• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PARTAI SOSIALIS INDONESIA

Dalam dokumen Negara Indonesia Merdeka in 2014 (Halaman 36-50)

POLITIK

1. Hak-hak azasi manusia seperti tercantum dalam Declaration of Human Rights dijamin.

2. Kerakyatan itu harus bersifat berat ke bawah, artinya desentralisasi dan otonomi berakhir di kesatuan yang paling kecil, yaitu desa atau kesatuan hidup lain yang setingkat dengan itu. Penyelenggaraan kekuasaan adalah demikian rupa, sehingga kesatuan yang lebih tinggi mengerjakan lapangan-lapangan yang tidak dapat dikerjakan oleh kesatuan-kesatuan yang lebih rendah, dengan pengertian bahwa kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban-kewajiban yang tertentu yang menjamin kedudukan Negara, tidak boleh diserahkan kepada kesatuan-kesatuan yang lebih rendah.

3. Dewan perwakilan harus terdiri atas dua dewan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat serta Dewan

Perwakilan Golongan yang sekadar merupakan penyempurnaan faham kerakyatan yang kurang tercapai dalam bentuk Dewan Perwakilan Rakyat saja.

4. Alat-alat kelengkapan negara terdiri atas: 1. Presiden

2. Dewan Menteri

3. a. Dewan Perwakilan Rakyat b. Dewan Perwakilan Golongan 4. Mahkamah Agung

5. Dewan Pengawas Keuangan 6. Dewan Perancang Negara

5. Presiden tidak dapat diganggu-gugat dan merupakan lambang bangsa.

6. Anggota Mahkamah Agung dan anggota Dewan Pengawas Keuangan

harus bebas dari segala pengaruh eksekutif dan legislative dan

diangkat secara yang ditentukan oleh undang-undang.

7. Harus diadakan Dewan Perancang Negara yang terutama

mengadakan perencanaan siasat ekonomi negara untuk

menyelenggarakan kemakmuran rakyat yang dicapai dengan

usaha: 1. Negara 2. Perseorangan

EKONOMI

1. Proses ekonomi diatur oleh negara menurut rencana. 2. Proses ekonomi dipimpin dan diawasi oleh negara. 3. Negara mendorong dan membimbing inisiatif

masyarakat untuk memperkuat dasar perekonomian rakyat.

4. Keuangan negara dan susunan moneter (uang, kridit dan bank) diatur dan dikemudikan demikian rupa, hingga menjamin serta ikut membantu secara aktif kegiatan-kegiatan ekonomi ke arah tingkat keseimbangan ekonomi yang memuaskan satu sama lainnya agar menjamin tenaga pembeli pada rakyat banyak untuk memperoleh barang-barang pokok keperluan hidup.

5. Kekuatan rakyat diatur dan diorganisir. Koperasi dijadikan dasar kehidupan rakyat.

6. Mengusahakan perbaikan dan pengluasan produksi, sehingga negeri dan rakyat kita dapat menyelenggarakan keperluan hidupnya sendiri, sedikit-sedikitnya ,mengenai kebutuhannya sehari-hari yang terpenting seperti beras, sayuran, lauk-pauk dan pakaian.

7. Memajukan industrialisasi untuk memajukan struktur ekonomi yang seimbang, mempertinggi tingkat produksi serta memperluas kesempatan bekerja untuk daerah-daerah yang berkelebihan penduduknya.

8. Memajukan transmigrasi yang harus diselenggarakan dalam hubungan yang langsung dan integral dengan pembukaan dan pembangunan daerah-daerah baru, yaitu perkembangan dan perencanaan kemungkinan

industri, kehutanan dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

9. Pendidikan keahlian untuk mempertinggi nilai kecakapan tenaga Indonesia serta memperbesar kecerdasan rakyat di lapangan ekonomi.

PERBURUHAN

1. Mengusahakan menghilangkan pengangguran dan eksploitasi dari manusia

oleh manusia.

2. Menjamin hak-hak dasar sosial seperti: --- hak untuk bekerja;

--- hak untuk menerima upah; yang mencukupi kebutuhan hidup buruh

sekeluarga;

--- hak mendapat penghasilan yang sama untuk pekerjaan yang sama;

--- hak untuk beristirahat;

--- hak untuk memperoleh perawatan kesehatan jika sakit atau hamil;

--- hak jaminan hidup untuk warganegara yang tidak mampu bekerja, oleh

karena pengangguran, cacat, sakit, atau lanjut umurnya;

--- hak keluarga untuk memperoleh bantuan, supaya tidak merosot

kehidupannya, jikalau mendapat anak.

3. Mengusahakan perwujudan azas kerakyatan dalam perusahaan (industrieele

4. Penyempurnaan Undang-Undang Perburuhan dan jaminan sosial serta

peraturan-peraturan lainnya. PERTANIAN

1. Mengusahakan sistim penghasilan agraria yang dapat mencukupi kebutuhan

masyarakat.

2. Menjamin supaya penghasilan kaum tani mencukupi kebutuhan hidupnya

sekeluarga.

3. Pembagian pusat-pusat produksi agraria, terutama bahan makanan, merata

seluruh Indonesia.

4. Perbaikan pengairan dan pembukaan daerah pengairan baru.

5. Perbaikan pertanian rakyat di tanah kering.

6. Perbaikan kedudukan petani tanaman ekspor di dalam proses produksi dan proses ekonomi lainnya.

7. Pembentukan lumbung-lumbung desa, perbaikan urusan kridit di desa-desa dan penghapusan beban-beban desa (dessa-diensten).

8. a. Memperbanyak kebun-kebun percontohan, percobaan, bibit dan lain-lain perbaikan dan usaha-usaha di lapangan tehnis dari pertanian rakyat. Di antaranya: pemberantasan penyakit dan hama, mempergunakan hasil-hasil pengetahuan modern di lapangan pertanian, alat-alat pertanian yang praktis dan sesuai dengan sifat dan bentuk pertanian rakyat, pemakaian pupuk dan lain-lain lagi.

b. Menggiatkan usaha-usaha tambahan (nevenbedrijf) dari kaum tani: peternakan ayam, itik, ikan, pekarangan dan lain-lain lagi.

9. Memperbanyak Balai Pendidikan Masyarakat Desa atau lembaga yang

serupa dengan itu.

10. Perbaikan perhubungan dan pengangkutan ke dan dari daerah-daerah

produksi (di air dan di darat). KEPEGAWAIAN

1. Berusaha melenyapkan birokrasi dengan terbentuknya alat negara yang

Zakelijk, yang didasarkan kepada episiensi, keperluan dan kemampuan masyarakat sendiri. 2. Mempertinggi mutu alat negara.

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

1. Mengusahakan supaya pengajaran diarahkan pada kebutuhan masyarakat dengan tidak melepaskan pokok dasar pendidikan.

2. Mengusahakan supaya pengajaran lebih praktis, baik yang mengenai sistimnya maupun yang mengenai metodenya.

3. Mendemokratisir pengajaran hingga sekolah terbuka untuk anak-anak dari segala lapisan dan kemampuan ekonominya tiada lagi menjadi halangan untuk menuntut ilmu dan keahlian.

4. Kedudukan, nasib dan kecakapan guru harus mendapat perhatian sepenuhnya.

5. Mengutamakan pendidikan dan latihan keahlian, supaya dapat mencukupi keperluan usaha pembangunan di segala lapangan yang sedang berjalan dan menyesuaikan pelajaran pada keperluan-keperluan yang terasa nyata.

6. Perguruan tinggi harus diberi keleluasaan untuk

berkembang sebaik-baiknya dengan

memberikan otonomi padanya, dengan peraturan-peraturan jangan sampai diabaikan dalam usahanya untuk mempertinggi mutunya, kebutuhan masyarakat akan tenaga-tenaga ahli.

7. Pendidikan jasmani lebih disempurnakan.

8. Pendidikan masyarakat harus disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat yang sebenarnya dengan tujuan: a. Menambah keahlian;

b. Memberi jalan guna menambah pengetahuan atau kecakapan.

9. Menghargakan dan membantu segala

pernyataan kehidupan

kebudayaan rakyat di dalam bermacam ragamnya dan turut bergiat

mengusahakan kemajuannya serta perkembangannya.

10. Mengusahakan pembacaan dan perpustakaan serta penyelenggaraan

keperluan kebudayaan rakyat yang lainnya, yang merupakan hiburan dengan jalan modern (radio, film, dsb), sehingga memudahkan

kemajuan kehidupan rohaninya

(kebudayaannya). PEMUDA

1. Memajukan gerakan pemuda yang sehat rohani dan jasmaninya, sehingga bibit kelanjutan kehidupan bangsa dan rakyat dapat terus bertambah baik dan dapat memperbaiki jenis manusia, yang mesti melanjutkan kemajuan sosial untuk kemanusiaan.

2. Memperhatikan latihan badan anak-anak dan pemuda dengan memajukan kepanduan, keolahragaan serta memberikan pimpinan yang sebaik-baiknya untuk latihan badan, kepanduan serta keolahragaan itu.

SOSIAL

1. Melawan kejahatan perseorangan dan kolektif, terutama dengan

menjamin kehidupan ekonomi, dengan lain perkataan dengan

jalan sosial-ekonomis dan pendidikan.

2. Menambah kesempatan untuk pekerjaan bagi kaum wanita, supaya memudahkan baginya mencapai emansipasi yang sebenarnya, dengan dasar persamaan sepenuhnya di

lapangan politik, ekonomi dan sosial antara kaum wanita dan laki-laki.

3. Mengusahakan supaya dapat tercapai aturan-aturan dan alat-alat untuk menjamin kesehatan dan pendidikan anak-anak oleh orang tuanya.

4. Mengusahakan adanya jaminan untuk anak yatim dan invaliden.

5. Mengusahakan adanya jaminan untuk orang-orang yang tua.

6. Memajukan kesejahteraan sosial dan jaminan sosial.

KESEHATAN DAN MAKANAN RAKYAT 1. Menyelenggarakan kesehatan rakyat dalam

arti kebaikan jasmani,

rohani dan sosial, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.

2. Mengusahakan tercapainya hygiene masyarakat dari kota-kota

sampai ke desa-desa.

3. Menyelenggarakan kesejahteraan Ibu dan bayi sebelum dan

sesudah melahirkan.

4. Mempertinggi derajat makanan rakyat, sehingga tercapai standard

tenaga yang diperlukan dari rakyat, dengan jalan mendahulukan

produksi di lapangan pertanian, perkebunan, peternakan, dan

perikanan, untuk mencapai tujuan itu. PERUMAHAN DAN KOTA

Memperhatikan dan memperbaiki perumahan rakyat serta pembangunan kota yang sesuai dengan jiwa program ini, yaitu bersifat sejahtera, supaya tiap-tiap orang dapat hidup dalam keadaan hygienis, cukup sekolah, perawatan kesehatan, tempat penitipan bayi (crèches), tempat kesempatan berbelanja sehari-hari, perpustakaan dan tempat hiburan untuk kebudayaan serta tempat-tempat berolah raga, serta pula memperhatikan keelokan dan keindahan.

PERUMAHAN RAKYAT DESA

Memperhatikan dan memperbaiki perumahan rakyat di desa-desa, supaya tiap orang dapat hidup dalam keadaan hygienis dan sejahtera, dengan mendahulukan daerah-daerah yang menjadi korban akibat perjuangan kemerdekaan dan kekacauan.

INTERNASIONAL

1. Memajukan kerjasama internasional sehingga tiada mungkin lagi

terjadi peperangan dan segala perselisihan dapat diselesaikan

dengan jalan bertukar pikiran dan damai ataupun dengan

arbitrase-internasional.

2. Memperkuat kedudukan dan kuasa organisasi-organisasi dalam

usaha yang disebut di atas, seperti UNO dengan cabang-

cabangnya (bagian-bagiannya) dan organisasi-organisasi

internasional lainnya.

3. Mengusahakan kerjasama yang rapat antara negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaannya di Asia atas dasar:

a. mencegah tergantungnya perdamaian di dunia dengan

menghebatnya pertentangan antara dua golongan ke-

kuasa an Soviet dan Amerika Serikat. b. untuk kepentingan-kepentingan yang

sama dan/ atau bersama di lapangan ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Pemerintahan Mewujudkan Kebijakan dan Pembangunan: Kesejahteraan Residual Resultante Ketegangan Politik

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945. pemerintahan republik Indonesia dipmpin oleh Soekarno-hatta yang notabene adalah proklamator. UUD 1945 memang memandatkan hal demikian, dimana RI dipimpin oleh seorang presiden dan wakil

presiden. Karena reputasi dan kehendak sejarah, kedua orang tersebut setelah paska kolonial Belanda selalu bersama sekalipun terdapat berbagai pandangan yang berbeda diantara keduanya. Perbedaan itu diabaikan untuk mewujudkan Indonesia merdeka yang sama mereka cintai dan impikan. Namun demikian dinamika sejarah negara proklamasi yang penuh dengan ketidakpastian, dimana kedatangan sekutu untuk perlucutan senjata Jepang, juga diiringi kedatangan kolonialis Belanda eks pemerintah Hindia Belanda.

Berbagai isu berkembang dan merebak sehingga menimbulkan ketidakpastian, maka pemerintahan RI yang baru berdiri beberapa bulan dengan UUD 1945 harus berkompromi dengan situasi, maka sejak 14 November 1945 dibentuklah Kabinet Sjahrir pertama, dimana perdanamentrinya adalah Sutan Sjahrir. Secara konstitusi ini merupakan pelanggaran, karena UUD 1945 tidak mengenal jabatan perdana mentri. Namun putusan ini diambil secara bulat oleh Presiden dan wakil Presiden atas dukungan KNIP yang awalnya merupakan penasehat presiden berubah menjadi semacam dewan perwakilan rakyat, dewan dimana sjahrir mempertanggung jawabkan pekerjaannya.

Perjalanan kabinet antara tahun 1945 hingga 1950 penuh gejolak seiring dengan revolusi yang terjadi, berjuang mempertahankan kedaulatan dari ancaman asing (Belanda yang ingin kembali) dan adanya pengakuan internasional atas proklamasi 17 Agustus 1945. Selain itu, terdapat intrik-intrik kekuasaan secara internal baik antar golongan partai, aktivis revolusi dengan politisi dan juga golongan pendukung jepang dan gerakan bawah tanah melawan Jepang, serta politik

internasional yang diwarnai pengaruh sekutu satu sisi dan Soviet uni di sisi lain, atau perang dingin. Hal ini tentu mempengaruhi strategi dan taktik yang harsus dijalankan oleh Soekarno-Hatta atau resultante keduannya dengan kekuatan politik yang ada saat itu.

Setidaknya, lima tahun perjalanan Indonesia awal ini telah terjadi pergantian hingga 12 kali kabinet , dari gambaran ini memperlihatkan bahwa situasi politik yang labil, kabinet jatuh bangun. Soekarno-Hatta tetap menjadi symbol negara. Hatta sempat dua kali menjadi perdana mentri, namun tak bisa juga membendung kejatuhan kabinetnya. Adapun rezim pemerintahan selama lima tahun awal tersebut sebagai berikut39:

1. Kabinet Presidensiil : 2 September 1945 s.d. 14 November 1945 2. Kabinet Sjahrir ke I : 14 Nopember 1945 s.d. 12 Maret 1946 3. Kabinet Sjahrir ke II : 12 Maret 1945 s.d. 2 Oktober 1946 4. Kabinet Sjarir ke III : 2 Oktober 1946 s.d. 3 Juli 1947 5. Kabinet Amir Sjarifudin ke I : 3 Juli 1947 s.d. 20 Januari 1948 6. Kabinet Amir Sjarifudin ke II : 11 Nopember 1947 s.d. 20 Januari 1948 7. Kabinet Hatta ke I (Kabinet Presidensiil) : 20 Januari 1948 s.d. 4 Agustus

1948

8. Kabinet Darurat : 19 Desember 1948 s.d. 13 Juli 1949

9. Kabinet Hatta k II (Kabinet Presidensiil) : 4 Agustus 1949 s.d. 20 Desember 1949

10. Kabinaet Susanto (Kabinet Peralihan) : 20 Desember 1949 s.d. 21 Januari 1950

11. Kabinet Halim (Republik Indonesia Jogya-Jakarta) : 21 Januari 1950 s.d. 6 September 1950

12. Kabinet Republik Indonesia Serikat Pertama dan Terakhir : 20 Desember 1949 s.d. 6 September 1950

39 wikipedia

Dari gambaran kabinet tersebut, nampak dominasi PSI, semangat sosio-nasionalisme rupanya mempertemukan arah kekuatan politik, sehingga syahrir dan amir yang bergerak bersama pemuda dan dimasa jepang bergerak bawah tanah menjadi perdana mentri. Namun bila dilihat komposisi kabinet, maka konstruksi politik yang ada mendekati gagasan Soekarno mengenai Nasionalisme, Agama dan marxisme40. Anggota kabinet tersebut terdiri dari PSI, Masyumi, PNI dan PKI.

