Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang telah dimulai sejak tahun 2000 hingga sekarang. Salah satu tujuan utamanya adalah memberikan bantuan permodalan dengan sistim bergulir
Secara umum Program PEMP bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan kelembagaan, penggalangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan dan diversifikasi usaha yang berkelanjutan dan berbasis sumberdaya lokal. Sedangkan tujuan khusus program yaitu : memfasilitasi kegiatan-kegiatan Bantuan Sosial Mikro (BSM); Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN); Kedai Pesisir; dan Klinik Bisnis (Direktorat PMP, 2008). Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (2008) Sasaran Program PEMP adalah Pelaku Usaha Perikanan Tangkap Skala Mikro, Pelaku Usaha Perikanan Budidaya Skala Mikro, Pelaku Usaha Pengolahan dan Pemasaran Skala Mikro, dan Pelaku Usaha Industri dan Jasa Maritim Skala Mikro, dengan prioritas pemuda, perempuan pesisir, jenis usaha yang tidak merusak lingkungan, dan tergolong miskin.
Program PEMP dirancang untuk tiga periode. Periode pertama, tahun 2001-2003, merupakan periode inisiasi dengan fokus pada penggalangan partisipasi dan penyadaran masyarakat, serta perintisan kelembagaan dengan mendirikan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP– M3) sebagai cikal bakal holding company untuk memayungi aktivitas ekonomi masyarakat pesisir. Pada periode ini, program PEMP terutama ditujukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap perekonomian masyarakat pesisir, yang difokuskan pada penguatan modal melalui perguliran Dana Ekonomi Produktif (DEP) (Direktorat PMP, 2008).
Periode kedua, tahun 2004 - 2006, merupakan periode institusionalisasi. Dalam kurun waktu tiga tahun periode ini, program difokuskan pada revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP M3 menjadi berbadan hukum
koperasi. Pada periode institusionalisasi, berdasarkan data dari 52 Swamitra Mina
Online, menunjukkan bahwa 67 persen sasaran PEMP berkaitan langsung dengan sektor perikanan dan 33 persen tidak terkait langsung, seperti tukang ojek, bengkel, pengolahan makanan dan minuman, warung makan dan keperluan sehari-hari masyarakat pesisir (Direktorat PMP, 2008).
Periode ketiga, 2007-2009, merupakan periode diversifikasi usaha, yang merupakan perwujudan cita-cita LEPP M3 untuk menjadi holding company. Pada periode ini mulai dibentuk unit-unit usaha yang bernaung di bawah LEPP M3 yang telah berbadan hukum koperasi. Sampai dengan tahun 2007, telah terbentuk 281 koperasi masyarakat pesisir yang tersebar di 289 kabupaten/kota berpesisir (Direktorat PMP, 2008).
Program PEMP yang dimulai sejak tahun 2001 tersebut secara terus menerus mengalami berbagai penyempurnaan seiring dengan hasil evaluasi dan masukan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun instansi-instansi terkait lainnya. Sampai dengan tahun 2008, program PEMP diharapkan dapat menjangkau 293 kabupaten/kota berpesisir di Indonesia (Direktorat PMP, 2008).
Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (2008), Pembentukan kelembagaan dan perubahan sistem melalui periodisasi Program PEMP semata–mata dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan prinsip pemberdayaan, yaitu helping the poor to help themselves. Oleh karena itu dalam jangka panjang Program PEMP tetap diarahkan pada :
1. Peningkatan kemandirian masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), partisipasi masyarakat, penguatan modal dan penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat pesisir yang dibangunnya.
2. Peningkatan kemampuan masyarakat pesisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut secara optimal, berkelanjutan sesuai dengan kaidah kelestarian lingkungan.
3. Pengembangan kemitraan masyarakat pesisir dengan lembaga swasta dan pemerintah.
Menurut Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (2006) ProgramxPEMP dikelola oleh organisasi dengan tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Pemerintah Pusat
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dalam hal ini adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil yang yang bertindak sebagai penanggung jawab dan pembina program di tingkat nasional.
b. Pemerintah Daerah
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi yang merepresentasikan Departemen Kelautan dan Perikanan di tingkat daerah yang bertugas mengusulkan kabupaten/kota calon penerima PEMP dari hasil evaluasi tahun berjalan, dan melakukan koordinasi sosialisasi, monitoring dan evaluasi.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab operasional program dengan tugas menetapkan Konsultan Pelaksana, menetapkan koperasi pelaksana, sosialisasi dan publikasi tingkat kabupaten/kota, fasilitasi pembentukan LKM (bagi kabupaten/kota baru penerima Program PEMP),
rekruitmen Tenaga Pendamping Desa, pelatihan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
c. Konsultan Manajemen
Konsultan Manajemen (KM) Kabupaten/Kota berfungsi membantu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota dalam aspek teknis dan manajemen Program PEMP, meliputi kegiatan inventarisasi potensi dan kebutuhan masyarakat pesisir dalam modal usaha, pemetaan jalur produksi, pasar, dan konsumen serta kemungkinan pengembangan program melalui kerjasama dengan berbagai pihak. KM juga bertugas membantu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota dalam proses revitalisasi LEPP-M3 menjadi badan hukum koperasi (bagi kabupaten/kota baru penerima Program PEMP). KM dapat dijalankan oleh lembaga konsultan, LSM, dan Perguruan Tinggi atau lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Tenaga Pendamping Desa (TPD)
TPD merupakan tenaga profesional di bidangnya yang bersedia tinggal di tengah masyarakat sasaran dan bertugas mendampingi masyarakat secara terus- menerus (selama program berlangsung). Tugas TPD antara lain mempersiapkan masyarakat pesisir untuk mengakses kredit pada LKM; mendampingi mereka menjalankan dan mengembangkan usaha baik dalam proses produksi maupun pemasaran; membuat laporan perkembangan kegiatan setiap bulan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.
