• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH) DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH) DI SURABAYA."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN

TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH)

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

HENDRIK RENATA 0712010245 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN

TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH)

DI SURABAYA

Yang diajukan

HENDRIK RENATA 0712010245 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Malicha Tanggal :………..

Mengetahui Wakil Dekan I

(3)

SKRIPSI

PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN

TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH)

DI SURABAYA

Disusun Oleh:

HENDRIK RENATA 0712010245 / EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 September 2011

Pembimbing Utama : Tim Pengguji : Ketua

`

Dra. Ec. Malicha Dra. Ec. Malicha

Sekretaris

Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS

Anggota

Wiwik Handayani, SE, M.Si

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(4)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN TERHADAP

WOM (WORD OF MOUTH) DI SURABAYA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3.

Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ibu Dra. Ec. Malicha, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan

(5)

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama

masa perkuliahan.

6.

Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan

segalanya.

7.

Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak

kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan

yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan.

Surabaya, September 2011

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.

Rumusan Masalah ... 7

1.3.

Tujuan Penelitian ... 7

1.4.

Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1.

Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Pemasaran... 9

2.2.1. Pengertian Pemasaran... 9

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran... 13

2.2.3. Konsep Pemasaran... 14

2.2.4. Perilaku Word-of-mouth ... 15

2.2.5. Brand Community ... 18

2.2.6. Pengaruh antara Komunitas Merek Terhadap WOM ... 31

2.3. Model Konseptual... 32

(7)

3.1

Definisi

Operasional

dan Pengukuran Variabel ...

34

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ...

37

3.2.1

Populasi

...

37

3.2.2

Sampel

...

37

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ...

38

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...

39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...

48

4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan...

48

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...

49

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ...

49

4.2.2. Uji Outlier Multivariate ...

51

4.2.3. Uji Reliabilitas

...

51

4.2.4. Uji Validitas

...

53

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ...

53

4.2.6. Uji Normalitas

...

55

4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM ...

56

4.2.8. Uji Kausalitas

...

58

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis ... 58

(8)

5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 60

(9)

Tabel 1.1. Top Brand Sepeda Motor 2008-2010 ...5

Tabel 1.2. Data Penjualan Sepeda Motor Suzuki Shogun Tahun 2008-2010...6

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...50

Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ...50

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate ...51

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...52

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas...53

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated ...54

Tabel 4.7. Assessment of Normality ...55

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...57

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...58

(10)

Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...56

(11)

PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN

TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH)

DI SURABAYA

Hendrik Renata

ABSTRAK

Anggota komunitas merek memberikan rekomendasi kepada calon

pelanggan lai, sehingga konsumen dalam komunitas dapat menjadi juru bicara

atau “papan iklan berjalan” yang efektif bagi perusahaan, konsumen yang puas

akan merek yang digunakannya akan memberitahukan kelebihan-kelebihan merek

tersebut kepada orang lain, dan selanjutnya konsumen akan

merekomendasikannya kepada orang lain. Bila pengalaman tersebut positif maka

rekomendasi tersebut bisa menjadi alat promosi yang efektif sehingga

menghasilkan sukses bagi produk tersebut, dan sebaliknya jika terjadi pengalaman

negatif maka bisa menghasilkan kehancuran bagi produk tersebut. Termasuk pada

komunitas pengguna Suzuki Shogun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh komunitas merek terhadap WOM (Word Of Mouth).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengguna Suzuki Shogun

community Surabaya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan

cara menyebarkan kuesioner. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah

non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu

pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengguna Suzuki

Shogun Surabaya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural

Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa

variabel komunitas merek berpengaruh positif terhadap WOM (Word Of Mouth).

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, maka produsen dituntut lebih memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen terutama pada strategi untuk mempertahankan loyalitas konsumennya. Pada umumnya loyal konsumen tidak mencari alternatif dan tidak mudah berpaling pada merek produk lain. Dengan alasan tersebut perusahaan berusaha untuk menciptakan konsumen yang loyal.

(13)

Merek memberikan konsumen suatu sumber pilihan, mnyederhanakan keputusan, menawarkan jaminan mutu dan mengurangi resiko, membantu ekspresi diri, serta menawarkan persahabatan dan kesenangan.

Pemasaran sebagai suatu strategi untuk memenuhi kebutuhan individu memiliki tujuan akhir untuk memperoleh loyalitas konsumen (customer loyalty). Di era hypercompetition para pemasar sudah mampu memberikan pelayanan dan manfaat yang relatif sama atas merek yang dimilikinya sehingga hanya merek yang memberikan nilai lebih yang dapat memenangkan hati konsumen agar konsumen menjadi loyal (customer loyalty). Nilai lebih yang dimaksud tidak hanya keberhasilan untuk

memenuhi kebutuhan dasar para konsumen, tetapi juga keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri konsumen dan sosialisasi seperti membuat komunitas untuk berinteraksi satu dengan yang lain.

Sebuah merek dapat memiliki beberapa asosiasi, satu atau lebih diantaranya dapat mendominasi (Rosinta, 1996). Merek dapat menjadi sarana atau wahana untuk bertemu dengan orang lain, membangun relationships, dan menemukan orang-orang yang memiliki satu minat di

(14)

konsumen daripada merek tersebut (McAlexander, Schouten, dan Koeing, 2002). Komunitas merek juga tidak terlepas dari interaksi antar anggotanya agar memperkuat soliditas komunitas merek.

Hal seperti ini dapat terlihat pada persaingan produk sepeda motor. Indonesia Commercial Intelegence (2009) menyatakan bahwa industri sepeda motor nasional merupakan industri yang masih terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan masyarkat akan tranportasi yang murah dan fleksibel. Kebutuhan masyarakat ini masih akan terus ada mengingat belum adanya sistem tranportasi massal yang terintegrasi apalagi rasio kepemilikan sepeda motor di indonesia masih tergolong rendah di kawasan ASEAN sehingga potensi di masa datang masih sangat baik.

Kondisi ini membuat investasi berupa peningkatan kapasitas pada pabrik yang sudah ada maupun pembangunan pabrik baru ternasuk oleh produsen baru masih terjadi hingga tahun 2008. Beberapa investasi untuk menambah kapasitas maupun pendirian pabrik baru ini meningkatkan kapasitas produksi industri sepeda motor sehingga pada tahun 2008 mencapai 7,86 juta unit per tahun. Pada tahun 2009, produksi diperkirakan akan tetap atau bahkan terkoreksi mengingat faktor pendorong yang ada seperti deflasi sifatnya hanya mengurangi tekanan namun secara fundamental tidak akan mendorong pertumbuhan (www.ICN.com)

(15)

tidak hanya menjadi sekedar alat tranportasi biasa tetapi bagi sebagian kalangan masyarakat telah menjadi bagian dari gaya hidup. Antusiasme sebagian kalangan masyarakat terhadap motor sport adalah salah satu gambaran dari fenomena tersebut. Komunitas penggemar motor sport selaku konsumen sepeda motor dalam hal ini telah terlibat pada jenis perilaku pembelian yang rumit. Dimana perilaku pembelian yang rumit itu lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat mengekspresikan diri (Kotler,2000). Karena seperti diketahui bahwa sebuah motor sport identik dengan harga yang relatif mahal dan konsumsi bahan bakar yang besar.

(16)

Anggota komunitas merek memberikan rekomendasi kepada calon pelanggan lain (Yuswohady, 2008). Sehingga konsumen dalam komunitas dapat menjadi juru bicara atau “papan iklan berjalan” yang efektif bagi perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Yuswohady (2008) bahwa customer is the truly salesman. Konsumen yang puas akan merek yang

digunakannya akan memberitahukan kelebihan-kelebihan merek tersebut kepada orang lain, dan selanjutnya konsumen akan merekomendasikannya kepada orang lain. Rekomendasi pelanggan merupakan alat promosi dan penjualan yang sangat efektif dalam mempengaruhi calon prospek (Silverman, 2001). Hal ini merupakan salah satu strategi komunikasi pemasaran yang mendasar yang disebut dengan Word of Mouth.

Demikian halnya yang dilakukan dengan Suzuki Shogun. Tetapi berdasarkan data Top Brand Index Suzuki Shogun mengalami peringkat yang menurun, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.1. Top Brand Sepeda Motor 2008-2010 Merek TBI

(2008)

TBI (2009)

TBI (2010)

Supra 43% 36.2% 32.1%

Jupiter 11.5% 13.8% 31.1%

Vega 8.3% 13% 11.8%

Suzuki Shogun 5.0% 4.3% 2.3%

(17)

Tabel 1.2. Data Penjualan Sepeda Motor Suzuki Shogun Tahun 2008-2010

No Penjualan Suzuki Shogun 2008 2009 2010

1 Surabaya Timur 18 15 11

2 Surabaya Utara 25 15 12

3 Surabaya Selatan 21 20 18

4 Surabaya Barat 35 25 22

5 Surabaya Pusat 32 26 17

Total Penjualan 131 101 80

Berdasarkan hasil dari tabel Top Brand Indeks dan data penjualan diatas, diketahui bahwa pada produk sepeda motor Suzuki mengalami nilai yang menurun. Word of mouth sendiri telah menjadi suatu fenomena yang menarik di dalam dunia pemasaran dan komunikasi, dimana word of mouth menjadi salah satu kekuatan dalam pasar (Kotler, 2000). Saat ini kekuatan word of mouth mulai disadari dan dimanfaatkan oleh banyak perusahaan, mengingat iklan-iklan di media massa tidak lagi efektif sebagai alat promosi karena konsumen hanya bisa mengingat lima sampai tujuh iklan per hari (Schiffman dan Kanuk, 2000). Word of mouth lebih dipercaya dibandingkan oleh seorang sales person, dan dapat

menjangkau konsumen lebih cepat daripada iklan maupun direct-mail, karena kekuatan word of mouth terletak pada kemampuannya dalam memberikan rekomendasi (referral). Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Dye (2000) bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang senang sekali untuk membagi pengalamannya tentang sesuatu.

Word of mouth lebih dipercaya dibandingkan oleh seorang sales person,

(18)

rekomendasi (referral). Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Dye (2000) bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang senang sekali untuk membagi pengalamannya tentang sesuatu. Bila pengalaman tersebut positif maka rekomendasi tersebut bisa menjadi alat promosi yang efektif sehingga menghasilkan sukses bagi produk tersebut, dan sebaliknya jika terjadi pengalaman negatif maka bisa menghasilkan kehancuran bagi produk tersebut. Termasuk pada komunitas pengguna Suzuki Shogun.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisis PENGARUH KOMUNITAS MEREK SUZUKI SHOGUN TERHADAP WOM (WORD OF MOUTH) DI SURABAYA

1.2. Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai perumusan masalah sebagai berikut :

Apakah komunitas merek berpengaruh terhadap WOM (Word Of Mouth) positif ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk menganalisis pengaruh komunitas merek terhadap WOM (Word Of Mouth) positif

1.4. Manfaat Penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam penelitian ini.

a. Basalamah, (2010) dengan judul : Pengaruh Komunitas Merek terhadap Word of Mouth

Tujuan penelitian ini adalah (1) melihat pengaruh komunitas merek terhadap word of mouth pada komunitas Honda Vario Club, dan (2) mengetahui dimensi-dimensi dalam komunitas merek yang paling mempengaruhi word of mouth dalam komunitas Honda Vario Club. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota Honda Vario Club. Pengaruh positif antara variable komunitas merek dengan variabel word of mouth diketahui sebesar 56.8%, berarti bahwa komunitas

merek dapat mem-pengaruhi 56.8% terjadinya word of mouth. Dimensi komunitas merek yang memiliki signifikansi hubungan dalam mempengaruhi word of mouth dalam komunitas Honda Vario Club yaitu dimensi company relationships dan customer-brand relationships. Kedua dimensi tersebut memberikan pengaruh

(20)

responden yaitu anggota Honda Vario Club dan konsumen merasakan hubungan yang kuat dengan merek seperti menggunakan Honda Vario kemanapun responden berpergian. Sedangkan dua dimensi lainnya yakni customer product relationships dan customer-customer relationships tidak memberikan signifikan terhadap word of mouth.

b. Prasmawati, 2010, Studi Tentang Komunitas Merk Dengan Positive Words Of Mouth Pada Pengguna Motor Yamaha Di Surabaya

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan Komunitas merek. Variabel yang mendukung penelitian ini diambil dari beberapa jurnal yaitu : Budiman (2003); DeCarlo et.al (2007); Olaru., et.al (2007); dan Joo et.al, (2007), Kaffashpor, Azar dan Behead (2009). Hasil penelitian yang menunjukkan Customer Value (komunitas merek) berpengaruh positif terhadap Positive WoM

2.2. Pemasaran

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan mendapatkan laba.

(21)

Salah satu pengertian ini timbul karena pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kegiatan dan kepentingan yang berbeda-beda.

Kenyataannya pemasaran merupakan konsep yang menyeluruh yang meliputi penentuan daripada kebutuhan dan keinginan konsumen, sasaran, dan kemudian bagaimana menyerahkan produk secara efisien dan efektif. Sedangkan istilah yang lain tersebut hanya merupakan satu bagian atau kegiatan dalam sistem pemasaran keseluruhannya.

Menurut Stanton dalam bukunya “Fundamental Marketing” yang dikutip oleh Swastha dan Irawan (2003 : 5) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Kotler (1997 : 8), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dalam menciptakan, menawarkan dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (1990 : 5) pemasaran adalah sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

(22)

Menurut Suratno definisi tersebut dapat dijelaskan dengan mengunakan konsep-konsep inti pemasaran yaitu :

1. Kebutuhan.

Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan yang dirasakan tidak ada dalam diri seseorang. Memiliki banyak kebutuhan yang komplek dan tidak pernah berhenti atau puas sampai akhir hayat.

2. Keinginan.

Merupakan kebutuhan manusia yang dibentuk oleh kultur dan pribadi individu. Dengan berkembangnya masyarakat maka keinginan anggota masyarakat itu pun meluas.

3. Permintaan.

Keinginan mereka menjadi permintaan apabila didukung oleh daya beli. 4. Produk.

Sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, untuk memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan.

5. Pertukaran.

Tindakan untuk memperoleh suatu obyek yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya.

6. Transaksi.

(23)

7. Pasar.

Tempat bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi atas barang dan jasa.

Dari definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kunci konsep pemasaran untuk mencapai tujuan perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan kepada konsumen untuk lebih efisien dan efektif dari pada yang diberikan oleh para pesaing, dimana merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Kegiatan pemasaran tidak bermula pada selesainya proses produksi dan juga tidak berakhir pada saat penjualan dilakukan, tetapi perusahan juga harus dapat memberikan kepuasan. Dimana konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan sehingga jaminan yang baik atas barang dan jasa dapat dilakukan sesudah penjualan.

(24)

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Perusahaan harus menerapkan konsep pemasaran dalam praktek agar keuntungan yang terkandung didalamnya dapat direalisasikan, dan dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran ini merupakan tindakan dari konsep pemasaran.

Banyak definisi yang diungkapkan oleh ahli ekonomi mengenai manajemen pemasaran, diantaranya Kotler dan Armstrong (2003 : 16) manajemen pemasaran adalah merupakan analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

Menurut Assauri (2002 : 12) manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program - program yang dibuat untuk membentuk, membangun dan memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran guna mencapai tujuan organisasi.

(25)

Penentuan produksi, harga, promosi dan tempat untuk mencapai tanggapan yang efektif disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen dan sebaiknya sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan produk-produk perusahaan.

2.2.3. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997 : 17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam memandukan kegiatan pemasaran dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Konsep pemasaran bersandar pada empat tiang utama, yaitu fokus pasar, orientasi kepada pelanggan, pelanggan terkoordinasi dan orientasi laba. Konsep pemasaran berdasarkan pandangan dari luar kedalam. Konsep ini diawali dengan pasar yang didefinisikan secara jelas berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan engan pelanggan dan menghasilkan laba melalui kepuasan pelanggan.

Menurut Swastha dan Irawan (2003 : 8), ada tiga unsur pokok yang mendasari konsep pemasaran yaitu :

a. Orentasi pada konsumen

Perusahaan yang berorentasi pada konsumen maka harus :

1. Menentukan kebutuhan pokok yang dari pembeli yang akan dilayani. 2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam

(26)

3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku konsumen.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau desain yang menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Volume penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan dan konsep pemasaran. Karena keuntungan dapat diperoleh melalui kepuasan konsumen. Dengan keuntungan yang maksimal perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegunaan pemasaran

Dalam perusahaan perlu dilakukan cara untuk memberikan kepuasan konsumen. Dalam suatu pemasaran diantaranya penyesuaian dan koordinasi, kegunaan produk, harga saluran distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan pelanggan.

2.2.4. Perilaku Word-of-mouth

Word-of-mouth communication, pada dasarnya adalah pesan tentang

(27)

pelayanan dan hal lainnya yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada orang lain. Pesan yang disampaikan dapat berbentuk pesan yang sifatnya positif maupun negatif bergantung pada apa yang dirasakan oleh sipemberi pesan tersebut atas jasa yang ia konsumsi.

Perilaku WOM dapat dihubungkan dengan kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dengan pengalaman konsumsinya terdahulu (Blodget, 1993; Brown & Beltramini 1989, dan lain-lain). Kepuasan konsumen oleh Kotler didefinisikan sebagai berikut: ,”satisfaction is a person’s feeling of pleasure or disappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in

relation to his or her expectations. If the performance fall short of expectations,

the customer is dissatisfied. If the performance matches the expectations, the

customer is satisfied. If the performance exceeds expectations, the customer is

highly satisfied or delighted”.

Komunikasi dari mulut ke mulut (words of mouth) masih merupakan jenis aktivitas pemasaran yang paling efektif di Indonesia (vibiznews, Oktober 2007). Menurut Brown et al. (2005 : 125), Words of Mouth (WOM) terjadi ketika pelanggan berbicara kepada orang lain mengenai pendapatnya tentang suatu merk, produk, layanan atau perusahaan tertentu pada orang lain. Apabila pelanggan menyebarkan opininya mengenai kebaikan produk maka disebut sebagai WOM positif tetapi bila pelanggan menyebarluaskan opininya mengenai keburukan produk maka disebut sebagai WOM negatif.

WOM Positif dapat berarti apabila seseorang melakukan bisnis dengan

(28)

perusahaan tersebut (Brown, et al.2005 : 125). Pada studi sebelumnya menyatakan bahwa WOM positif sembilan kali lebih efektif dan merupakan bentuk periklanan tradisional yang dapat merubah ketidaksenangan atau kenetralan seseorang menjadi sikap positif terhadap suatu produk / jasa.

Komunikasi WOM dapat menjadi sangat berpengaruh dalam suatu keputusan pembelian, hal tersebut sangatlah penting dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang bersifat intangible (tidak berwujud). Oleh karena itu sulit untuk mengevaluasi produk jasa sebelum melakukan pembelian terhadap produk jasa tersebut. Lebih jauh lagi jasa tidak memiliki suatu standar ukuran tertentu dan hal itulah yang menyebabkan jasa lebih beresiko dibanding dengan produk barang, sehingga pengelola bisnis jasa perlu melakukan pengelolaan pelanggan secara baik agar pelanggan melakukakan WOM positif.

(29)

2.2.4.1.Indikator WOM

Adalah pesan tentang produk atau jasa suatu perusahaan, ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar tentang kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal lainnya yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada orang lain, dengan dimensi (Erida, 2009:3) :

a) Customer Satisfacition adalah sikap puas yang diperoleh konsumen dengan menggunakan produk tersebut dengan indikator :

 Puas terhadap produk

 Iklan menarik

b) (Y2)Contagious Product, merupakan suatu kualitas produk Suzuki yang digambarkan dengan kenyamanan dan kebanggaan menggunakan produk tersebut dengan indikator :

 Produk yang bangga

 Produk yang mudah digunakan

2.2.5. Brand Community

Brand community adalah suatu komunitas yang disusun atas dasar

kedekatan dengan suatu produk atau merek. Perkembangan terakhir dalam pemasaran dan penelitian perilaku konsumen sebagai hasil dari hubungan antara merek, identitas individu dan budaya. Diantara konsep yang menjelaskan perilaku konsumen dengan suatu merek tertentu.

(30)

Conference in Minneapolis. Pada tahun 2001 artikel berjudul “brand community” dipublikasikan dalam jurnal penelitian konsumen (SSCI), mereka menjelaskan konsep brand community sebagai “suatu bentuk komunitas yang terspesialisasi, komunitas yang memiliki ikatan yang tidak berbasis pada ikatan secara geografis, namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan sosial di antara penggemar merek tertentu”.

Schouten & Mc Alexander (1995) mendefinisikan brand community (komunitas merek) sebagai kelompok sosial yang berbeda yang dipilih secara pribadi berdasarkan pada persamaan komitmen terhadap kelas produk tertentu, merek dan aktivitas konsumsi. Menurut Herek dan Glunt (1995) kata komunitas memiliki beberapa pengertian seperti adanya lokasi geografis, keanggotaan pada organisasi sosial tertentu dan sekumpulan individu yang memiliki perasaan bersama dan karakteristik sama. Pendapat ini menguatkan apa yang dikatakan Fischer (1976) dimana pengertian komunitas adalah adanya persamaan karakteristik dan Gusfel (1975) yang mengatakan bahwa adanya lokasi geografis yang sama dan interaksi sosial dari anggotanya menjadi ciri dari suatu komunitas. Shafer (1989), mengemukakan yang dimaksud dari suatu komunitas adalah sekelompok orang baik dalam bentuk geografis, politik atau sosial. Terpenting disini adalah faktor utama pembentuk komunikasi. Hubungan komunikasi tersebut tidaklah perlu aktif tetapi paling tidak keberadaannya dapat ditemukan.

(31)

(1974) sebagai adanya persepsi kesamaan dan keyakinan adanya hubungan interdependensi dengan orang lain, serta adanya keyakinan bahwa dirinya adalah bagian dari sttruktur yang lebih besar. Sehingga perusahaan mendukung aktivitas ini dengan memberikan dukungan materi serta memfasilitasi terbentuknya suatu komunitas. Perusahaan berharap dari penerapan strategi ini, perusahaan memperoleh hubungan jangka panjang (long term relationship) dengan konsumen yang terwujud dalam loyalitas merek (berry dan Pasuraman, 1991).

Hubungan antara komunitas dan kebutuhan konsumen menurut Resnick Marc (2001) ada beberapa kebutuhan konsumen yang dapat terpenuhi di dalam suatu komunitas, diantaranya adalah :

a. Informasi

Konsumen diberikan kebebasan untuk membagikan informasi mengenai pengalaman mereka bersama produk yang mereka miliki, hal ini dapat membantu konsumen dalam menentukan produk mana yang akan mereka beli. Adanya review dari anggota yang ahli (expert) memberikan banyak informasi dan masukan bagi konsumen mengenai bagaimana memaksimalkan penggunaan produk.

b. Komunikasi

(32)

konsumen. Komunikasi dapat menjadi media informasi bagi konsumen untuk mengetahui lebih banyak mengenai produk.

c. Entertainment

Komunitas menyediakan hiburan bagi konsumen yang menjadi anggotanya. Konsumen dapat menikmati setiap aktivitas hiburan yang disediakan oleh pemilik komunitas dengan mengikuti berbagai kegiatan dalam komunitas.

d. Productivity

Melalui komunitas, konsumen dapat meningkatkan produktivitas mereka dalam memberikan masukan dalam kemajuan produk atau perusahaan. Komunitas menyediakan akses bagi konsumen untuk menyalurkan berbagai macam informasi yang berguna bagi perusahaan atau pihak lainnya yang berhubungan.

e. Feedback

Konsumen menggunakan fasilitas berbagi informasi di dalam komunitas untuk memberikan feedback kepada perusahaan mengenai kesukaan atau ketidaksukaan mereka terhadap produk yang telah dikonsumsi. Selain itu feedback diberikan dalam bentuk solusi pemecahan masalah serta product improvement.

(33)

Philip Kotler (2003) dalam bukunya “Marketing Management” edisi 11 menyatakan bahwa, didalam brand community terdapat consumer community atau komunitas konsumen yang merupakan salah satu alat yang penting dalam membangun merek. Consumer community atau komunitas konsumen yang merupakan salah satu alat yang penting dalam membangun merek. Consumer community membuat konsumen mencurahkan perhatiannya kepada merek yang mereka miliki. Dijelaskan kembali oleh Kevin Keller dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Pemasaran” (2006), yang dikembangkan bersama Philip Kotler dijelaskan bahwa komunitas merek atau klub merek dapat terbuka bagi setiap orang yang membeli produk atau jasa. Selain itu dengan strategi ini perusahaan membangun sebuah ikatan hubungan jangka panjang dengan konsumen

Mark Resnick (2001) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat beberapa manfaat dari keberadaan brand community :

a. Bagi konsumen

Bagi konsumen keberadaan brand community memberi banyak keuntungan diantaranya informasi mengenai jenis produk yang akan mereka beli.

b. Bagi produsen

(34)

mengenal dan mempelajari lebih jauh karakteristik konsumen (demografi, consumer preference, gaya hidup konsumen), kebutuhan serta masukan produsen dari konsumen mengenai berbagai aspek produk atau desain produk. Hal terpenting lainnya adalah keberadaan komunitas merek (brand community) dapat menciptakan hubungan jangka pannjang dengan konsumen dengan tujuan untuk mempertahankan kesetiaan konsumen. Muniz dan O Guinn (2001) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam brand community, diantaranya yaitu:

a. Online brand community bebas dari batasan ruang dan wilayah. b. Komunitas dibangun dari produk atau jasa komersial.

c. Merupakan tempat saling berinteraksi dimana setiap anggota memiliki budaya untuk mendukung dan mendorong anggota lainnya untuk membagikan pengalaman bersama produk yang mereka miliki.

d. Relatif stabil dan mensyaratkan komitmen yang kuat karena tujuan. e. Anggota komunitas memiliki identitas dengan level diatas rata-rata

konsumen awam karena mereka mengetahui seluk beluk produk.

2.2.5.1 Komponen-komponen Brand Community

Muniz dan O’Guin (2001), dalam jurnal yang berjudul Brand Community, menemukan bahwa terdapat tiga tanda penting dalam komunitas, yaitu :

a. Consciousness of kind ( kesadaran bersama )

(35)
(36)

1) Legitimacy

Legitimasi adalah proses dimana anggota komunitas membedakan antara anggota komunitas dengan yang bukan anggota komunitas, atau memiliki hak yang berbeda. Dalam konteks ini merek dibuktikan atau ditunjukkan oleh “yang benar-benar mengetahui merek” dibandingkan dengan “alasan yang salah” memakai merek. Alasan yang salah biasanya dinyatakan oleh kegagalan dalam menghargai budaya, sejarah, ritual, tradisi, dan simbol-simbol komunitas. Komunitas merek secara umum membuka organisasi sosial yang tidak menolak adanya anggota apapun, namun seperti komunitas pada umumnya bahwa mereka memiliki status hirarki. Siapapun yang setia kepada suatu merek bisa menjadi anggota komunitas, tanpa kepemilikan. Namun, kesetiaan kepada merek harus tulus dan memiliki alasan yang tepat. Yang membedakan antara anggota komunitas yang benar-benar memiliki kepercayaan pada merek dan mereka yang hanya kebetulan memiliki produk merek tersebut adalah kepeduliannya terhadap merek tersebut. Namun legitimasi tidak selalu ada dalam suatu komunitas merek. 2) Opposotional Brand Loyalty (Loyalitas Merek Oposisi)

(37)

komunitasnya, serta komponen penting pada arti merek tersebut. Ini berfungsi untuk menggambarkan apa yang bukan merek dan siapakah yang bukan anggota komunitas merek. Demikian pula, Englis dan Solomon (1997) dan Hogg dan Savolainen (1997) melaporkan bahwa pilihan konsumen dalam menggunakan merek adalah yang menandai bahwa itu merupakan pilihan mereka dalam berbagai gaya hidup.

b. Rituals and tradition ( ritual dan tradisi )

Ritual dan tradisi juga nyata adanya dalam komunitas merek. Ritual dan tradisi mewakili proses sosial yang penting dimana arti dari komunitas itu adalah mengembangkan dan menyalurkan dalam komunitas. Beberapa diantaranya berkembang dan dimengerti oleh seluruh anggota komunitas, sementara yang lain lebih diterjemahkan dalam asal usulnya dan diaplikasikan. Ritual dan tradisi ini dipusatkan pada pengalaman dalam menggunakan merek dan berbagi cerita pada seluruh anggota komunitas. Seluruh komunitas merek bertemu dalam suatu proyek dimana dalam proyek ini ada beberapa bentuk upacara atau tradisi. Ritual dan tradisi dalam komunitas merek ini berfungsi untuk mempertahankan tradisi budaya komunitas. Ritual dan tradisi yang dilakukan diantaranya yaitu :

(38)

tertera di halaman web yang dikhususkan. Adanya konsistensi yang jelas ini adalah suatu hal yang luar biasa. Misalnya adanya perayaan tanggal berdirinya suatu komunitas merek. Apresiasi dalam sejarah merek seringkali berbeda pada anggota yang benar-benar menyukai merek dengan yang hanya kebetulan memiliki merek tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan suatu keahlian, status keanggotaan, dan komitmen pada komunitas secara keseluruhan. Mitologi merek ini menguatkan komunitas dan menanamkan nilai perspektif. Status anggota diperoleh dari migrasi dari marginal ke status komunitas yang mendalam menambahkan nilai pengalaman dalam menggunakan merek.

2) Sharing Brand Stories (Berbagi Cerita Merek)

(39)

c. Moral responsibiliy ( rasa tanggung jawab moral )

Komunitas juga ditandai dengan tanggungjawab moral bersama. