• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Personal Dan Perilaku Komunikasi Dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Personal Dan Perilaku Komunikasi Dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat)"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)

WIDIASTUTI FURBANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik

Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek

Wisata: Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara

Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2008

(3)

WIDIASTUTI FURBANI. The Relationships between Personal Characteristics and Communication Behavior toward the Decisions in Selecting Tourism Objects (Study Case in Tourism Objects in Lombok Island West Nusa Tenggara Province). Under the supervision of SARWITITI S AGUNG and TOHA NURSALAM

A number of studies on tourism seen from the point of view of communication have been carried out in which they greatly focused on the roles of groups, institution or organization in tourism businesses. Therefore this research was focused more on the utilization of various types of sources of information in supporting the tourists’ decision in visiting tourism objects without considering the organizations, institutions, or groups in tourism businesses.

The independent variables used in this study included the personal characteristics of the tourists such as age, sex, hobby, income, and country of origin. The other variables included the communication behavior of the tourists at the stage of initial information search before they arrived in Lombok and the stage of confirmation after they were in the island. The variables of personal characteristics and communication behavior of the tourists were used to find out whether there was a relationship between the decisions in selecting the tourism objects of nature and culture and in determining their length of stay in Lombok.

The aims of the research were (1) to find out the relationship between the tourists’ personal characteristics and their decision in selecting the object tourism, and (2) to identify the relationship between the tourists’ communication behavior and their decisions in selecting the tourism objects.

The survey method was used in this research, and sample collection using the Convenience technique was carried out in the tourism areas in Lombok where seventy nine tourists were involved in this study. The primary data from the respondents were obtained through questionnaire and interview of those involved in hotel businesses and travel agencies. The secondary data were obtained from the tourism guide book of NTB Annual Figures at the Office Of Tourism NTB Province. The analysis was carried out by using Spearman Correlation.

The results of the research showed that the tourists’ personal characteristics and communication behavior were interrelated with their decisions in selecting the tourism objects. The characteristics included (1) the age of the tourists which was related with their length of stay; (2) the country of origin was related with their decisions in selecting their tourism objects. On the other hand, the tourists’ communication behavior related with their decision included (1) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects; (2) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects nature and culture in determining the length of stay.

(4)

WIDIASTUTI FURBANI. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG dan TOHA NURSALAM.

Penelitian dalam bidang pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengkaitkan peranan sebuah kelompok, institusi ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan berbagai macam sumber informasi dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata.

Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi karakteristik personal wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal sebelum tiba di pulau Lombok dan konfirmasi setelah berada di pulau Lombok. Variabel karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dalam memutuskan memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal di Pulau Lombok.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. (2) mengetahui hubungan perilaku komunikasi wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata.

Penelitian ini menggunakan metode survai dan pengambilan sampel dilakukan pada kawasan wisata di Pulau Lombok menggunakan tekhnik

convenience dengan sampel 79 orang wisatawan asing. Data primer diperoleh melalui kuesioner oleh responden dan wawancara informasi terhadap pihak perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Data sekunder diperoleh melalui buku pariwisata NTB Dalam Angka Tahun di Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata. Adapun karakteristik personal wisatawan tersebut adalah (1) Usia wisatawan berhubungan dengan keputusan menentukan masa tinggal. (2) Asal negara wisatawan berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. Sedangkan perilaku komunikasi yang berhubungan dengan keputusan adalah (1) perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. (2) perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam,obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal.

(5)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)

WIDIASTUTI FURBANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa

Tenggara Barat)

Nama : Widiastuti Furbani

NRP : P054030031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota

Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(9)

karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir.

Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan,

arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S,

penguji Luar Komisi Ir. SutisnaRiyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP.

Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB

Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan

persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak

terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya

Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima

kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si,

Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian &

Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human

Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef

Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar &

Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah

yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.

Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan

dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat,

S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya

& Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang

tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku

yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala

bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan

semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi

Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas

Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja,

Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi -

Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya.

Bogor, September 2008

(10)

Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada

tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa

Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi.

Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat

lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari

SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program

studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi

dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil

(11)

KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)

WIDIASTUTI FURBANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik

Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek

Wisata: Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara

Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2008

(13)

WIDIASTUTI FURBANI. The Relationships between Personal Characteristics and Communication Behavior toward the Decisions in Selecting Tourism Objects (Study Case in Tourism Objects in Lombok Island West Nusa Tenggara Province). Under the supervision of SARWITITI S AGUNG and TOHA NURSALAM

A number of studies on tourism seen from the point of view of communication have been carried out in which they greatly focused on the roles of groups, institution or organization in tourism businesses. Therefore this research was focused more on the utilization of various types of sources of information in supporting the tourists’ decision in visiting tourism objects without considering the organizations, institutions, or groups in tourism businesses.

The independent variables used in this study included the personal characteristics of the tourists such as age, sex, hobby, income, and country of origin. The other variables included the communication behavior of the tourists at the stage of initial information search before they arrived in Lombok and the stage of confirmation after they were in the island. The variables of personal characteristics and communication behavior of the tourists were used to find out whether there was a relationship between the decisions in selecting the tourism objects of nature and culture and in determining their length of stay in Lombok.

The aims of the research were (1) to find out the relationship between the tourists’ personal characteristics and their decision in selecting the object tourism, and (2) to identify the relationship between the tourists’ communication behavior and their decisions in selecting the tourism objects.

The survey method was used in this research, and sample collection using the Convenience technique was carried out in the tourism areas in Lombok where seventy nine tourists were involved in this study. The primary data from the respondents were obtained through questionnaire and interview of those involved in hotel businesses and travel agencies. The secondary data were obtained from the tourism guide book of NTB Annual Figures at the Office Of Tourism NTB Province. The analysis was carried out by using Spearman Correlation.

The results of the research showed that the tourists’ personal characteristics and communication behavior were interrelated with their decisions in selecting the tourism objects. The characteristics included (1) the age of the tourists which was related with their length of stay; (2) the country of origin was related with their decisions in selecting their tourism objects. On the other hand, the tourists’ communication behavior related with their decision included (1) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects; (2) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects nature and culture in determining the length of stay.

(14)

WIDIASTUTI FURBANI. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG dan TOHA NURSALAM.

Penelitian dalam bidang pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengkaitkan peranan sebuah kelompok, institusi ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan berbagai macam sumber informasi dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata.

Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi karakteristik personal wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal sebelum tiba di pulau Lombok dan konfirmasi setelah berada di pulau Lombok. Variabel karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dalam memutuskan memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal di Pulau Lombok.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. (2) mengetahui hubungan perilaku komunikasi wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata.

Penelitian ini menggunakan metode survai dan pengambilan sampel dilakukan pada kawasan wisata di Pulau Lombok menggunakan tekhnik

convenience dengan sampel 79 orang wisatawan asing. Data primer diperoleh melalui kuesioner oleh responden dan wawancara informasi terhadap pihak perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Data sekunder diperoleh melalui buku pariwisata NTB Dalam Angka Tahun di Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata. Adapun karakteristik personal wisatawan tersebut adalah (1) Usia wisatawan berhubungan dengan keputusan menentukan masa tinggal. (2) Asal negara wisatawan berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. Sedangkan perilaku komunikasi yang berhubungan dengan keputusan adalah (1) perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. (2) perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam,obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal.

(15)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(16)

KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)

WIDIASTUTI FURBANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)
(18)

(Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa

Tenggara Barat)

Nama : Widiastuti Furbani

NRP : P054030031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota

Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(19)

karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir.

Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan,

arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S,

penguji Luar Komisi Ir. SutisnaRiyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP.

Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB

Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan

persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak

terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya

Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima

kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si,

Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian &

Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human

Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef

Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar &

Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah

yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.

Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan

dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat,

S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya

& Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang

tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku

yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala

bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan

semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi

Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas

Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja,

Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi -

Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya.

Bogor, September 2008

(20)

Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada

tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa

Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi.

Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat

lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari

SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program

studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi

dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil

(21)

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Permasalahan ... 4

Tujuan dan Manfaat ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ………... 5

Pengertian Komunikasi ... 5

Komunikasi Massa ... 5

Komunikasi Interpersonal ... 7

Perilaku Komunikasi ... 8

Konfirmasi ... 8

Terpaan (Exposure) Media Informasi ... 11

Image Daerah Tujuan Wisata ... 12

Peranan Agen Perjalanan ... 13

Komponen dalam Kegiatan Pariwisata Batasan Ruang Lingkup Wisatawan ... 13

Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata ... 14

Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata ... 15

Pengertian Komunikasi Pemasaran ... 15

Bauran dalam Komunikasi Pemasaran... 16

Model Perilaku Pengambilan Keputusan... 17

Faktor Demografi dan Psikografi ... 20

KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

Hipotesis ... 27

Definisi Operasional... 28

METODOLOGI PENELITIAN ... 33

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

Metode Penelitian ... 34

Metode Pengambilan Sampel ... 34

Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34

Pengumpulan Data ... 35

Analisis Data ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

Letak Geografis dan Obyek Wisata ... 37

Karakteristik Personal Wisatawan ... 40

Perilaku Komunikasi Wisatawan ... 43

Tahap Pencarian Informasi Awal ... 44

Tahap Konfirmasi ... 53

Keputusan Dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ... 62

Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam ... 62

(22)

Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 76 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 77 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 79 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Objek Wisata

dan Masa Tinggal ... 81 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Pencarian Informasi

Awal Terhadap Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ... 83 Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Konfirmasi dengan

Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ... 86

KESIMPULAN ... 90 Kesimpulan ... 90 Saran ... 90

(23)

Halaman

1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal ... 41 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap

Pencarian Informasi Awal ... 44 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap

Pencarian Informasi Awal ... 46 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan

pada Tahap Pencarian Informasi Awal ... 47 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana

Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal ... 50 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan

dalam Informasi Awal ... 52 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi

Wisatawan pada Tahap Konfirmasi ... 54 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi

pada Tahap Konfirmasi ... 55 9 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada

Tahap Konfirmasi... 57 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana

pada Tahap Konfirmasi ... 59 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang

Keamanan dalam Tahap Konfirmasi... 61 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam

Memilih Obyek Wisata Alam... 63 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada

Masing-masing Obyek Wisata Alam... 64 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih

Obyek Wisata Budaya ... 66 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih

Masing-masing Obyek Wisata Budaya ... 67 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau

Lombok ... 70 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal

dan Alokasi Waktu yang Digunakan ... 71 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu

pada Obyek Wisata ... 72 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 74 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 76 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 78 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... .. 79 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata

dan Masa Tinggal ... 81 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi

(24)

Halaman

1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata ... 17 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel ... 19 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku

(25)

Halaman

(26)

Latar Belakang

Pada abad 21 ini, komunikasi dan industri wisata sudah berkembang

pesat yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Perkembangan ini mengakibatkan terjadinya proses pembentukan tatanan dunia

baru yang merupakan integrasi dari kehidupan multisektoral. Ibrahim (1999)

melihat tatanan baru ini sebagai sesuatu yang ditandai dengan adanya arus

investasi, industri, informasi, dan gerakan individualisme konsumen.

Individualisme konsumen merupakan pemenuhan kebutuhan untuk diri pribadi

pada sektor barang dan jasa. Sumarwan (2004) melihatnya sebagai elemen

krusial dalam pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Bagi daerah tujuan

wisata hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan dan jasa bagi

kebutuhan para wisatawan. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang

bernilai kepada pihak lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Semuanya

mengalir melalui jaringan telekomunikasi, transportasi, dan turisme.

Saat ini komunikasi sudah berkembang menjadi industri dan telah

mampu membentuk lembaga industri komunikasi seperti media massa, jasa

komunikasi atau manajemen komunikasi, periklanan, public relation, ataupun lahirnya lembaga-lembaga penelitian dalam bidang komunikasi dan media.

Perubahan dalam teknologi komunikasi diakui juga oleh Rakhmat (2001) yang

mengutip pendapat dari Frederick Williams bahwa teknologi komunikasi mampu

mengubah pola kehidupan santai kita, transportasi, kesehatan, politik,

pendidikan, dan seluruh tatanan sosial.

Kemudahan dalam mengakses informasi ini berdampak pada lahirnya

pemikiran baru dimana informasi dijadikan pertimbangan ketika akan mengambil

suatu keputusan. Informasi tersebut berhubungan dengan perkembangan yang

terjadi di belahan dunia lain, hiburan, dan tidak kalah pentingnya adalah

informasi mengenai daerah tujuan wisata. Saat ini pertumbuhan tingkat

kunjungan wisata dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Menurut

Orams (1999) pertumbuhan perjalanan wisata saat ini dapat disusun sebagai

satu agenda industri terbesar didunia. Perjalanan wisata tersebut didorong oleh

meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia terutama pada

negara-negara industri maju, seperti negara-negara-negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia,

(27)

Seiring meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia,

negara-negara maju mempunyai Undang-undang resmi yang khusus mengatur masa

liburan dan diberlakukan pada seluruh instansi pemerintah dan swasta, seperti

Amerika Serikat yang mempunyai masa liburan penting pada perayaan

Thanksgiving dan Natal. Selain Amerika Serikat ada juga perbedaan jumlah masa liburan di negara-negara maju lainnya, seperti negara Australia dan

Belanda yang mempunyai masa libur selama 20 hari setiap tahun, Perancis

mempunyai masa libur 25 hari setiap tahun, dan Cina menetapkan 10 hari masa

libur setiap tahunnya (Hall dan Cooper, 2008).

Adanya masa libur yang tetap dan tingginya minat wisatawan asing

berlibur keberbagai negara, menjadikan Pemerintah Indonesia lebih serius

mengembangkan pariwisata dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu

tujuan wisata dunia. Langkah dari keseriusan pemerintah Indonesia dapat dilihat

dengan dicanangkannya program Visit Indonesia 2008 oleh Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik. Pemerintah mengajak seluruh provinsi

yang mempunyai potensi wisata untuk lebih aktif mengembangkan sektor

pariwisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang

potensi wisatanya tidak kalah menarik dengan provinsi lainnya di Indonesia.

Dilihat dari peta tujuan wisata Indonesia, Provinsi NTB secara geografis

mempunyai posisi yang cukup strategis karena berada di antara Pulau Bali, Tana

Toraja, dan Pulau Komodo. Posisi strategis tersebut dinamakan ”segitiga emas”

kawasan wisata.

Peranan media massa cetak maupun elektronik yang digunakan

pemerintah Provinsi NTB sebagai sarana promosi obyek wisata diduga

menyebabkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing yang cukup

signifikan di Provinsi NTB. Berdasarkan statistik yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB jumlah kunjungan wisatawan asing

tahun 2005 mencapai 128.768 (DIKPAR, 2005). Hal ini tidak lepas dari peran

aktif pemerintah Provinsi NTB dan pelaku wisata lainnya dalam mempromosikan

obyek wisata alam maupun budaya melalui media massa cetak dan elektronik.

Isi pesan mengenai informasi wisata umumnya bersifat persuasif

karena bertujuan mengajak calon wisatawan untuk mengunjungi Provinsi NTB.

Hal ini sejalan dengan pandangan Liston (2005) bahwa untuk kegiatan apapun

yang bertujuan promosi, kriteria pesan haruslah tepat, dapat

(28)

mengajak. Selain itu isi pesan harus bersifat strategis artinya pesan mampu

memberi motivasi ataupun inspirasi untuk meyakinkan khalayak bahwa apa yang

diungkapkan adalah sebuah kebenaran.

Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian mengenai pariwisata

dengan sudut pandang komunikasi. Penelitian mengenai pariwisata dari sudut

pandang komunikasi sudah banyak dilakukan seperti melihat peranan sebuah

kelompok, institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata.

Salah satu penelitian yang melihat peranan sebuah kelompok dalam

pariwisata dilakukan oleh Ichwanudin pada tahun 1998 dengan judul ”Peserta

kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program Sapta

Pesona di Kabupaten Sukabumi”. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik

personal yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan

dalam keluarga. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri

dari mencari informasi dan menyebarkan informasi Sapta Pesona. Sedangkan

variabel terikatnya yaitu adopsi inovasi yang terdiri dari pengetahuan, persepsi,

dan penerepan unsur-unsur Sapta Pesona. Penelitian tersebut menyimpulkan 1)

semua peubah perilaku komunikasi responden berhubungan nyata dengan

tingkat pengetahuan, persepsi, dan penerapan masyarakat terhadap unsur-unsur

program Sapta Pesona. 2) tingkat hubungan antar peubah karakteristik dan

perilaku komunikasi bervariasi diantaranya (a) pendidikan sekolah, pendapatan

dan jumlah tanggungan dalam keluarga berhubungan nyata dengan perilaku

mencari informasi; (b) umur dan pendidikan formal maupun non formal

berhubungan nyata dengan penyebarkan informasi.

