• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

V. PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DKI JAKARTA 5.1 Program Penangulangan Kemiskinan Yang Telah Dilakukan

5.1.2. Program penanggulangan kemiskinan Di Beberapa Negara

Kemiskinan menjadi masalah serius yang selalu dihadapi oleh banyak negara khususnya di negara-negara sedang bekermbang. Untuk mengatasi masalah kemiskinan maka negara- negara tersebut melakukan berbagai program pengurangan kemiskinan. Hasil nyata telah dirasakan di beberapa negara. Berdasarkan sumber Komisi Sosial Ekonomi untuk Asia Pasifik (ESCAP), insiden kemiskinan di negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Selatan mengalami penurunan yang cukup cepat. Negara yang dapat menurunkan angka kemiskinan dengan sangat luar biasa adalah Malaysia. Pada tahun 2003, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (satu dollar per hari) di Malaysia hanya 0,5 persen sama halnya dengan yang dicapai oleh Korea Selatan. Negara Asia Tenggara lainnya yang cukup berhasil menurunkan angka kemiskinan adalah Thailand, pada tahun 2003 persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan adalah 1,6 persen. Negara Asia Timur yang mengalami penurunan kemiskinan yang cukup drastis adalah Cina, dimana penduduk miskin berkurang sebanyak 88,7 persen selama kurun waktu 1978-2002. Menelaah program pengurangan kemiskinan di negara-negara tersebut sangat penting untuk memperbaikan program penanggulangan kemiskinan yang telah dan sedang dilaksanakan.

a. Malaysia

Malaysia adalah salah satu negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang luar biasa. Kejadian kemiskinan

menurun dengan tajam dari 52,4 persen pada tahun 1970 menjadi 5,5 persen pada tahun 2000. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengurangan angka kemiskinan ini merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun penelitian-penelitan lain menyatakan bahwa pengurangan kemiskinan ini bukan hanya hasil petumbuhan ekonomi yang tinggi semata tetapi juga ditunjang oleh usaha pemerintah yang menetapkan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama pembangunan dan menyusun suatu berbagai kebijakan dan program yang bertujuan untuk penghapusan kemiskinan (Abhayaratne, 2004).

Pemerintah Malaysia telah menyusun kebijakan pembangunan nasional untuk jangka panjang, menengah dan tahunan. Kebijakan tersebut diklafikasikan dalam tiga bagian yaitu New Economic Policies (NEP) periode 1970-1990, National Development Policy (NDP) periode 1991-2000, dan Vision 2020 untuk periode 2001-2020. Pengurangan kemiskinan menjadi tujuan utama dalam rencana pembangunan nasional sejak tahun 1970 bersamaan dengan dilaksanakannya NEP.

Dalam NEP, strategi penghapusan kemiskinan terdiri dari 3 komponen besar yaitu :

1) Meningkatkan pendapatan dan produktivitas pada pekerjaan yang berproduktivitas rendah melalui perluasan modal produktif dan penggunaan modal secara efisien. Hal ini dicapai dengan cara mengadopsi teknik modern, memperbaiki pemasaran dan kredit, keuangan dan bantuan teknis.

2) Memperbaiki standar hidup dari kelompok yang berpendapatan rendah dengan menyediakan pelayanan sosial secara gratis atau bersubsidi. Pelayanan meliputi perumahan, listrik, air, transportasi, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan fasilitas masyarakat.

3) Meningkat kesempatan pergerakan inter sektoral dari yang berproduktivitas rendah ke yang produktivitas tinggi.

Untuk menciptakan lapangan kerja maka dilakukan perluasan pada sektor industri modern. Di samping itu kesempatan untuk berkembang diberikan pada sektor-sektor yang berpotensi untuk menyerap tenaga kerja seperti industri skala kecil, konstruksi dan jasa. Penyelenggaraan pendidikan yang baik dan efisien merupakan salah satu strategi untuk penghapusan kemiskinan. Pendidikan

105

dipandang penting bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan karena dapat memberikan akses pada pekerjaan yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari strategi pengurangan kemiskinan pada periode NEP ini adalah penurunan angka kemiskinan dari 52,4 persen pada tahun 1970 menjadi 15 persen pada tahun 1990.

Dalam Abhayaratne (2004) dinyatakan bahwa selama periode NDP program anti kemiskinan dipusatkan pada inti kemiskinan. Program ini meliputi beberapa komponen yang dituju yaitu anak-anak, ibu, lanjut usia, dan KRT. Prioritas diberikan pada proyek yang menghasilkan pendapatan, penanaman nilai- nilai positif dan menyediaan bantuan kesejahateraan secara langsung. Proyek-proyek ini berkaitan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan penduduk miskin seperti peningkatan kemampuan bekerja, makanan tambahan bagi anak-anak, dan bantuan pendidikan.

