BAB VI LABORATORIUM
A. Program Kerja Laboratorium
Unit ini bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi mutu dari bahan baku sampai bahan jadi, yaitu semen. Oleh karena itu, unit ini bekerja secara kontinyu. Hasil analisis dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
A.1. Laboratorium Kimia
Tugas bagian ini adalah sebagai kontrol operasi dengan menganalisis bahan baku, tepung baku, dan semen secara kontinyu. Analisa ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dari pabrik.
Gambar VI.1 Blok Diagram Pengujian Bahan Baku dan Produk PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 7-8
Bahan Baku Proses Pengolahan
Semen Produk Analisis: Limestone Content Clay Content Sand Content Gypsum Content Analisis: CaO Content MgO Content SiO3Content Al2O3Content F2O3Content
A.1.1 Alat-alat yang Digunakan 1. Spektofotometer Sinar X
Spektofotometer Sinar X meliputi uji XRF (X-ray fluorescence) dan XRD (X-ray Diffraction). XRF digunakan untuk mengetahui kada senyawa penyusun, seperti kadar SiO2, Aal2O3, CaO, MgO, dan FeO3. Sedangkan XRD digunakan untuk mengetahui material kristal merupakan SiO2, Aal2O3, CaO, MgO, dan FeO3.
2. Blaine
Prinsip kerja Blaine didasarkan pada kecepatan udara dalam volume tertentu untuk menghembuskan suatu batch semen. Semakin halus semen maka nilai blaine nya semakin besar.
Dari data yang dipeoleh uji kehalusan dengan alat Blaine memenuhi standar nasional Indonesia SNI 15-2049-2004 karena rata-rata
kehalusan yang dmencapai 500 m2/kg sedangkan menurut SNI kehalusan
minimum adalah 280 m2/kg.
3. Wagner
Fungsi Wagner adalah untuk menentukan ukuran distribusi partikel dari semen.
4. Viccat
Viccat digunakan untuk memeriksa pengerasan semen. 5. Gillmore
Gillmore berfungsi untuk memeriksa pengeringan semen. A.1.2. Analisi Pengujian Kimia Batu Kapur
Penyediaan sampel :
Sampel digiling sampai lolos ayakan 149 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105OC selama 1 jam.
a. Kadar SiO2
1) Sampel ditimbang 1 gram dalam gelas piala 100 ml, ditambahkan air sampai menjadi slurry (lumpur).
2) 5 ml HCl dan 100 ml HClO460% ditambahkan lalu dipanaskan di atas pemanas dengan suhu 200oC. Setelah asap putih keluar, pemanasan dilanjutkan selama 10 menit.
3) Kemudian didinginkan lalu ditambahkan 5 ml HCl dan 50 ml air panas, disaring dan diendapkan, dicuci dengan air panas selama 10 kali (filtrat a).
4) Diabukan dalam pemanas listrik dan dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 1000oC selama 30 menit.
5) Setelah itu didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. 6) Perhitungan :
% SiO2= x 100% ;
Dengan W = berat endapan S= berat sampel b. Kadar ammonium hidroksida
1) Filtrat ditampung dalam labu takar 250 ml (a) sampai tanda batas, lalu dipipet ke dalam gelas piala 300 ml untuk penetapan R2O3.
2) Larutan sampel ini didihkan sampai beberapa menit. Indikator metil merah ditambahkan sebanyak 1-2 tetes, ditambahkan pula amoniak tetes demi tetes sampai warna merah menjadi kuning, dan ditambahkan lagi 1-2 tetes berlebihan.
3) Didihkan selama 1 menit, endapan dibiarkan turun dan disaring dengan kertas saring. Filtrate diterima oleh labu takar (b) 500 ml. 4) Endapan dicuci dengan amonium nitrat 2%, 8-10 kali. Filtrat
digunakan untuk penetapan CaO dan MgO.
5) Setelah pencucian selesai endapan dimasukkan dan dipijarkan dengan cruse porcelen dalam tanur listrik pada suhu 1000oC selama 1 jam. Selanjutnya didinginkan lalu ditimbang (W).
