• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR SINGKATAN

PENDEKATAN TEORITIS

2.1.5 Program Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

Secara umum sasaran program PLTMH adalah pelibatan private sector, dan pemerintah dalam pembangunan sosial, terutama dalam penyediaan akses di bidang ketenagalistrikan untuk masyarakat miskin. Sasaran khusus dari program ini adalah sebagai model percontohan elektrifikasi pedesaan sebagai hasil kerjasama antar berbagai pihak.

Pembangunan PLTMH di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang melibatkan berbagai pihak, yakni Koperasi Mekarsari sebagai representasi dari warga masyarakat, Yayasan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), serta PT Hidropiranti Inti Bhakti Swadaya (HIBS). Setiap

pihak yang berkepentingan mempunyai andil dalam pembangunan serta pengelolaan PLTMH ini. Adanya kegiatan pembangunan PLTMH dipandang sebagai sebuah bentuk introduksi teknologi yang dapat membantu aktivitas sosial ekonomi warga desa.

Menurut Kuntoadji (2007) selaku dewan pengurus di Yayasan IBEKA, pembangunan PLTMH Cinta Mekar menggunakan cara community partnership berupa kegiatan sosial kemasyarakatan, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan sosial tahap pertama atau biasa disebut dengan kegiatan persiapan masyarakat dan pembentukan kapasitas dan keadilan dalam kepemilikan. Tahap pertama, meliputi dua kegiatan yaitu pencatatan data awal dan pembentukan organisasi. Adapun pada tahap kedua meliputi empat kegiatan utama yaitu: pelatihan dan magang, peningkatan pendapatan, pembentukan wirausaha serta pendidikan anak dan peningkatan peran remaja.

Kegiatan pencatatan data awal dilakukan melalui diskusi pada tingkat lokal, yang ditujukan untuk mengidentifikasi permasalahan serta alternatif pemecahan masalah tersebut. Dalam diskusi, teridentifikasi beberapa permasalahan yang meliputi: tingginya kebutuhan listrik di kalangan warga miskin dan tingkat pengangguran, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, status ekonomi dan infrastruktur desa, dan kurangnya rasa kekeluargaan (kesatuan atau gotong royong) dalam memecahkan permasalahan warga.

2.2 Kerangka Pemikiran

Secara umum, Studi Gender dalam Program PLTMH Bagi Rumahtangga Miskin (Kasus PLTMH Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten

Subang, Jawa Barat) ini mengacu kepada beragam konsep, pendekatan, dan teori- teori dalam bidang-bidang gender dan pembangunan, pendekatan pemberdayaan masyarakat, evaluasi program dan sistem, serta beragam aspek berkenaan Program PLTMH sebagaimana dirancang oleh Yayasan IBEKA dan PT HIBS.

Sebagaimana diketahui Program PLTMH Desa Cinta Mekar terdiri dari tiga tahap yakni: perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil program. Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan pencatatan data awal, penetapan tujuan program, penetapan rencana kerja, penentuan prioritas dan aktivitas, pengalokasian sumberdaya, diskusi untuk sosialisasi program dan pertemuan dengan pemangku kepentingan (stakeholders). Tahap pelaksanaan program terdiri dari kegiatan-kegiatan: pembangunan sarana fisik, gotong royong, dan pengelolaan organisasi. Adapun pada tahap pemanfaatan hasil program mencakup aktivitas penggunaan atau alokasi dana hasil penjualan listrik bagi masyarakat desa, khususnya untuk: pemasangan sambungan listrik baru bagi rumahtangga miskin, kegiatan produktif, pendidikan, kesehatan, modal usaha, pembangunan infrastruktur desa, biaya operasional koperasi Mekarsari (selaku pengelola), biaya operasional PLTMH, dan biaya operasional desa.

