• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Program Komputer yang Digunakan

Dalam mengolah data penelitian ini menggunakan alat bantu berupa software program computer, diantaranya:

1. Microsoft Excel diproduksi oleh Microsoft Corp yang diintegrasikan

dalam paket Microsoft Office System 2007. Aplikasi ini digunakan untuk proses tabulasi skor subtes WA, yang kemudian akan dipindahkan ke lembar kerja Program Iteman dan program kerja SPSS untuk selnjutnya mempermudah proses analisa karakteristik psikometri yang akan dilakukan. Selain itu, program ini juga digunakan untuk menghitung indeks daya diskriminasi aitem dengan metode extreme-group.

2. SPSS (Statistical Programme for Social Science) versi 16.00.

Digunakan untuk analisa karakteristik psikometri khususnya validitas dan daya diskriminasi aitem pada subtes WA.

Program ini dikembangkan oleh Assesment System Corporation pada tahun 1982. Program ini digunakan untuk menganalisis karakteristik psikometri, mulai dari indeks kesulitan aitem (p), indeks daya diskriminasi aitem (d), efektivitas distraktor dan reliabilitas dari subtes WA.

F. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori skor murni klasik (CTT) dalam menganalisis karakteristik psikometri dari subtes WA. Proses analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis indeks kesulitan aitem

Secara teoritik dikatakan bahwa p sebenarnya merupakan probabilitas empirik untuk lulus aitem tertentu bagi kelompok subjek tertentu. Analisis indeks kesulitan aitem dilakukan dengan menggunakan Formula 6.

p = ni / N Keterangan:

p = indeks kesulitan aitem

ni = banyaknya subjek yang menjawab aitem dengan benar

N = banyaknya subjek yang menjawab aitem.

Nilai p yang semakin tinggi menunjukkan bahwa aitem yang bersangkutan semakin mudah. Nilai p berkisar dari 0 sampai dengan angka 1. Menurut Azwar (2007), harga p terbaik adalah yang sesuai yang sesuai dengan tujuan tes yang bersangkutan. Sesuai dengan tujuan, IST dipakai untuk seleksi dan penempatan karyawan, maka untuk memenuhi tujuan ini sebaiknya nilai p yang dimiliki oleh

aitem-aitem dalam subtes WA harus rendah (aitem sulit). Menurut Allen & Yen (dalam Lababa, 2008), suatu aitem yang tergolong sulit adalah aitem yang memiliki nilai p < 0.30.

Proses analisis indeks kesulitan aitem subtes WA ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Program Iteman. Data skor subjek yang sudah ditabulasi dengan excel dipindahkan ke dalam lembar kerja SPSS, kemudian disimpan dalam bentuk notepad untuk dianalisis dengan program iteman. Dalam lembar output

iteman, indeks kesulitan masing-masing aitem ditunjukkan pada kolom prop. Correct.

2. Analisis indeks diskriminasi aitem

Indeks diskriminasi dilihat untuk mengetahui apakah alat tes mampu membedakan individu-individu yang memang benar-benar memiliki performansi yang baik dan yang tidak. Indeks diskriminasi bergerak dari angka -1 sampai dengan +1, namun yang memiliki arti hanya nilai d yang positif. Semakin harga d mendekati +1, maka semakin bagus aitem tersebut.

Menurut Ebel (dalam Crocker & Algina, 2005) pada Tabel 2, suatu aitem yang memiliki daya diskriminasi yang bagus apabila nilai d ≥ 0.40. Sementara nilai d yang berada pada kisaran 0.30 sampai 0.39 dianggap lumayan bagus dan tidak memerlukan revisi. Dalam penelitian ini, aitem yang baik adalah aitem yang memiliki d ≥ 0.30

Proses analisis indeks daya diskriminasi aitem dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode extreme group dan metode korelasi aitem-total. Dengan metode extreme group, diharapkan bisa melihat

perbedaan antara Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah. Proses ini dilakukan dengan bantuan program SPSS. Proses ini diawali dengan memisahkan 27% subjek yang mmemiliki skor tertinggi dan 27% subjek yang memiliki skor terendah.