6) Perhitungan :
%R2O3 = W x 250/1000 x 100%
c. Kadar CaO
1. Filtrat dari (b) dalam labu takar 250 ml, lalu ditambahkan air sampai tanda batas.
2. Pipet 10 ml untuk penetapan CaO dan MgO.
3. Filtrat diencerkan menjadi 220 ml, lalu ditambahkan 4 ml trietanolamin.
4. Titrasi dengan larutan standar EDTA 1/40 M sampai mendekati titik akhir titrasi, kemudian ditambah 14 ml larutan KOH 20% (pH = 12,7-13,2).
5. Dibiarkan selama 3 menit, lalu ditambahkan indikator MM sebanyak ± 0,1 gram dan titrasi dilanjutkan sampai warna merah menjadi biru. 6. Perhitungan :
%CaO =
d. Kadar MgO
1) Filtrat (b) diencerkan menjadi 200 ml dalam gelas kimia 300 ml.
2) 4-5 tetes Natrium Sulfida ditambahkan kemudian larutan buffer 10 ml dan indikator EBT.
3) Larutan dititrasi dengan EDTA 1/40 M dari merah menjadi biru. 4) Perhitungan :
% MgO =
e. Hilang Pijar (LOI)
1) Ditimbang 1 gram sampel dengan cruse platina.
2) Dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 1000oC selama 1 jam. 3) Lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang beratnya. 4) Perhitungan :
Hilang pijar (LOI) =
1) Pipet larutan (b) 100 ml dimasukan ke dalam gelas piala 300 ml, lalu ditambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat dan didihkan selama beberapa menit.
2) Metil merah ditambahkan beberapa tetes hingga warna merah berubah menjadi kuning dan ditambahkan lagi sampai berlebihan, kemudian didihkan selama 1 menit kemudian dibiarkan mengendap.
3) Endapan disaring dan dicuci dengan air panas 2 kali dan filtratnya dibuang.
4) Endapan besrta kertas saringnya diambil dan endapan dimasukkan dalam gelas piala.
5) Endapan disemprot dengan air panas supaya masuk ke dalam gelas piala.
6) Larutan dipanaskan hingga mendidih dan endapan larut smpurna, kemudian ditambahkan SnCl2 tetes demi tetes hingga warna kuning menjadi tidak berwarna dan ditambahkan beberapa tetes berlebihan. 7) Didinginkan dengan cepat sampai suhu ruangan dengan direndam air. 8) Gelas piala dibilas dan ditambahkan HgCl2 5% lalu diaduk kuat-kuat,
kemudian dibiarkan selama 2-3 menit.
9) Selanjutnya ditambah 10 ml asam phospat kemudian diencerkan dengan aquades 100 ml.
10) Dua sampai tiga tetes indikator barium diphenil sufonat ditambahkan kemudian dititrasi dengan K2CrO4 standar sehingga warna putih berubah menjadi ungu dan volume penitrasian dicatat.
11) Perhitungan : % Fe2O3 =
A.1.3. Pengujian Kimia Tanah Liat dan Pasir Silika a. Kadar SiO2
1. Setengah gram sampel dimasukkan dalam cruse platina.
2. 3 gram Na2CO3 ditimbang, 2/3 bagian dicampur dengan sampel cruse porcelen dan 1/3 bagian sebagai lapisan di atas campuran.
3. Lalu dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 1000oC selama 1 jam. 4. Didinginkan dalam eksikator dan beratnya ditimbang dan 30 ml air
panas, endapan dikumpulkan dan kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 5 menit. Setelah itu disaring dengan kertas saring dan filtrat diterima dengan labu takar 250 ml (1).
5. Perhitungan : %SiO2= Dengan :
S = berat sampel W = berat endapan b. Kadar CaO dan MgO
Volume filtrat (a) ditepatkan menjadi 500 ml dengan aquades, dan dikocok sampai homogen. Diambil dengan pipet 2 kali masing-masing 100 ml dalam gelas piala 300 ml untuk penetapan CaO dan MgO.
1) Kadar CaO
a). Larutan diencerkan menjadi 200 ml dan ditambahkan 4 ml TEA. b). Titrasi dengan larutan EDTA standar sampai mendekati titik akhir titrasi.
c). Empat belas ml larutan KOH 2 N ditambahkan, dibiarkan 2-3 menit lalu ditambahkan indikator MM ± 0,1 gram dan titrasi dilanjutkan sampai warna menjadi biru.
d) Perhitungan : % CaO = Dengan :
S = berat sampel / contoh V1 = hasil titrasi
F1 = faktor ekivalen 2) Kadar MgO
b). Empat setengah Na2S ditambah larutan buffer 10 ml (pH : 9,5-10) dan indikator EBT.
c). Lalu dinitrasi dengan standar EDTA sampai warna merah menjadi biru.
d).Perhitungan : % MgO = Dimana :
V2 = hasil titrasi
f2 = faktor ekivalen MgO (gr) dengan 1 ml larutan EDTA.
c. Hilang Pijar (LOI,loss on ignation)
Prosedur analisanya sama dengan hilang pijar. d. Kadar R2O3
1). Filtrat (1) dalam labu takar 250 ml, ditempatkan pada tanda tera. 2) . Pipet 100 ml dalam gelas piala 300 m, kemudian diencerkan
menjadi 200 ml dan ditambahkan 2-3 tetes asam nitrat pekat, didihkan beberapa menit.
3). Indikator metil merah ditambah lalu diendapkan dengan menambahkan ammonium hidroksida sampai berwarna kuning. 4). Didihkan selam 1 menit, disaring dan filtrat diterima oleh labu
takar 500 ml (a).
5). Endapan dicuci dengan ammonium nitrat 2% sebanyak 5 kali lalu dipindahkan ke dalam cruse porcelen dan dipijarkan pada 1000oC selama 1 jam.
6). Setelah dingin ditimbang (W) dan filtrat (a) untuk penetapan kadar CaO dan MgO.
7). Perhitungan : Re2O3 = Dengan :
S = berat sampel e. Kadar Fe2O3
1). Pipet larutan dari filtrat (1) sebanyak 100 ml ke dalam gelas piala 300 ml dan ditambahkan 2 tetes asam nitrat pekat, lalu didihkan selama beberapa menit.
2). Metil merah ditambahkan beberapa tetes kemudian ditetesi NH4OH sampai warna menjadi kuning dan ditambahkan lagi 2-3 tetes berlebihan, lalu didihkan selama 1 menit, dan endapan dibiarkan mengendap.
3). Endapan disaring dan dicuci air panas sampai 5 kali dan filtratnya dibuang.
4). Endapan disaring bersama kertas saring dan dimasukkan dalam gelas piala.
5). Endapan disemprot dengan air panas dan dibilas dengan HCl 10 ml lalu dibilas lagi dengan air panas sampai bersih dan kertas saringnya dibuang.
6). Larutan dipanaskan sampai mendidih dan endapan larut sempurna. 7). Larutan SnCL2 ditambahkan tetes demi tetes sampai warna kuning
menjadi tidak berwarna.
8). Dinginkan cepat-cepat dengan merndam di dalam air.
9). Dinding gelas piala dibilas dan ditambahkan HgCl25% dan diaduk kuat-kuat, larutan dibiarkan beberapa menit, ditambahkan 10 ml asam phospat lalu diencerkan dengan air suling sampai 100 ml. 10). Dua sampai tiga tetes barium diphenil sulfonat ditambahkan,
kemudian dititrasi dengan larutan kalium dikromat standar sehingga warna putih menjadi ungu, volume penitratan dicatat. 11). Perhitungan :
% Fe2O3= Dimana :
V = volume penitrasian
A.1.4 Pengujian Pasir Besi
a. Hilang pijar (LOI,loss on ignition)
1) Sampel ditimbang 1 gram (W) diletakkan dalam cruse yang diketahui beratnya.
2) Dipanaskan dalam keadaan tertutup di atas hot plate sedikit demi sedikit.
3) Kemudian dimasukkan ke dalam curse dalam tanur listrik pada suhu 1000 oC selama 1 jam
4) Perhitungan:
LOI= x 100 %
Dengan W1 = sampel (gram)
W2 = berat sampel setelah dipijarkan (gram) b. Kadar SiO2
1) Sampel sebanyak 0,4 gram ditimbang, dimasukkan dalam gelas pada 300 ml dan sebanyak 30 ml HCl pekat ditambahkan dan 20 ml HClO4 60 % diaduk serta ditutup dengan gelas arloji
2) Gelas piala dipanaskan dalam penangas pasir dan diaduk hingga larut sempurna
3) Setelah larutan merah tua, asam nitrat 10 ml ditambahkan, diaduk dan diamati bila masih ada yang belum larut, diusahakan larut sempurna 4) Setelah asap putih keluar, dipanaskan lalu didinginkan
5) 25 ml aquadest panas ditambahkan, diaduk dan dibiarkan beberapa menit, disaring
6) Filtrat diterima labu takar 250 ml (1) dicuci dengan air suling panas 10 kail
7) Kertas saring beserta endapan dipindahkan ke dalam cruse porcelen lalu dipijarkan dalam tanur listrik 1000oC selama 1 jam.
8) Perhitungan
%SiO2= x 100 %
S = berat sampel c. Kadar Fe2O3
1) Filtrat (1) didinginkan, tambahkan hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen. Pipet 25 ml dimasukkan dalam gelas piala 400 ml, lalu diencerkan dengan aquadest sampai 200 ml dan ditambahkan asam nitrat pekat 2-3 tetes sampai mendidih
2) Metil merah ditambahkan 2-3 tetes lalu NH4OH hingga warna merah berubah menjadi kuning dengan beberapa tetes berlebih dan dibiarkan mengendap.
3) Disaring dan dicuci dengan amonium nitrat panas 2 % diambil beserta kertas saringnya kemudian dilarutkan dalam gelas piala 400 ml, kertas saring dibilas dengan aquadest.
4) Didinginkan dan ditambahkan SnCl2 sampai warna kuning menjadi tidak berwarna dengan 2-3 tetes berlebih ditambah 10 ml asam phospat dan 2-3 tetes indikator barium diphenil sulfonat
5) Dititrasi dengan K2CrO4 sehingga warna putih berubah menjadi ungu 6) Volume penitrasian dicatat.
7) Perhitungan : % Fe2O3=
Dengan S = berat sampel V = volume penitrasian d. Kadar R2O3
1) 25 ml filtrat (1) dipipet dan dimasukkan dalam gelas piala 400 ml, kemudian diencerkan dengan aquadest dingin menjadi 200 ml
2) 2-3 tetes asam nitrat ditambahkan lalu dipanaskan sampai mendidih dan 2-3 metil merah serta amonium hidroksida tets demi tetes hingga warna merah menjadi kuning, ditambahkan 2-3 tetes berlebih.
3) Endapan dibiarkan mengendap dan filtrat dimasukkan dalam gelas piala 500 ml (2).
5) Kertas saring dan endapannya dipindah ke dalam cruse porselen lalu dikeringkan dengan penangas listrik dan dipijarkan dalam tanur listrik pada 1000oC selama 1 jam dan didinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu ditimbang (W).
6) Perhitungan : % Re2O3 = Dengan : W = berat endapan S = berat sampel e. Kadar CaO
1) Filtrat (2) diinginkan lalu ditempatkan pada tanda batas lalu dikocok sampai homogen.
2) 100 ml dipipet lalu dimasukkan dalam gelas piala 400 ml dan diencerkan dengan aquadest sampai 200 ml
3) Ditambahkan 4 ml trietanolamin dititrasi dengan larutan standar EDTA 1/40 M standar sampai mendekati titik akhir titrasi, lalu ditambahkan 14 ml larutan KOH 20% dibiarkan 30 menit dan ditambahkan indikator MM sebanyak ± 0,1 gram. Titrasi dilanjutkan sampai warna merah menjadi biru. Volume EDTA 1/40 M yang dibutuhkan (Vi) 4) Perhitungan :
% CaO =
Dengan S = berat sampel
fi = faktor EDTA 1/40 M(mg CaO/ml EDTA) f. Kadar MgO
1) Pipet 100 ml dari filtrat (2) dan dimasukkan dalam gelas piala 400 ml, diencerkan dengan aquadest dingin 200 ml.
2) Dua sampai tiga tetes natrium sulfida ditambahkan dalam 10 ml buffer (pH 9,5-10 )
3) Indikator EBT ditambahkan lalu dinitrasi Lalu dititrasi dengan larutan standar EDTA 1/40 hingga warna merah menjadi biru
4) Volume hasil titrasi (V2) 5) Perhitungan : % MgO = Dimana : S = berat sampel f2 = faktor EDTA 1/40 M V1 = volume titrasi
A.1.5 Pengujian Kadar Gypsum a. Kadar CaO
1) Setengah gram sampel ditimbang dalam gelas piala 100 ml dan dilarutkan dengan 100 ml HCl ke dalam beker gelas lalu diencerkan 30 ml H2O
2) Didihkan bebrapa menit, disaring dengan kertas saring dalam labu takar 50 ml. Endapan dicuci dengan air panas.
3) Filtrat dalam labu takar lalu ditepatkan sampai tanda batas. Pipet sebanyak 100 ml dititrasi dengan larutan EDTA standar (0,01 M) 4) Perhitungan :
% CaO =
b. Kadar SO3
1) Filtrat (dalam labu takar 600 ml) di atas diambil 200 ml dengan pipet pada gelas piala 500 ml.
2) Dipanaskan sampai mendidih lalu ditambah 10 ml BaCl2 10 % dibiarkan mendidih selama beberapa menit.
3) Kemudian dipindahkan pada penangas pasir selama 3 jam, disaring dengan kertas saring. Endapan dicuci dengan air panas 8-10 kali.
4) Endapan dipijarkan dalam cruse porcelen pada suhu 800 oC selama 30 menit.
5) Didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang beratnya (W) 6) Perhitungan:
% SO3= x 100 %
A.1.2.5 Pengujian Terak dan Semen Portland a. Hilang pijar
1) 1 gram sampel ditimbang lalu dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 50oC selama 15 menit.
2) Kemudian dimasukkan ke dalam eksikator dan ditunggu sampai dingin kira-kira 15 menit lalu ditimbang beratnya.
3) Perhitungan:
LOI= x 100 %
Dengan W1 = berat sampel (gram)
W2 = berat sampel setelah dipijarkan (gram) b. Kadar SiO2
1) 0,5 mg sampel ditimbang, dimasukkan dalam gelas piala 50 ml lalu ditambahkan asam perklorat 5 ml, diaduk sehingga bagiannya larut sempurna.
2) Kemudian ditutup dengan gelas arloji dan dipanaskan di atas penangas pasir, stelah keluar asap putih pemanasan dilakukan selama 5 menit dan didinginkan.
3) Ditambahkan 5 ml HCl dan 20 ml air panas kemudian diaduk dan disaring dengan kertas saring. Endapan dicuci dengan air panas 12 kali, ditampung dengan gelas piala 300 ml untuk diuji kadar R2O3. 4) Endapan dipindahkan (beserta kertas saringnya) ke dalam cruse
porselen lalu diabukan di atas penangas listrik dan dipisahkan dalam tanur listrik pada suhu ± 50 oC selama 1 jam.
5) Kemudian ditimbang setelah didinginkan dalam eksikator. 6) Perhitungan
%SiO2= x 100 %
Dengan W = berat endapan S= berat sampel
c. Kadar R2O3
1) Filtrat dari (b) dalam gelas piala 30 ml lalu diencerkan dengan air panas sampai ± 200 ml.
2) Didihkan lalu ditambah indikator merah metil beberapa tetes sampai warna merah menjadi kuning dan ditambahkan 1-2 tetes berlebihan. 3) Kemudian dididihkan selama satu menit dan stelah endapan
mengendap disaring dengan kertas saring.