Sedangkan penelitian lainnya mencoba mengevaluasi program promosi

wisata melalui webside milik Departemen Pariwisata Seni dan Budaya dari tahun 1995 - 2001. Evaluasi pada penelitian tersebut hanya bersifat formatif yang lebih

ditekankan pada proses dan mekanisme pengelolaan program serta output

kegiatan yang dapat dicapai. Penelitian dilakukan oleh Astuty (2002) dengan

judul ”Strategi Komunikasi Promosi Pemasaran Elektronik Pariwisata Indonesia”.

Program yang dianalisa adalah program promosi pemasaran pariwisata

Indonesia dalam rangka Penyelamatan Citra Pariwisata Indonesia dalam website

www.indonesia-tourisminfo.co.id.

Kesimpulan dari evaluasi program tersebut adalah (1) dilihat dari

(29)

telah dilaksanakan. (2) dilihat dari tujuan program, untuk membangun citra positif

pada masyarakat internasional sepenuhnya belum berhasil. (3) dilihat dari

pengamatan terhadap penggunaan internet, diketahui adanya peningkatan

dalam menggunakan internet oleh wisatawan maupun calon wisatawan.

Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan maka

penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan sumber informasi beserta

salurannya dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat peranan suatu

lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang

pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji hubungan antara

masing-masing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap

keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal di Pulau Lombok. Khusus

mengenai karakteristik perilaku komunikasi dibagi menjadi dua yaitu pencarian

informasi sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok.

Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam

penelitian adalah:

1. Bagaimana hubungan karakteristik personal wisatawan dengan keputusan

memilih obyek wisata?

2. Bagaimana hubungan perilaku komunikasi wisatawan dengan keputusan

memilih obyek wisata?

Tujuan

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan

keputusan memilih obyek wisata.

2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi dengan keputusan

wisatawan memilih obyek wisata.

Manfaat

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi NTB, khususnya

seluruh kabupaten yang ada di Pulau Lombok untuk menggunakan media

informasi yang tepat sebagai sarana promosi dan informasi daerah tujuan wisata

sehingga hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat untuk pengembangan dan

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komunikasi

Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi mengacu pada penggunaan media komunikasi

secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang

sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan

kelompok, kerumunan atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi

yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula

serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak

bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu

tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok

demografis.

Selain itu McQuail menambahkan bahwa kata massa kadangkala

digunakan untuk menyebutkan para konsumen di pasar massal atau sejumlah

besar pemilih (khalayak pada pemberi suara). Kumpulan semacam itu seringkali

ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk

mengarahkan atau mengendalikan perilaku konsumen dan perilaku politik

sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep massa mengandung pengertian

masyarakat secara keseluruhan atau masyarakat massa (McQuail, 1987).

Shannon dan Weaver melihat komunikasi dalam arti yang sangat luas

untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk

mempengaruhi pikiran lain. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha

untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima

pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi

dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan (Shannon dan Weaver, diacu

dalam Severin dan Tankard 2005).

Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi adalah

menjawab pertanyaan sebagai berikut, who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa)? Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi

dua kategori, yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Lasswell

(31)

Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa

diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses

komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara

beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau

komunikasi organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa

bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya

seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987).

Sedangkan Ardianto dan Erdinaya (2004) melihat komunikasi

interpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap

muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi

yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan

komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh

(terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

Lebih jauh Ardianto dan Erdinaya melihat bentuk komunikasi lain yang

tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal tetapi memiliki sifat

interpersonal karena komunikannya sering kali hanya satu orang dan dikenal

oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi ini tidak dapat dikategorikan ke dalam

komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada komunikasi massa. Bentuk

komunikasi tersebut adalah komunikasi medio (seperti telepon, teleks, faksimili,

dan sejenisnya).

Kata medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah dan

mempunyai karakteristik yang berada di antara komunikasi interpersonal dan

komunikasi massa. Kategori komunikasi media dalam dunia periklanan adalah

poster, spanduk, transit/panel bis, pameran, direct mail, kalender, display. Oleh karena itu Severin dan Tankard (2005) mendefenisikan komunikasi

massa secara lengkap sebagai berikut:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,

dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin

(32)

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi selalu mempunyai dampak atas satu atau lebih orang yang

terlibat dalam tindakan komunikasi. Dalam hubungan interpersonal yang

melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk

mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi

masing-masing individu (DeVito, 1997). Sedangkan Rakhmat (2001) menyatakan bahwa

ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu

1. Percaya.

Dalam proses komunikasi, percaya dapat meningkatkan komunikasi

interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman

dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk

mencapai tujuannya.

2. Adanya sikap suportif.

Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.

Sikap defensif ditandai dengan seseorang akan lebih banyak melindungi diri

dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang

memahami pesan orang lain. Seperti dari faktor personal ditandai dengan

adanya ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan lainnya.

3. Adanya sikap terbuka.

Sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun

saling menghargai.

Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi

komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers at al. (2003) bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai

pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini

terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada di

antara pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke

(2001) memaknai komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena

dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.

Dalam usahanya untuk membujuk, media dihadapkan pada suatu

jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan

pesannya. Artinya masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda

terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun yang didengar

sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia

(33)

dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber

menyebarluaskan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari

untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, diacu dalamMulyana 2001).

Sebelum pesan sampai pada penerima ada suatu proses yang dapat

mendukung berhasilnya suatu informasi. Hybels dan Weafer memaknai

komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan.

Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan

tulisan tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, penampilan diri atau

menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan

(Hybels dan Weafer, diacu dalam Liliweri 2003).

Perilaku Komunikasi

Konfirmasi

Dalam lingkup pariwisata, informasi memegang peranan sangat penting.

Menurut Gunn (1994) istilah informasi berisikan tentang deskripsi mengenai peta,

buku panduan wisata, rekaman gambar dalam format video, artikel majalah,

narasi para pemandu wisata, dan brosur. Perpaduan antara informasi peta

(lokasi wisata) dengan buku panduan wisata dapat membantu wisatawan

menemukan kebutuhan informasi tentang perjalanan wisata apa yang ingin

mereka saksikan dan kerjakan.

Kolb (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dilakukan sebelum

membuat keputusan mengenai tujuan wisata. Wisatawan menggunakan

sejumlah waktu untuk mencari informasi melalui banyak sumber-sumber

informasi sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada berbagai pilihan

sebelum memutuskan apa yang akan dikunjungi. Sumber informasi tersebut

berisikan fakta tentang produk, jasa, dan keuntungan yang diperoleh melalui

internet, bertanya pada teman dan keluarga.

Pentingnya pencarian informasi dinyatakan juga oleh Ricci dan Werthner

(2001) bahwa wisatawan selalu berdasarkan informasi dalam menentukan

kebutuhan mengenai tempat yang dituju, aktivitas yang akan dilakukan,

pelayanan, pemilihan batasan waktu, dan anggaran. Contohnya pada perilaku

mencari informasi mengenai hotel yang menyangkut fasilitas dan restaurant pada

perencana perjalanan (agen perjalanan).

Selain itu informasi wisata dapat diperoleh melalui media informasi formal

(34)

teknik penjualan langsung, aktivitas public relation dan Internet. Selain informasi formal, wisatawan dapat memperoleh informasi secara informal melalui keluarga

mereka, para teman dan kelompok orang dengan siapa mereka saling

berhubungan di tempat kerja dan secara sosial melalui kelompok acuan atau

biasa dikenal sebagai pembentuk opini (Middleton dan Clarke, 2001).

Internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi bisa

disebabkan mudah mengaksesnya dengan biaya yang relatif lebih murah.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (Chang 1988, diacu dalam Severin

dan Tankard, 2005) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan

pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya (gratis atau

murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses

informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian

besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer

setelah buku ataupun media informasi lainnya.

Fitur internet yang berisikan informasi wisata diantaranya

www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi

tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa

diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel, museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan lainnya. Sedangkan situs resmi pariwisata Indonesia adalah www.budpar.go.id

yang menampilkan secara lengkap informasi wisata di seluruh Provinsi di

Indonesia dalam berbagai bahasa Internasional. Situs lainnya adalah

www.indonesia-tourisminfo.co.id yang menampilkan informasi daerah tujuan

wisata seperti Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002).

Adanya perilaku wisatawan ketika mencari informasi secara

berulang-ulang dapat sebut sebagai konfirmasi. Pengertian konfirmasi merujuk pendapat

dari Rogers (Severin dan Tankard, 2005) bahwa konfirmasi merupakan

penguatan atau pembalikan keputusan inovasi yang dibuat. Sedangkan dari

kamus komunikasi istilah konfirmasi adalah penegasan yang mengandung

kenyakinan atau pengesahan sehingga tidak diragukan lagi (Effendy, 1989).

Dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Rakhmat (2001)

(35)

peneguhan yang terangkum dalam konteks respon yang tepat. Respon yang

tepat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan interpersonal

yang terjadi. Respon terbagi menjadi dua yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi.

Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal dan diskonfirmasi akan

merusak hubungan tersebut.

Respon dalam konfirmasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pengakuan langsung yaitu tahap dimana seseorang memberikan respon

segera yang ditandai dengan menerima informasi dari sumber dan bentuk

media komunikasi yang digunakan.

2. Perasaan positif yaitu tahap dimana seseorang menanggapi informasi

dengan bersikap positif.

3. Respon meminta (bertanya) yaitu tahap menggali informasi lebih banyak lagi.

4. Respon setuju yaitu sikap yang ditandai dengan kesetujuannnya terhadap

pilihan. Pada tahap ini terjadi peneguhan terhadap fakta tentang pilihan yang

telah diketahui.

5. Respon suportif yaitu ungkapan dalam bentuk pengertian, dukungan, atau

memperkuat keyakinan.

Sumber informasi wisata lainnya berupa media massa yang terdiri dari

media cetak dan elektronik. Adanya penggunaan berbagai sumber informasi

sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan tujuan wisata menunjukan

ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi. Umumnya seseorang

merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin

mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari

macam-macam media (Lazarfeld dan Merton, diacu dalam Rivers at al. 2003).

Media informasi tersebut salah satunya adalah buku panduan wisata.

Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia.

Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis.

Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata

yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh

dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan

Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan

berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas

setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara

Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik

(36)

Selain menggunakan buku panduan wisata, wisatawan dapat

menggunakan brosur-brosur wisata. Dalam industri perjalanan (travelling), pariwisata, taman bermain, daerah wisata, atraksi, dan perhotelan merupakan

pengguna brosur yang paling besar. Mereka menyebarkan informasi kepada

pebisnis, pencari kesenangan, dan profesional yang sering melakukan

perjalanan. Selain itu itu brosur mampu mengidentifikasi penempatan informasi

suatu produk atau jasa (Roman at al. 2005).