Sedangkan dengan metode korelasi aitem-total diharapkan dapat melihat kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi tes dalam mengungkap perbedaan individual. Proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program iteman. Langkah yang dilakukan sama dengan analisis indeks kesulitan aitem. Dalam output iteman, indeks daya diskriminasi ditunjukkan pada kolom point Biser. 3. Analisis efektivitas distraktor pada setiap aitem

Efektivitas distraktor dilihat dengan bantuan program iteman dan ditetapkan berdasarkan dua kriteria, yaitu; (a) distraktor dipilih oleh siswa dari Kelompok Rendah, dan (b)pemilih distraktor tersebar relative proporsional pada masing-masing distrakktor yang ada (Azwar, 2007). Artinya, pilihan-pilihan jawaban yang digunakan sebagai penggecoh mayoritas akan dipilih subjek dari Kelompok Rendah dan relatif tersebar pada setiap pilihan.

4. Analisis Reliabilitas subtes WA

Reliabilitas pada dasarnya merupakan ketetapan atau derajat konsistensi performansi relative dari individu yang dikenai tes ketika diberikan tes yang sama secara berulang atau tes yang paralel. Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal (internal-consistency) yang bertujuan untuk melihat konsistensi respon-respon individu pada satu belahan dengan respon-responnya pada belahan lainnya (Anastasi & Urbina, 2003).

Teknik komputasi statistik yang digunakan dalam pendekatan konsistensi internal ini adalah formula Kuder-Richardson (KR’20). KR’20 dapat dikenakan pada data skor dikotomi dari tes yang seolah-olah dibagi-bagi menjadi belahan sebanyak aitemnya. Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi, jumlah aitem sedikit dan membelahan tes sebanyak jumlah aitem. Formula KR’20 terdapat pada formula 14.

5. Analisis Validitas Konstruk Subtes WA

Validitas konstrak subtes WA dilihat dengan menggunakan matriks validasi berdasarkan pendekatan multitrait-multimethode dimana skor subjek pada subtes WA dikorelasikan dengan masing-masing skor subjek pada 8 subtes IST lainnya, yaitu: Satzergaenzung (SE), Analogien (AN), Gemeinsamkeiten (GE),

Rechenaufgaben (RA), Zahlenreinhen (ZR), Figurenauswahl (FA),

Wuerfelaufgaben (WU) dan Merkaufgaben (ME).

Melalui pendekatan ini, akan dilihat bagaimana validitas konstrak subtes WA. Validitas konvergen akan ditandai dengan adanya korelasi yang tinggi antara subtes WA dengan subtes lain dalam IST. Sedangkan validitas diskriminan ditandai dengan adanya korelasi yang rendah antara subtes WA dengan subtes IST lainnya. Estimasi validitas konstruk subtes WA menggunakan korelasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab 4 ini, akan disajikan hasil analisis karakteristik psikometri subtes WA. Analisis ini didasarkan pada pendekatan CTT dan dalam prosesnya dibantu dengan Program Iteman Version 3,00 MicroCAT (tm) Testing dan Program SPSS versi 16. Selanjutnya hasil yang diperoleh akan dibahas sesuai dengan teori-teori yang sudah dipaparkan pada bab 2.

A. Deskripsi Hasil

1. Analisis Indeks Kesulitan Aitem

Indeks kesulitan aitem menunjukkan proporsi subjek yang menjawab dengan benar pada masing-masing aitem dalam subtes WA. Apabila proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu aitem besar, berarti aitem tersebut relatif mudah dan demikian pula sebaliknya.