Semasa perjuagan fisik ini, dimana perhatian nasional adalah mempertahankan proklamasi dan kedaulatan NKRI, ternyata juga lahir bebebrapa kebijakan yang strategis bak bagi kehidupan demokrasi maupun kesejateraan, hal tersebut adalah maklumat X dari Hatta yang membuka kran demokrasi yakni berdirinya partai-partai sehingga terhindar dari ide monolitik yang sempat mencuat dengan ide partai pelopor. Kebijakan strategis lainnya berhubungan dengan kehidupan perburuhan. Dinmika politik yang terjadi masa ini menggambarkan gesekan antara ‘partai berkuasa’ dengan oposannya terutma berkaitan dengan isu hasil diplomasi dan juga mengenai peran-peran kelompok berkuasa yang dikuasai oleh teknokrat/intelektual berhadapan dengan kelompok radikal-idelogis yang tidak berpendidikan tinggi yang penuh dengan selimut romatika perjuangan. Jatuh bangunnya cabinet tidak bias dilepaskan dari konteks yang demikian, bila saja dikerucutkan maka akan tampak adanya tiga sumbu kekuatan besar dalam republic yang baru merdeka ini yakni: Soekarno-Hatta sebagai obor kebangsaan dan dua sumbu penyangganya yakni Syahrir-Amir

Sjarifudin dengan kekuatan diplomasi dan teknokratnya dan Tan Malaka-Sudirman dengan persatuan perjuangannya. Diantara gemuruh politik tersebut, kaum buruh relative memperoleh keuntungan, karena sudah terorganisir dan ideology partai yang memposisikannya sebagai kelompok strategis, beberapa kebijakan lahir seperti: Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33 dari Republik Indonesia, Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah (PP) 1948 No. 18 (18/1948) tentang Kecelakaan yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah No. 2, tahun 1948.

Masa UUDS dan Konstituante 1950 - 1957

Setelah masa diplomasi dan revolusi fisik telah memperoleh pengakuan internasional khususnya Belanda, pejuang dan para pendiri republic sesungguhnya diliputi kekecewaan terutama mengenai kedaulatan atas Irian Barat, betuk Negara serikat dan perekonomian nasional yang masih dibawah penguasaan Belanda. Dengan langkah-langkah yang pasti, dibangun kembali Negara Kesatuan Republic Indonesia dan terealisasi 6 September 1950 dengan menggunakan UUDS 1950, dimana bentuk pemerintahan berupa parlementer dengan perdana mentri Natsir.

Tak jauh berbeda dengan pemerintahan di zaman 1945-1949, masa 1950-an situasi politik Indonesia sebangun dengan sebelumnya, bila masa sebelumnya begitu dominannya PSI dan

Masjumi, maka 7 tahun berikutnya di dominasi oleh peran Masjumi dan PNI, seiring denga kejatuhan politik sjahrir. Usia kabinet juga tak bertahan lama, berikut ini kabinet yang ada antara tahun 1950-195741 yaitu:

a. Kabinet Natsir (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke I) : 6 September 1950 s.d. 27 April 1951

b. Kabinet Sukiman (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke II) 27 April 1951 s.d. 3 April 1952

c. Kabinet Wilopo (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke III) 3 April 1952 s.d.1 Agustus 1953

d. Kabinet Ali Sastroamidjoyo ke I (Kabinet Republik Indonesia ke IV): 1 Agustus 1953 s.d. 12 Agustus 1955

e. Kabinet Burhanuddin Harahap (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke V): 12 Agustus 1955 s.d. 24 Maret 1956

f. Kabinet Ali Sastroamidjoyo ke II (Kabinet Rep. Indonesia Kesatuan ke VI): 24 Maret 1956 s.d. 9 April 1957

Kejatuhan cabinet biasanya akibat mosi dari lawan politiknya atau oposisi dalam parlemen yang waktu itu disebut DPRS yang merupakan perluasan dari KNIP dengan komposisi kekuatan politik yang ada, jadi bukan hasil pemilu. Disamping juga akibat cabinet menemui jalan buntu karena berbagai pesoalan yang muncul terutama sehubungan dengan isu Irian Barat, perekonomian nasional, otonomi daerah dan munculnya ketidakpuasan daerah (militer).

