• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat.

Beberapa pasien mengalami komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa pasien mengalami rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh (Djuanda dan Pioderma, 2010).

Referensi

Abdullah, B. 2009. Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.Surabaya. hal 113-115.

Arnold, H., L. 2000. Andrew’s Deseases of the Skin 8th. ed., Piladelphia : WB Saunders Co., : 270 – 1.

Cohen, P., R. 2006. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . Andrews Disease of The Skin: Clinical Dermatology. 10th edition. Philadelphia:

W.B. Saunders Company. pp 253-254

Djuanda, A. and Pioderma. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 60.

Ganong, W., F. 2005. Review of Medical Physiology, 22th ed. California:

McGraw Hill Companies.

Hurmitz, S. 2001. Clinical Pediatric Dermatology. Philadelphia : WB Saunders Co., 219.

Murtiastutik, D. 2010. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2. Surabaya:

Dep/SMF Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD dr.Soetomo. Hal 30-32.

Pendland, S., L. 2005. Skin and Soft Tissue Infections, in : Joseph Dipiro T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells and L.

Michael Posey (Eds), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th Ed. USA: The Mc Graw Hill Company, Inc.

Ray, J. 2003. Bacterial Infection. In: ABC of Dermatology. Fourth Edition.

London: BMJ Publishing Group Ltd. 2003. pp 90.

Rook, A. 2006. Texbook of Dermatology 4th. Oxford : Blackwell Scientific Publication,: 739–51.

Sterry and Wolfram. 2006. Bacterial Desease. In: Thieme Clinical Companions Dermatology. 5th edition. New York: Georg Thieme Veriag. pp 73-75.

Suyoso, S. 2005. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair. Hal 29-32.

Timothy, G. 2008. Bacterial Infection. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies. pp 1689-1702.

PERTANYAAN

1. Jelaskan Definisi Abses Folikel Rambut?

Abses atau furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Apabila furunkelnya lebih dari satu maka disebut furunkolosis. Suatu furunkel, biasanya dikenal sebagai suatu bisul atau boil, ditandai suatu massa material bernanah timbul dari folikel rambut dan meluas pada jaringan subkutan

2. Jelaskan Patofisiologi terjadinya Abses Folikel Rambut ?

Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora normal pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran hidung. Kejadian terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit. Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati

3. Jelaskan Penatalaksanaan Abses Folikel Rambut ?

Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya dirawat inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih,

diberi salep natrium fusidat atau framycetine sulfat kassa steril (Ganong, 2005).

Furunkel yang besar (multiple) umumnya diterapi dengan penicillinaseresistant penicillin (dicloxacillin 250 mg per oral tiap 6 jam selama 7-10 hari). Jika pasien alergi penisilin maka alternatif lain adalah clindamycin (150-300 mg per oral tiap 6 jam). Tindakan insisi diindikasikan untuk lesi yang besar dan fluctuant yang tidak drain spontaneously (Pendland, 2005). Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.

Tabel 1. Antibiotik Sistemik

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually For 7 to 14 Days

Cloxacillin 250–500 mg (adults) qid for 10 days Dicloxacillin (drug of choice) 250–500 mg (adults) qid for 10 days

Nafcillin 1.0–2.0 g IV q4h

Oxacillin 1.0–2.0 g IV q4h

Aminopenicillins

Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h

50 mg/kg per day (children) for 10 days Cephradine 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40–

50 mg/kg per day (children) for 10 days

Cefaclor 250–500 mg q8h

Cefprozil 250–500 mg q12h

Cefuroxime axetil 125–500 mg q12h

Cefixime 200–400 mg q12–24h

Erythromycin group

Erythromycin ethylsuccinate 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40 mg/kg per day (children) qid for 10 days Clarithromycin 500 mg bid for 10 days

Azithromycin Azithromycin: 500 mg on day 1, then 250 mg qd days 2–5

Clindamycin 150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15 mg/kg per day (children) qid for 10 days

Tetracylines

Minocycline 100 mg bid for 10 days

Doxycycline 100 mg bid

Tetracycline 250–500 mg qid

Miscellaneous agents

Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg TMP + 800 mg SMX bid

Metronidazole 500 mg qid

Ciprofloxacin 500 mg bid for 7 days

(Rook, 2006) Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak.

Terapi pilihan untuk golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang alergi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin (Hurmitz, 2001)

Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi.

Higiene kulit harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik.

Adanya penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi.

Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi. Pasien dengan furunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih komplek.

Dokumen terkait