• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Nama : Widiastuti Furbani

NRP : P054030031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota

Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir. Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan, arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S, penguji Luar Komisi Ir. SutisnaRiyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP.

Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si, Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian & Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar & Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.

Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat, S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya & Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja, Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi - Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya.

Bogor, September 2008

Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi.

Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan - KMP.

DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Permasalahan ... 4 Tujuan dan Manfaat ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ………... 5 Pengertian Komunikasi ... 5 Komunikasi Massa ... 5 Komunikasi Interpersonal ... 7 Perilaku Komunikasi ... 8 Konfirmasi ... 8 Terpaan (Exposure) Media Informasi ... 11

Image Daerah Tujuan Wisata ... 12 Peranan Agen Perjalanan ... 13 Komponen dalam Kegiatan Pariwisata

Batasan Ruang Lingkup Wisatawan ... 13 Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata ... 14 Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata ... 15 Pengertian Komunikasi Pemasaran ... 15 Bauran dalam Komunikasi Pemasaran... 16 Model Perilaku Pengambilan Keputusan... 17 Faktor Demografi dan Psikografi ... 20 KERANGKA PEMIKIRAN ... 23 Hipotesis ... 27 Definisi Operasional... 28

METODOLOGI PENELITIAN ... 33 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33 Metode Penelitian ... 34 Metode Pengambilan Sampel ... 34 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34 Pengumpulan Data ... 35 Analisis Data ... 35 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37 Letak Geografis dan Obyek Wisata ... 37 Karakteristik Personal Wisatawan ... 40 Perilaku Komunikasi Wisatawan ... 43 Tahap Pencarian Informasi Awal ... 44 Tahap Konfirmasi ... 53 Keputusan Dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ... 62 Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam ... 62 Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Budaya ... 65

Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 76 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 77 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 79 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 81 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Pencarian Informasi

Awal Terhadap Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ... 83 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Konfirmasi dengan

Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ... 86 KESIMPULAN ... 90 Kesimpulan ... 90 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA ... 91

Halaman 1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal ... 41 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap

Pencarian Informasi Awal ... 44 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap

Pencarian Informasi Awal ... 46 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan

pada Tahap Pencarian Informasi Awal ... 47 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana

Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal ... 50 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan

dalam Informasi Awal ... 52 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi

Wisatawan pada Tahap Konfirmasi ... 54 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi

pada Tahap Konfirmasi ... 55 9 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada

Tahap Konfirmasi... 57 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana

pada Tahap Konfirmasi ... 59 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang

Keamanan dalam Tahap Konfirmasi... 61 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam

Memilih Obyek Wisata Alam... 63 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada

Masing-masing Obyek Wisata Alam... 64 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih

Obyek Wisata Budaya ... 66 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih

Masing-masing Obyek Wisata Budaya ... 67 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau

Lombok ... 70 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal

dan Alokasi Waktu yang Digunakan ... 71 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu

pada Obyek Wisata ... 72 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 74 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 76 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 78 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... .. 79 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 81 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi

Halaman 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata ... 17 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel ... 19 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku

Halaman

1 Lokasi Penelitian ... 94 2 Obyek Wisata Alam Pendakian Gunung Rinjani ... 95 3 Lokasi Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat ... 96 4 Kuesioner ... 97 5 Validitas dan Reliabilitas Instrument ... 101

Latar Belakang

Pada abad 21 ini, komunikasi dan industri wisata sudah berkembang pesat yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini mengakibatkan terjadinya proses pembentukan tatanan dunia baru yang merupakan integrasi dari kehidupan multisektoral. Ibrahim (1999) melihat tatanan baru ini sebagai sesuatu yang ditandai dengan adanya arus investasi, industri, informasi, dan gerakan individualisme konsumen. Individualisme konsumen merupakan pemenuhan kebutuhan untuk diri pribadi pada sektor barang dan jasa. Sumarwan (2004) melihatnya sebagai elemen krusial dalam pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Bagi daerah tujuan wisata hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan dan jasa bagi kebutuhan para wisatawan. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Semuanya mengalir melalui jaringan telekomunikasi, transportasi, dan turisme.

Saat ini komunikasi sudah berkembang menjadi industri dan telah mampu membentuk lembaga industri komunikasi seperti media massa, jasa komunikasi atau manajemen komunikasi, periklanan, public relation, ataupun lahirnya lembaga-lembaga penelitian dalam bidang komunikasi dan media. Perubahan dalam teknologi komunikasi diakui juga oleh Rakhmat (2001) yang mengutip pendapat dari Frederick Williams bahwa teknologi komunikasi mampu mengubah pola kehidupan santai kita, transportasi, kesehatan, politik, pendidikan, dan seluruh tatanan sosial.

Kemudahan dalam mengakses informasi ini berdampak pada lahirnya pemikiran baru dimana informasi dijadikan pertimbangan ketika akan mengambil suatu keputusan. Informasi tersebut berhubungan dengan perkembangan yang terjadi di belahan dunia lain, hiburan, dan tidak kalah pentingnya adalah informasi mengenai daerah tujuan wisata. Saat ini pertumbuhan tingkat kunjungan wisata dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Menurut Orams (1999) pertumbuhan perjalanan wisata saat ini dapat disusun sebagai satu agenda industri terbesar didunia. Perjalanan wisata tersebut didorong oleh meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia terutama pada negara- negara industri maju, seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, maupun negara-negara Asia lainnya (Wahab, 2003).

Seiring meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia, negara- negara maju mempunyai Undang-undang resmi yang khusus mengatur masa liburan dan diberlakukan pada seluruh instansi pemerintah dan swasta, seperti Amerika Serikat yang mempunyai masa liburan penting pada perayaan

Thanksgiving dan Natal. Selain Amerika Serikat ada juga perbedaan jumlah masa liburan di negara-negara maju lainnya, seperti negara Australia dan Belanda yang mempunyai masa libur selama 20 hari setiap tahun, Perancis mempunyai masa libur 25 hari setiap tahun, dan Cina menetapkan 10 hari masa libur setiap tahunnya (Hall dan Cooper, 2008).

Adanya masa libur yang tetap dan tingginya minat wisatawan asing berlibur keberbagai negara, menjadikan Pemerintah Indonesia lebih serius mengembangkan pariwisata dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Langkah dari keseriusan pemerintah Indonesia dapat dilihat dengan dicanangkannya program Visit Indonesia 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik. Pemerintah mengajak seluruh provinsi yang mempunyai potensi wisata untuk lebih aktif mengembangkan sektor pariwisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang potensi wisatanya tidak kalah menarik dengan provinsi lainnya di Indonesia. Dilihat dari peta tujuan wisata Indonesia, Provinsi NTB secara geografis mempunyai posisi yang cukup strategis karena berada di antara Pulau Bali, Tana Toraja, dan Pulau Komodo. Posisi strategis tersebut dinamakan ”segitiga emas” kawasan wisata.

Peranan media massa cetak maupun elektronik yang digunakan pemerintah Provinsi NTB sebagai sarana promosi obyek wisata diduga menyebabkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing yang cukup signifikan di Provinsi NTB. Berdasarkan statistik yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB jumlah kunjungan wisatawan asing tahun 2005 mencapai 128.768 (DIKPAR, 2005). Hal ini tidak lepas dari peran aktif pemerintah Provinsi NTB dan pelaku wisata lainnya dalam mempromosikan obyek wisata alam maupun budaya melalui media massa cetak dan elektronik.

Isi pesan mengenai informasi wisata umumnya bersifat persuasif karena bertujuan mengajak calon wisatawan untuk mengunjungi Provinsi NTB. Hal ini sejalan dengan pandangan Liston (2005) bahwa untuk kegiatan apapun yang bertujuan promosi, kriteria pesan haruslah tepat, dapat dipertanggungjawabkan, memiliki perbedaan, dan bersifat persuasif atau

mengajak. Selain itu isi pesan harus bersifat strategis artinya pesan mampu memberi motivasi ataupun inspirasi untuk meyakinkan khalayak bahwa apa yang diungkapkan adalah sebuah kebenaran.

Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian mengenai pariwisata dengan sudut pandang komunikasi. Penelitian mengenai pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan seperti melihat peranan sebuah kelompok, institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata.

Salah satu penelitian yang melihat peranan sebuah kelompok dalam pariwisata dilakukan oleh Ichwanudin pada tahun 1998 dengan judul ”Peserta kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi”. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik personal yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri dari mencari informasi dan menyebarkan informasi Sapta Pesona. Sedangkan variabel terikatnya yaitu adopsi inovasi yang terdiri dari pengetahuan, persepsi, dan penerepan unsur-unsur Sapta Pesona. Penelitian tersebut menyimpulkan 1) semua peubah perilaku komunikasi responden berhubungan nyata dengan tingkat pengetahuan, persepsi, dan penerapan masyarakat terhadap unsur-unsur program Sapta Pesona. 2) tingkat hubungan antar peubah karakteristik dan perilaku komunikasi bervariasi diantaranya (a) pendidikan sekolah, pendapatan dan jumlah tanggungan dalam keluarga berhubungan nyata dengan perilaku mencari informasi; (b) umur dan pendidikan formal maupun non formal berhubungan nyata dengan penyebarkan informasi.

Sedangkan penelitian lainnya mencoba mengevaluasi program promosi wisata melalui webside milik Departemen Pariwisata Seni dan Budaya dari tahun 1995 - 2001. Evaluasi pada penelitian tersebut hanya bersifat formatif yang lebih ditekankan pada proses dan mekanisme pengelolaan program serta output kegiatan yang dapat dicapai. Penelitian dilakukan oleh Astuty (2002) dengan judul ”Strategi Komunikasi Promosi Pemasaran Elektronik Pariwisata Indonesia”. Program yang dianalisa adalah program promosi pemasaran pariwisata Indonesia dalam rangka Penyelamatan Citra Pariwisata Indonesia dalam website

www.indonesia-tourisminfo.co.id.

Kesimpulan dari evaluasi program tersebut adalah (1) dilihat dari pembuatan website, telah dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan baik dalam proses dan mekanisme program maupun dalam hal out-put kegiatan yang

telah dilaksanakan. (2) dilihat dari tujuan program, untuk membangun citra positif pada masyarakat internasional sepenuhnya belum berhasil. (3) dilihat dari pengamatan terhadap penggunaan internet, diketahui adanya peningkatan dalam menggunakan internet oleh wisatawan maupun calon wisatawan.

Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan maka penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan sumber informasi beserta salurannya dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat peranan suatu lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji hubungan antara masing- masing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal di Pulau Lombok. Khusus mengenai karakteristik perilaku komunikasi dibagi menjadi dua yaitu pencarian informasi sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok.

Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana hubungan karakteristik personal wisatawan dengan keputusan memilih obyek wisata?

2. Bagaimana hubungan perilaku komunikasi wisatawan dengan keputusan memilih obyek wisata?

Tujuan

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan keputusan memilih obyek wisata.

2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi dengan keputusan wisatawan memilih obyek wisata.

Manfaat

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi NTB, khususnya seluruh kabupaten yang ada di Pulau Lombok untuk menggunakan media informasi yang tepat sebagai sarana promosi dan informasi daerah tujuan wisata sehingga hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komunikasi Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi mengacu pada penggunaan media komunikasi secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan kelompok, kerumunan atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis.

Selain itu McQuail menambahkan bahwa kata massa kadangkala digunakan untuk menyebutkan para konsumen di pasar massal atau sejumlah besar pemilih (khalayak pada pemberi suara). Kumpulan semacam itu seringkali ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk mengarahkan atau mengendalikan perilaku konsumen dan perilaku politik sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep massa mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan atau masyarakat massa (McQuail, 1987).

Shannon dan Weaver melihat komunikasi dalam arti yang sangat luas untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk mempengaruhi pikiran lain. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan (Shannon dan Weaver, diacu dalam Severin dan Tankard 2005).

Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut, who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa)? Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Lasswell 1948, diacudalam Effendy 1988).

Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau komunikasi organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987).

Sedangkan Ardianto dan Erdinaya (2004) melihat komunikasi interpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

Lebih jauh Ardianto dan Erdinaya melihat bentuk komunikasi lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal tetapi memiliki sifat interpersonal karena komunikannya sering kali hanya satu orang dan dikenal oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi ini tidak dapat dikategorikan ke dalam komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada komunikasi massa. Bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi medio (seperti telepon, teleks, faksimili, dan sejenisnya).

Kata medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah dan mempunyai karakteristik yang berada di antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Kategori komunikasi media dalam dunia periklanan adalah poster, spanduk, transit/panel bis, pameran, direct mail, kalender, display.

Oleh karena itu Severin dan Tankard (2005) mendefenisikan komunikasi massa secara lengkap sebagai berikut:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi selalu mempunyai dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindakan komunikasi. Dalam hubungan interpersonal yang melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi masing- masing individu (DeVito, 1997). Sedangkan Rakhmat (2001) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu

1. Percaya.

Dalam proses komunikasi, percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai tujuannya.

2. Adanya sikap suportif.

Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif ditandai dengan seseorang akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Seperti dari faktor personal ditandai dengan adanya ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan lainnya.

3. Adanya sikap terbuka.

Sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun saling menghargai.

Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers at al. (2003) bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada di antara pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke (2001) memaknai komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.

Dalam usahanya untuk membujuk, media dihadapkan pada suatu jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan pesannya. Artinya masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun yang didengar sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia dalam menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut

dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber menyebarluaskan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, diacu dalamMulyana 2001).

Sebelum pesan sampai pada penerima ada suatu proses yang dapat mendukung berhasilnya suatu informasi. Hybels dan Weafer memaknai komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, penampilan diri atau menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan (Hybels dan Weafer, diacu dalam Liliweri 2003).

Perilaku Komunikasi Konfirmasi

Dalam lingkup pariwisata, informasi memegang peranan sangat penting. Menurut Gunn (1994) istilah informasi berisikan tentang deskripsi mengenai peta, buku panduan wisata, rekaman gambar dalam format video, artikel majalah, narasi para pemandu wisata, dan brosur. Perpaduan antara informasi peta (lokasi wisata) dengan buku panduan wisata dapat membantu wisatawan menemukan kebutuhan informasi tentang perjalanan wisata apa yang ingin mereka saksikan dan kerjakan.

Dokumen terkait