e. Koperasi
Koperasi berfungsi sebagai komponen utama pelaksanaan Program PEMP di daerah. Dalam pelaksanaannya, koperasi harus berkoordinasi dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai penanggungjawab operasional di daerah dan juga dengan lembaga perbankan/pembiayaan sebagai mitra usaha mereka.
f. Bank Pelaksana
Merupakan lembaga keuangan perbankan yang ditetapkan oleh DKP dengan tugas dan fungsi: (1) menyediakan kredit bagi koperasi sebagai konsekuensi dari adanya DEP yang dijaminkan untuk kegiatan penguatan modal; (2) menyalurkan DEP langsung dengan pola hibah melalui rekening koperasi yang ada di Bank Pelaksana untuk kegiatan pelaksanaan BPR Pesisir, SPDN dan atau Kedai Pesisir; dan (3) melakukan pendampingan teknis dan administratif kepada koperasi dan atau LKM/USP. Organisasi dan struktur kelembagaan program PEMP dijelaskan dalam gambar 1.
D K P Koperasi LEPP M3/ Koperasi Perikanan/ Koperasi lainnya Kant or Cabang Bank Pelaksana
Dinas Kelaut an dan PerikananKab. / Kot a
BANK PELAKSANA
Perj anj ian Kerj asama k o o rd in a si Kesepakat an Bersama
Dinas Kelaut an dan PerikananPropinsi KM kab. / kot a T P D p e n d a m p in g a n MASYARAKAT PESISIR
Gambar 1. Bagan Organisasi Pengelola Program PEMP Sumber : Direktorat PMP, 2006.
Masyarakat miskin diwilayah pesisir merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan kelompok masyarakat lainnya, hanya saja kondisi geografis dan keterisoliran mereka dengan tingkat kesulitan akses yang tinggi membuat masyarakat pesisir berbeda dengan kelompok masyarakat pada umumnya.
Wilayah pesisir sebenarnya memiliki sumberdaya yang tidak dimiliki masyarakat lainnya, seperti sumberdaya laut termasuk didalamnya pelabuhan laut dan kawasan wisata bahari. Hanya saja ketidakmampuan dalam mengoptimalkan potensi tersebut akibat dari minimnya kualitas sumberdaya, teknologi, akses permodalan, dan kelembagaan membuat mereka tidak bisa bangkit dari kemiskinan yang sudah mengakar tersebut.
Pelaksanaan Program PEMP dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan pemberdayaan. Pada prinsipnya, Kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi (pendapatan dan lapangan kerja) tetapi juga meliputi aspek sosial (agama, pendidikan, dan kesehatan), dan lingkungan dalam rangka pelestarian sumberdaya alam.
Menurut Humas Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (2008), Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan Program PEMP antara lain adalah sebagai berikut :
1. Acceptable. Pilihan kegiatan ekonomi (usaha) berdasarkan potensi sumberdaya, kelayakan usaha serta kebutuhan/keinginan dan kemampuan, sehingga memperoleh dukungan masyarakat.
2. Transparancy. Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka, diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut memantaunya.
3. Accountability. Pengelolaan kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
4. Responsiveness. Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk miskin.
5. Quick disbursement. Penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran secara cepat dan tepat.
6. Democracy. Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah.
7. Sustainability. Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara optimal dan berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal.
8. Equality. Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, agar semua merasakan manfaat langsung.
9. Competitiveness. Setiap ketentuan dalam pemanfaatan dana ekonomi produktif masyarakat diharapkan dapat mendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak.
Keberhasilan dalam peningkatkan pendapatan (ekonomi) dengan mengikuti program ini tentunya dipengaruhi oleh permodalan yang tersedia dan pengembangan kegiatan usaha serta kondisi pasar yang kondusif, disamping juga dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya Manusia yang melaksanakannya, sumberdaya alam (laut dan pesisir), dan teknologi yang tersedia.
Manfaat dalam bidang ekonomi yang diperoleh dalam pelaksanaan program PEMP ini dapat dilihat dari penggunaan perguliran dana untuk permodalan dalam melaksanakan usaha kegiatan ekonominya untuk
meningkatkan pendapatan. Sedangkan lebih jauh lagi, manfaat sosial budayanya dapat dilihat dari penggunaan pendapatan untuk peningkatan kualitas SDM keluarga (Pendidikan dan Kesehatan), manajemen keuangan keluarga (Menabung), dan pengembangan usaha lain serta kepedulian terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat perbedaan pendapatan (terjadi peningkatan) setelah mengikuti program PEMP.
2. Diduga terdapat perbedaan perilaku Sosial budaya dalam mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengaruh langsung Program PEMP Terhadap Pendapatan
(Ekonomi)
Pengaruh tak langsung
Program PEMP (Sosial budaya dan
Lingkungan) Analisis Pendapatan Uji Perbedaan (paired t-test) Pendapatan Masyarakat Pesisir Masyarakat Pesisir (existing condition) Karakterisktik Masyarakat Pesisir
• Lemah Akses Modal
• Lemah Akses Informasi
• Lemah Akses Pasar
• SDM Rendah • Teknologi Sederhana Kondisi • Sumberdaya alam • Sosial, • Ekonomi, • Politik, • Budaya, • Infrastruktur Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Penguatan Modal (Modal Bergulir) Peningkatan Kapasitas SDM Diversifikasi Usaha Pendampingan
IV. METODE PENELITIAN