• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Program Pemberantasan HIV/AIDS

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) tahun 2006 menentukan kebijakan penanggulangan penyakit HIV/AIDS secara nasional.

2.6.1. Kebijakan dan Strategi

Upaya untuk mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS telah dimulai semenjak pertengahan 1980-an, tetapi penanganan yang lebih serius baru dimulai pada 1994/1995 dengan dibentuknya Komisi Penanggulangan AIDS di pusat, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1994. Keputusan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/ Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nomor : 05/Kep/Menko/Kesra/II/1995 tentang Program Nasional Penanggulangan

HIV/AIDS Pelita VI. Program Nasional tersebut telah dijadikan rujukan dalam penanggulangan HIV/AIDS di seluruh Indonesia.

Kemudian telah dilaksanakan Sidang kabinet tentang penanggulangan HIV/AIDS pada tahun 2002 dengan menghasilkan kesepakatan program penanggulangan HIV/AIDS yang ditindak lanjuti dengan Rapat Konsultasi Nasional. Telah disusun pula Rencana Strategi penanggulangan HIV/AIDS oleh Depkes tahun 2003-2007 dan Renstra penanggulangan HIV/AIDS secara Multi sektor.

A.Dasar- dasar Kebijakan :

1. Penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat (promotif), pencegahan penyakit HIV/AIDS (preventif), serta

pengobatan dan perawatan (kuratif) dan dukungan hidup (support) terhadap pengidap HIV/AIDS. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya prioritas yang diselenggarakan secara berimbang dengan upaya kuratif dan dukungan terhadap pengidap HIV/AIDS.

2. Penanggulangan HIV/AIDS didasari kepada nilai luhur kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat hidup manusia. Para pengidap HIV/AIDS memiliki hak asasi sebagai manusia dan berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial yang diperlukan serta hidup layak sebagai anggota masyarakat lainnya.

3. Penanggulangan HIV/AIDS merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pemberantasan kemiskinan serta pembangunan kesehatan yang

dalam penyelenggaraannya senantiasa menghormati atau mendasarkan kepada nilai-nilai budaya dan agama yang hidup dalam masyarakat Indonesia.

4. Penanggulangan HIV/AIDS dilakukan secara bersama- sama oleh pemerintah, masyarakat, sektor swasta dan para pengidap HIV/AIDS dengan dukungan organisasi internasional. Masyarakat termasuk LSM merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan penanggulangan sedangkan pemerintah berkewajiban memberdayakan masyarakat serta memberikan bantuan arahan, bimbingan dan menciptakan suasana yang menunjang.

5. Pemerintah berkewajiban untuk memimpin dan memberi arah penanggulangan HIV/AIDS (leadership) dengan menetapkan komitmen kebijakan (political commitment), memberikan prioritas kepada penanggulangan HIV/AIDS, dan memobilisasi sumber daya penanggulangan. Pemerintah berkewajiban menciptakan suasana kondusif guna mencegah timbulnya stigmatisasi, penyangkalan (denial), dan praktek diskriminasi karena HIV/AIDS .

6. Kerjasama internasional melalui badan- badan PBB, organisasi regional, lembaga donor dan LSM internasional perlu ditingkatkan

B.Strategi Penanggulangan HIV/AIDS

Untuk mencapai kebijakan diatas perlu ditempuh strategi sebagai berikut: 1. Diperlukan komitmen politik yang tinggi.

2. Mengembangkan dan menerapkan strategi nasional multi-pihak dalam upaya

3. Mengintegrasikan kegiatan pencegahan dengan kegiatan pelayanan, dukungan dan pengobatan.

4. Mengintegrasikan program VCT bagi ibu hamil yang berisiko. 5. Meningkatkan akses terhadap pelayanan, dukungan dan pengobatan

6. Mengembangkan program perawatan, pengobatan dan dukungan bagi ODHA

pada program community/family based care penanggulangan HIV/AIDS 7. Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender

8. Sosialisasi human right dalam penyediaan pelayanan dan pengobatan ODHA. Sesuai dengan program MDGs pada target ke enam yaitu untuk mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk mengantisipasi dan menghadapi epidemik yang ada.

2. Meningkatkan mobilisasi masyarakat dalam upaya pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV/AIDS pada populasi rentan.

3. Mobilisasi sumber dana untuk penanggulangan HIV/AIDS. 4. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan good governance. 5. Memperkuat system informasi dan system monitoring evaluasi.

Melalui kebijakan tersebut dapat didukung melalui strategi sebagai berikut : a. Peningkatan Upaya Pencegahan, antara lain dengan : Pengurangan dampak

buruk (harm reduction) pengguna NAPZA suntik, Peningkatan program

Pencegahan penularan ibu ke bayi melalui PMTCT (prevention of mother-to child transmission), Transfusi darah yang aman, Kewaspadaan universal (UP) b. Peningkatan Jumlah dan Mutu, melalui : Pelayanan pengobatan IMS (infeksi

menular seksual), Peningkatan jumlah dan fungsi klinik VCT, Perawatan, dukungan, dan pengobatan(CST=Care Support and Treatment) pada ODHA c. Penguatan Komisi Penanggulangan AIDS) di semua tingkat.

d. Peningkatan peraturan perundang-undangan dan anggaran e. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi

6. Memperkuat monitoring dan evaluasi.

Penanggulangan IMS berperan cegah HIV/AIDS, keterkaitan antara IMS dengan kasus HIV di seluruh dunia telah lama diketahui. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi yang optimal terhadap pengendalian IMS dan HIV/AIDS. Pertemuan konsultasi WHO pertengahan bulan Juli 2006 menyimpulkan bahwa pengobatan yang tepat dan sesuai untuk IMS, dapat menurunkan resiko seseorang terhadap HIV dan bahwa program IMS yang berkualitas tinggi sangat penting dalam mengendalikan epidemik HIV pada populasi kunci pada resiko yang lebih tinggi terhadap paparan HIV (Depkes, 2006).Dalam 5 tahun perencanaan HIV/AIDS untuk meningkatkan akses menyeluruh, WHO mengikutsertakan pencegahan dan pengendalian IMS sebagai prioritas intervensi, termasuk memadukan HIV dengan pelayanan, tes dan konseling IMS dan pengendalian IMS dalam pencegahan terhadap ODHA melalui pemanfaatan klinik VCT(Depkes, 2006).

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam pelaksanaan program antara lain dengan : (a) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral melalui Komisi Penanggulangan AIDS Nasional/Daerah untuk berperan dalam setiap upaya pencegahan dan pemberantasan IMS termasuk infeksi HIV/AIDS, (b) meningkatkan desentralisasi dalam pelaksanaan program yang di padukan dengan pendekatan

Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care), (c) memperkuat program

pencegahan dan pemberantasan dengan prioritas utama pada kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), (d) memperkuat berbagai upaya melawan diskriminasi terhadap mereka yang terjangkit HIV agar yang bersangkutan tidak bersembunyi dan menyebarkan penyakit dan tidak menghindar dari berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan (termasuk pemberian nasehat dan pelayanan kesehatan) yang mereka perlukan, (e) mengintegrasikan kegiatan penanggulangan AIDS dan IMS lainnya dengan kegiatan lapangan terpadu.

Dokumen terkait