Dalam analisis ini, mudah sulitnya aitem didasarkan pada kategori menurut Allen dan Yen (dalam Lababa, 2008), yaitu p < 0.3 dikategorikan sulit, 0.3<p<0.7 dikategorikan sedang, dan p > 0.7 dikategorikan mudah. Hasil lengkap analisis indeks kesulitan aitem dengan menggunakan bantuan Program Iteman

Tabel 3 Indeks kesulitan aitem subtes WA

Keterangan :

p = Indeks Kesukaran Aitem

TS = Tidak Sesuai

S = Sesuai

Hasil analisis indeks kesulitan aitem pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 11 aitem memiliki tingkat kesulitan kategori sedang dan 9 aitem memiliki tingkat kesulitan kategori mudah, sedangkan kategori sulit tidak ada. Artinya semua aitem dalam subtes WA tidak ada yang sesuai dengan tujuan IST disusun yaitu untuk tujuan seleksi yang diharapkan aitem-aitem dalam subtes WA berkategori Sulit yaitu memiliki nilai p kecil dari 0,3. Secara ringkas hasil analisis aitem berdasarkan nilai p disajikan ada Tabel 4.

Tabel 4 Analisis aitem berdasarkan nila p

No P Kategori Nomor aitem Jumlah

1 p <0,3 Sulit - - 2 0,3≤ p ≤0,7 Sedang 21, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39 11 (55 %) 3 p>0,7 Mudah 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 40 9 (45 %) No Aitem p keterangan Status No Aitem p keterangan Status 21 0.645 Sedang TS 31 0.428 Sedang TS 22 0.905 Mudah TS 32 0.332 Sedang TS 23 0.718 Mudah TS 33 0.323 Sedang TS 24 0.796 Mudah TS 34 0.620 Sedang TS 25 0.807 Mudah TS 35 0.476 Sedang TS 26 0.778 Mudah TS 36 0.339 Sedang TS 27 0.757 Mudah TS 37 0.577 Sedang TS 28 0.702 Mudah TS 38 0.399 Sedang TS 29 0.421 Sedang TS 39 0.325 Sedang TS 30 0.776 Mudah TS 40 0.745 Mudah TS

2. Analisis Indeks Daya Diskriminasi Aitem

Indeks daya diskriminasi dalam penelitian ini dilihat dengan dua cara yaitu dengan metode extreme group dan metode korelasi aitem-total. Metode extreme

group bertujuan untuk melihat discriminating power aitem dalam membedakan

individu-individu yang memiliki trait yang diukur dan yang tidak memiliki. Metode ini dilakukan dengan melibatkan 543 subjek Kelompok Tinggi (27% skor tertinggi dari 2011 subjek) dan 543 subjek Kelompok Rendah (27% skor terendah dari 2011 subjek). Selanjutnya indeks diskriminasi diperoleh dari selisih indeks kesulitan aitem pada subjek Kelompok Tinggi dengan indeks kesulitan aitem pada subjek Kelompok rendah. Sementara nilai indeks kesulitan aitem masing-masing kelompok merupakan nilai rata-rata (mean) pada masing-masing kelompok yang diperoleh dengan bantuan SPSS.

Kualitas indeks daya diskriminansi aitem dievaluasi dengan menggunakan kategori Ebel (dalam Azwar, 2005), yaitu d ≥ 0,40 dikategorikan sangat bagus, 0,30 ≤ d ≤ 0,39 dikategorikan lumayan bagus, 0,20 ≤ d ≤ 0,29 dikategorikan belum memuaskan, masih membutuhkan revisi, dan p < 0.20 dikategorikan jelek dan harus dibuang. Nilai indeks diskriminasi dengan metode extreme group dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Indeks Daya Diskriminasi Aitem Subtes WA dengan metode extreme group.

No Aitem pT pR d Keterangan 21 0.87 0.35 0.52 Sangat Bagus 22 0.98 0.78 0.20 Revisi 23 0.89 0.49 0.40 Sangat Bagus 24 0.95 0.58 0.37 Lumayan Bagus 25 0.96 0.63 0.33 Lumayan Bagus 26 0.95 0.55 0.40 Sangat Bagus 27 0.91 0.52 0.39 Lumayan Bagus 28 0.86 0.57 0.29 Revisi 29 0.68 0.21 0.47 Sangat Bagus 30 0.97 0.50 0.47 Sangat Bagus 31 0.70 0.21 0.49 Sangat Bagus 32 0.59 0.12 0.47 Sangat Bagus 33 0.54 0.20 0.34 Lumayan Bagus 34 0.81 0.41 0.40 Sangat Bagus 35 0.67 0.30 0.37 Lumayan Bagus 36 0.61 0.12 0.49 Sangat Bagus 37 0.71 0.45 0.26 Revisi 38 0.66 0.24 0.42 Sangat Bagus 39 0.55 0.17 0.38 Lumayan Bagus 40 0.85 0.64 0.21 Revisi Keterangan:

pT : Indeks kesulitan pada Kelompok Tinggi

pR : Indeks kesulitan pada Kelompok Rendah

d : Indeks diskriminasi Aitem

Hasil analisis indeks daya diskriminasi aitem dengan metode extreme group pada Tabel 5 menunjukkan bahwa 10 aitem memiliki daya diskriminasi Sangat bagus, 6 aitem memiliki daya diskriminasi lumayan bagus dan 4 aitem membutuhkan revisi.

Metode kedua yang digunakan untuk melihat daya diskriminasi aitem adalah dengan metode korelasi aitem-total dengan menggunakan bantuan program

Iteman Version 3,00 MicroCAT (tm) Testing. Metode korelasi aitem total ini

bertujuan untuk melihat kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala / tes dalam mengungkap perbedaan individu. Korelasi yang semakin tinggi mendekati angka 1 menunjukkan bahwa aitem tersebut mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh alat tes. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Analisis Indeks Daya Diskriminasi Aitem Subtes WA dengan bantuan program Iteman.

No aitem Nilai

d

Keterangan No aitem Nilai

d

Keterangan

21 0.457 Sangat Bagus 31 0.417 Sangat Bagus

22 0.367 Lumayan Bagus 32 0.383 Lumayan Bagus

23 0.392 Lumayan Bagus 33 0.287 Revisi

24 0.435 Sangat Bagus 34 0.343 Lumayan Bagus

25 0.383 Lumayan Bagus 35 0.306 Lumayan Bagus

26 0.461 Sangat Bagus 36 0.407 Sangat Bagus

27 0.390 Lumayan Bagus 37 0.261 Revisi

28 0.273 Revisi 38 0.342 Lumayan Bagus

29 0.350 Lumayan Bagus 39 0.330 Lumayan Bagus

30 0.476 Sangat Bagus 40 0.253 Revisi

Hasil analisis indeks daya diskriminasi aitem dengan metode korelasi aitem-total dengan menggunakan bantuan Program Iteman pada Tabel 6 menunjukkan bahwa 6 aitem memiliki daya diskriminasi sangat bagus, 10 aitem memiliki daya diskriminasi lumayan bagus, dan 4 aitem membutuhkan revisi. Deskripsi hasil analisis 20 aitem subtes WA berdasarkan nilai indeks diskriminasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Analisis aitem berdasarkan nilai d

d Status Metode korelasi aitem-total Metode extreme group

Nomor Aitem Jumlah No. aitem Jumlah

≥ 0.40 Sangat bagus 21,24,26,30,31,36 6 (30%) 21,23,26,29, 30,31,32,34, 36,38 10(50%) 0.30 sd 0.39 Lumayan Bagus 22,23,25,27,29,32,34 ,35, 38,39 10 (50%) 24,25,27,33, 35,39 6 (30%) 0.20 sd 0.29 Revisi 28,33,37,40 4 (20%) 22,28,37,40 4 (20%) < 0.20 Jelek - - Jumlah 20 (100%) 20(100% )

3. Analisis Efektivitas Distraktor

Analisis respon terhadap pilihan jawaban akan dilihat dari hasil program

iteman versi 3.0 dan untuk mengetahui perbedaan proporsi sebaran jawaban antara

Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah. Hasil dari analisis efektivitas distrakktor dengan bantuan program iteman dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8 Efektivitas Distraktor Subtes WA No

