan sulit untuk mengeksplorasi data secara terstruktur melalui angket yang telah diedarkan, namun usaha tersebut tidak sia-sia. Karena dari total 83 responden yang berhasil diwawancarai terdapat 54 responden (65,1 persen) yang memiliki mata pencaharian penambang tanpa izin dan diikuti oleh petani sebanyak 19 responden atau 22,9 persen serta nelayan sebanyak 4 responden atau 4,8 persen. Namun responden yang tidak menyampaikan tentang pekerjaan utama yang dilakukan yaitu berjumlah 6 responden atau 7,2 persen.

Lokasi Penelitian berada di posisir Teluk Tomini yang berada diwilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango. Dijumpai sebagian besar masyarakat yang berdomisili di pesisir berprofesi bukan nelayan, terutama masyarakat yang bermukim di wilayah konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals, penduduknya lebih banyak berprofesi sebagai penambang tanpa izin. Demikian pula petani telah banyak yang beralih profesi yang sama bukan karena disebabkan oleh adanya obyek pekerjaan baru yaitu PETI, namun disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dalam membasmi binatang babi dan hewan lainnya yang memakan tanaman petani seperti jagung, sayur mayur dan tanaman lainnya. “Kitorang ini masih mau bertani, tapi pemerintah tidak memberikan bantuan dan penyuluhan bagaimana membasmi binatang Babi. Seandainya menanam jagung hari ini maka sampai dipanen harus dijaga terus dari Babi (Ujair Nusa/Paci Kuja ,Tokoh Masyarakat dan Petani di Tombulilato)”

(32)

Tabel 31. Pekerjaan Utama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid petani 19 22.9 24.7 24.7 nelayan 4 4.8 5.2 29.9 Penambang 54 65.1 70.1 100.0 Total 77 92.8 100.0 Missing System 6 7.2 Total 83 100.0

Tabel 32 berikut mendeskripsikan bahwa profesi atau mata pencaharian penduduk yang bermukim di wilayah yang berhimpitan langsung dengan konsesi Kontrak Karya dijumpai memiliki pekerjaan sampingan diantaranya aparat Desa sebanyak 3 responden (3,6 persen), aparat Pemerintah sebanyak 1 responden (1,2 persen), buruh sebanyak 1 responden (1,2 persen), karyawan sebanyak 1 responden (1,2 persen), kontraktror dan pengusaha sejumlah 5 responden (5,8 persen), Lurah 1 responden (1,2 persen) dan pedagang sejumlah 9 responden (10,8 persen), serta penambang 9 responden (10,8 persen). Informasi ini penting karena terkait dengan adanya kelembagaan yang memiliki kekuatan hukum seperti adanya Kepala Desa dan aparat Desa membuktikan bahwa di wilayah ini telah ada Desa-Desa yang definitif secara melembaga.

(33)

Tabel 32. Pekerjaan Sampingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 42 50.6 50.6 50.6 Aparat Desa 3 3.6 3.6 54.2 Aparat Pemerintah 1 1.2 1.2 55.4 Buruh 1 1.2 1.2 56.6 Karyawan 1 1.2 1.2 57.8 Kontraktor 1 1.2 1.2 59.0 Lurah 1 1.2 1.2 60.2 Material 1 1.2 1.2 61.4 Nelayan 1 1.2 1.2 62.7 pedagang 1 1.2 1.2 63.9 Pedagang 8 9.6 9.6 73.5 Penambang 9 10.8 10.8 84.3 Pengawas 1 1.2 1.2 85.5 Pengurus KUBE 1 1.2 1.2 86.7 Pengusaha 1 1.2 1.2 88.0 Petani 5 6.0 6.0 94.0 Tukang 2 2.4 2.4 96.4 Wiraswasta 3 3.6 3.6 100.0 Total 83 100.0 100.0

Tabel 33 berikut mendiskripsikana bahwa rata-rata umur responden yaitu 30-39 atau 31,1 persen dan responden yang berumur 30-39 tahun sebanyak 30 orang atau 36,1 persen. Responden yang paling tua berusia 50 tahun sebanyak 18 responden atau 21,7 persen. Dengan demikian bahwa wilayah tumpang tindih antara pemukiman masyarakat dan konsesi kontrak karya penduduknya rata-rata berumur produktif dan kreatif. Umur responden ini mengindikasikan tentang semangat kerja dan semangat utnuk menanggapi isu-isu terkait dengan tumpang tindih kawasan. Hal ini sesuai dengan obyek penelitian yaitu isu-isu terkait dengan pertambang tanpa izin semakin menggema di masyarakat.

