• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

III.2. REHABILITASI PADA GUILLAIN BARRE SYNDROME

III.2.2. PROGRAM REHABILITASI

Tujuan rehabilitasi ini adalah untuk memaksimalkan pemulihan fungsi neuromuskular dan kembali ke kehidupan pre-GBS. Rehabilitasi tidak segera memulihkan saraf; namun mengoptimalkan fungsi otot, tungkai dan tubuh secara umum seiring dengan pemulihan saraf. Langkah awal pada proses rehabilitasi adalah penilaian sistematis dari fungsi saraf dan otot

begitu pula latar belakang medis, sosial dan vocational. Informasi dasar ini membantu dokter

dan terapis untuk merancang program yang akan memungkinkan pasien untuk kembali ke gaya hidup sebelumnya. Sebagian besar pasien pada akhirnya akan mampu kembali ke kehidupan normalnya atau mendekati normal. Untuk pasien dengan pemulihan yang inkomplit, tujuannya adalah untuk mengadaptasikan gaya hidupnya dengan keterbatasan

fungsionalnya yang menetap.18

Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim profesional yang terkoordinasi. Bergantung pada kebutuhan pasien, tim tersebut dapat melibatkan seorang ahli saraf, ahli rehabilitasi medik, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, perawat, psikolog. Tim ini biasanya mengadakan konferensi mingguan untuk menilai status pasien, menentukan kemajuan, dan merencanakan rencana lebih lanjut . Uraian berikut ini menggambarkan ringkasan dari suatu program rehabilitasi tipikal. Perawatan oleh ahli fisioterapi dan okupasi dapat tumpang tindih.

Program fisioterapi (physical therapy / PT) pada umumnya berkonsentrasi pada suatu latihan

untuk mengupayakan pasien mampu berjalan sendiri. Program occupational therapy (OT)

akan berkonsentrasi pada mengajar pasien bagaimana untuk menggunakan kekuatan yang

mereka dapatkan kembali untuk aktivitas sehari-hari dan pekerjaan. 18

III.2.2.2. Perawatan Awal di Unit Rehabilitasi

Begitu masuk unit rehabilitasi, beberapa langkah akan dilakukan. Seorang perawat akan melakukan suatu evaluasi awal, mencakup tinjauan ulang pengobatan dan dosis, memperoleh informasi penting tentang alergi obat dan kebiasaan makan dan melakukan suatu pemeriksaan fisik dasar. Dokter yang bertanggung jawab terhadap program ini adalah ahli rehabilitasi medis. Dokter ini akan meninjau ulang riwayat medis pasien dan akan melakukan

suatu pemeriksaan medis umum dan neuromuscular fungsional menyeluruh. Evaluasi tentang

gaya hidup pasien sebelum sakit juga akan dinilai sebagai panduan untuk pengaturan program rehabilitasi. Status medis dan kehidupan pasien sebelum sakit dan sekarang akan

membantu dokter menentukan keperluan berbagai terapi (misalnya OT, PT). 18

Guillain Barre Syndrome adalah penyakit monofasik pada sebagian besar pasien; yang artinya begitu pemulihan dimulai, akan terus berlanjut tanpa perburukan berikutnya. Penyebab paling sering dari kemunduran pada program rehabilitasi adalah rasa lelah yang ekstrim akibat latihan yang berlebihan atau perburukan non spesifik sebagai akibat infeksi saluran kemih atau pneumonia, atau bekuan darah (emboli paru). Sangat jarang, terjadi relaps GBS yang sebenarnya, terutama jika pasien ditransfer ke unit rehabilitasi terlalu awal pada fase pemulihan. Perburukan akibat kerja berlebih jarang berlangsung selama lebih dari beberapa jam; pasien akan kembali ke kondisi awal setelah periode istirahat. Perburukan akibat penyakit yang berbarengan, seperti infeksi atau emboli paru, akan berlangsung lebih lama, biasanya sampai kelainan yang mendasarinya dapat diidentifikasi dan ditangani secara efektif. Jika pasien dalam proses rehabilitasi mulai tampak memburuk, kemungkinan adanya penyakit lainnya harus menjadi pertimbangan pertama, sehingga perlu dilakukan penilaian

klinis ulang,tes darah dan urine,dan mungkin foto toraks. Jika tidak dijumpai penyakit yang

teridentifikasi dan perburukan tidak dapat hilang dengan periode istirahat dan penurunan aktivitas fisik, kemungkinan adanya relaps GBS harus dipertimbangkan. Untungnya, relaps yang sebenarnya jarang sama parahnya seperti penyakit awal, walaupun mungkin masih

berpengaruh terhadap kelemahan pasien. 18

III.2.2.3. Gambaran Umum Program Rehabilitasi

Bukti menunjukkan bahwa sekitar 40% pasien yang dan dirawat inap dengan GBS

membutuhkan rehabilitasi di rumah sakit. Sayangnya, belum ada studi tentang outcome

rehabilitasi jangka panjang dan penanganannya seringkali berdasarkan pengalaman dengan kondisi neurologis lainnya. Tujuan program terapi adalah mengurangi defisit fungsional, gangguan dan disabilitas akibat GBS. Pada awal fase akut, pasien mungkin tidak dapat

berpartsipasi penuh dalam program terapi aktif. Pada stadium ini, pasien dapat memperoleh

manfaat dari latihan range of motion (ROM) harian dan penempatan posisi yang tepat untuk

mencegah pemendekan otot dan kontraktur. Penguatan otot secara aktif dapat dimulai secara perlahan-lahan, dan mencakup latihan isometrik, isotonik, isokinetik atau resistif progresif. Keahlian mobilitas seperti pindah dari tempat tidur, transfer dan ambulasi adalah target berikutnya. Pasien harus dimonitor untuk instabilitas hemodinamik dan aritmia jantung, terutama setelah program rehabilitasi dimulai. Intensitas dari program latihan juga harus dimonitor, begitu pula latihan yang berlebihan pada otot, yang dapat menyebabkan

perburukan pada kelemahan. 2

Splinting pergelangan kaki dan tangan dan penempatan posisi yang tepat membantu menghindari ruam pada kulit, kontraktur dan nyeri. Latihan ROM dan latihan resistesnsi ringan dapat dilakukan kecuali jika latihan ini memperburuk parestesi atau memicu nyeri

setelah latihan.14 Latihan awal, bahkan pada fase akut, dapat mencakup program penguatan

yang melibatkan isometrik, isotonik, isokinetik, manual-resistif dan latihan resistif progresif

yang bergantung keadaan klinis pasien.4 Ahli OT harus dilibatkan di awal program

rehabilitasi untuk menguatkan tubuh bagian atas, ROM, dan aktivitas untuk mendukung kemampuan merawat diri secara fungsional. Baik strategi restoratif dan kompensatori dapat

digunakan untuk mempercepat perbaikan fungsional.2

III.2.2.4. Fisioterapi dan Terapi Okupasi

Seperti yang diuraikan di atas, ahli fisioterapi dan terapi okupasi memegang peranan penting dalam proses rehabilitasi. Umumnya, penekanan awal dalam rehabilitasi adalah mendapatkan kembali mobilitas, awalnya di tempat tidur, kemudian di kursi roda, dan akhirnya berdiri dan berjalan. Pada GBS, kekuatan ekstremitas atas biasanya kembali sebelum kekuatan ekstremitas bawah.Oleh sebab itu, pada tahap awal proses rehabilitasi, ahli terapi okupasi mulai dengan melatih pasien untuk menggunakan lengan dan tangan, untuk memperoleh kembali kemandirian dalam aktivitas harian, seperti kebersihan, berpakaian, makan dan mandi. Ahli fisioterapi dapat memulai program dengan latihan untuk mempertahankan tonus dan menguatkan ekstremitas bawah, yang akhirnya memungkinkan pasien untuk berjalan. Evaluasi PT dan OT awal biasanya melibatkan penilaian mobilitas sendi, kekuatan kerja berbagai kelompok otot (misalnya mengangkat lengan, menggerakkan

kaki melawan tahanan) dan pergerakan tubuh atau mobilitas dengan berbagai posisi. 18

Dalam dokumen Rehabilitasi Pada Guillain Barre Syndrome (Halaman 32-34)

Dokumen terkait