4) Endapan dicuci dengan NH4OH 32 % b/v dan dipanaskan beberapa kali.
5) Filtrat diterima dengan labu takar 500 ml untuk penetapan CaO dan MgO.
6) Kertas saring dan endapannya dimasukkan dalam curse porselen lalu dipijarkan ke dalam eksikator kemudian ditimbang beratnya.
7) Perhitungan %R2O3 =
Dimana S= berat sampel (gram) W = berat endapan
%Al2O3= %R2O3- %Fe2O3 d. Kadar CaO
1) Filtrat (c) didinginkan lalu dimasukkan dalam labu takar 250 ml, kemudian ditambahkan aquadest sampai batas, dikocok hingga homogen.
2) Seratus ml dimasukkan dalam gelas piala 300 ml lalu diencerkan menjadi 200 ml dan ditambahkan 4 ml trietol amine.
3) Titrasi dengan larutan standar EDTA sampai mendekati titik akhir titrasi kemudian ditambahkan larutan KOH 3 N sebanyak 14 ml (pH: 12,7 -13,2) dan dibiarkan selama 3 menit.
4) Setelah itu titrasi dilanjutkan, sebelumnya ditambah bebrapa tetes indikator NN sampai warna merah berubah menjadi biru.
Re2O3 =
Dengan : W = berat endapan S = berat sampel e. Kadar MgO
1) 100 ml filtrat dari (c) dimasukkan ke dalam gelas piala 300 ml diencerkan menjadi 200 ml.
2) Ditambahkan 4-5 tets Na2S, larutan buffer 10 ml (pH: 9,5 -10) dan indikator EBT.
3) Titrasi EDTA sampai warna merah berubah menjadi biru. 4) Perhitungan:
% MgO = x 100 %
Dimana V2= hasil titrasi
F = faktor ekivalen MgO (gram) dengan 1 ml larutan EDTA f. Kadar Fe2O3
1) 1 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala 300 ml ditambahkan air 30 ml dan dilarutkan dengan 15 ml HCl kemudian diaduk.
2) Dididihkan dan ditambahkan SnCl2 tetes demi tetes sampai larutan menjadi tidak berwarna.
3) Didinginkan sampai suhu kamar, kemudian ditambah 10 ml HgCl2 diaduk dan dibiarkan selama 15 menit.
4) 10 ml asam phospat ditambahkan dan diencerkan menjadi 100 ml. Indikator ba-diphanilamina sulfonat diteteskan ± 2 tetes lalu dititrasi dengan kalium dikromat sampai warna ungu.
5) Perhitungan %Fe2O3=
Dengan V = volume titrasi S= berat sampel g. Kadar SO3
1) Filtrat (c) dalam gelas piala 500 ml diencerkan dengan aquades sampai 200 ml dipanaskan dan ditambahkan 10 ml BaCl2 10 % perlahan-lahan.
2) Dididihkan beberapa menit agar pengendapan sempurna kemudian dibiarkan di atas pemanas sampai suhu mendekati titik didih selama 3 jam.
3) Lalu disaring dengan kertas saring lalu endapan dicuci dengan air panas 8-10 kali.
4) Kertas saring beserta endapannya dimasukkan dalam cruse porcelen lalu diabukan di atas penangas listrik kemudian dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu ± 50oC selama 30 menit dan ditimbang beratnya. 5) Perhitungan:
% SO3= x 100 %
Dengan S = berat sampel W = berat endapan
A.2. Laboratorium Fisika
Laboratorium fisika bertugas melakukan pengujian-pengujian fisik dari semen yang dihasilkan, meliputi:
A.2.1 Pengujian Pengikatan Awal dan Pengikatan Akhir
a) Enam ratus lima puluh gram semen dibuat adonan dengan sejumlah air, kemudian dibuat benda uji di atas pelat gelas yangbnluasnya ± 4 inch2. Benda uji tersebut berdiameter ± 3 inch dan tebal bagian tengahnya ± 5 inch.
b) Cara membuat benda uji yaitu meletakan adonan di atas pelat gelas terlebih dahulu, kemudian dengan alat semacam pisau yang digerakan dari arah tepi ke bagian tengah sedimikian sehingga permukaan benda uji rata dari bagian tepi sedikit tipis.
c) Setelah itu benda uji ditempatkan pada tempat yang lembab, kecualo pada saat pengujian sedang dilakukan. Pada saat melakukan pengujian,
jarum harus diatur supaya berada pada posisi vertical dan dapat mencapai permukaan benda uji dengan leluasa.
d) Pengikatan awal dan pengikatan akhir tercapai bila bilajarum vicat dapat ditahan oleh permukaan benda uji.
A.2.2. Analisa Ayakan Tepung Baku
Bentuk ayakan standar yang dicapai adalah silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. untuk tepung baku biasanya digunakan angka ukuran 44 dan 88 µ.
Lima puluh gram tepung baku ditimbang, diumasukkan dalam ayakan. Ayakan dipegang kemudian dibelakangnya disemprotkan air (spray water) yang tekanannya diatur sebesar 0,7 kg/cm2.
Selama itu ayakan terus digerakan memutar dan kadang-kadang dinaikturunkan sehingga bagian yang lebih halus dari ayakan akan lolos. Sedangkan bagian yang kasar tetap tertinggal di atas ayakan sebagai sisa. Perhitungan :
f = x 100 % Dimana :
f = sisa di atas ayakan W = berat sisa
A.2.3. Analisa Blaine
a) Sampel semen ditimbang sebanyak 2,95 gram, dimasukan ke dalam silinder baja, dimasukkan pada bagian dasar terdapat penutup yang berongga.
b) Satu helai kertas saring diletakkan di atas sampel, sampel ditekan secara perlahan hingga termampatkan, kemudian silinder baja diletakkan pada pipa U yang berisi cairan minyak berwarna kuning, yang dilengkapi dengan bola penghisap.
c) Dilepaskan sampai cairan minyak naik ke atas sampai melebihi tanda batas, stopwatch dihidupkan dan dicatat lama waktu cairan minyak tuirun hingga tanda batas bawah.
A.2.4. Analisa Kuat Tekan Mortar
a) Sampel ditimbang sebesar 740 gr dan pasir standar 200 gr, dimixer dengan air selama 139 detik.
b) Pasir standar dimasukan secara merata sambil tetap dimixer selama 45 menit, ditambahkan air 5 ml.
c) Setelah dimixer dimasukkan dalam cetakan setengah, terlebih dahulu kemudian diisi kembali cetakannya sampai penuh dan diratakan. d) Didiamkan hingga kering dalam box kuningan dibongkar dan mortar
didiamkan sebentar.
e) Mortar direndam dalam air, sebelumnya ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui beratnya.
f) Lama perendaman dalam air yaitu 3 hari, 7 hari dan 28 hari.
g) Pengukuran kuat tekan mortar dilakukan pada mesin kuat tekan mortar dengan menekan mortar pada tekanan tertentu.
A.2.5. Pengujian Kekekalan Bentuk
a) Dua ratus gram semen dibuat untuk membuat 2 buah kue percobaan, dibuat dalam mangkok dan di atas plat kaca berbentuk kerucut yang berdiameter 10 cm dan tinggi 1,5 cm.
b) Bahan dicampur dengan Iodium Sulfat yang berfungsi sebagai bahan pengikat, lalu digiling dan dihomogenisasi oleh mesin, kemudian dimasukkan dalam cetakan palet.
c) Cetakan palet tersebut ditekan oleh mesin penekan dengan tekanan tertentu supaya berbentuk palet dengan diameter 4 cm.
d) Palet tersebut dimasukkan dalam mesin X-ray yang telah dilengkapi dengan pemrograman computer yang canggih.
e) Palet akan ditembakkan dengan sinar X yang berasal dari gas Argon dan tenaga listrik bertekanan tinggi.
BAB VII