• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Penentuan Fungsi Sebaran dan Penduganya Untuk Waktu Tunggu Kejadian Kedua dengan Pangkat 0

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 7. Program Penentuan Fungsi Sebaran dan Penduganya Untuk Waktu Tunggu Kejadian Kedua dengan Pangkat 0

Fzduga=function(tau,n,z) { maxlambda=exp(1) ntau=floor(n/tau) EN=tau*ntau*maxlambda PAP=rpois(1,EN) realisasi=runif(PAP,0,tau*ntau) lambda=exp(sin((2*pi*realisasi)/tau))

P=lambda/maxlambda P[P<=0]=0.000001 P[P>=1]=0.999999 hold=rbinom(PAP,1,P)==1 s=realisasi[hold] aduga=(1+0.25)*(length(s)/((tau*ntau)^(1+0.25))) sum1=0 for(i in 1:ntau) { x=s[s>i*tau-(tau/2)&s< i*tau+(tau/2)] sum1=sum1+(length(x)*(1/(tau*i^(0.25)))) } tetaduga=((1-0.25)/(ntau^(1-0.25)))*sum1-((1-0.25)*aduga*(tau^0.25)*(ntau^0.25)) zr=z-(tau*floor(z/tau)) sum2=0 for(j in 1:ntau) { y=s[s>j*tau&s<j*tau+zr] sum2=sum2+(length(y)*(1/(j^0.25))) } Lzr=((1-0.25)/(ntau^(1-0.25)))*sum2-((1-0.25)*aduga*zr*((tau*ntau)^0.25)) Lz=(tau*floor(z/tau)*tetaduga)+Lzr+(((aduga)/(1+0.25))*(z^(1+0.25))) Fzduga=1-exp(-Lz)*(1+Lz) return(Fzduga) } Fz=function(tau,n,z) { int=function(s){exp(sin((2*pi*s)/tau))/tau} teta=integrate(int,-(tau/2),(tau/2)) zr=z-(tau*floor(z/tau)) int2=function(s){exp(sin((2*pi*s)/tau))} Lzr=integrate(int2,0,zr) Lz=(teta[[1]]*tau*floor(z/tau))+Lzr[[1]]+(0.05/(1+0.25))*(z^(1+0.25)) Fz=1-exp(-Lz)*(1+Lz) return(Fz) } fung=function(tau,n) { z=seq(0,10,0.05) FungsiSebaran=seq(1:length(z)) analitik=seq(1:length(z)) for(k in 1:length(z)) { FungsiSebaran[k]=Fzduga(tau,n,z[k]) analitik[k]=Fz(tau,n,z[k]) } plot(z,FungsiSebaran,"l") lines(z,analitik) return(FungsiSebaran) }

Lampiran 8. Program Penentuan Fungsi Sebaran dan Penduganya Untuk Waktu Tunggu Kejadian Pertama dengan Pangkat 0.75

Fzduga=function(tau,n,z) { maxlambda=exp(1) ntau=floor(n/tau) EN=tau*ntau*maxlambda PAP=rpois(1,EN) realisasi=runif(PAP,0,tau*ntau) lambda=exp(sin((2*pi*realisasi)/tau)) P=lambda/maxlambda P[P<=0]=0.000001 P[P>=1]=0.999999 hold=rbinom(PAP,1,P)==1 s=realisasi[hold] aduga=(1+0.75)*(length(s)/((tau*ntau)^(1+0.75))) sum1=0 for(i in 1:ntau) { x=s[s>i*tau-(tau/2)&s< i*tau+(tau/2)] sum1=sum1+(length(x)*(1/(tau*i^(0.75)))) } tetaduga=((1-0.75)/(ntau^(1-0.75)))*sum1-((1-0.75)*aduga*(tau^0.75)*(ntau^0.75)) zr=z-(tau*floor(z/tau)) sum2=0 for(j in 1:ntau) { y=s[s>j*tau&s<j*tau+zr] sum2=sum2+(length(y)*(1/(j^0.75))) } Lzr=((1-0.75)/(ntau^(1-0.75)))*sum2-((1-0.75)*aduga*zr*((tau*ntau)^0.75)) Lz=(tau*floor(z/tau)*tetaduga)+Lzr+(((aduga)/(1+0.75))*(z^(1+0.75))) Fzduga=1-exp(-Lz) return(Fzduga) } Fz=function(tau,n,z) { int=function(s){exp(sin((2*pi*s)/tau))/tau} teta=integrate(int,-(tau/2),(tau/2)) zr=z-(tau*floor(z/tau)) int2=function(s){exp(sin((2*pi*s)/tau))} Lzr=integrate(int2,0,zr) Lz=(teta[[1]]*tau*floor(z/tau))+Lzr[[1]]+(0.05/(1+0.75))*(z^(1+0.75)) Fz=1-exp(-Lz) return(Fz) } fung=function(tau,n) { z=seq(0,10,0.05) FungsiSebaran=seq(1:length(z))