Dapat dilihat bahwa pengurangan kemiskinan di Malaysia terkait pula dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mengurangi kemiskian. Pertumbuhan ekonomi di sektor modern telah memberikan kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih baik bagi masyarakat. Penghapusan kemiskinan telah diintegrasikan dengan berbagai kebijakan pembangunan nasional, pemerintah berupaya keras untuk melaksanakan berbagai program yang dapat mengurangi kemiskinan. Pemerintah Malaysia menekankan pada pembangunan sumberdaya manusia, karena akan memberikan jalan bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Program lain yang dilaksankan adalah peningkatan kualitas hidup penduduk miskin seperti penyediaan pelayanan publik, keindahan, dan infrastruktur.

b. Thailand

Berdasarkan laporan UNDP, kemiskinan di Thailand telah dapat diturunkan dari 27 persen pada tahun 1990 menjadi 9,8 persen pada tahun 2002. Keberhasilan Thailand dalam menurunkan tingkat kemiskinan ini tidak terlepas dari pembuatan kebijakan yang bagus, pemerintahan yang demokratis, ketekunan penduduk, investasi publik dalam pelayanan sosial, dan pertumbuhan ekonomi yang dipacu oleh tingkat ekspor yang tinggi, diversifikasi industri, pertanian, pertambangan dan penana man modal asing langsung.

Penurunan angka kemiskinan di Thailand telah melampaui target dari Millennium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan setengah angka kemiskinan pada tahun 1990 di tahun 2015. Target MDGs telah dicapai oleh Thailand beberapa tahun yang lalu. Negara ini mempunyai target baru untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi empat persen pada tahun 2009 (dikutip dari laporan UNDP, 2004).

Kondisi makroekonomi yang mapan dan program anti kemiskinan yang baik memberikan kontribusi pada penurunan angka kemiskinan. Program anti kemiskinan dibedakan menjadi dua bagian yaitu program-program yang ditargetkan (ditujukan untuk membantu penduduk miskin) dan program-program yang tidak ditargetkan (dengan tujuan pembangunan yang lebih luas) (Laporan Bank Dunia, 1996).

Laporan Bank Dunia (1996) menyebutkan bahwa beberapa contoh dari program-program pembangunan yang berdampak pada penduduk miskin adalah; Rural Job Creation Program (RJCP) dan Tambon Development Program (TDP). Program-program ini ditujukan untuk menyediakan infrastruktur di pedesaan dan penciptaan kesempatan kerja. Program lainnya yang terkait dengan kemiskinan adalah land reform yaitu mendistribusikan ulang lahan umum dan meningkatkan hak kepemilikan. Di samping itu juga diberikan cash transfer bagi wanita dan anak-anak.

Untuk program-program yang ditargetkan memiliki tiga jenis program yaitu:

1) cash transfer

yaitu pemberian uang secara langsung kepada keluarga-keluarga miskin yang membutuhkan. Setiap bulan diberikan 200 Bath bagi penduduk lanjut usia yang tidak mempunyai penyokong hidup. Selain itu juga tersedia dana bagi desa yang dikelola oleh komite kesejahteraan desa. Dana ini digunakan untuk membantu penduduk miskin di desa tersebut.

2) in kind transfer

jenis in kind transfer yang utama adalah pemberian kartu pendapatan rendah (LIC) bagi penduduk miskin. Kartu ini berguna untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. Sekitar 20 persen penduduk Thailand menerima

107

kartu ini, dan proporsi ini selalu tetap sejak program ini digulirkan pada tahun 1984. Jenis program in kind transfer lainnya adalah pemberian makan siang bagi murid yang berasal dari keluarga miskin pada tingkat Taman Kanak- Kanak dan Sekolah Dasar.

3) program peningkatan pendapatan

menyediakan pinjaman tanpa bunga bagi rumahtangga miskin sehingga mereka dapat berinvestasi pada kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatannya. Setiap bulan diberikan 280.000 Bath bagi setiap desa. Rumahtangga yang mempunyai pendapatan kurang dari 5.000 Bath per tahun dapat meminjam tanpa bunga.

Pemberian pinjaman bagi penduduk miskin dikelola oleh suatu badan di desa. Badan inilah yang menentukan penerima bantuan, penduduk miskin harus mengajukan proposal tentang usaha yang akan dilakukan dengan menggunakan pinjaman tersebut. Selain menyeleksi penerima bantuan, badan ini memantau pula penggunaan pinjaman tersebut sehingga pinjaman tetap digunakan untuk kegiatan produktif bukan konsumtif. Pengentasan kemiskinan melalui program peningkatan pendapatan ini, selain meningkatkan kualitas hidup penduduk miskin juga memperkuat kelembagaan desa serta memberdayakan organisasi lokal.

