• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Omzet Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kota Cimahi menembus Rp. 214 miliar. Hal ini selalu terjadi setiap tahunnya, bahkan angka tersebut akan terus meningkat mengingat masih besarnya potensi UMKM yang ada di Cimahi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi1 yang menyatakan bahwa jumlah potensi usaha mikro yang ada di Kota Cimahi saat ini tercatat sebanyak 4.485 UMKM dengan nilai omzet diperkirakan mencapai Rp 156 miliar dan 58 usaha kecil dengan omzet Rp 34 miliar. Adapun jenis komoditi usaha menengah yang diunggulkan yaitu sektor kuliner seperti makanan kecil. Pada 2011, omzet komoditas kuliner Cimahi sudah mencapai Rp 11 miliar.2 Selain omzet yang terus bertambah setiap tahun, jumlah UMKM yang ada di Kota Cimahi pun mengalami penambahan sebesar 10 persen dari total UMKM 4.461 yang ada saat ini.

Untuk memacu pertumbuhan UMKM tersebut, Pemerintah Kota Cimahi telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,2 miliar untuk tahun 2014. Dana sebesar itu nantinya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas para pelaku UMKM.

1 Tatang Turhendi, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi 2014

2

Pada tanggal 25 April 2012 bertempat di Aula Pemkot Cimahi, sebanyak 75 pedagang kecil dan warung eceran di Kota Cimahi diarahkan untuk mengikuti pelatihan pengelolaan warung bagi usaha mikro kecil (UMK) yang diselenggarakan oleh Alfamart bekerjasama dengan Diskopindagtan dan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO) serta Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Kota Cimahi.

Sebagaimana disampaikan oleh Goverment Relation Manager Alfamart Regional Jabar Bapak Parnomo Adi bahwa pelatihan tersebut merupakan salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) Alfamart sebagai bentuk perhatian terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Bapak Parnomo Adi menyatakan bahwa :

…Program seperti ini sudah dilakukan diberbagai kota di Jabodetabek dan

sejumlah kota/kabupaten di berbagai provinsi. Namun untuk Kota Cimahi, ini memang baru pertama kalinya. Pelatihan sengaja kami selenggarakan untuk memberipencerahan sekaligus wawasan tata cara dan pengetahuan

bagaimana mengelola bisnis retail secara sederhana…

Berdasarkan wawancara dengan salah seorang peserta pelatihan yang bernama Neni Anggraeni, mengatakan bahwa :

…dengan pelatihan ini ia memperoleh wawasan serta pengetahuan pengelolaan bisnis warung kelontong miliknya di kawasan Cibogo Permai.

…Pelatihan ini sangat bermanfaat, sebab selain bisa memperoleh ilmu dagang, ternyata saya juga bisa memperoleh tambahan ilmu bagaimana bisa meningkatkan omzet…..

UMKM sangat mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional karena banyak menyerap tenaga kerja yang otomatis mengurangi pengangguran di Kota Cimahi. Menjamurnya UMKM yang ada di Kota Cimahi membuat persaingan diantara UMKM menjadi semakin ketat sehingga memunculkan peningkatan kualitas dari tiap-tiap UMKM. Hal ini

63

menjadi landasan dan kekuatan perekonomian di Kota Cimahi. Jumlah UMKM yang berada di Kota Cimahi bagian selatan sampai dengan tahun 2009 sebanyak 174 UMKM dengan 172 bergerak di Usaha Mikro dan 2 bergerak di Usaha Kecil. 75 dari 174 jumlah UMKM adalah UMKM unggulan Kota Cimahi dengan 32 UMKM di bidang kerajinan, 19 UMKM di bidang pakaian, 18 UMKM di bidang olahan makanan ringan, 8 UMKM di bidang olahan makanan basah, 5 UMKM di bidang olahan minuman dan 3 UMKM di bidang batik.