analitik=seq(1:length(z)) for(k in 1:length(z)) { FungsiSebaran[k]=Fzduga(tau,n,z[k]) analitik[k]=Fz(tau,n,z[k]) } plot(z,FungsiSebaran,"l") lines(z,analitik) return(FungsiSebaran) }

Lampiran 9. Program Penentuan Fungsi Sebaran dan Penduganya Untuk Waktu Tunggu Kejadian Pertama dengan Pangkat 0.75

Fzduga=function(tau,n,z) { maxlambda=exp(1) ntau=floor(n/tau) EN=tau*ntau*maxlambda PAP=rpois(1,EN) realisasi=runif(PAP,0,tau*ntau) lambda=exp(sin((2*pi*realisasi)/tau)) P=lambda/maxlambda P[P<=0]=0.000001 P[P>=1]=0.999999 hold=rbinom(PAP,1,P)==1 s=realisasi[hold] aduga=(1+0.75)*(length(s)/((tau*ntau)^(1+0.75))) sum1=0 for(i in 1:ntau) { x=s[s>i*tau-(tau/2)&s< i*tau+(tau/2)] sum1=sum1+(length(x)*(1/(tau*i^(0.75)))) } tetaduga=((1-0.75)/(ntau^(1-0.75)))*sum1-((1-0.75)*aduga*(tau^0.75)*(ntau^0.75)) zr=z-(tau*floor(z/tau)) sum2=0 for(j in 1:ntau) { y=s[s>j*tau&s<j*tau+zr] sum2=sum2+(length(y)*(1/(j^0.75))) } Lzr=((1-0.75)/(ntau^(1-0.75)))*sum2-((1-0.75)*aduga*zr*((tau*ntau)^0.75)) Lz=(tau*floor(z/tau)*tetaduga)+Lzr+(((aduga)/(1+0.75))*(z^(1+0.75))) Fzduga=1-exp(-Lz)*(1+Lz) return(Fzduga) }

Fz=function(tau,n,z) { int=function(s){exp(sin((2*pi*s)/tau))/tau} teta=integrate(int,-(tau/2),(tau/2)) zr=z-(tau*floor(z/tau)) int2=function(s){exp(sin((2*pi*s)/tau))} Lzr=integrate(int2,0,zr) Lz=(teta[[1]]*tau*floor(z/tau))+Lzr[[1]]+(0.05/(1+0.75))*(z^(1+0.75)) Fz=1-exp(-Lz)*(1+Lz) return(Fz) } fung=function(tau,n) { z=seq(0,10,0.05) FungsiSebaran=seq(1:length(z)) analitik=seq(1:length(z)) for(k in 1:length(z)) { FungsiSebaran[k]=Fzduga(tau,n,z[k]) analitik[k]=Fz(tau,n,z[k]) } plot(z,FungsiSebaran,"l") lines(z,analitik) return(FungsiSebaran) }

Function and the Density of Waiting Time of a Periodic Poisson Process with Power Function Trend. Supervised by I WAYAN MANGKU and RETNO BUDIARTI.

This thesis is concerned with estimation of distribution and density functions of waiting time of a periodic Poisson process with power function trend. The intensity function is assumed to consist of two components, namely, a periodic component and a power function trend component. It is also assumed that the Poisson process is observed in interval . Let denotes the waiting time of -th event since the beginning of observation of the Poisson process discussed. Estimators of the distribution function and the density function of have been constructed and their consistency as the length of observation interval of the process goes to infinity have been proved. Finally some numerical results are also presented.

Keywords : periodic Poisson process, power function trend, distribution and density function of waiting time.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Terdapat banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan suatu proses stokastik. Misalnya, proses kedatangan pelanggan pada suatu antrian di pusat servis, banyaknya orang yang menggunakan suatu line telepon, banyaknya orang yang memerlukan penanganan kesehatan pada rumah sakit dan banyaknya kendaraan yang melewati suatu ruas jalan raya akan berbeda untuk setiap waktu tertentu. Fenomena tersebut dapat dimodelkan dengan suatu proses stokastik, yaitu model yang menggunakan aturan-aturan peluang untuk menggambarkan perilaku suatu sistem yang tidak diketahui dengan pasti di periode waktu yang akan datang.

Proses stokastik dibedakan menjadi dua, yaitu proses stokastik dengan waktu diskret dan proses stokastik dengan waktu kontinu. Salah satu bentuk khusus dari proses stokastik dengan waktu kontinu adalah proses Poisson dengan fungsi intensitas berupa fungsi periodik. Proses tersebut antara lain dapat digunakan untuk memodelkan suatu proses kedatangan pasien yang memerlukan pelayanan kesehatan segera setelah terjadi suatu bencana, kecelakaan, dan lain sebagainya dengan periode satu hari, atau memodelkan fenomena-fenomena serupa. Jika laju kedatangan pasien tersebut meningkat berdasarkan suatu fungsi pangkat terhadap waktu maka model yang lebih tepat untuk digunakan adalah proses Poisson periodik dengan suatu komponen tren berbentuk fungsi pangkat.

Berdasarkan alasan sebelumnya, model fungsi intensitas untuk kasus ini dapat dirumuskan sebagai berikut

diasumsikan bahwa periode diketahui, tetapi koefisien dan fungsi pada titik tidak diketahui, dengan adalah suatu fungsi periodik, dan adalah komponen tren dengan . Kajian ini dibatasi hanya untuk kasus

Pendugaan terhadap fungsi sebaran dan fungsi kepekatan dari waktu tunggu bermanfaat dalam peramalan perilaku sistem atau fenomena. Pasien yang datang pada suatu rumah sakit harus mendapatkan pelayanan sesegera mungkin, hal ini mengindikasikan seberapa jauh kesiagaan tim medis dalam mengambil tindakan dan merekapun perlu mempertimbangkan kapan waktu berikutnya peristiwa serupa terulang kembali. Berdasarkan contoh fenomena tersebut, pada tulisan ini dikaji penduga-penduga konsisten dari fungsi sebaran waktu tunggu dan fungsi kepekatan waktu tunggu dari proses Poisson periodik dengan tren fungsi pangkat.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk :

1. Merumuskan penduga dari fungsi sebaran waktu tunggu proses Poisson periodik dengan komponen tren berbentuk fungsi pangkat dan membuktikan kekonsistenannya.

2. Merumuskan penduga dari fungsi kepekatan waktu tunggu proses Poisson periodik dengan komponen tren berbentuk fungsi pangkat dan membuktikan kekonsistenannya.

3. Melakukan simulasi komputer untuk mempelajari perilaku penduga fungsi sebaran bagi waktu tunggu kejadian pertama dan kejadian kedua untuk ukuran sampel terbatas, serta mempelajari pola dugaan fungsi sebaran waktu tunggu untuk pangkat 0,25 dan pangkat 0,75.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Poisson Periodik Definisi 2.1 (Proses stokastik)

Proses stokastik adalah suatu himpunan dari peubah acak yang memetakan suatu ruang contoh ke suatu ruang state .

(Ross, 1996) Jika merupakan himpunan tercacah, maka suatu proses stokastik disebut proses stokastik dengan waktu diskret, sedangkan disebut proses stokastik dengan waktu kontinu jika merupakan suatu interval.

Definisi 2.2 (Inkremen bebas)

Suatu proses stokastik dengan waktu kontinu disebut memiliki

inkremen bebas jika untuk semua , peubah acak

adalah bebas.

(Ross, 1996) Diartikan pula, suatu proses stokastik dengan waktu kontinu disebut memiliki inkremen bebas jika proses berubahnya nilai pada interval waktu yang tidak tumpang tindih (overlaping) adalah bebas.

Definisi 2.3 (Inkremen stasioner)

Suatu proses stokastik dengan waktu kontinu disebut memiliki inkremen stasioner jika memiliki sebaran yang sama untuk semua nilai .

(Ross, 1996)

Definisi 2.4 (Proses pencacahan)

Suatu proses stokastik disebut proses pencacahan jika menyatakan banyaknya kejadian yang telah terjadi sampai waktu .

Suatu proses pencacahan harus memenuhi syarat-syarat berikut :

(i) untuk semua

(ii) Nilai adalah integer. (iii) Jika maka

(iv) Untuk maka sama dengan banyaknya kejadian yang

terjadi pada interval .

(Ross, 1996)

Definisi 2.5 (Proses Poisson)

Suatu proses pencacahan disebut proses Poisson dengan laju , , jika dipenuhi tiga syarat berikut :

(i)

(ii) Proses tersebut memiliki inkremen bebas.

(iii) Banyaknya kejadian pada sebarang interval waktu dengan panjang , memiliki sebaran Poisson dengan nilai harapan .

Jadi untuk semua

(Ross, 1996)

Definisi 2.6 (Fungsi periodik) Suatu fungsi disebut periodik jika :

untuk semua dan Konstanta terkecil yang memenuhi persamaan di atas disebut periode dari fungsi tersebut.

(Browder, 1996) Definisi 2.7 (Proses Poisson periodik)

Proses Poisson periodik adalah suatu proses Poisson tak homogen yang fungsi intensitasnya adalah fungsi periodik.

2.2 Pendugaan Fungsi Intenitas Proses Poisson Periodik

Fungsi intensitas suatu proses Poisson periodik merupakan laju dari proses Poisson tersebut. Fungsi intensitas terbagi atas dua, yaitu fungsi intensitas lokal dan fungsi intensitas global. Fungsi intensitas lokal merupakan laju dari proses Poisson dititik tertentu, sedangkan fungsi intensitas global merupakan rata-rata laju dari proses Poisson pada interval dengan panjang menuju tak hingga.

Pendekatan yang digunakan pada pendugaan fungsi intensitas lokal dari suatu proses Poisson di titik adalah dengan menaksir nilai rata-rata dari banyaknya kejadian di sekitar titik . Secara matematis, misalkan

dan menyatakan banyaknya kejadian yang terjadi pada maka

fungsi intensitas lokal di titik dapat didekati dengan .

Sedangkan pendekatan yang digunakan pada pendugaan fungsi intensitas global dari suatu proses Poisson adalah dengan menaksir nilai rata-rata dari banyaknya kejadian dalam interval . Secara matematis, penduga bagi fungsi intensitas

global pada dapat dinyatakan dengan .

Pada proses Poisson periodik, terdapat beberapa metode nonparametrik untuk menduga fungsi intensitas pada suatu titik yang diberikan, diantaranya adalah metode penduga tipe kernel dan metode penduga titik terdekat (nearest

neighbor estimation). Dua metode tersebut telah digunakan untuk menduga secara

konsisten fungsi intensitas lokal dengan periode (diketahui) (Helmers dan Mangku 2000). Selain itu, pendugaan fungsi intensitas lokal menggunakan metode titik terdekat serta pembuktian kekonsistenan lemah dan kuat dari penduga yang telah dikaji pada Mangku (1999). Ada metode lain, yaitu dengan meniru bentuk umum metode maximum likelihood untuk menduga laju proses Poisson homogen yang dapat diterapkan untuk menduga laju proses Poisson homogen yang dapat diterapkan untuk menduga fungsi intensitas global pada Poisson periodik (Helmers dan Mangku 2000).