(34)

Tabel 33. Umur Anggota Rumah Tangga Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=29 6 7.2 7.5 7.5 30-39 30 36.1 37.5 45.0 40-49 26 31.3 32.5 77.5 50+ 18 21.7 22.5 100.0 Total 80 96.4 100.0 Missing System 3 3.6 Total 83 100.0

Data responden yang berkaitan dengan jumlah anggota keluarga yaitu anggota keluarga paling banyak atau diatas 5 orang yaitu 49 responden atau 59,0 persen sedangkan responden yang memiliki anggota keluarga 3-4 orang yaitu 28 responden atau 33,7 persen dan sisanya 4 responden dengan jumlah keluarga 1 sampai 2 orang atau 4,8 persen. Penduduk yang bermukim diwilayah berhimpitan langsung dengan konsesi Kontrak Karya Rata-rata anggota 4,95 dan anggota keluarga paling sedikit yaitu 1 anggota keluarga, jumlah keluarga yang paling banyak yaitu 14. Nampak pada Tabel 34 yang menjelaskan jumlah keluarga disetiap rumah tangga yang bermukim diwilayah tumpang tindih dengan kawasan kontrak karya PT Gorontalo Minerals masih relafif sedikit, hal ini diperkuat juga oleh jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih relatif sedikit.

Tabel 34. Jumlah Anggota Keluarga Rumah Tangga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1-2 4 4.8 4.9 4.9 3-4 28 33.7 34.6 39.5 5+ 49 59.0 60.5 100.0 Total 81 97.6 100.0 Missing System 2 2.4 Total 83 100.0

Tabel 35 mendeskripsikan dua aspek yaitu anggota keluarga responden yang sedang sekolah yaitu 57,86 persen dan yang tidak sekolah yaitu 42,14 persen. Persentase keluarga responden yang sedang sekolah dan tidak sekolah

(35)

relatif hampir sama, hal ini dijumpai karena anggota keluarga yang produktif lebih memilih untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan keluarga bila dibandingkan dengan keputusan untuk bersekolah. Alasan lain yang dijumpai karena peluang usia sekolah untuk bekerja menjadi buruh di penambangan tanpa izin cukup terbuka karena menjadi tenaga buruh di PETI tidak terlalu membutuhkan keterampilan dan keahlian tertentu, hanya dengan modal fisik yang cukup kuat untuk mencungkil batu (rep) dalam lubang atau menjadi buruh pengangkat barang ke lokasi PETI (kijang) sudah cukup mendapatkan upah. Kendala lain juga dijumpai bahwa akses pendidikan terutama ke Perguruan Tinggi cukup sulit karena setiap anggota keluarga yang akan melanjutkan kependidikan tinggi harus ke Kota Gorontalo jaraknya sekitar 60 Km.