Terpaan (Exposure) Media Informasi

Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen yang berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan di majalah,

mendengar iklan di radio, dan lainnya). Terpaan sendiri merupakan tahap awal

menuju tahap-tahap dalam proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam

proses informasi dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga

bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Terpaan tidak

menjamin bahwa pesan akan menghasilkan efek tetapi ini merupakan tahapan

penting untuk taraf berikutnya dalam memproses informasi.

Terpaan membutuhkan beberapa hal diantaranya:

1. Saluran media yang ditayangkan atau didistribusikan (surat kabar, majalah,

radio, televisi dan sebagainya).

2. Konsumen menerima terpaan dari saluran media (dengan membaca surat

kabar, majalah, mendengarkan radio, menonton televisi dan sebagainya).

3. Konsumen menerima terpaan dari iklan tertentu dan pengiklan yang

disampaikan pada media yang ada melalui saluran media.

Jadi ketika individu menerima informasi dari penyampai pesan yang

memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka

keadaan ini disebut sebagai terpaan individu (Amini, 2004).

Donohew at al. (1980) dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan Informasi (Activation Theory of Information Exposure) menjelaskan bahwa seorang individu akan berusaha mencari (memenuhi) stimulasi dan informasi dari

suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi

kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan

stimulasi bias berbeda untuk setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan

memilih stimulasi dan informasi yang menarik perhatiannya daripada

(37)

Image Daerah Tujuan Wisata

Image muncul tidak lepas dari peranan sumber informasi yang memberikan sebuah gambaran positif atau negatif tentang kawasan wisata. Hal

ini merupakan efek dari komunikasi massa dimana realitas yang terbentuk

merupakan gambaran yang mempunyai makna (Rakhmat, 2001) sehingga Yoety

(2002) menyatakan gambaran positif tentang produk daerah tujuan wisata

merupakan image atau citra positif terhadap daerah tujuan wisata.

Adanya gambaran positif tidak lepas dari peranan stimuli dan stimuli

merupakan setiap input yang dapat ditangkap oleh alat indra (Rakhmat, 2001). Stimuli dapat juga dipahami dari konteks pemasaran yaitu stimuli merupakan hal

terpenting dari realitasartinya suatu proses dengan mana seseorang menyeleksi,

mengorganisasikan dan menginterpretasi stimuli kedalam suatu gambaran dunia

yang berarti (Simamora 2004). Gambaran realitas ini dapat dilihat pada bentuk

pilihan media seperti visual, visual gerak, audio, dan audiovisual. Media mampu

di terima oleh stimuli panca indra yang merespon bentuk media.

Panca indra akan cepat merespon bila terdapat warna-warna terang dan

adanya penggabungan dalam bentuk gerak. Kemampuan dalam menstimuli

pesan tidak lepas dari kemampuan masing-masing panca indra. Hal ini terlihat

pada panca indra penglihatan yang mampu menstimuli pesan lebih tinggi hingga

83% bila dibandingkan dengan panca indra pendengar yang hanya mencapai

11%. Sedangkan untuk panca indra penciuman hanya mencapai 3,5%, indra

perasa mencapai 1,5%, dan indra pengecap hanya 1% (Soedarmanto, 1998).

Dalam komunikasi periklanan penggunaan media (media massa,

elektronik) adalah hal yang sangat penting. Menurut Roman at al. (2005) image

adalah adanya interaksi langsung dengan konsumen. Interaksi langsung ini lebih

cepat mempengaruhi calon konsumen dan dalam ilmu komunikasi interaksi

langsung terjadi dalam komunikasi dua arah.

Gunn (1994) dalam bukunya tourism planning: basic, concepts melihat gambaran wisata erat kaitannya dengan informasi pada media dan peranan para

biro perjalanan. Kaitan terhadap peranan tersebut lebih kepada pemberian

informasi positif tentang daerah tujuan wisata dengan segala fasilitas pendukung.

Selain itu pihak agen perjalanan lebih menekankan untuk merekomendasikan

kawasan wisata yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan ataupun kemampuan

dari calon wisatawan itu sendiri.

(38)

Peranan Agen Perjalanan

Sejarah mencatat orang pertama yang dianggap sebagai traveller

adalah Marcopolo pada tahun 1254-1374 yang melakukan perjalanan dari benua

Eropa ke daratan Tiongkok dan kembali ke Venesia. Awal abad ke-XIX ditandai

dengan kemajuan dalam bidang transportasi yang meliputi darat, laut dan udara

sehingga memungkinkan dan memudahkan seseorang untuk berkunjung antar

negara atau kota. Menurut Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) tercatat dalam

sejarah bahwa Thomas Cook dianggap sebagai orang pertama yang

menjalankan profesi travell agent atau agen perjalanan di tahun 1855 pada The Paris Exhibition.

Peranan Agen perjalanan sangat penting dalam memberikan informasi

tentang daerah tujuan wisata dan Wahab (2003) menyatakan bahwa agen

perjalanan menangani kira-kira 70 % usaha perjalanan. Profesi agen perjalanan

bertumpu pada kepercayaan yaitu kepercayaan pelaku perjalanan tentang

bentuk pelayanan dan macam wisata yang diinginkan. Wahab juga

menambahkan bahwa profesi agen perjalanan sifatnya sangat kompleks karena

variasi jasa dan pelayanannya kepada pelanggan menyebabkan agen perjalanan

menjadi salah satu sektor penting dalam industri pariwisata.