Fungsi intensitas proses Poisson telah digunakan pada pemodelan laju tumpahan minyak di Laut Utara Belanda (Helmers 1995). Secara komputasi, telah

dirumuskan suatu algoritma untuk menduga fungsi intensitas suatu proses Poisson dengan tren eksponensial kuadratik dan periodik (Helmers dan Zitikis 1999).

Pendugaan fungsi intensitas ini dapat dibedakan berdasarkan periodenya, yaitu jika periodenya tidak diketahui dan jika periodenya diketahui. Untuk periode yang tidak diketahui, pendugaan fungsi intensitas lebih rumit dibandingkan proses dengan periodenya diketahui. Meskipun demikian kekonsistenan penduga tipe kernel dari fungsi intensitas suatu proses Poisson periodik untuk kasus periode tidak diketahui telah dikaji pada Helmers et al. (2003). Untuk periode yang diketahui telah dilakukan kajian perumusan penduga tipe kernel serta pembuktian dari kekonvergenan lemah dan kuat dari penduga yang diperoleh (Mangku 2006a) dan pembuktian kenormalan asimtotik dari penduga yang diperoleh (Mangku 2006b).

Pemodelan suatu fenomena dengan proses Poisson periodik berkembang dengan menyertakan suatu komponen tren linear (Helmers dan Mangku 2009), maupun menggunakan periode ganda dalam fungsi intensitasnya (Helmers et al. 2007). Adapun pendugaan untuk fungsi intensitas globalnya telah dilakukan pada Mangku (2005).

Selain itu, pendugaan fungsi intensitas suatu proses Poisson periodik yang menyertakan suatu komponen tren berbentuk fungsi pangkat telah dilakukan kajiannya. Tentang kekonsistenan dari penduga yang diperoleh dengan menggunakan fungsi kernel seragam telah dikaji pada Rahayu (2008), sifat-sifat statistik penduga yang diperoleh dengan menggunakan fungsi kernel seragam telah dikaji pada Rachmawati (2008), pendugaan fungsi intensitas global dari komponen periodiknya telah dikaji pada Yuliawati (2008), serta sifat-sifat statistik penduga yang diperoleh dengan menggunakan fungsi kernel umum telah dikaji pada Farida (2008), dan pendugaan fungsi intensitas dengan dua kasus, yaitu tren fungsi pangkat dengan kemiringan dari tren yang diketahui dan tidak diketahui, selain itu telah dikaji kekonvergenan sebaran asimtotik bagi fungsi periodik untuk dua kasus tersebut pada Rachmawati (2010).

2.3 Penduga Konsisten dari Fungsi Sebaran dan Fungsi Kepekatan Waktu Tunggu dari Proses Poisson Periodik dengan Tren Linear.

Diasumsikan fungsi intensitas dari suatu proses Poisson nonhomogen yang diamati pada interval terbatas adalah terintegralkan lokal. Dirumuskan fungsi sebaran dan fungsi kepekatan waktu tunggu, serta penduga dari fungsi-fungsi tersebut. Untuk suatu bilangan bulat positif diperoleh bahwa penduga fungsi sebaran waktu tunggu konvergen dalam peluang terhadap fungsi sebaran waktu tunggunya, dan diperoleh juga bahwa penduga fungsi kepekatan waktu tunggu konvergen dalam peluang terhadap fungsi kepekatan waktu tunggunya, asalkan interval yang diamati merupakan titik Lebesgue dari fungsi intensitas, seperti yang telah dikaji pada Mangku (2010).