Untuk menentukan usaha mikro, kecil atau menengah maka diperlukan kriteria agar dapat mempermudah dalam proses pengajuan syarat, kiteria-kriteria UMKM yang harus memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Sementara itu, kriteria usaha kecil harus memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria usaha menengah harus memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,-

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan informasi di atas, maka dalam pencapaian visi dan misi Kota Cimahi periode tahun 2007-2012 khususnya dalam meningkatkan sarana perekonomian dan lapangan kerja serta meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha, maka Pemerintah Kota Cimahi melakukan berbagai upaya dalam berbagai bentuk program, yaitu :

Pertama, penyediaan anggaran di APBD. Pemerintah Kota Cimahi menyediakan Rp 500 juta untuk UMKM. Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Koperasi Industri Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) menyediakan anggaran Rp 500 juta dari APBD Kota Cimahi untuk berbagai kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), terutama untuk kegiatan pelatihan dan pameran.

Informasi ini diperoleh dari pernyataan Kepala Dinas Diskopindagtan Kota Cimahi, pada acara Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Lapangan UMKM di Baros Information Technology and Creative Centre (BITC). Pelatihan tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Cimahi meembekali ilmu untuk mengantisipasi rencana pemerintah pusat menaikkan harga bahan bakar minyak yang akan mulai berlaku sebentar lagi.

Pemerintah Kota Cimahi membentuk petugas lapangan sebanyak 10 orang di setiap kelurahan yang bertugas menampung permasalahan dan aspirasi para pelaku UMKM agar dapat difasilitasi Pemerintah Kota Cimahi. Mereka juga bertugas mendata perkembangan jumlah pelaku UMKM di wilayah kelurahan masing-masing.

65

Kedua, bantuan sertifikasi halal. Hal ini sudah diberikan kepada pengusaha mikro, kecil dan menengah Kota Cimahi, sebanyak 26 pengusaha mendapat bantuan sertifikasi halal dan bantuan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) yang diserahkan Dinas KUKM Jawa Barat.

Pemberian bantuan tersebut dalam rangka pemberdayaan sekaligus melindungi UMKM dari praktik penjiplakan. Penyerahan bantuan sertifikasi halal dan pendaftaran HAKI tersebut, diserahkan Dinas KUKM Jawa Barat pada acara yang dilaksanakan oleh Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Jawa Barat.

UMKM di Kota Cimahi, baik yang sudah memiliki sertifikasi halal maupun yang terdaftar HAKI, relatif masih sedikit. Untuk jumlah UMKM yang mempunyai sertifikat halal di Kota Cimahi, saat ini baru sekitar 10-20 persen dari total UMKM, khususnya untuk kategori UMKM olahan makanan. Sedangkan untuk HAKI, totalnya ada 7, yakni desain batik produk Cimahi yang sudah terdaftar HAKI. Namun demikian, hingga saat ini Pemerintah Kota Cimahi masih menunggu kepastian data mengenai jumlah UMKM di Kota Cimahi yang mempunyai sertifikasi tersebut.

Hal tersebut terkait dengan adanya kemungkinan, pelaku usaha UMKM yang mendaftarkan sertifikasi halal secara mandiri, namun belum melaporkan kepada Pemkot Cimahi. Berdasarkan hal tersebut, pihaknya saat ini masih melakukan pendataan untuk mengetahui jumlah UMKM di Kota Cimahi yang sudah memperoleh sertifikasi halal dan terdaftar HAKI.

Bantuan Pemerintah Kota Cimahi untuk membantu UMKM, baik untuk memperoleh sertifikasi halal maupun HAKI, turut juga dilakukan, sehingga

UMKM yang dibantu sertifikasi halal oleh Pemkot Cimahi sudah sebanyak 22 UMKM yang merupakan usaha produk makanan olahan. Sementara itu, UMKM yang diberikan bantuan HAKI adalah UMKM pembuat Batik Cimahi sebanyak 4 UMKM.

Ketiga, workshop pengelolaan website pemasaran. Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Website Pemasaran untuk memberikan pelatihan praktis kepada para pengusaha di Kota Cimahi dalam memanfaatkan internet dalam operasional pemasarannya. Dengan memanfaatkan internet, diharapkan bahwa UMKM akan mengefisiensikan dan mengefektifkan segala sumber daya / biaya pemasaran, serta mendongkrak omzet para pelaku usaha/pengusaha.

