• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1) Need, Demand , dan Want

2.1.6 Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM)

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 6 tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) adalah program Pemerintah Provinsi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan kesehatan. Pemerintah Provinsi Bali mengalokasikan dana sebesar Rp. 127 milyar untuk Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dalam tahun 2010. Alokasi dana ini meningkat hampir lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya (2009) yang hanya Rp 27 milyar.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan alokasi dana untuk pelayanan kesehatan tersebut mencapai 13,5 persen dari total APBD Bali 2010. Padahal, sesuai UU Kesehatan, alokasi untuk kesehatan idealnya hanya lima persen dari APBD. Di tahun 2009 Pemerintah Bali sudah menjalankan pelayanan kesehatan gratis keliling ke seluruh pelosok Bali (kecuali Jembrana) yang bernama Program Pelayanan Kesehatan Gratis (Yankestin) atau pelayanan kesehatan gratis ini diganti oleh program baru bernama Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang diharapkan akan digunakan seterusnya untuk menjamin kesehatan masyarakat Bali. Program ini mulai berlaku per 1 Januari 2010. Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga mengatakan di depan otoritas kesehatan Kabupaten bahwa kemampuan masyarakat Bali mengakses kesehatan tidak merata, karena itu JKBM memberikan akses pada warga Bali yang belum tertanggung.

Dalam perjanjian kerjasama ini, Pemerintah provinsi Bali akan memberikan dana hibah kepada RSUD sebesar 123, 2 milyar dan Puskesmas sebesar 48 milyar di seluruh kabupaten/kota se-Bali kecuali Jembrana. Secara umum program JKBM ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bali. Bagi masyarakat Bali yang memiliki KTP dan KK dan sudah terdaftar di desa masing-masing akan mendapatkan pelayanan kesehatan di seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Bali secara gratis. Tentunya harus dilakukan secara bertahap, dari tempat pelayanan kesehatan terdepan/terkecil (Puskesmas) kemudian dilanjutkan ke Rumah Sakit Daerah dan ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Hanya dengan menunjukkan KTP dan KK kita sudah bisa mendapatkan pelayanan gratis ini. Namun masih dalam ruang inap kelas 3, seiring perkembangannya akan berkembang menuju kelas yang lebih elit bahkan sampai kelas VIP, namun kemungkinan akan diperlukan dana tambahan dari yang bersangkutan yang dibayar dalam sistem asuransi.

2.1.6.1 Pendanaan JKBM

Pendanaan Program JKBM merupakan subsidi pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JKBM. Sumber dana berasal dari APBD Provinsi Bali dan APBD Kabupaten/ Kota yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki Jaminan Kesehatan dan PAD Kabupaten/Kota. Dana program Jaminan Kesehatan Bali Mandara tersebut keseluruhan dialokasikan untuk membiayai dana pelayanan kesehatan langsung. Disamping dana pelayanan kesehatan langsung untuk mendukung berjalannya program JKBM ini, perlu juga dianggarkan dana pelayanan kesehatan tidak langsung atau operasional manajemen untuk Tim Koordinasi dan Tim Pengelola JKBM di tingkat Kabupaten/Kota dan Propinsi melalui DPA masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pengalokasian Dana JKBM ini dibagi secara merata berdasarkan jumlah

Anggaran APBD di masing-masing Puskesmas dan RSUD. Program JKBM ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan.

2.1.6.2 Jenis Pelayanan JKBM

Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat bersifat komprehensif sesuai dengan indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin. Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut meliputi :

1) Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan jaringannya

(1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas dan jaringannya baik dalam maupun luar gedung meliputi pelayanan : pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis, pemeriksaan kehamilan dan nifas, tindakan medis kecil termasuk cuci luka, rawat luka dan jahit luka, penunjang diagnostic sederhana dan pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/tambal (2) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan yang

meliputi pelayanan: perawatan dan akomodasi rawat inap, partus, visite dokter spesialis, konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan, tindakan medis kecil termasuk cuci luka, rawat luka dan jahit luka, penunjang diagnostic sederhana, pemberian obat.

(3) Pelayanan gawat darurat (emergency). 2) Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), dilaksanakan pada puskesmas yang menyediakan pelayanan spesialistik, poliklinik spesialistik Rumah Sakit Pemerintah yang merupakan jejaring JKBM, meliputi :

(1) konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum,

(2) pemeriksaan kehamilan yang beresiko tinggi dan memerlukan penanganan spesialistik, (3) rehabilitasi medik,

(4) penunjang diagnostic : laboratorium klinik, radiologi dan elek-tromedik, (5) tindakan medis kecil-sedang,

(6) pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan, (7) pemberian obat sesuai fotmularium obat JKBM, (8) pelayanan darah,

Rawat inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III rumah sakit pemerintah meliputi : akomodasi dan konsumsi rawat inap pada kelas III, konsultasi medis, pemeriksaan fisik, penunjang diagnostic, laboratorium klinik, patologi klinik, patologi anatomi, laboratorium mikro patologi, patologi radiolologi dan elektromedik, tindakan medis kecil-sedang-besar, partus dan komplikasi kehamilan, operasi kecil, sedang dan besar sesuai dengan kompetensinya, pelayanan rehabiltasi media, perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU), pemberian obat sesuai formularium obat JKBM, pelayanan darah, pelayanan hemodialisa (HD) sesuai indikasi medis dan kebutuhan pasien, bahan abis pakai dan Pelayanan gawat darurat (emergency).

3) Pelayanan yang dibatasi (Limitation)

(1) Kacamata diberikan pada kasus gangguan refraksi dengan lensa koreksi minimal +1/-1 dengan nilai maksimal Rp. 200.000,- berdasarkan resep dokter,

(2) Intra Ocular Lens (IOL) diberi penggantian sesuai resep dari dokter spesialis mata, dengan nilai maksimal Rp. 300.000,- untuk operasi katarak SICS, maksimal Rp. 1000.000,- untuk operasi katarak dengan metode Phaeco dan bola mata palsu penggantian maksimal Rp. 400.000,-,

(3) Kacamata, IOL dan bola mata palsu, disediakan oleh Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak-pihak lain,

(4) Transportasi untuk kasus rujukan pasien emergency dari Nusa Penida ke RS (pemanfaatan lebih rinci diatur dalam peraturan Kabupaten Klungkung) dan transportasi dokter spesialis ke Nusa Penida,

(5) Kehamilan, persalinan dan komplikasi kehamilan dibatasi hanya sampai anak ketiga hidup dan verifikasi data dilakukan berdasarkan KK,

(6) Pelayanan darah hanya dijamin sebesar Rp. 250.000,- per kantong dan selisih harga dibebankan kepada pasien.

4) Pelayanan yang tidak dijamin (Exclusion) meliputi : pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika, general check up, prothesis gigi tiruan, operasi jantung, pengobatan alternatif, pengobatan tradisional dan pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah, rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapatkan keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi, pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam, pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial, pelayanan kesehatan canggih (kedokteran nuklir, transplantasi organ), pembersihan karang gigi dan usaha meratakan gigi, ketergantungan obat-obatan, obat di luar formularum obat JKBM, sirkumsisi, Anti Retro Viral (ARV), kelainan bawaan (kecuali: hidrocefalus, atresia ani dan bayi tanpa saluran kencing), biaya T\transportasi rujukan, biaya Autopsi atau biaya visum, kemoterapi dan radioterapi, kecelakaan lalu lintas tunggal, percobaan bunuh diri, penyakit akibat konsumsi alkohol / miras dan alat kesehatan.

Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara mempunyai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan Program JKBM, terdapat dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Program JKBM ini adalah meningkatkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Tujuan khusus dari Program JKBM adalah meningkatkan cakupan masyarakat Bali yang mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Bali, serta pengelolaan keuangan yang transparan.

Sasaran dari Program JKBM ini adalah seluruh masyarakat yang beridentitas atau memiliki KK dan KTP asli Provinsi Bali yang belum memiliki jaminan kesehatan. Seperti kita ketahui bahwa masih banyak masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan oleh karena itu Program JKBM ini dibuat oleh pemerintah Provinsi Bali untuk membantu masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. Pemerintah daerah sangat berharap agar peserta Program JKBM ini memang benar-benar masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan. Peran perangkat kerja di Kabupaten, Kecamatan dan Desa yang akuntabel sangat dibutuhkan untuk mendorong program ini agar berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Menurut Aprilia (2010) dari hasil penelitian yang sudah dilakukan tentang analisis pelaksanaan Program JKBM bahwa sistem pelaksanaan program JKBM sesuai dengan tujuan dan sesuai diterapkan di Provinsi Bali

2.1.6.4 Intensitas Pelayanan JKBM

Chaplin (2008), mendefinisikan “intensitas” berasal dari kata bahasa Inggris “intensity” (intensitas) yaitu, suatu sifat kuantitatif dari suatu penginderaan, yang berhubungan dengan intensitas perangsangnya. Menurut beliau intensitas dapat diartikan dengan kekuatan sebarang tingkah laku atau sebarang pengalaman. Sedangkan menurut Kartono dan Gulo (2003),

intensitas berasal dari kata intensity yang berarti besar atau kekuatan suatu tingkah laku; jumlah energi fisik yang digunakan untuk merangsang salah satu indera; ukuran fisik dari energi atau data indera. Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah suatu ukuran kuantitatif dari suatu penginderaan, untuk mengukur ukuran fisik dari energi atau data indera.

Dokumen terkait