Bentuk stimulan dalam program PLTMH Desa Cinta Mekar berupa bantuan dana operasional untuk pembangunan PLTMH. Dana ini berasal dari hibah dari (UNESCAP), pinjaman dari PT HIBS serta dari Yayasan IBEKA. Dengan pertimbangan bahwa penyelenggaraan PLTMH Desa Cinta Mekar seharusnya responsif gender (mampu mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender), dan mengacu pada pedoman TAG tersebut di atas, variabel-variabel tidak bebas atau variabel terpengaruh (dependent variables) pada studi gender dalam

PLTMH Desa Cinta Mekar ini meliputi empat variabel utama, yaitu: Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat yang diperoleh anggota Rumahtangga Miskin Laki-laki dan Perempuan (selanjutnya ditulis sebagai RMKL dan RMKP) dari Program PMLTH. Lebih lanjut, karena studi ini menelaah tiga tahapan dalam siklus program (perencanaan, pelaksanaan dan keluaran atau manfaat), maka dua variabel pertama dirinci kembali ke dalam beberapa variabel, sehingga dalam studi ini variabel tidak bebasnya meliputi delapan variabel yang meliputi: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH (Y1), Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH (Y2), Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH (Y3), Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH (Y4), Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH (Y5), Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH (Y6), Tingkat Partisipasi RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH (Y7), dan Tingkat Manfaat yang diperoleh RMKL dan RMKP terhadap Hasil Program PLTMH (Y8).

Variabel-variabel terpengaruh tersebut di atas, diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel pengaruh atau variabel bebas (independent variables) dari beberapa faktor yang mencakup: karakteristik sumberdaya pribadi dan rumahtangga, stimulan Program PLMTH, pendampingan dari fasilitator, dan lingkungan. Pada karakteristik sumberdaya pribadi, dua variabel yang diduga berpengaruh yaitu: Tingkat Pendidikan Formal (X1) dan Status Bekerja (X2); sementara pada karakteristik sumberdaya rumahtangga meliputi: Tingkat

Kekayaan (X3), Status Rumahtangga (X4), dan Tingkat Kontrol dalam Rumahtangga (X5). Pada faktor pendampingan fasilitator, variabel yang diduga berpengaruh adalah Frekuensi Kunjungan Fasilitator (X6), sementara pada faktor stimulan program terdiri dari variabel-variabel: Jumlah Dana Program PLMTH (X7) dan Tingkat Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Rumahtangga Miskin (X8). Adapun pada faktor lingkungan yang diduga berpengaruh adalah Tingkat Dukungan dari Aparat Pemerintah Desa (X9).

Selanjutnya, dengan menggunakan pendekatan Kerangka Pemberdayaan Longwe, berdasar semua pencapaian pada semua variabel tidak bebas yang ditemukan dalam penelitian (studi ini) akan dianalisis Tingkat Kesetaraan (levels of equality) dan Tingkat Pengakuan atas “isu-isu perempuan” (level of recognition of ‘women’s issues’) yang diwujudkan melalui Program PLTMH Desa Cinta Mekar. Hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas dalam penelitian ini selengkapnya disajikan pada Gambar 3.

Karakteristik Sumberdaya Pribadi

X1: Tingkat Pendidikan Formal X2: Status Bekerja Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga X3: Tingkat Kekayaan X4: Status Rumahtangga X5: Tingkat Kontrol dalam

Rumahtangga

Gender dalam Program PLTMH Cinta Mekar

Y1: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH

Y2: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH

Y3: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH Y4: Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap

Perencanaan Program PLTMH

Y5: Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH

Y6: Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH

Y7:Tingkat Partisipasi RMKL dalam Pelaksanaan Program PLTMH

Y8: Tingkat Manfaat RMKL dan RMKP terhadap Hasil Program PLTMH

Stimulan Program PLTMH

X8: Jumlah Dana Program X9: Tingkat Kesesuaian Progran terhadap Kebutuhan RMKL & RMKP PendampinganFasilitator X7: Frekuensi Kunjungan Fasilitator Faktor Lingkungan

X9: Tingkat Dukungan dari Pemerintah

Kerangka Pemberdayaan Perempuan • Level Kesetaraan

• Level Isu Perempuan

Keterangan:

: Analisis kuantitatif : Analisis kualitatif Gambar 3. Hubungan antar variabel dalam studi gender program PLTMH

2.3 Hipotesis Penelitian