Pelatihan ini dilaksanakan di 2 (dua) tempat yang berbeda, untuk acara pembukaan serta materi umum dilaksanakan di Ruang Basic Science , P4TK BMTI. Sedangkan untuk teknis workshopnya dilaksanakan di Ruang LSynch Laboratorium, Telkom Learning Center. Alasan melaksanakan workshop di PT. Telkom adalah untuk mengoptimalkan jaringan internet. Narasumber yang diundang dalam kegiatan tersebut, adalah para narasumber yang dipandang kompeten dalam bidang bisnis online, antara lain :

1. Anne Ahira, CEO dari www.asianbrain.com Anne Ahira adalah seorang pengusaha yang sudah sukses mengenalkan bisnis online kepada masyarakat Indonesia. Anne Ahira juga pernah diundang sebagai pembicara di APEC tentang materi yang sama.

67

2. Fikri Fatulloh, salah seorang expert dalam pemanfaatan Social Media seperti Facebook, Twitter, Twislert, Youtube Fikri Fatulloh juga merupakan salah satu praktisi di www.yukbisnis.com

3. Edwin Maidhanie, pemilik dari Maika Etnik yang telah dipandang berhasil dalam mengelola www.maika-etnik.com dalam menggerakkan omsetnya.

4. Widodo, pemilik dari Mukena Fathiya, yang juga merupakan Ketua FK. PEL dan juga pengusaha online yang telah berhasil mendongkrak omsetnya.

5. Relawan IT Jawa Barat- Praktisi IT PT. Telkom Indonesia

Selain mendapatkan materi mengenai IT/Internet/Sosial media, para peserta juga mendapatkan materi tentang manajemen keuangan serta desain grafis sederhana. Untuk meningkatkan capaian serta manfaat dari kegiatan tersebut, Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi melibatkan para komunitas pengusaha di Kota Cimahi untuk penyeleksian peserta sehingga peserta yang mengikuti kegiatan ini, minimal sudah bisa mengoperasionalkan computer sehingga penyampaian materinya tidak terlalu sulit bagi para narasumber. Adapun komunitas yang dilibatkan adalah Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Cimahi, Forum Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal, Komunitas Wirausaha Muda Kota Cimahi, Ikatan Entrepreneur Cimahi, Asosiasi Pasar Tani, Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Daerah Kota Cimahi.

Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi juga selain memfasilitasi dalam kegiatan

Workshop, juga memberikan fasilitasi berupa Modem Wifi dengan tujuan agar materi yang diperoleh dalam proses workshop ini dapat terus dipraktekkan dalam kehidupan bisnis sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta, beberapa forum komunitas sepakat untuk melanjutkan pembelajaran tentang bisnis online dengan mengadakan pertemuan-pertemuan rutin untuk mempraktekan bersama apa yang telah didapat pada pelatihan tersebut. Diantaranya adalah kegiatan Pengajian IT yang diselenggarakan oleh Forum Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal (FK-PEL) Kota Cimahi. Adapun hasil dari kegiatan ini, para peserta sudah memiliki blog masing-masing serta memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan social media untuk mencari calon pembeli dan melakukan usaha promosi.

Langkah Pemerintah Kota Cimahi memberikan fasilitasi workshop untuk melakukan usaha pemasaran di dunia maya merupakan salah satu langkah untuk juga mengenalkan Kota Cimahi secara luas di dunia maya. Kepala Kandatel Lembang yang membawai wilayah Bandung Barat dan Kota Cimahi PT. Telkom Indonesia, menyatakan bahwa Kota Cimahi memiliki ikatan batin yang kuat dengan para pelaku usaha / masyarakatnya sehingga rasa tanggung jawab bersama untuk membangun Kota Cimahi semakin kental dan semakin kuat. PT Telkom Indonesia juga menyambut baik dengan adanya Workshop pengelolaan Website Pemasaran ini, para pelaku usaha di Kota Cimahi dapat secara aktif memanfaatkan Plasa Telkom Cimahi untuk berkonsultasi tentang apa-apa yang menjadi kesulitan dalam melaksanakan bisnis online. Para pemateri pun yang berasal dari Relawan TIK Jawa Barat, bersedia menjawab secara online / off line pertanyaan para peserta Workshop Pengelolaan Website Pemasaran.

69

Keempat, pemberian sertifikasi halal. Berdasarkan informasi dari Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertanian per tanggal 4 September 2013 untuk Kota Cimahi ada 37 kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Cimahi mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi yang mengatakan bahwa saat ini tengah fokus menggenjot agar pelaku UKM semuanya mendapatkan sertifikat halal. Melalui sertifikat ini, akan menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat muslim untuk lebih nyaman dalam mengkonsumsi sehingga produk terbeli lebih banyak karena meraih kepercayaan konsumen. UKM yang diprioritaskan mendapatkan sertifikat ini adalah mereka yang telah mendapatkan PIRT (surat izin usaha industri rumah tangga) dari Dinas Kesehatan.

Untuk mendapatkan sertifikat tersebut pelaku UKM tidak dikenakan biaya alias gratis. Oleh karena itu, Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertanian akan berusaha mengajukan sebanyak-banyaknya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebetulnya Kota Cimahi hanya dapat kuota 9 UKM, namun selanjutnya mendapatkan tambahan lagi 25 UKM. Dikarenakan banyak Daerah yang tidak penuhi kuota, jadi Cimahi memasukkan sebanyak-banyaknya.

Kelima, bantuan proses pengemasan produk. Di sebuah toko makanan di Kota Cimahi, Jawa Barat ada makanan ringan Comring (comro kering) terbungkus dengan dus cantik berwarna kuning kemerahan. Di belakang dus ukuran 10 x 25 centimeter, tertulis izin Depkes – MUI yang menyatakan makanan itu sehat dan halal produksi Mustika Sari dengan huruf tebal hitam cukup

profesional. Sepintas makanan kecil berkomposisi singkong, cabe, bawang, gula, garam dan ketumbar itu seperti produk industri besar.

Makanan ringan yang terbungkus rapi lengkap dengan ukuran beratnya itu, ternyata buatan ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di gang sempit, Jl Leuwi Gajah 128 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi. Begitu juga Sumpia, makanan renyah dan gurih berbahan baku udang kering yang terbungkus dengan dus warna kuning dan merah jambu. Produsennya tertulis ChanTika Dewi beralamat di Jl Raya Cilember Cigugur Tengah Kota Cimahi. Ternyata, pabriknya terletak di gang sempit Tunggal Bakti 5/7 RT 04 RW 06 yang tempat penggorengannya bersatu dengan teras rumah berukuran 5 X 7 meter.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dalam mengelola makanan ringan jenis comring tersebut, informan hampir 11 (sebelas) tahun lamanya memproduksi. Sambil membungkus comring yang sudah digoreng, comring-comring itu diletakkan di sebuah wadah di atas kursi panjang tengah rumah yang bersatu dengan dapur. Comro sendiri adalah makanan tradisional Sunda yang berarti oncom dijero (di dalam). Sebelum digoreng, oncom diletakkan di dalam parutan singkong yang dibentuk bulat-bulat. Selanjutnya informan menyatakan bahwa :

Dalam pembuatan comring, Bu Enok bertugas membuat adonan dari singkong parutan dan membumbuinya. Setelah siap goreng, lalu disebarkan ke 5 kelompok ibu-ibu tetangganya yang masing-masing kelompok beranggotakan 3 ibu rumah tangga. Setelah comring matang, disetorkan kembali ke Bu Enok untuk dibungkus dan diberi label. Dari hasil penggorengan itu tiap anggota memperoleh penghasilan rata-rata Rp 30.000 per hari. Lumayan untuk meringankan beban suami yang menjadi mitra Bu Enok. Dengan pola itu selain menyebarkan usaha dan menambah penghasilan rumah tangga, juga menyebarkan usaha.

71

Hal yang sama juga dilakukan oleh informan lainnya yaitu ibu Ai Tarmini dengan 10-15 ibu-ibu tetangganya. Selain di Cimahi dan Bandung, Ai juga menjual makanan tradisonal itu ke Jakarta dan rest area di Jalan Tol Cikampek dan Cipularang, yang bersangkutan menyatakan bahwa :

“Kami juga membantu menjualkan comring dan beberapa makanan ringan

hasil ibu-ibu lainnya di Cimahi yang menggeluti sumpia sejak 2005 lalu. Merk dari hasil kerajinan tangan sudah memperoleh hak cipta dari Dephukham. Di kartu nama juga tercantum alamat lengkap website dan email.

Gambar 4.1

Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Cimahi COMRING

Penjelasan :

Makanan ringan “Comring” yang terbungkus rapi lengkap dengan ukuran

berat buatan ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di gang sempit, Jl Leuwi Gajah Blk 128 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi.

Ibu-ibu rumah tangga itu merupakan dua di antara 30 pelaku usaha menengah kecil mikro (UMKM) yang menerima bantuan stimulan kemasan dari Rumah Desain Kemasan Kota Cimahi atau RDKC. RDKC adalah unit pelaksana

teknis di bawah Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan, dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi yang bertugas melayani kebutuhan UMKM melalui berbagai konsultasi, yaitu memberikan informasi detail proses desain dan aliran proses pembuatan bungkus produk sampai pencetakan dan konsultasi detail desain kemasan baik grafis atau struktur bagi produk yang dihasilkan UMKM dengan harapan setiap pembungkusan/pengemasan yang dikeluarkan mempunyai karakteristik dan memberi dampak lebih besar terhadap usaha mereka dan bukan semata mampu mengikuti tren. Konsultasi pengembangan pemasaran produk-produk UMKM setelah mendapatkan kemasan baru melalui akses pasar yang dijalin oleh tim RDKC ataupun informasi-informasi potensi pasar untuk produk-produk tersebut.

Selain itu, RDKC memberikan konsultasi manajemen baik produksi, keuangan maupun pemasaran dan distribusinya dimana bagi UMKM yang telah mapan agar dapat melakukan kegiatan produksinya dengan nuansa pemberdayaan, yaitu melibatkan masyarakat sekitar agar ikut dalam kegiatan usaha tersebut dan produksinya ditampung dan dipasarkan melalui akses pasar yang telah berjalan serta menawarkan kerja sama dalam pengemasan produk melalui fasilitasi mesin-mesin kemasan yang dimiliki oleh RDKC.

Setelah itu, konsultasi tentang perizinan yang menjadi persyaratan sebuah produk, khususnya produk olahan makanan serta konsultasi persyaratan-persyaratan kemasan untuk dapat masuk dalam beberapa segmen pasar. Tiap tahun APBD Cimahi menganggarkan belanja langsung untuk UMKM ini sekitar Rp 5 miliar, namun khusus untuk RDKC, dialokasikan dana Rp 300-500 juta per tahun.

73

Pengembangan UMKM didasari oleh kenyataan bahwa warga Cimahi tingkat daya belinya masih di bawah rata-rata Jawa Barat. Padahal derajat kesehatan dan pendidikan sudah di atas rata-rata Jabar. Karakteristik Kota Cimahi ini adalah industri, namun sejak krisis ekonomi berlangsung sudah 58 industri berhenti. Dengan komposisi tenaga kerja 60 persen dari luar dan 40 persen dari Kota Cimahi, hal itu berpengaruh terhadap pendapatan warga. Akibatnya di daerah kantung-kantung di dekat industri penghasilan warga terbatas. Malah penghasilan mereka banyak yang kurang dari upah minimum kota.

Dari kenyataan itu Pemkot lalu mencari formulasi untuk mengembangkan UMKM, yaitu :

Pertama, memfasilitasi program maklun yakni mengupahkan pengerjaan barang kepada pihak lain. Misalnya industri komponen kendaraan yang memaklunkan suku cadangnya kepada UMKM. Ini terjadi di industri otomotif, misalnya karet-karet penahan benturan antarbesi dengan besi. Kedua, garmen yang sekarang ini pasarnya masih bisa diandalkan. Ketiga, adalah kuliner yang terutama diarahkan untuk kemampuan meningkatkan kualitas higienis produk hingga memasarkannya.