Tabel 35. Prosentase Anggota Keluarga Rumah Tangga Responden yang Sedang Sekolah

Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan Total

SD 33.91 38.60 36.24

SMP 21.74 21.93 21.83

SLTA 40.00 30.70 35.37

PT 4.35 8.77 6.55

Tabel 35 mendeskripsikan tentang anggota keluarga yang berpartisipasi kesokolah. Perempuan bersekolah lebih banyak bila dibandingkan dengan partisipasi laki-laki bersekolah, kecuali partisipasi sekolah di tingkat SLTA. Nampak pada Tabel 35 mendeskripsikan bahwa partisipasi perempuan bersekolah di SD yaitu 38,60 persen, sedangkan laki-laki 33,91 persen, demikian pula ditingkat SLTP nampak perempuan yang lebih banyak yaitu 21,93 persen sedangkan laki-laki 21,74 persen, berbeda dengan partisipasi bersekolah di tingkat SLTA dimana laki-laki lebih banyak yaitu 40.00 persen sedangkan perempuan 30.70 persen. Akan tetapi di tingkat Perguruan Tinggi, siswa perempuan lebih banyak yaitu 8.77 persen sedangkan laki-laki hanya 4.33 persen. Kesempatan untuk melanjutkan keperguruan tinggi lebih dimanfaatkan oleh perempuan meskipun akses untuk melanjutkan studi keperguruan tinggi cukup jauh dan bahkan memilih untuk tinggal sementara (asrama/sewa kamar) di Kota Gorontalo.

(36)

Anggota keluarga umur produktif umumnya dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan. Jenis pekerjaan yang dimiliki terdiri dari tiga jenis pekerjaan utama yaitu laki-laki umur produktif sedang bekerja sebanyak 69,93 persen dan perempuan umur produktif yang sedang bekerja yaitu 10,46 persen. Selanjutnya laki-laki umur produktif yang sedang sekolah yaitu 26,14 persen dan perempuan umur produktif yang sedang sekolah yaitu 35,29 persen. Sedangkan laki-laki umur produktif mengurus rumah tangga yaitu 3.92 persen serta perempuan umur produktif mengurus rumah tangga yaitu 54,25 persen.

Nampak bahwa perempuan yang berumur produktif lebih banyak memiliki pekerjaan bila dibanding dengan laki yang berumur produktif, meskipun laki-laki memegang peran penting dalam pekerjaan namun perempuan selain mengurus rumah tangga juga bersekolah. Hal lain dijumpai juga laki-laki umur produktif yang mengurus rumah tangga karena dijumpai di lokasi penambang tanpa izin seperti di pegunungan Waluhu terdapat beberapa perempuan yang ikut bekerja sebagai buruh dan menjual makanan serta pedagang asongan, hasil wawancara dengan seorang ibu yaitu:

“Saya pe jualan makanan deng rokok capat habis disini, kalau cuaca bagus saya dua kali balik bawa makan deng minuman kesini, soalnya disini harga makanan mahal jadi depe untung lumayan juga cukup untuk biaya anak-anak pigi disekolah.(Bu Nou)”

Tabel 36. Jumlah Anggota Keluarga Umur Produktif

Laki-laki Perempuan Total

Bekerja 69.93 10.46 40.20

Sekolah 26.14 35.29 30.72

URT 3.92 54.25 29.08

Gambar

Tabel 11.  Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolango dirinci per Kecamatan  Tahun 2005 s/d 2010  No  Kecamatan  2005  2006  2007  2008  2009  2010  1  Tapa  19,016  19,177  6,723  6,900  6,575  6.871  2  Bulango  Utara  9,235  9,313  6,423  6,263  6,537  6.93
Tabel 12.  Perkembangan  Jumlah  Penduduk  Setiap  Tahun  di  Kabupaten  Bone  Bolango Tahun 2007 s/d 2010 (dalam persent)
Tabel 14.  Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2010 di Kabupaten Bone  Bolango
Tabel 15.  Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2009 di Kabupaten  Bone Bolango
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa stres kerja dan kepuasan kerja menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, maka Puskesams Bayat harus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang : keterampilan mahasiswa sebelum mengambil mata kuliah kewirausahaan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, keterampilan

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa dokumen RPIJM Kabupaten disusun sebagai justifikasi atas perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur

Dari persfektif inilah terlihat perlunya dilakukan analisis keberlanjutan perikanan tangkap ikan cakalang di perairan Kabupaten Gorontalo untuk menentukan strategi

Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja,

Definisi ini sejalan dengan pemikiran yang mendefinisikan simulasi sebagai proses desain model suatu sistem nyata dan melakukan eksperimen terhadap model

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir skripsi yang berjudul “Penambahan Tepung Kulit Melinjo ( Gnetum gnemon ) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Kecerahan Warna

[r]