Sekalipun cabinet jatuh bangun, namun kesadaran membangun sudah mulai bersemi dikalangan elite, sekalipun masih tak sedikit yang beranggapan revolusi belum selesai akibat Irian Barat yang masih dicengkeram Belanda dan perekonomian nasional masih dicengkeram kekuatan asing terutama sector keuangan, pertambangan, perkebunan dan perdagangan.

Secara internalpun timbul persoalan dengan penduduk asli non pribumi yang juga menguasai distribusi akibat kebijakan colonial yakni bangsa china.

Mengatasi situasi yang demikian, dicetuskanlah Program Benteng, yang berusaha memotong transfer of paymen terutama ke Belanda yang masih besar. Dimana selama tahun 1950 – 1957 penghasilan total yang diterima Belanda diperkirakan oleh Meier sebagai berikut:

Pada tahun 1950 penghasilan total Belanda yang diperoleh dari hubungan ekonomi dengan Indonesia (ekspor ke Indonesia, pengolahan bahan-bahan mentah, penghasilan dari penanaman modal di Indonesia, transfer uang pensiun dan tabungan, dan lain-lain) merupakan 7,8 persen dari pendapatan nasional Belanda. 8,2 persen (1951); 7,0 persen (1952); 5,8 persen (1953); 4,6 persen (1954); 4,1 persen (1955); 3,3 persen (1956); dan 2,9 persen (1957)42.

Program pembangunan ini sesuangguhnya dirintis semasa cabinet Hatta yang membentuk dewan siasat perekonomian yang langsung diketuai oleh wapres, yang kemudian setelah 1950-an pelembagaannya semakin kuat dan jelas, terutama sejak kementrian kemakmuran dibawahi Soemitro Djojohadikusumo seorang teknokrat yang dikenal dekat dengan PSI, adapun nama program tersebut dikenal dengan Program Banteng.

Program Sumitro Djojohadikusumo

menggambarkan dengan jelas maksud dari rencana ini. Dimulai pada tahun 1951, BIN mengucurkan dana sebesar Rp 160 juta untuk membiayai proyek-proyek industri. Berbagai

42 (Meier 1994: 649).

macam industri termasuk pengolahan karet, semen, tekstil didirikan. Pemerintah menguasai kepemilikan serta manajemennya. Namun pemilik modal dalam negeri tidak mampu memobilisir modal mereka untuk menjadi partner dalam industri-industri tersebut dan juga tak mampu menemukan usaha lain yang lebih menguntungkan.

Beberapa perusahan yang dibeli atau didirikan oleh pemerintah adalah Indonesia Service Company -perusahan milik pemerintah yang membeli General Motor; di Tanjung Priok mendirikan PT. PELNI. Upaya Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sektor industri manufaktur modern yang dikuasai dan dikendalikan oleh orang Indonesia sendiri dimulai dengan Rencana Urgensi Ekonomi yang bertujuan mendirikan berbagai industri skala besar. Menurut rencana ini, pembangunan industri-industri akan dibiayai dulu oleh pemerintah kemudian akan diserahkan kepada pihak swasta Indonesia, koperasi, atau dikelola sebagai usaha patungan antara pihak swasta nasional dan Pemerintah Indonesia. (Anspach 1969: 163) Untuk

memperkuat perlawanan terhadap

imperialisme, dan disisi lain memperkuat kemandirian ekonomi nasional, maka pada tahun 1950 pemerintah Soekarno mendeklarasikan poros kekuatan ekonomi

baru yakni gerakan Banteng. Program ini memiliki tujuan utama untuk membangkitkan industri nasional terutama yang berbasiskan kepemilikan pribumi dan menempatkan sektor ekonomi yang vital, seperti perdagangan dan impor dibawah pengendalian negara.