Salah satu keberhasilan dari program pengentasan kemiskinan di Thailand adalah adanya pemberdayaan pemerintahan lokal (seperti desa dan kecamatan) dengan membangun kapasitas mereka dalam meningkatkan penerimaan desa/kecamatan dan memutuskan bagaimana pemakaiannya. Pemerintah Thailand memberikan keleluasaan bagi pemerintahaan lokal untuk menyusun program pembangunan mereka sendiri, dan masyarakat telah menggunakan sumberdaya yang ada dengan bijak untuk mereka sendiri (Laporan Kemiskinan UNDP, 2000).

Partisipasi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan juga diungkapkan oleh penelitian Poapongsakorn et al (2001). Hasil penelitian menyatakan bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi masyarakat berperan dalam penyusunan rencana pembangunan. Organisasi berbasis komunitas dan organisasi masyarakat adalah organisasi akar rumput yang berasal dari dua sumber. Pertama adalah organisasi yang didirikan dan dipimpin oleh tokoh informal setempat yang

mencoba untuk memecahkan permasalahan dasar di lingkungan mereka. Organisasi jenis ini memandang kemiskinan sebagai gejala dari kurangnya kearifan, dan juga mereka menegaskan bahwa program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan me lalui pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan seseorang, koordinasi antar desa dan kepercayaan diri, serta penggunaan sumberdaya secara bijak. Jenis lainnya dari organisasai berbasis komunitas atau organisasi masyarakat ini adalah organisasi yang melihat permasalahan mereka sebagai bagian dari permasalahan struktural yang lebih besar seperti ketidakseimbangan kekuasaan dan distribusi yang tidak merata.

c. Cina

Bank Dunia menyatakan bahwa program penurunan kemiskinan di Cina dapat dijadikan contoh untuk program yang sama di negara-negara lainnya, karena Cina telah dapat menurunkan jumlah penduduk miskin dari 250 juta jiwa pada tahun 1978 menjadi 29,27 juta jiwa pada tahun 20012. Penduduk miskin di Cina sebagian besar tinggal di perdesaan. Hu et al (2003) menyatakan bahwa penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis ini disebabkan beberapa alasan yaitu :

(1). Pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan menjadi dasar dari pengurangan kemiskinan

Rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun di Cina selama periode 1978- 2002 mencapai 8,1 persen. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini telah dapat meningkatkan PDB per kapita Cina hanya memerlukan 8,6 tahun untuk melipatgandakan PDB per kapita jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan Inggris yang memerlukan 56 tahun. Pertumbuhan pendaptan bersih dari petani di Cina selama periode yang sama adalah 7,2 persen dan hal ini yang menjadi penyebab menurunnya jumlah penduduk miskin di Cina secara drastis.

(2). Perpindahan besar-besaran tenaga kerja di pedesaan ke industri non pertanian

Tenaga kerja di pedesaan banyak yang bekerja di perusahaan-perusahaan. Jumlahnya meningkat dari 28,3 juta pada tahun 1978 menjadi 130,9 juta pada tahun 2001.

109

(3). Percepatan urbanisasi

Telah terjadi pergeseran penduduk dari penduduk pertanian menjadi penduduk non pertanian, mereka ini adalah penduduk desa yang bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Upah yang diperoleh dari non pertanian menjadi sumber yang penting bagi pendapatan petani. Raio upah yang diterima terhadap total pendapatan rumahtangga telah meningkat menjadi 30,4 persen pada tahun 2001 dari 13,2 persen pada tahun 1985. Petani telah mendapat keuntungan dari adanya urbanisasi dan industri non pertanian.

(4). Penerapan kebijakan orientasi ekspor yang terbuka.

Peningkatan ekspor barang-barang yang diproduksi oleh industri padat karya berperan besar dalam memperluas kesempatan kerja dan penururnan kemiskinan. Upaya Pemerintah Cina menarik investasi luar negri dan berperan dalam ekonomi global menunjang pula pada penurunan kemiskinan.

(5). Perbaikan Sumberdaya manusia

Setelah reformasi, tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat telah meningkat. Sumberdaya manusia berperan penting dalam meningkatkan standar hidup masyarakat dan pengurangan kemiskinan. Lama sekolah di Cina telah mengalami peningkatan dan disertai pula dengan penurunan angka buta huruf. Angka harapan hidup mengalami peningkatan pula dari 67,77 tahun pada tahun 1985 menjadi 71,40 tahun pada tahun 2000.

(6). Adopsi aksi anti kemiskinan oleh pemerintah

Pemerintah Cina telah berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan sehingga rencana dan tujuan pengurangan kemiskinan dicantumkan dalam rencana ekonomi nasional. Salah satu kebijakan ekonomi di bidang pertanian adalah dengan meningkatkan harga produk pertanian secara bertahap.

5.2. Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Terkait Dengan Faktor-