• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program dan Aksi Penanggulangan Kerusakan

Dalam dokumen Status Lingkungan Hidup 2003 (Halaman 41-46)

c. Industri Pembekuan Ikan

3.4 Program dan Aksi Penanggulangan Kerusakan

Lingkungan (Sektoral-multisektoral-LSM dan Masyarakat).

Berdasarkan pelaku utamanya, secara umum program-program dan aksi-aksi penanggulangan kerusakan lingkungan dapat dibedakan atas tiga, yakni : (1) program dan aksi penanggulangan yang bersifat sektoral yang umumnya dilakukan oleh instansi pemerintah atau LSM secara parsial; (2) program dan aksi penanggulangan yang bersifat multi-sektor atau lintas sektor yang dilakukan secara bersama-sama atau terpadu dari sejumlah instansi terkait dengan LSM dan masyarakat; dan (3) program dan aksi penanggulangan yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat atau LSM. Program-program yang dimaksud akan diuraikan berikut.

Mengacu pada Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2006, sesunguhnya telah direncanakan sejumlah program dan aksi-aksi pembangunan yang di arahkan pada pengelolaan sumberdaya alam dan kelestarian lingkungan hidup, meskipun tidak secara tajam dan spesifik ditujukan pada permasalahan lingkungan. Program dan aksi-aksi pembangunan itu disebar ke dalam berbagai bidang kebijakan, di antaranya pada : (1) bidang kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup; (2) bidang kebijakan investasi dan pengembangan kawasan; (3) bidang kebijakan ekonomi dan pembangunan; dan (4) bidang kebijakan sosial budaya, pendidikan dan agama.

Dalam pewujudannya, seluruh konsep program dan aksi-aksi pembangunan yang direncanakan dan ditetapkan pada setiap bidang kebijakan termaksud - sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab I di muka – ditindak lanjuti dalam bentuk penjabaran dan penerapan program dan aksi-aksi di lapangan oleh setiap badan dan dinas terkait dalam wilayah Provinsi Gorontalo. Badan dan dinas yang dimaksud adalah antara lain : (1) Dinas Pertanian; (2) Dinas Perikanan dan Kelautan; (3) Dinas Kehutanan dan Perkebunan; (4) Dinas

Perhubungan; (5) Dinas Pemukiman dan Persampahan (Kimpraswil); (6) Dinas Pertambangan; (7) Dinas Perindustrian; (8) Dinas Kesehatan; dan (9) Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Balitbangpedalda).

Dari seluruh program dan aksi-aksi pembangunan yang dipaparkan pada keempat bidang yang dimaksud tidak secara eksplisit dikemukakan siapa yang harus bertanggung jawab terhadap program dan rencana aksi pembangunan yang tersebut. Tampaknya disetiap program dalam satu bidang didalamnya terdapat rencana aksi pembangunan yang bersifat sektoral, multi sektor maupun yang dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Tetapi dari rumusan program dan rencana aksi penbangunan pada keempat bidang tersebut sebagaimana yang dipaparkan pada Bab II di muka dapat dinyatakan bahwa keseluruhan program utama dan rencana aksi yang dimaksud umumnya lebih bersifat multisektor atau lintas sektoral atau dikerjakan bersama intansi terkait maupun dengan lembaga swadaya masyarakat dan atau dengan keterlibatan masyarakat di mana rencana aksi itu akan dilakukan.

Sampai berapa jauh aplikasi program utama dan seluruh rencana aksi yang terumuskan itu masih menunggu hasil evaluasi dari setiap sektor atau pun koordinator sektor yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk itu. Sampai penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup ini dilaksanakan belum ditemukan adanya laporan yang menjelaskan penerapan dan hasil-hasil yang dicapai dari keseluruhan program dan rencana aksi yang dimaksud. Mungkin sekali terjadi karena Provinsi Gorontalo masih dalam berbenah diri menata kelembagaannya sebagaimana halnya provinsi lain yang baru saja memisahkan diri dari provinsi induknya (Provinsi Sulawesi Utara).

BAB IV. REKOMENDASI

(Rencana Tindak Lanjut Respon – Program dan Aksi

Pembangunan)

Berdasarkan kondisi degradasi lingkungan sebagaimana yang dipaparkan pada Bab I dan III dan belum berhasilnya program-program dan aksi-aksi yang direncanakan, maka dalam rangkan peningkatan kualitas lingkungan di Provinsi Gorontalo, termasuk didalamnya pengelolaan sumberdaya alamnya, terhadapnya direkomendasikan sejumlah program dan aksi-aksi pembangunan sebagai respon tindak lanjut dari rencana program dan aksi-aksi yang telah ada.

Rencana program dan aksi-aksi pembangunan yang direkomendir adalah ditekankan pada persoalan lingkungan yang kini telah berdampak luas dan penting di Provinsi Gorontalo. Persoalan lingkungan yang dimaksud antara lain : (1) semakin rusaknya habitat ekosistem terumbu karang dan bakau (mangrove) khususnya di Kecamatan Kuandang dan Anggrek akibat aktivitas penambangan, dan pemboman serta perluasan areal pertambakan; (2) semakin meningkatnya erosi dan sedimentasi pada areal pertanian agropolitan sebagai akibat dari kegiatan pertanian tanpa konservasi lahan; (3) semakin mendangkalnya kawasan Danau Limboto akibat erosi dan sedimentasi yang terus menerus dari daerah hulu DAS; (4) semakin porak-porandanya sempadan Sungai Bone dan Kaki Bukit Gorontalo akibat penambangan galian C yang tidak ramah lingkungan; dan (5) tidak layaknya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah kota yang tepat berada di atas posisi atau tebing pantai. Atas dasar persoalan besar dan dampak penting itu maka ditetapkan sejumlah butir rekomendasi dalam dua bentuk yakni program utama dan program pendamping/pendukung. Jenis program utama yang dimaksud adalah sebagai berikut :

RPU-1 :

Perlunya program pengendalian kerusakan habitat ekosistem terumbu karang dan bakau di Kecamatan Kwandang dan Anggrek. Pada program ini dapat ditetapkan sejumlah proyek-proyek strategis (aksi pembangunan), di antaranya : (1) proyek penghentian dan pengawasan penggunaan batu karang sebagai bahan pondasi bangunan; (2) proyek pengalihan pekerjaan penambang batu karang ke jenis batu lain (batu tebing pantai atau batu kali); (3) proyek pengawasan penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan; (4) proyek penetapan zonasi peruntukan kawasan pantai (bakau dan tambak); dan (5) proyek penerapan system pengelolaan tambak tadisional plus.

RPU-2 :

Perlunya program pengendalian erosi dan sedimentasi pada areal pengembangan jagung hibrida (agropolitan). Pada program ini dapat ditetapkan sejumlah proyek-proyek strategis, di antaranya : (1) proyek pembuatan terasering pada areal pertanian berlereng; (2) proyek penanaman jenis tanaman tahunan yang memiliki system perakaran yang kuat khususnya

daerah yang terjal dan telanjur dibuka untuk areal pertanaman jagung, proyek ini dapat dikombinasikan atau dipadukan dengan proyek terasering; dan (3) proyek pergiliran tanaman (rotasi tanaman) pada areal pertanaman jagung termaksud.

RPU-3 :

Perlunya program pengendalian pendangkalan Danau Limboto. Program ini sesungguhnya bertalian erat dengan rekomendasi program kedua, namun disamping proyek-proyek strategis yang ditawarkan pada program pengendalian erosi dan sedimentasi dapat ditetapkan sejumlah proyek strategis lainnya, yakni : (1) proyek penetapan zonasi peruntukan kawasan ekosistem Danau Limboto yang berawal di daerah hulu dari seluruh daerah aliran sungai yang bermuara pada Danau Limboto, termasuk di areal Danau Limboto termaksud; (2) proyek penghijauan daerah hulu DAS yang telah diperuntukan sesuai dengan tetapan zonasi; (3) proyek penertiban pemanfaatan areal Danau Limboto (kawasan budidadya ikan, kawasan pengendalian banjir, kawasan persawahan, dsb.) sesuai dengan tetapan zonasi

RPU-4 :

Perlunya programpengendalian aktivitas penambangan galian C khususnya pada sepanjang badan Sungai Bone dan kaki bukit Gorontalo. Pada program ini juga dapat ditetapkan sejumlah proyek-proyek strategis

berikut, yakni : (1) proyek pembangunan penangkal sedimen pada areal penambangan galian C di sepanjang badan Sungai Bone; dan (2) proyek penertibangan penambangan pada kaki bukit Gorontalo.

RPU-5 :

Perlunya program pemindahan lokasi TPA ke tempat yang lebih layak dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pada program ini dapat ditetapkan sejumlah proyek strategis berikut : (1) proyek penetapan lokasi TPA baru melalui studi kelayakan social, ekonomi, dan lingkungan (AMDAL); (2) proyek pendaur ulangan limbah padat; (3) proyek pembuatan kompos dari limbah organic; dan (4) proyek-proyek penciptaan mekanisme angkutan sampah di setiap kelurahan yang dapat mempermudah pengangkutan sampah dan bahkan mengurangi sampah terangkut ke TPA.

Selain kelima program utama tersebut di atas, juga diperlukan sejumlah program pendamping atau penunjang. Program ini dimaksudkan untuk memperlancar program utama, dan karena itu tingkat keperluannya juga dinilai sama dengan program utama. Program penunjang yang dimaksud adalah sebagai berikut :

RPP-1:

Perlunya program peningkatan kepedulian masyarakat (stakeholders) melalui proyek-proyek strategis sosialisasi dan advokasi pada kalangan mubalig, guru, dan pemerimtah kecamatan dan kelurahan. Sosialisasi dan advokasi pada kalangan guru dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat lewat mimbar khotbah dan pengajian atas akibat-akibat dampak lingkungan dari kegiatan mereka. Pada kalangan guru dimaksudkan untuk menumbuhkan perilaku ramah lingkungan di kalangan anak sekolahan, dan pada kalangan

pemerimtah kecamatan dan kelurahan dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan pembangunan di wilayah kerjanya masing-masing.

RPP-2

: Perlunya program perumusan dan penegakan hukum lingkungan

melalui penerapan proyek-proyek strategis : (1) proyek perumusan hukum lingkungan berbasis stakeholders; (2) proyek penegakan hukum lingkungan bekerja sama dengan lembaga adat desa/kelurahan bekerjasama dengan kepolisian dan angkatan laut; dan (3) proyek pemberian insentif pada daerah-daerah atau komunitas yang berjasa besar dalam pengendalian kerusakan ligkungan hidup, termasuk di dalamnya pemberian disinsentif bagi pelanggarnya.

RPP-3 :

Perlunya program penciptaan atau perluasan lapangan kerja, khususnya bagi masyarakat yang sumber penghidupan utamanya dari aktivitas yang berkecenderungan merusak lingkungan, seperti : penambang galian C (batu karang, sirtu, batu gunung) dan penangkapan ikan dengan penggunaan bahan peledak.

KEPUSTAKAAN

Asdep Urusan Informasi, 2003. Panduan Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Utara, 1998. Informasi Kawasan Konservasi di Provinsi Sulawesi Utara. Manado.

Balibangpedalda Provinsi Gorontalo, 2003. Konsep Rencana Strategis Pembangunan Balibangpedalda Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2002. Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal, 2002. Data Industri Kecil dan Menengah Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal, 2002. Data Perusahaan Komoditas Industri Dagang Kecil dan Menengah Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal, 2002. Data Profil Komoditi Andalan Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2002. Statistik Dinas kehutanan dan Perkebunan Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, 2001. Laporan Tahunan. Gorontalo.

Lembaga Pengkajian Pembangunan Gorontalo bekerjasama dengan Kelompok Kerja Pengelolaan DAS Limboto Berbasis Multipihak, 2003. Menggagas Pengelolaan DAS Limboto Secara Terpadu dan Sinergis. Laporan Tidak Dipublikasikan. Gorontalo.

Pemerintah Provinsi Gorontalo, 2002. Rencana Startegis Daerah (Restrada) 2002 – 2006) Provinsi Gorontalo. Badan Perencanaan Pembangunan dan Percepatan Ekonomi Daerah Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Pusat Studi Lingkungan IKIP Gorontalo, 2002. Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD) Provinsi Gorontalo. Laporan tidak dipublikasikan. Pusat Studi Lingkungan IKIP Gorontalo bekerjasama dengan Bappeda Provinsi

Gorontalo, 2002. Kajian Pencemaran Lingkungan pada Kawasan Penambangan Emas di Provinsi Gorontalo. Laporan tidak dipublikasikan. Gorontalo.

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Lembaga Penelitian UNSRAT, 2002. Laporan Utama Analisis Dampak Lingkungan Pengendalian Banjir Das Limboto – Bolango – Bone Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dalam dokumen Status Lingkungan Hidup 2003 (Halaman 41-46)

Dokumen terkait