BAB 3

REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN

GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK

DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval

dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi diasumsikan terintegralkan lokal dan terdiri dari dua komponen, yaitu suatu komponen periodik (siklik) dengan periode (diketahui) dan suatu komponen tren yang berupa fungsi pangkat. Dengan kata lain untuk sebarang titik , fungsi intensitas

dapat dituliskan sebagai berikut :

dengan adalah fungsi periodik dengan periode , menyatakan kemiringan tren dimana dan (diketahui) merupakan bilangan nyata sebarang dimana

. Kita tidak mengasumsikan suatu bentuk parametrik dari kecuali bahwa adalah fungsi periodik, sehingga untuk semua titik dan seluruh , dengan adalah himpunan bilangan bulat, dapat dituliskan sebagai berikut

3.1 Pendugaan Fungsi Intensitas Lokal dari Proses Poisson dengan Tren Fungsi Pangkat

Berdasarkan Rachmawati (2010), misalkan untuk suatu , hanya terdapat sebuah realisasi dari proses Poisson yang terdefinisi pada suatu ruang peluang dengan fungsi intensitas seperti pada yang diamati pada interval terbatas . Karena adalah fungsi periodik dengan periode , maka masalah menduga pada titik dengan dapat direduksi menjadi masalah menduga pada titik dengan .

Diasumsikan fungsi intensitas global bagi merupakan nilai rata-rata dari

pada yaitu .

Misalkan adalah barisan bilangan nyata positif yang konvergen ke nol, yaitu

untuk dan misalkan pula adalah suatu fungsi bernilai real, disebut kernel, jika memenuhi sifat-sifat berikut :

(K.1) merupakan fungsi kepekatan peluang. (K.2) terbatas.

(K.3) memiliki daerah definisi pada .

3.1.1 Pendugaan

Berdasarkan modifikasi penduga pada Rachmawati (2010), diperoleh penduga untuk seperti berikut :

untuk .

Untuk mendapatkan penduga , cukup diperlihatkan bahwa

Karena memenuhi , maka ruas kanan persamaan di atas dapat ditulis

Perhatikan suku pertama , dengan menggunakan asumsi adalah fungsi

adalah . Langkah berikutnya, mengga nti

dengan padanan stokastiknya yaitu maka diperoleh

Jika kedua ruas dikalikan dengan diperoleh

sehingga

Perhatikan bahwa konvergen ke 0 jika dan , sehingga

. Persamaan di atas dapat dituliskan sebagai

maka diperoleh penduga dari , yaitu seperti pada .

Lema 3.1

Misalkan fungsi intensitas seperti dan terintegralkan lokal, maka

untuk , dengan Dengan kata lain, merupakan

penduga yang konsisten bagi , dengan Mean Square Error-nya adalah

untuk .

Bukti :

untuk . Ruas kanan adalah

Karena fungsi intensitas seperti , maka

untuk

Perhatikan bahwa konvergen ke 0 jika dan .

Sehingga . Persamaan diatas dapat dituliskan sebagai

untuk

Dengan mensubstitusikan ke , diperoleh seperti pada . Ragam dari diperoleh dengan cara serupa, yaitu :

Karena adalah proses Poisson, maka sehingga persamaan di atas dapat ditulis

Karena fungsi intensitas seperti , maka

untuk

Perhatikan bahwa konvergen ke 0 jika , dan . Sehingga

untuk

Dengan mensubstitusikan pada , maka diperoleh seperti pada .

Didefinisikan berikut :

dimana .

Berikutnya, substitusikan dan pada , maka diperoleh

untuk

Langkah selanjutnya, dengan menjumlahkan dan menyederhanakan hasil

pada maka diperoleh seperti pada .

Telah dibuktikan dan , sehingga Lema 3.1 terbukti.

Teorema 3.1 (Kekonsistenan )

untuk . Bukti :

Untuk membuktikan , berdasarkan definisi akan ditunjukkan bahwa

untuk . Berdasarkan ketaksamaan segitiga, diperoleh

Berdasarkan Lema 3.1 diperoleh , berarti , ada sehingga

Sehingga . Jadi untuk membuktikan

bahwa , digunakan ketaksamaan Chebychev, sehingga

diperoleh

Berdasarkan Lema 3.1, diperoleh untuk sehingga diperoleh . Berdasarkan langkah-langka h di atas, Teorema 3.1 terbukti.

3.1.2 Pendugaan

Berdasarkan Farida (2008) dan Rachmawati (2010), diperoleh modifikasi penduga dari pada titik sebagai berikut :

dengan , , adalah suatu kernel dan adalah barisan

bilangan nyata positif yang konvergen menuju nol, yaitu untuk , serta adalah penduga bagi seperti .

Lema 3.2

Jika fungsi intensitas seperti dan terintegralkan lokal, serta kernel memenuhi kondisi (K.1), (K.2), (K.3) dan untuk , maka

untuk , asalkan adalah titik Lebesgue dari . Jika kernel memenuhi

kondisi (K.1), (K.2), (K.3), dan , untuk , maka

untuk .

Bukti :

Berdasarkan , dapat dihitung sebagai berikut :

Dari dapat dimisalkan

maka dapat dinyatakan sebagai

Suku pertama pada ruas kanan diperoleh sebagai berikut

untuk

(Lihat Farida 2008 & Rachmawati 2010).

Dengan menggunakan pada persamaan di atas, maka diperoleh

untuk . Dengan mensubstitusikan dan pada , maka

diperoleh persamaan seperti .

Ragam dari diperoleh dengan menggunakan sehingga

Dengan memisalkan seperti maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi

untuk (Lihat Farida 2008 & Rachmawati 2010). Nilai suku kedua dari ruas kanan dapat ditentukan sebagai berikut

Dengan menggunakan pada persamaan di atas, maka diperoleh

untuk . Dari dan , dengan menggunakan ketaksamaan

untuk . Karena dan untuk maka untuk sehingga persamaan di atas dapat dituliskan menjadi

untuk . Kemudian, dengan mensubstitusikan hasil dan

pada maka diperoleh seperti pada .

Teorema 3.2 (Kekonsistenan )

Jika fungsi intensitas seperti dan terintegralkan lokal, serta kernel memenuhi kondisi (K.1), (K.2), (K.3), dan maka

untuk , asalkan adalah titik Lebesgue dari .

Bukti :

Untuk setiap berlaku

jika .

Menggunakan ketaksamaan segitiga, ruas kiri persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Berdasarkan , diperoleh

kemudian untuk setiap , ada sehingga

dengan menggunakan ketaksamaan Chebychev pada persamaan di atas, diperoleh

Menggunakan hasil pada , maka dapat dituliskan sebagai berikut

untuk . Melihat hubungan antara persamaan di atas dan , maka

terbukti bahwa jika .

Berdasarkan langkah-langka h di atas, Teorema 3.2 terbukti.

3.2 Pendugaan Fungsi Intensitas Global dari Proses Poisson dengan Tren Fungsi Pangkat

Fungsi intensitas global merupakan rata-rata laju dari proses Poisson pada interval dengan panjang menuju tak hingga. Pendekatan yang digunakan pada pendugaan fungsi intensitas global dari suatu proses Poisson adalah dengan menaksir nilai rata-rata dari banyaknya kejadian dalam interval . Secara matematis, penduga bagi fungsi intensitas global pada dapat dinyatakan

dengan .

Memodifikasi hasil pada Yuliawati (2008), kita asumsikan bahwa periode diketahui, tetapi fungsi pada tidak ketahui, didefinisikan penduga untuk

sebagai berikut

dengan adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan ,

yaitu dan seperti .

Teorema 3.3 (Kekonsistenan )

Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka

Bukti : Teorema 3.3 akan dibuktikan setelah bukti Teorema 3.4 dan Teorema 3.5.

Teorema 3.4 (Pendekatan Asimtotik untuk Bias dari )

Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka

untuk .

Bukti :

Pertama, akan dibuktikan sebagai nilai harapan dari yaitu

Perhatikan, suku pertama pada ruas kanan , yaitu

dengan perubahan batas integral, maka persamaan diatas menjadi

Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka persamaan di atas dituliskan sebagai berikut

Berdasarkan , suku pertama ruas kanan menjadi

Diketahui bahwa

jika (Lihat Titchmarsh 1960).

Langkah selanjutnya, dengan mensubstitusikan pada , maka diperoleh

jika

Perhatikan salah satu komponen berikut,

jika Dengan mensubstitusikan pada , diperoleh

Selanjutnya, dengan menggabungkan dan , maka diperoleh ruas kanan pada seperti berikut :

jika

Berikutnya, perhatikan suku kedua ruas kanan yaitu

Dengan menggunakan maka kuantitas di atas menjadi

untuk .

Selanjutnya, dengan mensubstitusikan hasil yang diperoleh dari

dan ke , maka diperoleh seperti pada .

Bedasarkan langkah-langkah di atas, Teorema 3.4 terbukti.

Teorema 3.5 (Pendekatan Asimtotik untuk Ragam dari )

Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka

untuk

untuk

jika

Bukti :

Akan dibuktikan dan . Catatan, untuk setiap dimana

j,k = 1,2,…, maka dan tidak saling

tumpang tindih (tidak overlap). Sehingga dan

adalah bebas, untuk .

Telah didefinisikan penduga bagi yaitu pada sehingga dapat dihitung sebagai

dengan memisalkan

Perhatikan suku pertama ruas kanan dari Berdasarkan kuantitas

yang diperlukan, dapat dibedakan dalam tiga kasus, yaitu

dan .

Untuk kasus diperoleh

jika .

Untuk kasus diperoleh

Untuk kasus diperoleh

jika .

(Lihat Yuliawati, 2008).

Berikutnya untuk suku kedua ruas kanan sehingga dapat diperoleh sebagai berikut

Langkah berikutnya, dengan mensubstitusikan pada persamaan di atas, diperoleh persamaan berikut

untuk .

Selanjutnya, dengan menggunakan ketaksamaan Chaucy Schwarz pada suku ketiga ruas kanan diperoleh sebagai berikut

Berdasarkan kuantitas yang diperlukan, ekspresi di atas dapat dibedakan dalam

tiga kasus, yaitu dan .

untuk

Dengan kata lain, diperoleh untuk , sehingga ,

untuk .

untuk

Dengan kata lain, diperoleh untuk , sehingga ,

untuk .

Berdasarkan hasil yang tunjukkan pada langkah-langkah sebelumnya, diperoleh

, untuk .

Dengan cara yang sama dilakukan untuk kedua kasus berikutnya, yaitu

untuk kasus dan kasus . Diperoleh dan

, untuk , akibatnya dan ,

sehingga , untuk .

Dengan menggabungkan hasil yang diperoleh dari langkah-langkah di atas ke sehingga diperoleh yang dibedakan menjadi tiga kasus berikut, yaitu

Untuk kasus

untuk . Dengan kata lain diperoleh seperti pada .

untuk . Dengan kata lain diperoleh seperti pada .

Untuk kasus

untuk . Dengan kata lain diperoleh seperti pada . Berdasarkan langkah-langka h di atas, Teorema 3.5 terbukti.

Bukti Teorema 3.3 :

Berdasarkan diperoleh

atau dapat ditulis sebagai

jika

Sedangkan dari dan diperoleh

atau dapat ditulis juga sebagai jika

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa adalah penduga konsisten bagi , yaitu bahwa untuk setiap berlaku

jika . Ruas kiri persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut

Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga, maka menjadi

Berdasarkan , ada sehingga

untuk setiap .

Dengan mensubstitusikan ke , diperoleh

Kemudian dengan melihat hubungan antara dan diperoleh

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pertaksamaan di atas, dengan menggunakan pertaksamaan Chebyshev, diperoleh

Perhatikan, dengan menggunakan pada dapat ditunjukkan

hubungan bahwa jika .

BAB 4

KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN

FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES

POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

4.1 Perumusan Penduga

Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi diasumsikan terintegralkan lokal dan terdiri dari dua komponen, yaitu suatu komponen periodik (siklik) dengan periode (diketahui) dan suatu komponen tren yang berupa fungsi pangkat. Dengan kata lain untuk sebarang titik , fungsi intensitas dapat dituliskan sebagai berikut :

dengan adalah fungsi periodik dengan periode , menyatakan kemiringan tren dimana dan (diketahui) merupakan bilangan nyata sebarang dimana

. Kita tidak mengasumsikan suatu bentuk parametrik dari kecuali

Dokumen terkait