Aitem

Poin biserial masing-masing Alternatif Jawaban

Keterangan A B C D E O 21 -0.142 0.457 -0.300 -0.119 -0.161 -0.108 Efektif 22 -0.135 0.367 -0.204 -0.185 -0.157 -0.085 Efektif 23 -0.078 -0.294 -0.169 0.392 -0.079 -0.109 Efektif 24 -0.129 -0.200 0.435 -0.189 -0.240 -0.111 Efektif 25 -0.137 -0.124 0.383 -0.238 -0.149 -0.135 Efektif 26 -0.119 -0.112 0.461 -0.209 -0.305 -0.131 Efektif 27 -0.126 -0.165 0.390 -0.237 -0.130 -0.121 Efektif 28 -0.058 -0.135 -0.151 0.273 -0.149 -0.108 Efektif 29 -0.247 -0.021 -0.154 0.350 -0.110 -0.149 Efektif 30 0.476 -0.155 -0.354 -0.135 -0.145 -0.117 Efektif 31 -0.207 -0.152 -0.126 -0.114 0.417 -0.142 Efektif 32 0.383 -0.027 -0.087 -0.339 0.062 -0.124 Tidak efektif 33 0.287 -0.039 -0.076 -0.081 -0.155 -0.117 Efektif 34 -0.016 0.343 -0.133 -0.165 -0.272 -0.194 Efektif 35 -0.110 -0.078 0.306 -0.080 -0.158 -0.177 Efektif 36 0.407 -0.116 -0.094 -0.054 -0.202 -0.176 Efektif 37 -0.011 -0.054 -0.165 0.261 -0.104 -0.227 Efektif 38 0.013 -0.036 -0.179 -0.103 0.342 -0.210 Tidak efektif 39 -0.098 0.330 -0.088 -0.045 -0.051 -0.255 Efektif 40 0.012 -0.034 0.253 -0.118 -0.098 -0.258 Tidak efektif

Hasil analisis efektivitas distraktor pada Tabel 9 menunjukkan bahwa 17 aitem dari 20 aitem memiliki distraktor yang efektif dan 3 lainnya memiliki distraktor yang tidak efektif.

4. Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesulitan Aitem, Indeks Daya

Diskriminasi Aitem dan Efektivitas Distraktor

Proses ini bertujuan untuk melihat status aitem-aitem subtes WA, apakah aitem-aitem tersebut masih bisa diterima, atau memerlukan revisi atau bahkan harus gugur. Status aitem diterima, revisi ataupun gugur ditentukan oleh daya

diskriminasi dan efektivitas distraktornya. Indeks kesulitan aitem tidak dijadikan patokan karena indeks kesulitan aitem tidak menunjukkan buruk tidaknya suatu aitem. Hasil analisisnya disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 9 Seleksi Aitem Subtes WA Berdasarkan Indeks Kesulitan Aitem, Indeks Daya Diskriminasi Aitem dan Efektivitas Distraktor

No Aitem p d distraktor Status

21 0.645 0.457 Efektif Diterima 22 0.905 0.367 Efektif Diterima 23 0.718 0.392 Efektif Diterima 24 0.796 0.435 Efektif Diterima 25 0.807 0.383 Efektif Diterima 26 0.778 0.461 Efektif Diterima 27 0.757 0.390 Efektif Diterima 28 0.702 0.273 Efektif Revisi 29 0.421 0.350 Efektif Diterima 30 0.776 0.476 Efektif Diterima 31 0.428 0.417 Efektif Diterima

32 0.332 0.383 Tidak efektif Revisi

33 0.323 0.287 Efektif Revisi

34 0.620 0.343 Efektif Diterima

35 0.476 0.306 Efektif Diterima

36 0.339 0.407 Efektif Diterima

37 0.577 0.261 Efektif Revisi

38 0.399 0.342 Tidak efektif Revisi

39 0.325 0.330 Efektif Diterima

40 0.745 0.253 Tidak efektif Gugur

Keterangan:

Diterima jika: d ≥ 0.30 (Cukup bagus dan bagus sekali) semua distraktor efektif

Revisi jika: 0.20 ≤ d < 0.30 dan distraktor efektif d ≥ 0.30 dan distraktor tidak efektif gugur jika: : d < 0.2 V 0.20 ≤ d < 0.30

5. Analisis Indeks Reliabilitas

Analisis indeks reliabilitas subtes WA dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal dengan formula estimasi koefisien reliabilitas KR-20. Formula ini dipilih dengan alasan bahwa indeks kesulitan subtes WA relative bervariasi.

Proses analisis ini dilakukan dengan bantuan program iteman yang relatif sama dengan proses analisis indeks diskriminasi aitem dan indeks kesukaran aitem subtes WA. Indeks reliabilitas subtes WA dengan menggunakan program

iteman adalah sebesar α = 0.650

6. Analisis Validitas Konstrak Subtes WA.

Untuk melihat validitas konstrak subtes WA ini, digunakan pendekatan

multitrait-multimethod, dimana pendekatan ini akan menguji serentak dua atau

lebih trait yang diukur melalui dua atau lebih metode. Pendekatan ini digunakan karena sembilan subtes IST merupakan subtes yang independen dan dapat berdiri sendiri. Melalui pendekatan multitrait-multimethod ini akan dilihat validitas konnvergen dan diskriminan, dimana validitas konvergen ditunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara subtes-subtes yang mengukur trait yang sama, dan validitas diskriminan ditunjukkan adanya korelasi yang rendah antara subtes- subtes yang mengukur trait yang berbeda (Azwar, 2007).

IST sendiri pada awalnya disusun oleh Amthauer sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 sub tes, dan masing-masing subtes ini mengukur kemampuan- kemampuan spesifik inteligensi individu. Karakteristik dari baterai tes amthauer

menunjukan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r=0.25). (Diktat kuliah IST Universitas Padjajaran, 2008). Artinya bahwa masing-masing subtes dalam IST ini tidak boleh memiliki korelasi yang tinggi satu sama lain atau dengan kata lain tidak boleh saling konvergen antara satu subtes dengan subtes yang lainnya.

Dalam prosedurnya skor subjek pada subtes WA dikorelasikan dengan skor subjek pada delapan subtes IST lainnya, yakni: Satzergaenzung (SE),

Analogien (AN), Gemeinsamkeiten (GE), Rechenaufgaben (RA), Zahlenreinhen

(ZR), Figurenauswahl (FA), Wuerfelaufgaben (WU) dan Merkaufgaben (ME). Sebelum skor subjek pada subtes WA dikorelasikan dengan skor subjek pada delapan subtes lainnya, terlebih dahulu skor subjek pada semua subtes ditransformasikan ke dalam Z-score (bilangan baku). Hal ini bertujuan untuk menyetarakan metrik, dimana memang salah satu subtes yaitu GE yang diberi skor 0,1 dan 2 memiliki jarak metrik yang berbeda dengan 8 subtes lainnya yang diberi skor 0 dan 1. Untuk nilai Z-score masing-masing subtes dapat dilihat pada Lampiran III.

Langkah selanjutnya, nilai Z-score masing-masing subtes dikorelasikan dengan metode korelasi pearson product moment menggunakan bantuan program SPSS 16. Nilai korelasi ini lah yang nantinya menjadi koefisien validitas konstrak masing-masing subtes. Berikut merupakan matriks validasi multitrait multimethod antar subtes hasil korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Matriks validasi multitrait-multimethod subtes pada IST SE WA AN GE RA ZR FA WU ME SE 0.552 0.676 0.494 0.544 0.544 0.379 0.444 0.635 WA 0.579 0.524 0.548 0.546 0.379 0.384 0.540 AN 0.509 0.604 0.604 0.410 0.434 0.597 GE 0.492 0.490 0.348 0.274 0.466 RA 0.999 0.437 0.417 0.519 ZR 0.436 0.417 0.518 FA 0.390 0.335 WU 0.456 ME

Matriks validasi pada Tabel 10 menunjukkan nilai validitas konstrak subtes WA melalui korelasinya dengan 8 subtes IST lainnya. Terlihat bahwa subtes WA berkorelasi sebesar 0.552 dengan SE. WA berkorelasi sebesar 0,579 dengan AN. WA berkorelasi sebesar 0,524 dengan GE. WA berkorelasi sebesar 0,544 dengan RA dan ZR. WA berkorelasi sebesar 0,379 dengan FA. WA berkorelasi sebesar 0,384 dengan WU. WA berkorelasi sebesar 0,540 dengan ME.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian di atas, maka akan dibahas tentang karakteristik psikometri Subtes WA pada IST.

1. Analisis Indeks Kesulitan Aitem Subtes WA

Berdasarkan hasil analisis indeks kesulitan aitem pada Tabel 4 diketahui bahwa variasi kesulitan masing-masing aitem pada subtes WA tersebut berada pada kategori mudah dan sedang. Sesuai dengan hasil analisis indeks kesulitan aitem subtes WA, terdapat 11 aitem (55%) dengan kesulitan sedang (0.30<p<0.7) yaitu aitem 21, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39; dan sembilan aitem (45%) dengan kesulitan mudah (p>0.70) yaitu aitem 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 40.

Harga p yang berada pada titik ekstrem (terlalu sulit atau terlalu mudah) akan mempunyai daya diskriminasi yang kurang baik. Oleh karena itu, umumnya pada penyusunan instrumen tes disarankan untuk menggunakan aitem dengan taraf kesulitan sedang (0,50). Namun Lord (dalam Murphy & Davidshofer, 2003) menyatakan bahwa untuk tes seleksi karyawan, p akan dikatakan baik jika nilai p di bawah 0.30 (aitem sulit).

IST pada khususnya subtes WA merupakan tes inteligensi. Suatu tes inteligensi yang baik seharusnya memiliki variasi tingkat kesulitan aitem mulai dari tingkat kesulitan tinggi, sedang dan rendah (Murphy& Davidshofer, 2003). Pada Tabel 5, terlihat bahwa tidak ada satu pun aitem yang memiliki indeks kesulitan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa subtes WA ini sudah tidak bagus digunakan sebagai salah satu tes inteligensi.

2. Analisis Indeks Daya Diskriminasi Aitem Subtes WA

Berdasarkan hasil analisis indeks daya diskriminasi dengan metode

extreme group pada Tabel 5 menunjukkan bahwa 10 aitem memiliki daya

diskriminasi sangat bagus yaitu memiliki indeks daya diskriminasi d ≥ 0.40, 6 aitem memiliki daya diskriminasi Lumayan Bagus, yaitu memiliki indeks daya diskriminasi 0,30 – 0,39 dan 4 aitem membutuhkan revisi yaitu aitem yang memiliki nilai indeks daya diskriminasi d < 0,20. Hal ini berarti bahwa 10 aitem mampu membedakan antara Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah dengan sangat bagus, 6 lainnya lumayan bagus, tapi masih perlu peningkatan, sedangkan 4 aitem lainnya masih harus direvisi.

Berdasarkan hasil analisis indeks diskriminasi aitem dengan metode korelasi aitem-total pada Tabel 6 diketahui bahwa terdapat 6 aitem yang dinilai sangat bagus. Masing-masing aitem ini memiliki nilai indeks diskriminasi aitem di atas 0,4. Angka ini mengindikasikan bahwa aitem-aitem ini memiliki kualitas sangat baik dan memiliki kesesuaian fungsi dengan subtes dalam membedakan individu yang memiliki level kompetensi yang diharapkan dan individu yang tidak memilikinya. Dengan kata lain aitem-aitem ini memiliki fungsi yang sama dengan fungsi tes.

Selain itu ada 10 aitem yang dinilai lumayan baik dan tidak memerlukan revisi. Aitem-aitem tersebut memiliki nilai indeks diskriminasi aitem antara 0,3 sampai 0.39. Sementara 4 aitem lainnya dinilai belum memuaskan dan masih perlu direvisi. Aitem-aitem tersebut memiliki nilai indeks diskriminasi aitem antara 0,2 sampai 0,3.

Jika dilihat secara keseluruhan, baik dengan mengguunakan metode

extreme group maupun dengan metode korelasi aitem-total, dapat dikatakan

bahwa ada 16 butir aitem yang memiliki kualitas baik dan bisa diterima. Sementara itu, ada 4 aitem yang sebenarnya memiliki kualitas buruk. Aitem-aitem ini memiliki nilai indeks diskriminasi relatif rendah, yaitu di bawah 0,3. Hal ini mengindikasikan bahwa aitem-aitem ini tidak mampu menangkap perbedaan antara individu yang memiliki kompetensi yang diharapkan dan individu yang tidak memilikinya. Ke empat aitem tersebut masih mungkin untuk diterima asalkan aitem tersebut direvisi sesuai dengan batasan ukur aitem tersebut.

3. Analisis Efektivitas Distraktor Subtes WA

Efektivits distraktor-distraktor pada suatu aitem dianalisis dari distribusi jawaban terhadap aitem yang bersangkutan pada setiap alternatif yang disediakan. Efektivitas distraktor dilihat dari dua kriteria, yaitu: (a) distraktor dipilih oleh siswa dari Kelompok Rendah, dan (b) pemilih distraktor tersebar relative proporsional pada masing-masing distrakktor yang ada (Azwar, 2005)

Dengan menggunakan bantuan program iteman, efektivitas distraktor dilihat dari nilai point biserial, dimana sebuah aitem dikatakan memiliki distraktor yang efektif apabila alternatif yang menjadi kunci jawaban dipilih lebih banyak dari subjek Kelompok Tinggi (rpbis positif), serta alternative pengecoh lainnya dipilih lebih banyak dari Kelompok Rendah (rpbis negatif).

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 17 dari 20 aitem memiliki distraktor yang efektif, sementara 3 lainnya memiliki distraktor yang tidak efektif.

Ketiga aitem tersebut adalah aitem nomor 32, 38 dan 40. Pada aitem 32, distraktor E dipilih lebih banyak subjek Kelompok Tinggi (rpbis positif), padahal seharusnya sebuah distraktor lebih banyak dipilih subjek dari Kelompok Rendah. Pada aitem 38 dan 40, distraktor A tidak efektif, dimana distraktor ini juga lebih banyak dipilih dari Kelompok Tinggi.

4. Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesulitan Aitem, Indeks Daya

Diskriminasi Aitem dan Efektivitas Distraktor

Proses analisis ini mencoba melihat aitem-aitem yang baik yaitu aitem yang memiliki parameter indeks daya diskriminasi yang bagus dan distraktor yang efektif. Indeks kesulitan aitem tidak dijadikan sebagai patokan karena taraf kesulitan aitem yang bervariasi memang dibutuhkan ada pada suatu tes inteligensi. Berdasarkan hasil analisis seleksi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Diterima jika: d ≥ 0.30 (Cukup bagus dan bagus sekali) semua distraktor efektif

b. Revisi jika: 0.20 ≤ d < 0.30 dan distraktor efektif d ≥ 0.30 dan distraktor tidak efektif c. gugur jika: : d < 0.2 V 0.20 ≤ d < 0.30

distraktor tidak efektif,

diperoleh hasil bahwa dari 20 butir aitem subtes WA, 14 aitem dapat diterima, 5 aitem memerlukan revisi dan 1 diantaranya gugur.

5. Indeks Reliabilitas Subtes WA

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien reliabilitas instrument subtes WA pada IST sebesar α = 0.650. Hal ini berarti variasi yang tampak pada skor tes dengan menggunakan instrument tersebut hanya mampu mencerminkan 65% dari variasi yang terjadi pada skor murni subjek yang bersangkutan. Dengan kata lain, 35% variasi skor yang tampak disebabkan oleh eror atau kesalahan.

Menurut Anastasi & Urbina (1997), suatu pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila memiliki rentang nilai koefisien reliabilitas antara 0.80-0.90.

Dokumen terkait