Tujuan mulia program Banteng ternyata berbeda dalam prakteknya, borjuasi nasional Indonesia yang terdiri dari kaum priyayi dalam partai-partai berkuasa -seperti PNI dan Masyumi- tidak memiliki kapasitas borjuisme yang cukup. Pada prakteknya muncul kelompok-kelompok pengusaha pribumi yang menyalahgunakan lisensi ini: dengan menjualnya kepada pengusaha asing, terutama pengusaha-pengusaha cina. Pengusaha-pengusaha pribumi “dadakan” tersebut sama sekali tidak memiliki bekal kemampuan usaha yang memadai. Akhirnya mereka hanya “menyewakan” lisensi yang mereka punyai tersebut kepada pengusaha-pengusaha swasta lainnya, yang umumnya berasal dari pengusaha keturunan Cina. Praktek kongkalingkong ini lah yang melahirkan istilah Ali-Baba. Si Ali yang memiliki lisensi dan si Baba yang memiliki uang untuk memodalkerjai lisensi tersebut.

Kejatuhan Kabinet sebelumnya tidak langsung meniadakan rencana perekonomian nasional melawan kolonialisme Belanda

dan asing, hal ini dapat dipahami mengingat pandangan dan makna kemerdekaan yang dipahami para pendiri republic, ataupun partai politik dan juga organ partai lainnya seperti serikat buruh dan tani yang pada tahun lima puluhan semakin giat untuk merealisasikan cita-cita politiknya.

Pada tahun 1953, dilakukan nasionalisasi terhadap Bank Java dan kemudian namanya berubah menjadi ”Bank Indonesia”. Serta membentuk dua Financial Bank yaitu: Bank Industri Negara (BIN) yang akan membiayai proyek-proyek indutri; dan Bank Negara Indonesia (BNI) yang menyediakan foreign-exchange sekaligus membiayai kegiatan impor. Di samping itu, karena desakan kaum kiri dan nasionalis, kabinet Wilopo akhirnya melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan listrik dan penerbangan . Selanjutnya pemerintah membiayai perusahan negara melalui BIN di sektor produksi semen, tekstil, perakitan mobil, gelas, dan botol. Langkah terakhir pemerintah adalah berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor dengan mendirikan Pusat Perusahaan Perdagangan pada tahun 1948 untuk mengekspor produk pertanian Indonesia. Pemerintah juga mendirikan USINDO pada tahun 1956 untuk mengekspor industri manufaktur -yang dibiayai oleh BIN- dan mengimpor bahan mentah untuk keperluan industri mereka. Semua langkah intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi ini ditujukan untuk membangun infrastruktur bagi perkembangan kelas kapitalis dalam negeri.

Nasionalisasi semakin bergelora seiring dengan tuntutan dari gerakan buruh dan tani yang merasakan langsung eksploitasi atas diri mereka dalam pereusahaan asing, rapat-rapat akbar, demonstrasi dan utusan-utusan gerakan menemui eksekutif atau partai dan juga kongres organisasi buruh dan tani seakan dalam harmoni nasionalisasi.. Iklim politik inilah yang menguasai ruang politik saat itu. Organisasi buruh yang terus meyuarakan kepentingannya dengan sendirinya memperoleh

banyak perhatian dan respon, ditahun 1950an ini lahir beberapa peraturan perburuhan baik menyangkut pengupahan, cuti, maupun perselisihan perburuhan.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 3) belum mengatur secara lengkap jaminan social tenaga kerja serta tidak sesuai lagi dengan kebutuhan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 4);

Undang-Undang No. 22 tahun 1957 (L.N. tahun 1957 No. 42) tentang penyelesaian perselisihan perburuhan, perlu diadakan ketentuan tentang pengangkatan dan pemberhentian ketua, anggota dan anggota-pengganti dari Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah;

Selan UU juga ada beberapa PP seperti cuti hamil, perjajian perburuhan, dan istirahat buruh.

Disamping itu, pemerintahan yang berkuasa sangat responsive

Dalam dokumen Negara Indonesia Merdeka in 2014 (Halaman 36-50)

Dokumen terkait