Pemerintah Kota Cimahi lalu menyediakan Sekolah Jumat yang dikelola oleh ibu-ibu PKK. Di sini para pelaku UMKM dilatih cara memproduksi, menggoreng, hingga membungkus makanan sehat. Misalnya para pembuat roti terutama yang biasa dijajakan ke anak-anak sekolah, kami bina betul terutama kesehatan makanannya. Hingga kini sudah 86 pengusaha UMKM bidang kuliner dibimbing mulai dari pembungkusan hingga pemasaran. Untuk mendukung

tenaga ahli, disediakan jurusan Tataboga pada SMK III Cimahi. Di SMK ini terdapat tempat pelatihan yang cukup mumpuni bagi para pelaku UMKM.

Cimahi yang letaknya diapit oleh Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat memiliki tiga kecamatan dan 15 kelurahan, 307 rukun kampung/warga dan 1.675 rukun tetangga (RT) berpenduduk 522.731 jiwa (2007). Melihat fakta itu, program pembangunan harus langsung diarahkan kepada peningkatan peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis keluarga. Di tiap-tiap RT yang memiliki potensi usaha dibuat proyek perintis lalu dibina oleh RDKC.

RDKC kemudian melakukan advokasi dan pelatihan sehingga pelaku ekonomi di tingkat akar rumput itu memiliki kemampuan berusaha. Bagi yang sudah berusaha didorong agar meningkatkan kemampuannya, misalnya bidang pemasaran. Bagaimana produk-produk hasil kerajinan rakyat itu bisa dipasarkan lebih baik, maka pembungkusan atau pengemasannya harus menarik. RDKC juga diarahkan menjadi badan usaha milik daerah (BUMD). Pelaku UMKM yang sudah menerima stimulan kemasan, seterusnya berlangganan bungkus/kemasan bagi produknya yang desainnya dibuat di RDKC.

Namun kenyataannya RDKC belum mampu menampung semua pelaku UMKM yang berada di masyarakat. Sehingga, pada 18 Maret 20133 Dinas memperpanjang Kontrak Petugas Pendamping UMKM. Petugas Pendamping UMKM direkrut pada tahun 2008 dengan tujuan untuk membantu kinerja dinas dalam mencari pelaku usaha yang tersebar di wilayah Kota Cimahi. Petugas

3 Dalam www.cimahikota.go.id dan wawancara dengan salahsatu petugas pendamping di wilayah Kelurahan Utama Cimahi Selatan tanggal 7 Oktober 2014

75

pendamping UMKM ini dipilih langsung dari masyarakat yang berada pada wilayah binaannya. Adapun tugas pokok dan fungsinya adalah :

1. Melaksanakan pendataan lapangan ke Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang bergerak di Bidang Kerajinan, Tekstil Produk Tekstil, Makanan, dan Minuman di wilayah kerja masing-masing lalu mencantumkannya kepada Formulir Pendataan

2. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan kepada pengelola Usaha Mikro Produksi, Usaha Kecil Produksi dan Usaha Menengah Produksi 3. Mengeinventarisasi permasalahan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha

Menengah di wilayah masing-masing

4. Menyetorkan segala data yang terinventarisasi kepada pihak pertama Kepada Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi yang sebelumnya telah dikoordinasikan dengan pihak kelurahan wilayah kerja masing-masing untuk mencapai sinergi data dan pembinaan antara Pemerintah Kota dan Pihak Kelurahan. Demi menjaga validitas dari data yang diperoleh, pada tahun 2014 ke depan, Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi menugaskan staf untuk melakukan verifikasi melalui telefon atau dengan mengunjungi langsung pelaku usaha yang sudah didata sebelumnya. Bagi Masyarakat Kota Cimahi yang melakukan usaha, dan ingin mengikuti berbagai Program/Kegiatan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan

Dokumen terkait