Hal ini dikarenakan agen perjalanan menjadi salah satu tempat

mengakses hampir semua produk di dalam pariwisata dan traveling (Middleton dan Clarke, 2001). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Gunn (1994)

bahwa agen perjalanan mempunyai keleluasaan yang lebih luas dibandingkan

dengan sumber informasi lainnya dalam hal mempengaruhi calon wisatawan

tentang lokasi wisata yang dapat dikunjungi. Lebih jauh lagi Gunn menyatakan

dari sudut bisnis, lokasi bangunan ataupun gedung-gedung yang dimiliki suatu

kawasan daerah tujuan wisata kedudukannya sedikit lebih penting dari seluruh

produk wisata yang dapat ditawarkan. Wisatawan lebih mementingkan di mana

letak lokasi wisata yang akan di kunjunginya.

Komponen dalam Kegiatan Pariwisata

Batasan dan Lingkup Wisatawan

Pariwisata pada umumnya adalah suatu hal yang berhubungan dengan

perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Hal ini dipertegas oleh

Gunn (1994) bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang merangkum

(39)

liburan ataupun menikmati sebuah perjalanan yang menyenangkan. Istilah lain

yang berhubungan dengan pariwisata adalah wisatawan. Orang yang datang ke

lokasi wisata tidak semuanya dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan. Hal

ini berdasarkan pengertian akan makna dari wisatawan itu sendiri.

Menurut Wahab (2003), Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) dapat

dirangkum makna wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang menetap sekurang-kurangnya 24 jam disuatu negara dan maksud mereka berkunjung dapat

didasarkan atas dua hal yaitu 1). Waktu luang seperti berekreasi, cuti, untuk

kesehatan, studi, dan olah raga; 2). Bisnis, keluarga, misi, rapat dinas.

Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan jika

memiliki masa tinggal selama 24 jam atau lebih yang tersebar di seluruh

kawasan wisata dengan tujuan untuk berlibur, usaha perdagangan, dinas

(bekerja) ataupun datang untuk mengunjungi kerabat atau handai tolan mereka.

Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata

Masing-masing wisatawan mempunyai masa tinggal yang berbeda pada

daerah tujuan wisata. Salah satu prinsip dasar dari pariwisata adalah masa

tinggal karena akan diperoleh informasi mengenai jumlah masa tinggal

wisatawan dari yang terendah hingga jumlah maksimum (Cooper dan Hall,

2008).

Para pemasar yang bergerak dalam bidang pariwisata menganggap

penting data mengenai jumlah kedatangan dan masa tinggal wisatawan. Dengan

adanya informasi tersebut maka akan mudah bagi para pemasar untuk

mengetahui kegiatan wisata dan jumlah penerimaan yang dihasilkan dari

pengeluaran wisatawan. Menurut Wahab (2003) dalam mengukur lalu lintas

wisata dibutuhkan informasi mengenai jumlah masa tinggal wisatawan yang

diketahui dari penjumlahan seluruh lamanya malam wisatawan menginap di

hotel.

Untuk menentukan rata-rata lama tinggal para wisatawan dapat

dilakukan dengan lebih sederhana yaitu dengan mengelompokan wisatawan

berdasarkan asal negaranya dengan memberikan suatu batasan atau kategori

mengenai lama tinggalnya. Misalnya saja kurang dari tujuh hari, delapan hari

sampai lima belas hari, dan seterusnya.

Ada juga yang membagi jumlah malam menginap dengan jumlah

(40)

lemah karena dapat terjadi penghitungan jumlah masa tinggal pada wisatawan

yang sama. Hal ini disebabkan sebagian wisatawan suka berpindah tempat

menginap dari hotel A ke hotel B.

Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata

Pengertian Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur

pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran

merupakan sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya

mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya.

Pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi pemasaran

namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas komunikasi. Jika

digabungkan maka komunikasi pemasaran dapat merepresentasikan gabungan

semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya

pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada

pelanggan atau kliennya.

Secara garis besar konsep produk dalam pemasaran dapat dibedakan

menjadi dua yaitu produk berupa barang berwujud (tangible products) dan barang tidak berwujud (intangible products). Menurut Yoety (2002) produk industri pariwisata lebih bersifat intangible products. Selain sifatnya tidak nyata, dalam produk industri pariwisata terdapat bermacam-macam kegiatan yang

harus dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Namun prinsip pemasaran

dalam pariwisata umumnya tetap sama untuk pemasaran jasa (marketing of service) dengan pemasaran barang (marketing of goods).

Lebih jauh Yoety (2002) membagi beberapa karakteristik produk industri

pariwisata yang berbeda dengan sifat barang-barang manufaktur diantaranya:

1. Tourism is a servise.

Produk industri pariwisata tidak berwujud karena itu produk tersebut tidak

dapat dipindahkan, dicoba, ataupun dikumpulkan. Pada barang berwujud

terjadi pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli terjadi setelah

transaksi selesai dilakukan. Tidak demikian dengan produk industri pariwisata

dimana pembeli sangat bergantung pada penjual untuk mengkonsumsinya.

Dalam transaksi tersebut tidak mengakibatkan terjadinya pemindahan hak

milik tetapi hanya ada hak pakai untuk sementara waktu. Hal ini terlihat ketika

(41)

menerima apapun kecuali selembar kuitansi sebagai bukti bahwa ia telah

membelinya tetapi apa yang dibelinya tidak bisa dikonsumsi sendiri tanpa

bantuan penjual (tour operator) yang biasanya diwakili oleh pemandu wisata. 2. Travel motivations are heterogeneous.

Motivasi perjalanan wisata yang dilakukan seseorang berbeda satu dengan

yang lain. Diantaranya ada yang ingin menyaksikan hasil kebudayaan,

kesenian, adat istiadat atau kebiasaan hidup masyrakat. Selain itu ada juga

yang bertujuan untuk menyaksikan keindahan alam atau melakukan kegiatan

olah raga.

3. Fragmented supply vs composite demand

Produk industri pariwisata merupakan kumpulan dari beberapa produk

perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata dalam hal ini

bertindak sebagai penyedia jasa (supplier). Penyedia jasa tersebut terdiri dari akomodasi hotel, restauran, entertainment, maupun pusat perbelanjaan dimana antara yang satu dan lainnya terpisah (fragmanted) dan berbeda dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen, dan produknya. Sedangkan

dalam hal permintaan selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran

(composite) dari beberapa produk seperti produk transportasi, kamar untuk menginap di hotel, dan sarapan pagi di hotel.

Bauran dalam Komunikasi Pemasaran

Bentuk bauran komunikasi pemasaran dalam konteks pariwisata

meliputi price, promotion, place, product (Yoety, 2002). Produk (product) merupakan keseluruhan totalitas produk yang akan ditawarkan meliputi jenis,

bentuk dan nama produk, kwalitas produk dan desain produk. Harga (price) merupakan keseluruhan aspek yang menyangkut kebijakan mengenai harga dari

produk. Umumnya konsumen menggunakan harga sebagai referensi untuk

memberikan perhatian terhadap sesuatu produk. Bagi konsumen harga sering

dikonotasikan dengan kualitas produk yang ditawarkan. Biasanya konsumen

akan berfikir apakah harga sesuai dengan nilai produk tersebut bagi dirinya.

Tempat (place) menyangkut kebijakan penentuan tempat penawaran produk untuk membentuk citra positif mengenai tempat di dalam hati sanubari

dan pikiran konsumen. Citra yang dimaksud meliputi lokasi (jauh dekat dari

konsumen), bentuk bangunan (arsitektur, desain eksterior dan interior), logo,

(42)

Promosi (promotion) bertujuan untuk menginformasikan produk kepada konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya. Promosi yang

dilakukan oleh pemasar ataupun suatu agen priklanan lebih sering menggunakan

media massa yang dapat mencakup khalayak lebih luas.

Gunn (1994) melihat pasar wisata dari sudut demand (markets) dan

supply (development) seperti dalam gambar 1 dibawah ini.

[image:42.612.213.436.195.313.2]

Gambar 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata

Dari pendapat Gunn (1994) akan diketahui why (alasan, motif) dari wisatawan ketika datang mengunjungi daerah atau negara tujuan wisata.

Kemudian akan diketahui what (apa saja) macam-macam obyek wisata yang tersedia. Satu hal yang terpenting disini adalah mengetahui where (dimana) para wisatawan mengetahui informasi tentang obyek wisata yang akan dikunjungi.

Secara keseluhan hal tersebut merupakan bagian dari komunikasi pemasaran

yang lebih menekankan pada makna persuasion atau membujuk.

Menurut Fill (1999) dari sudut pemasaran, kegiatan pameran secara

tidak langsung sudah mengarah pada penjualan langsung terhadap image wisata yang ditawarkan. Penjualan langsung sebagai respon dari komunikasi langsung

dapat membangun hubungan antar orang perorang ataupun membangun

hubungan kemitraan. Terpenting pada penjualan langsung adalah adanya

interaksi dalam berkomunikasi dengan masing-masing pelanggan.

Model Perilaku Pengambilan Keputusan

Konsumen dapat mengetahui informasi suatu produk tidak lepas dari

peranan sebuah iklan. Dikalangan praktisi bisnis, iklan difungsikan sebagai

perangsang dan pembentuk perilaku konsumen sehingga dapat dirumuskan Atraksi

Informasi Transportsi

(43)

beberapa tujuan dan fungsi penyajian iklan. Menurut Wibowo (2003) tujuan dan

fungsi penyajian iklan adalah sebagai berikut:

1. Untuk menarik perhatian masyarakat calon konsumen.

2. Menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri dibenak masyarakat.

3. Menggiring citra nama itu hingga menjadi perilaku konsumen

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk maupun jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan setelah tindakan ini. Lebih jauh lagi

Engel menyatakan bahwa akar utama dari perilaku konsumen adalah ekonomi

dan pemasaran. Selain itu proses pembelian lebih menjadi perhatian para

pemasar (profit atau nonprofit) daripada proses konsumsi (Engel at al. 1994). Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan

yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan

tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002)

keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan

yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain

dikesampingkan. Pertimbangan disini adalah menganalisa beberapa

kemungkinan atau

Gambar

Gambar 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata
Tabel 1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal
Tabel 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal
Tabel  3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap Pencarian Informasi Awal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling , karena penulis berasumsi dalam penelitian Quasi Eksperiment (eksperimen semu) dibutuhkan kemampuan siswa

Pencarian closis larutan jahe yang tepat dapat memberikan alternatif dalam pemilihan obat tradisional untuk koksidiosis sekum pada peternak disamping clapat clipakai sebagai

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Peningkatan PBB dan rasio efisiensi protein (REP) hanya seminggu setelah pemberian KTK sapi dalam ransum (umur 15-21 hari) mengindikasikan bahwa peningkatan kadar dan aktivitas

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini semakin berkembang pesat. Teknologi Informasi juga sangat berpengaruh dalam

Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik peserta didik yang lebih baik antara peserta

Salah satu upaya yang dlakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia sekolah, terutama para guru dan kepala sekolah yaitu dengan

melalui kerja individual. h) Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan. i) Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan. j) Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai