KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik
Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek
Wisata: Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2008
WIDIASTUTI FURBANI. The Relationships between Personal Characteristics and Communication Behavior toward the Decisions in Selecting Tourism Objects (Study Case in Tourism Objects in Lombok Island West Nusa Tenggara Province). Under the supervision of SARWITITI S AGUNG and TOHA NURSALAM
A number of studies on tourism seen from the point of view of communication have been carried out in which they greatly focused on the roles of groups, institution or organization in tourism businesses. Therefore this research was focused more on the utilization of various types of sources of information in supporting the tourists’ decision in visiting tourism objects without considering the organizations, institutions, or groups in tourism businesses.
The independent variables used in this study included the personal characteristics of the tourists such as age, sex, hobby, income, and country of origin. The other variables included the communication behavior of the tourists at the stage of initial information search before they arrived in Lombok and the stage of confirmation after they were in the island. The variables of personal characteristics and communication behavior of the tourists were used to find out whether there was a relationship between the decisions in selecting the tourism objects of nature and culture and in determining their length of stay in Lombok.
The aims of the research were (1) to find out the relationship between the tourists’ personal characteristics and their decision in selecting the object tourism, and (2) to identify the relationship between the tourists’ communication behavior and their decisions in selecting the tourism objects.
The survey method was used in this research, and sample collection using the Convenience technique was carried out in the tourism areas in Lombok where seventy nine tourists were involved in this study. The primary data from the respondents were obtained through questionnaire and interview of those involved in hotel businesses and travel agencies. The secondary data were obtained from the tourism guide book of NTB Annual Figures at the Office Of Tourism NTB Province. The analysis was carried out by using Spearman Correlation.
The results of the research showed that the tourists’ personal characteristics and communication behavior were interrelated with their decisions in selecting the tourism objects. The characteristics included (1) the age of the tourists which was related with their length of stay; (2) the country of origin was related with their decisions in selecting their tourism objects. On the other hand, the tourists’ communication behavior related with their decision included (1) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects; (2) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects nature and culture in determining the length of stay.
WIDIASTUTI FURBANI. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG dan TOHA NURSALAM.
Penelitian dalam bidang pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengkaitkan peranan sebuah kelompok, institusi ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan berbagai macam sumber informasi dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata.
Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi karakteristik personal wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal sebelum tiba di pulau Lombok dan konfirmasi setelah berada di pulau Lombok. Variabel karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dalam memutuskan memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal di Pulau Lombok.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. (2) mengetahui hubungan perilaku komunikasi wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata.
Penelitian ini menggunakan metode survai dan pengambilan sampel dilakukan pada kawasan wisata di Pulau Lombok menggunakan tekhnik
convenience dengan sampel 79 orang wisatawan asing. Data primer diperoleh melalui kuesioner oleh responden dan wawancara informasi terhadap pihak perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Data sekunder diperoleh melalui buku pariwisata NTB Dalam Angka Tahun di Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata. Adapun karakteristik personal wisatawan tersebut adalah (1) Usia wisatawan berhubungan dengan keputusan menentukan masa tinggal. (2) Asal negara wisatawan berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. Sedangkan perilaku komunikasi yang berhubungan dengan keputusan adalah (1) perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. (2) perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam,obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal.
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa
Tenggara Barat)
Nama : Widiastuti Furbani
NRP : P054030031
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota
Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir.
Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan,
arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S,
penguji Luar Komisi Ir. SutisnaRiyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP.
Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB
Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan
persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya
Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima
kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si,
Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian &
Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human
Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef
Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar &
Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah
yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.
Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan
dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat,
S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya
& Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang
tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku
yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala
bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan
semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi
Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas
Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja,
Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi -
Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya.
Bogor, September 2008
Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada
tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa
Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi.
Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat
lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari
SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program
studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi
dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil
KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik
Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek
Wisata: Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2008
WIDIASTUTI FURBANI. The Relationships between Personal Characteristics and Communication Behavior toward the Decisions in Selecting Tourism Objects (Study Case in Tourism Objects in Lombok Island West Nusa Tenggara Province). Under the supervision of SARWITITI S AGUNG and TOHA NURSALAM
A number of studies on tourism seen from the point of view of communication have been carried out in which they greatly focused on the roles of groups, institution or organization in tourism businesses. Therefore this research was focused more on the utilization of various types of sources of information in supporting the tourists’ decision in visiting tourism objects without considering the organizations, institutions, or groups in tourism businesses.
The independent variables used in this study included the personal characteristics of the tourists such as age, sex, hobby, income, and country of origin. The other variables included the communication behavior of the tourists at the stage of initial information search before they arrived in Lombok and the stage of confirmation after they were in the island. The variables of personal characteristics and communication behavior of the tourists were used to find out whether there was a relationship between the decisions in selecting the tourism objects of nature and culture and in determining their length of stay in Lombok.
The aims of the research were (1) to find out the relationship between the tourists’ personal characteristics and their decision in selecting the object tourism, and (2) to identify the relationship between the tourists’ communication behavior and their decisions in selecting the tourism objects.
The survey method was used in this research, and sample collection using the Convenience technique was carried out in the tourism areas in Lombok where seventy nine tourists were involved in this study. The primary data from the respondents were obtained through questionnaire and interview of those involved in hotel businesses and travel agencies. The secondary data were obtained from the tourism guide book of NTB Annual Figures at the Office Of Tourism NTB Province. The analysis was carried out by using Spearman Correlation.
The results of the research showed that the tourists’ personal characteristics and communication behavior were interrelated with their decisions in selecting the tourism objects. The characteristics included (1) the age of the tourists which was related with their length of stay; (2) the country of origin was related with their decisions in selecting their tourism objects. On the other hand, the tourists’ communication behavior related with their decision included (1) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects; (2) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects nature and culture in determining the length of stay.
WIDIASTUTI FURBANI. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG dan TOHA NURSALAM.
Penelitian dalam bidang pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengkaitkan peranan sebuah kelompok, institusi ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan berbagai macam sumber informasi dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata.
Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi karakteristik personal wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal sebelum tiba di pulau Lombok dan konfirmasi setelah berada di pulau Lombok. Variabel karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dalam memutuskan memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal di Pulau Lombok.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. (2) mengetahui hubungan perilaku komunikasi wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata.
Penelitian ini menggunakan metode survai dan pengambilan sampel dilakukan pada kawasan wisata di Pulau Lombok menggunakan tekhnik
convenience dengan sampel 79 orang wisatawan asing. Data primer diperoleh melalui kuesioner oleh responden dan wawancara informasi terhadap pihak perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Data sekunder diperoleh melalui buku pariwisata NTB Dalam Angka Tahun di Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata. Adapun karakteristik personal wisatawan tersebut adalah (1) Usia wisatawan berhubungan dengan keputusan menentukan masa tinggal. (2) Asal negara wisatawan berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. Sedangkan perilaku komunikasi yang berhubungan dengan keputusan adalah (1) perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. (2) perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam,obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal.
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa
Tenggara Barat)
Nama : Widiastuti Furbani
NRP : P054030031
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota
Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir.
Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan,
arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S,
penguji Luar Komisi Ir. SutisnaRiyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP.
Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB
Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan
persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya
Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima
kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si,
Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian &
Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human
Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef
Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar &
Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah
yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.
Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan
dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat,
S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya
& Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang
tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku
yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala
bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan
semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi
Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas
Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja,
Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi -
Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya.
Bogor, September 2008
Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada
tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa
Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi.
Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat
lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari
SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program
studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi
dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Permasalahan ... 4
Tujuan dan Manfaat ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ………... 5
Pengertian Komunikasi ... 5
Komunikasi Massa ... 5
Komunikasi Interpersonal ... 7
Perilaku Komunikasi ... 8
Konfirmasi ... 8
Terpaan (Exposure) Media Informasi ... 11
Image Daerah Tujuan Wisata ... 12
Peranan Agen Perjalanan ... 13
Komponen dalam Kegiatan Pariwisata Batasan Ruang Lingkup Wisatawan ... 13
Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata ... 14
Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata ... 15
Pengertian Komunikasi Pemasaran ... 15
Bauran dalam Komunikasi Pemasaran... 16
Model Perilaku Pengambilan Keputusan... 17
Faktor Demografi dan Psikografi ... 20
KERANGKA PEMIKIRAN ... 23
Hipotesis ... 27
Definisi Operasional... 28
METODOLOGI PENELITIAN ... 33
Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33
Metode Penelitian ... 34
Metode Pengambilan Sampel ... 34
Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34
Pengumpulan Data ... 35
Analisis Data ... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
Letak Geografis dan Obyek Wisata ... 37
Karakteristik Personal Wisatawan ... 40
Perilaku Komunikasi Wisatawan ... 43
Tahap Pencarian Informasi Awal ... 44
Tahap Konfirmasi ... 53
Keputusan Dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ... 62
Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam ... 62
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Objek Wisata
dan Masa Tinggal ... 76 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata
dan Masa Tinggal ... 77 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Objek Wisata
dan Masa Tinggal ... 79 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Objek Wisata
dan Masa Tinggal ... 81 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Pencarian Informasi
Awal Terhadap Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ... 83 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Konfirmasi dengan
Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ... 86
KESIMPULAN ... 90 Kesimpulan ... 90 Saran ... 90
Halaman
1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal ... 41 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap
Pencarian Informasi Awal ... 44 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap
Pencarian Informasi Awal ... 46 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan
pada Tahap Pencarian Informasi Awal ... 47 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana
Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal ... 50 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan
dalam Informasi Awal ... 52 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi
Wisatawan pada Tahap Konfirmasi ... 54 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi
pada Tahap Konfirmasi ... 55 9 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada
Tahap Konfirmasi... 57 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana
pada Tahap Konfirmasi ... 59 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang
Keamanan dalam Tahap Konfirmasi... 61 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam
Memilih Obyek Wisata Alam... 63 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada
Masing-masing Obyek Wisata Alam... 64 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih
Obyek Wisata Budaya ... 66 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih
Masing-masing Obyek Wisata Budaya ... 67 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau
Lombok ... 70 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal
dan Alokasi Waktu yang Digunakan ... 71 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu
pada Obyek Wisata ... 72 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata
dan Masa Tinggal ... 74 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata
dan Masa Tinggal ... 76 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata
dan Masa Tinggal ... 78 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata
dan Masa Tinggal ... .. 79 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata
dan Masa Tinggal ... 81 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi
Halaman
1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata ... 17 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel ... 19 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku
Halaman
Latar Belakang
Pada abad 21 ini, komunikasi dan industri wisata sudah berkembang
pesat yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan ini mengakibatkan terjadinya proses pembentukan tatanan dunia
baru yang merupakan integrasi dari kehidupan multisektoral. Ibrahim (1999)
melihat tatanan baru ini sebagai sesuatu yang ditandai dengan adanya arus
investasi, industri, informasi, dan gerakan individualisme konsumen.
Individualisme konsumen merupakan pemenuhan kebutuhan untuk diri pribadi
pada sektor barang dan jasa. Sumarwan (2004) melihatnya sebagai elemen
krusial dalam pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Bagi daerah tujuan
wisata hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan dan jasa bagi
kebutuhan para wisatawan. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang
bernilai kepada pihak lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Semuanya
mengalir melalui jaringan telekomunikasi, transportasi, dan turisme.
Saat ini komunikasi sudah berkembang menjadi industri dan telah
mampu membentuk lembaga industri komunikasi seperti media massa, jasa
komunikasi atau manajemen komunikasi, periklanan, public relation, ataupun lahirnya lembaga-lembaga penelitian dalam bidang komunikasi dan media.
Perubahan dalam teknologi komunikasi diakui juga oleh Rakhmat (2001) yang
mengutip pendapat dari Frederick Williams bahwa teknologi komunikasi mampu
mengubah pola kehidupan santai kita, transportasi, kesehatan, politik,
pendidikan, dan seluruh tatanan sosial.
Kemudahan dalam mengakses informasi ini berdampak pada lahirnya
pemikiran baru dimana informasi dijadikan pertimbangan ketika akan mengambil
suatu keputusan. Informasi tersebut berhubungan dengan perkembangan yang
terjadi di belahan dunia lain, hiburan, dan tidak kalah pentingnya adalah
informasi mengenai daerah tujuan wisata. Saat ini pertumbuhan tingkat
kunjungan wisata dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Menurut
Orams (1999) pertumbuhan perjalanan wisata saat ini dapat disusun sebagai
satu agenda industri terbesar didunia. Perjalanan wisata tersebut didorong oleh
meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia terutama pada
negara-negara industri maju, seperti negara-negara-negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia,
Seiring meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia,
negara-negara maju mempunyai Undang-undang resmi yang khusus mengatur masa
liburan dan diberlakukan pada seluruh instansi pemerintah dan swasta, seperti
Amerika Serikat yang mempunyai masa liburan penting pada perayaan
Thanksgiving dan Natal. Selain Amerika Serikat ada juga perbedaan jumlah masa liburan di negara-negara maju lainnya, seperti negara Australia dan
Belanda yang mempunyai masa libur selama 20 hari setiap tahun, Perancis
mempunyai masa libur 25 hari setiap tahun, dan Cina menetapkan 10 hari masa
libur setiap tahunnya (Hall dan Cooper, 2008).
Adanya masa libur yang tetap dan tingginya minat wisatawan asing
berlibur keberbagai negara, menjadikan Pemerintah Indonesia lebih serius
mengembangkan pariwisata dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu
tujuan wisata dunia. Langkah dari keseriusan pemerintah Indonesia dapat dilihat
dengan dicanangkannya program Visit Indonesia 2008 oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik. Pemerintah mengajak seluruh provinsi
yang mempunyai potensi wisata untuk lebih aktif mengembangkan sektor
pariwisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
potensi wisatanya tidak kalah menarik dengan provinsi lainnya di Indonesia.
Dilihat dari peta tujuan wisata Indonesia, Provinsi NTB secara geografis
mempunyai posisi yang cukup strategis karena berada di antara Pulau Bali, Tana
Toraja, dan Pulau Komodo. Posisi strategis tersebut dinamakan ”segitiga emas”
kawasan wisata.
Peranan media massa cetak maupun elektronik yang digunakan
pemerintah Provinsi NTB sebagai sarana promosi obyek wisata diduga
menyebabkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing yang cukup
signifikan di Provinsi NTB. Berdasarkan statistik yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB jumlah kunjungan wisatawan asing
tahun 2005 mencapai 128.768 (DIKPAR, 2005). Hal ini tidak lepas dari peran
aktif pemerintah Provinsi NTB dan pelaku wisata lainnya dalam mempromosikan
obyek wisata alam maupun budaya melalui media massa cetak dan elektronik.
Isi pesan mengenai informasi wisata umumnya bersifat persuasif
karena bertujuan mengajak calon wisatawan untuk mengunjungi Provinsi NTB.
Hal ini sejalan dengan pandangan Liston (2005) bahwa untuk kegiatan apapun
yang bertujuan promosi, kriteria pesan haruslah tepat, dapat
mengajak. Selain itu isi pesan harus bersifat strategis artinya pesan mampu
memberi motivasi ataupun inspirasi untuk meyakinkan khalayak bahwa apa yang
diungkapkan adalah sebuah kebenaran.
Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian mengenai pariwisata
dengan sudut pandang komunikasi. Penelitian mengenai pariwisata dari sudut
pandang komunikasi sudah banyak dilakukan seperti melihat peranan sebuah
kelompok, institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata.
Salah satu penelitian yang melihat peranan sebuah kelompok dalam
pariwisata dilakukan oleh Ichwanudin pada tahun 1998 dengan judul ”Peserta
kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program Sapta
Pesona di Kabupaten Sukabumi”. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik
personal yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan
dalam keluarga. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri
dari mencari informasi dan menyebarkan informasi Sapta Pesona. Sedangkan
variabel terikatnya yaitu adopsi inovasi yang terdiri dari pengetahuan, persepsi,
dan penerepan unsur-unsur Sapta Pesona. Penelitian tersebut menyimpulkan 1)
semua peubah perilaku komunikasi responden berhubungan nyata dengan
tingkat pengetahuan, persepsi, dan penerapan masyarakat terhadap unsur-unsur
program Sapta Pesona. 2) tingkat hubungan antar peubah karakteristik dan
perilaku komunikasi bervariasi diantaranya (a) pendidikan sekolah, pendapatan
dan jumlah tanggungan dalam keluarga berhubungan nyata dengan perilaku
mencari informasi; (b) umur dan pendidikan formal maupun non formal
berhubungan nyata dengan penyebarkan informasi.
Sedangkan penelitian lainnya mencoba mengevaluasi program promosi
wisata melalui webside milik Departemen Pariwisata Seni dan Budaya dari tahun 1995 - 2001. Evaluasi pada penelitian tersebut hanya bersifat formatif yang lebih
ditekankan pada proses dan mekanisme pengelolaan program serta output
kegiatan yang dapat dicapai. Penelitian dilakukan oleh Astuty (2002) dengan
judul ”Strategi Komunikasi Promosi Pemasaran Elektronik Pariwisata Indonesia”.
Program yang dianalisa adalah program promosi pemasaran pariwisata
Indonesia dalam rangka Penyelamatan Citra Pariwisata Indonesia dalam website
www.indonesia-tourisminfo.co.id.
Kesimpulan dari evaluasi program tersebut adalah (1) dilihat dari
telah dilaksanakan. (2) dilihat dari tujuan program, untuk membangun citra positif
pada masyarakat internasional sepenuhnya belum berhasil. (3) dilihat dari
pengamatan terhadap penggunaan internet, diketahui adanya peningkatan
dalam menggunakan internet oleh wisatawan maupun calon wisatawan.
Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan maka
penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan sumber informasi beserta
salurannya dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat peranan suatu
lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang
pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji hubungan antara
masing-masing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap
keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal di Pulau Lombok. Khusus
mengenai karakteristik perilaku komunikasi dibagi menjadi dua yaitu pencarian
informasi sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok.
Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam
penelitian adalah:
1. Bagaimana hubungan karakteristik personal wisatawan dengan keputusan
memilih obyek wisata?
2. Bagaimana hubungan perilaku komunikasi wisatawan dengan keputusan
memilih obyek wisata?
Tujuan
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan
keputusan memilih obyek wisata.
2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi dengan keputusan
wisatawan memilih obyek wisata.
Manfaat
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi NTB, khususnya
seluruh kabupaten yang ada di Pulau Lombok untuk menggunakan media
informasi yang tepat sebagai sarana promosi dan informasi daerah tujuan wisata
sehingga hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat untuk pengembangan dan
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Komunikasi
Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi mengacu pada penggunaan media komunikasi
secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang
sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan
kelompok, kerumunan atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi
yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula
serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak
bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu
tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok
demografis.
Selain itu McQuail menambahkan bahwa kata massa kadangkala
digunakan untuk menyebutkan para konsumen di pasar massal atau sejumlah
besar pemilih (khalayak pada pemberi suara). Kumpulan semacam itu seringkali
ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk
mengarahkan atau mengendalikan perilaku konsumen dan perilaku politik
sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep massa mengandung pengertian
masyarakat secara keseluruhan atau masyarakat massa (McQuail, 1987).
Shannon dan Weaver melihat komunikasi dalam arti yang sangat luas
untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk
mempengaruhi pikiran lain. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha
untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima
pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi
dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan (Shannon dan Weaver, diacu
dalam Severin dan Tankard 2005).
Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi adalah
menjawab pertanyaan sebagai berikut, who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa)? Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi
dua kategori, yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Lasswell
Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa
diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses
komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara
beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau
komunikasi organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa
bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya
seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987).
Sedangkan Ardianto dan Erdinaya (2004) melihat komunikasi
interpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap
muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan
komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh
(terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
Lebih jauh Ardianto dan Erdinaya melihat bentuk komunikasi lain yang
tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal tetapi memiliki sifat
interpersonal karena komunikannya sering kali hanya satu orang dan dikenal
oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi ini tidak dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada komunikasi massa. Bentuk
komunikasi tersebut adalah komunikasi medio (seperti telepon, teleks, faksimili,
dan sejenisnya).
Kata medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah dan
mempunyai karakteristik yang berada di antara komunikasi interpersonal dan
komunikasi massa. Kategori komunikasi media dalam dunia periklanan adalah
poster, spanduk, transit/panel bis, pameran, direct mail, kalender, display. Oleh karena itu Severin dan Tankard (2005) mendefenisikan komunikasi
massa secara lengkap sebagai berikut:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi selalu mempunyai dampak atas satu atau lebih orang yang
terlibat dalam tindakan komunikasi. Dalam hubungan interpersonal yang
melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk
mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi
masing-masing individu (DeVito, 1997). Sedangkan Rakhmat (2001) menyatakan bahwa
ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu
1. Percaya.
Dalam proses komunikasi, percaya dapat meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman
dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk
mencapai tujuannya.
2. Adanya sikap suportif.
Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Sikap defensif ditandai dengan seseorang akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain. Seperti dari faktor personal ditandai dengan
adanya ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan lainnya.
3. Adanya sikap terbuka.
Sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun
saling menghargai.
Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi
komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers at al. (2003) bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai
pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini
terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada di
antara pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke
(2001) memaknai komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena
dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.
Dalam usahanya untuk membujuk, media dihadapkan pada suatu
jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan
pesannya. Artinya masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda
terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun yang didengar
sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia
dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber
menyebarluaskan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, diacu dalamMulyana 2001).
Sebelum pesan sampai pada penerima ada suatu proses yang dapat
mendukung berhasilnya suatu informasi. Hybels dan Weafer memaknai
komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan.
Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan
tulisan tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, penampilan diri atau
menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan
(Hybels dan Weafer, diacu dalam Liliweri 2003).
Perilaku Komunikasi
Konfirmasi
Dalam lingkup pariwisata, informasi memegang peranan sangat penting.
Menurut Gunn (1994) istilah informasi berisikan tentang deskripsi mengenai peta,
buku panduan wisata, rekaman gambar dalam format video, artikel majalah,
narasi para pemandu wisata, dan brosur. Perpaduan antara informasi peta
(lokasi wisata) dengan buku panduan wisata dapat membantu wisatawan
menemukan kebutuhan informasi tentang perjalanan wisata apa yang ingin
mereka saksikan dan kerjakan.
Kolb (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dilakukan sebelum
membuat keputusan mengenai tujuan wisata. Wisatawan menggunakan
sejumlah waktu untuk mencari informasi melalui banyak sumber-sumber
informasi sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada berbagai pilihan
sebelum memutuskan apa yang akan dikunjungi. Sumber informasi tersebut
berisikan fakta tentang produk, jasa, dan keuntungan yang diperoleh melalui
internet, bertanya pada teman dan keluarga.
Pentingnya pencarian informasi dinyatakan juga oleh Ricci dan Werthner
(2001) bahwa wisatawan selalu berdasarkan informasi dalam menentukan
kebutuhan mengenai tempat yang dituju, aktivitas yang akan dilakukan,
pelayanan, pemilihan batasan waktu, dan anggaran. Contohnya pada perilaku
mencari informasi mengenai hotel yang menyangkut fasilitas dan restaurant pada
perencana perjalanan (agen perjalanan).
Selain itu informasi wisata dapat diperoleh melalui media informasi formal
teknik penjualan langsung, aktivitas public relation dan Internet. Selain informasi formal, wisatawan dapat memperoleh informasi secara informal melalui keluarga
mereka, para teman dan kelompok orang dengan siapa mereka saling
berhubungan di tempat kerja dan secara sosial melalui kelompok acuan atau
biasa dikenal sebagai pembentuk opini (Middleton dan Clarke, 2001).
Internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi bisa
disebabkan mudah mengaksesnya dengan biaya yang relatif lebih murah.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (Chang 1988, diacu dalam Severin
dan Tankard, 2005) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan
pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya (gratis atau
murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses
informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian
besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer
setelah buku ataupun media informasi lainnya.
Fitur internet yang berisikan informasi wisata diantaranya
www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi
tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa
diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel, museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan lainnya. Sedangkan situs resmi pariwisata Indonesia adalah www.budpar.go.id
yang menampilkan secara lengkap informasi wisata di seluruh Provinsi di
Indonesia dalam berbagai bahasa Internasional. Situs lainnya adalah
www.indonesia-tourisminfo.co.id yang menampilkan informasi daerah tujuan
wisata seperti Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002).
Adanya perilaku wisatawan ketika mencari informasi secara
berulang-ulang dapat sebut sebagai konfirmasi. Pengertian konfirmasi merujuk pendapat
dari Rogers (Severin dan Tankard, 2005) bahwa konfirmasi merupakan
penguatan atau pembalikan keputusan inovasi yang dibuat. Sedangkan dari
kamus komunikasi istilah konfirmasi adalah penegasan yang mengandung
kenyakinan atau pengesahan sehingga tidak diragukan lagi (Effendy, 1989).
Dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Rakhmat (2001)
peneguhan yang terangkum dalam konteks respon yang tepat. Respon yang
tepat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan interpersonal
yang terjadi. Respon terbagi menjadi dua yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi.
Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal dan diskonfirmasi akan
merusak hubungan tersebut.
Respon dalam konfirmasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengakuan langsung yaitu tahap dimana seseorang memberikan respon
segera yang ditandai dengan menerima informasi dari sumber dan bentuk
media komunikasi yang digunakan.
2. Perasaan positif yaitu tahap dimana seseorang menanggapi informasi
dengan bersikap positif.
3. Respon meminta (bertanya) yaitu tahap menggali informasi lebih banyak lagi.
4. Respon setuju yaitu sikap yang ditandai dengan kesetujuannnya terhadap
pilihan. Pada tahap ini terjadi peneguhan terhadap fakta tentang pilihan yang
telah diketahui.
5. Respon suportif yaitu ungkapan dalam bentuk pengertian, dukungan, atau
memperkuat keyakinan.
Sumber informasi wisata lainnya berupa media massa yang terdiri dari
media cetak dan elektronik. Adanya penggunaan berbagai sumber informasi
sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan tujuan wisata menunjukan
ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi. Umumnya seseorang
merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin
mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari
macam-macam media (Lazarfeld dan Merton, diacu dalam Rivers at al. 2003).
Media informasi tersebut salah satunya adalah buku panduan wisata.
Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia.
Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis.
Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata
yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh
dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan
Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan
berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas
setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara
Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik
Selain menggunakan buku panduan wisata, wisatawan dapat
menggunakan brosur-brosur wisata. Dalam industri perjalanan (travelling), pariwisata, taman bermain, daerah wisata, atraksi, dan perhotelan merupakan
pengguna brosur yang paling besar. Mereka menyebarkan informasi kepada
pebisnis, pencari kesenangan, dan profesional yang sering melakukan
perjalanan. Selain itu itu brosur mampu mengidentifikasi penempatan informasi
suatu produk atau jasa (Roman at al. 2005).
Terpaan (Exposure) Media Informasi
Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen yang berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan di majalah,
mendengar iklan di radio, dan lainnya). Terpaan sendiri merupakan tahap awal
menuju tahap-tahap dalam proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam
proses informasi dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga
bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Terpaan tidak
menjamin bahwa pesan akan menghasilkan efek tetapi ini merupakan tahapan
penting untuk taraf berikutnya dalam memproses informasi.
Terpaan membutuhkan beberapa hal diantaranya:
1. Saluran media yang ditayangkan atau didistribusikan (surat kabar, majalah,
radio, televisi dan sebagainya).
2. Konsumen menerima terpaan dari saluran media (dengan membaca surat
kabar, majalah, mendengarkan radio, menonton televisi dan sebagainya).
3. Konsumen menerima terpaan dari iklan tertentu dan pengiklan yang
disampaikan pada media yang ada melalui saluran media.
Jadi ketika individu menerima informasi dari penyampai pesan yang
memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka
keadaan ini disebut sebagai terpaan individu (Amini, 2004).
Donohew at al. (1980) dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan Informasi (Activation Theory of Information Exposure) menjelaskan bahwa seorang individu akan berusaha mencari (memenuhi) stimulasi dan informasi dari
suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi
kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan
stimulasi bias berbeda untuk setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan
memilih stimulasi dan informasi yang menarik perhatiannya daripada
Image Daerah Tujuan Wisata
Image muncul tidak lepas dari peranan sumber informasi yang memberikan sebuah gambaran positif atau negatif tentang kawasan wisata. Hal
ini merupakan efek dari komunikasi massa dimana realitas yang terbentuk
merupakan gambaran yang mempunyai makna (Rakhmat, 2001) sehingga Yoety
(2002) menyatakan gambaran positif tentang produk daerah tujuan wisata
merupakan image atau citra positif terhadap daerah tujuan wisata.
Adanya gambaran positif tidak lepas dari peranan stimuli dan stimuli
merupakan setiap input yang dapat ditangkap oleh alat indra (Rakhmat, 2001). Stimuli dapat juga dipahami dari konteks pemasaran yaitu stimuli merupakan hal
terpenting dari realitasartinya suatu proses dengan mana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan dan menginterpretasi stimuli kedalam suatu gambaran dunia
yang berarti (Simamora 2004). Gambaran realitas ini dapat dilihat pada bentuk
pilihan media seperti visual, visual gerak, audio, dan audiovisual. Media mampu
di terima oleh stimuli panca indra yang merespon bentuk media.
Panca indra akan cepat merespon bila terdapat warna-warna terang dan
adanya penggabungan dalam bentuk gerak. Kemampuan dalam menstimuli
pesan tidak lepas dari kemampuan masing-masing panca indra. Hal ini terlihat
pada panca indra penglihatan yang mampu menstimuli pesan lebih tinggi hingga
83% bila dibandingkan dengan panca indra pendengar yang hanya mencapai
11%. Sedangkan untuk panca indra penciuman hanya mencapai 3,5%, indra
perasa mencapai 1,5%, dan indra pengecap hanya 1% (Soedarmanto, 1998).
Dalam komunikasi periklanan penggunaan media (media massa,
elektronik) adalah hal yang sangat penting. Menurut Roman at al. (2005) image
adalah adanya interaksi langsung dengan konsumen. Interaksi langsung ini lebih
cepat mempengaruhi calon konsumen dan dalam ilmu komunikasi interaksi
langsung terjadi dalam komunikasi dua arah.
Gunn (1994) dalam bukunya tourism planning: basic, concepts melihat gambaran wisata erat kaitannya dengan informasi pada media dan peranan para
biro perjalanan. Kaitan terhadap peranan tersebut lebih kepada pemberian
informasi positif tentang daerah tujuan wisata dengan segala fasilitas pendukung.
Selain itu pihak agen perjalanan lebih menekankan untuk merekomendasikan
kawasan wisata yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan ataupun kemampuan
dari calon wisatawan itu sendiri.
Peranan Agen Perjalanan
Sejarah mencatat orang pertama yang dianggap sebagai traveller
adalah Marcopolo pada tahun 1254-1374 yang melakukan perjalanan dari benua
Eropa ke daratan Tiongkok dan kembali ke Venesia. Awal abad ke-XIX ditandai
dengan kemajuan dalam bidang transportasi yang meliputi darat, laut dan udara
sehingga memungkinkan dan memudahkan seseorang untuk berkunjung antar
negara atau kota. Menurut Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) tercatat dalam
sejarah bahwa Thomas Cook dianggap sebagai orang pertama yang
menjalankan profesi travell agent atau agen perjalanan di tahun 1855 pada The Paris Exhibition.
Peranan Agen perjalanan sangat penting dalam memberikan informasi
tentang daerah tujuan wisata dan Wahab (2003) menyatakan bahwa agen
perjalanan menangani kira-kira 70 % usaha perjalanan. Profesi agen perjalanan
bertumpu pada kepercayaan yaitu kepercayaan pelaku perjalanan tentang
bentuk pelayanan dan macam wisata yang diinginkan. Wahab juga
menambahkan bahwa profesi agen perjalanan sifatnya sangat kompleks karena
variasi jasa dan pelayanannya kepada pelanggan menyebabkan agen perjalanan
menjadi salah satu sektor penting dalam industri pariwisata.
Hal ini dikarenakan agen perjalanan menjadi salah satu tempat
mengakses hampir semua produk di dalam pariwisata dan traveling (Middleton dan Clarke, 2001). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Gunn (1994)
bahwa agen perjalanan mempunyai keleluasaan yang lebih luas dibandingkan
dengan sumber informasi lainnya dalam hal mempengaruhi calon wisatawan
tentang lokasi wisata yang dapat dikunjungi. Lebih jauh lagi Gunn menyatakan
dari sudut bisnis, lokasi bangunan ataupun gedung-gedung yang dimiliki suatu
kawasan daerah tujuan wisata kedudukannya sedikit lebih penting dari seluruh
produk wisata yang dapat ditawarkan. Wisatawan lebih mementingkan di mana
letak lokasi wisata yang akan di kunjunginya.
Komponen dalam Kegiatan Pariwisata
Batasan dan Lingkup Wisatawan
Pariwisata pada umumnya adalah suatu hal yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Hal ini dipertegas oleh
Gunn (1994) bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang merangkum
liburan ataupun menikmati sebuah perjalanan yang menyenangkan. Istilah lain
yang berhubungan dengan pariwisata adalah wisatawan. Orang yang datang ke
lokasi wisata tidak semuanya dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan. Hal
ini berdasarkan pengertian akan makna dari wisatawan itu sendiri.
Menurut Wahab (2003), Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) dapat
dirangkum makna wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang menetap sekurang-kurangnya 24 jam disuatu negara dan maksud mereka berkunjung dapat
didasarkan atas dua hal yaitu 1). Waktu luang seperti berekreasi, cuti, untuk
kesehatan, studi, dan olah raga; 2). Bisnis, keluarga, misi, rapat dinas.
Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan jika
memiliki masa tinggal selama 24 jam atau lebih yang tersebar di seluruh
kawasan wisata dengan tujuan untuk berlibur, usaha perdagangan, dinas
(bekerja) ataupun datang untuk mengunjungi kerabat atau handai tolan mereka.
Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata
Masing-masing wisatawan mempunyai masa tinggal yang berbeda pada
daerah tujuan wisata. Salah satu prinsip dasar dari pariwisata adalah masa
tinggal karena akan diperoleh informasi mengenai jumlah masa tinggal
wisatawan dari yang terendah hingga jumlah maksimum (Cooper dan Hall,
2008).
Para pemasar yang bergerak dalam bidang pariwisata menganggap
penting data mengenai jumlah kedatangan dan masa tinggal wisatawan. Dengan
adanya informasi tersebut maka akan mudah bagi para pemasar untuk
mengetahui kegiatan wisata dan jumlah penerimaan yang dihasilkan dari
pengeluaran wisatawan. Menurut Wahab (2003) dalam mengukur lalu lintas
wisata dibutuhkan informasi mengenai jumlah masa tinggal wisatawan yang
diketahui dari penjumlahan seluruh lamanya malam wisatawan menginap di
hotel.
Untuk menentukan rata-rata lama tinggal para wisatawan dapat
dilakukan dengan lebih sederhana yaitu dengan mengelompokan wisatawan
berdasarkan asal negaranya dengan memberikan suatu batasan atau kategori
mengenai lama tinggalnya. Misalnya saja kurang dari tujuh hari, delapan hari
sampai lima belas hari, dan seterusnya.
Ada juga yang membagi jumlah malam menginap dengan jumlah
lemah karena dapat terjadi penghitungan jumlah masa tinggal pada wisatawan
yang sama. Hal ini disebabkan sebagian wisatawan suka berpindah tempat
menginap dari hotel A ke hotel B.
Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata
Pengertian Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran
merupakan sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya
mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya.
Pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi pemasaran
namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas komunikasi. Jika
digabungkan maka komunikasi pemasaran dapat merepresentasikan gabungan
semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya
pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya.
Secara garis besar konsep produk dalam pemasaran dapat dibedakan
menjadi dua yaitu produk berupa barang berwujud (tangible products) dan barang tidak berwujud (intangible products). Menurut Yoety (2002) produk industri pariwisata lebih bersifat intangible products. Selain sifatnya tidak nyata, dalam produk industri pariwisata terdapat bermacam-macam kegiatan yang
harus dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Namun prinsip pemasaran
dalam pariwisata umumnya tetap sama untuk pemasaran jasa (marketing of service) dengan pemasaran barang (marketing of goods).
Lebih jauh Yoety (2002) membagi beberapa karakteristik produk industri
pariwisata yang berbeda dengan sifat barang-barang manufaktur diantaranya:
1. Tourism is a servise.
Produk industri pariwisata tidak berwujud karena itu produk tersebut tidak
dapat dipindahkan, dicoba, ataupun dikumpulkan. Pada barang berwujud
terjadi pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli terjadi setelah
transaksi selesai dilakukan. Tidak demikian dengan produk industri pariwisata
dimana pembeli sangat bergantung pada penjual untuk mengkonsumsinya.
Dalam transaksi tersebut tidak mengakibatkan terjadinya pemindahan hak
milik tetapi hanya ada hak pakai untuk sementara waktu. Hal ini terlihat ketika
menerima apapun kecuali selembar kuitansi sebagai bukti bahwa ia telah
membelinya tetapi apa yang dibelinya tidak bisa dikonsumsi sendiri tanpa
bantuan penjual (tour operator) yang biasanya diwakili oleh pemandu wisata. 2. Travel motivations are heterogeneous.
Motivasi perjalanan wisata yang dilakukan seseorang berbeda satu dengan
yang lain. Diantaranya ada yang ingin menyaksikan hasil kebudayaan,
kesenian, adat istiadat atau kebiasaan hidup masyrakat. Selain itu ada juga
yang bertujuan untuk menyaksikan keindahan alam atau melakukan kegiatan
olah raga.
3. Fragmented supply vs composite demand
Produk industri pariwisata merupakan kumpulan dari beberapa produk
perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata dalam hal ini
bertindak sebagai penyedia jasa (supplier). Penyedia jasa tersebut terdiri dari akomodasi hotel, restauran, entertainment, maupun pusat perbelanjaan dimana antara yang satu dan lainnya terpisah (fragmanted) dan berbeda dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen, dan produknya. Sedangkan
dalam hal permintaan selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran
(composite) dari beberapa produk seperti produk transportasi, kamar untuk menginap di hotel, dan sarapan pagi di hotel.
Bauran dalam Komunikasi Pemasaran
Bentuk bauran komunikasi pemasaran dalam konteks pariwisata
meliputi price, promotion, place, product (Yoety, 2002). Produk (product) merupakan keseluruhan totalitas produk yang akan ditawarkan meliputi jenis,
bentuk dan nama produk, kwalitas produk dan desain produk. Harga (price) merupakan keseluruhan aspek yang menyangkut kebijakan mengenai harga dari
produk. Umumnya konsumen menggunakan harga sebagai referensi untuk
memberikan perhatian terhadap sesuatu produk. Bagi konsumen harga sering
dikonotasikan dengan kualitas produk yang ditawarkan. Biasanya konsumen
akan berfikir apakah harga sesuai dengan nilai produk tersebut bagi dirinya.
Tempat (place) menyangkut kebijakan penentuan tempat penawaran produk untuk membentuk citra positif mengenai tempat di dalam hati sanubari
dan pikiran konsumen. Citra yang dimaksud meliputi lokasi (jauh dekat dari
konsumen), bentuk bangunan (arsitektur, desain eksterior dan interior), logo,
Promosi (promotion) bertujuan untuk menginformasikan produk kepada konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya. Promosi yang
dilakukan oleh pemasar ataupun suatu agen priklanan lebih sering menggunakan
media massa yang dapat mencakup khalayak lebih luas.
Gunn (1994) melihat pasar wisata dari sudut demand (markets) dan
supply (development) seperti dalam gambar 1 dibawah ini.
[image:42.612.213.436.195.313.2]
Gambar 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata
Dari pendapat Gunn (1994) akan diketahui why (alasan, motif) dari wisatawan ketika datang mengunjungi daerah atau negara tujuan wisata.
Kemudian akan diketahui what (apa saja) macam-macam obyek wisata yang tersedia. Satu hal yang terpenting disini adalah mengetahui where (dimana) para wisatawan mengetahui informasi tentang obyek wisata yang akan dikunjungi.
Secara keseluhan hal tersebut merupakan bagian dari komunikasi pemasaran
yang lebih menekankan pada makna persuasion atau membujuk.
Menurut Fill (1999) dari sudut pemasaran, kegiatan pameran secara
tidak langsung sudah mengarah pada penjualan langsung terhadap image wisata yang ditawarkan. Penjualan langsung sebagai respon dari komunikasi langsung
dapat membangun hubungan antar orang perorang ataupun membangun
hubungan kemitraan. Terpenting pada penjualan langsung adalah adanya
interaksi dalam berkomunikasi dengan masing-masing pelanggan.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan
Konsumen dapat mengetahui informasi suatu produk tidak lepas dari
peranan sebuah iklan. Dikalangan praktisi bisnis, iklan difungsikan sebagai
perangsang dan pembentuk perilaku konsumen sehingga dapat dirumuskan Atraksi
Informasi Transportsi
beberapa tujuan dan fungsi penyajian iklan. Menurut Wibowo (2003) tujuan dan
fungsi penyajian iklan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menarik perhatian masyarakat calon konsumen.
2. Menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri dibenak masyarakat.
3. Menggiring citra nama itu hingga menjadi perilaku konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk maupun jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan setelah tindakan ini. Lebih jauh lagi
Engel menyatakan bahwa akar utama dari perilaku konsumen adalah ekonomi
dan pemasaran. Selain itu proses pembelian lebih menjadi perhatian para
pemasar (profit atau nonprofit) daripada proses konsumsi (Engel at al. 1994). Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan
yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan
tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002)
keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan
yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan. Pertimbangan disini adalah menganalisa beberapa
kemungkinan atau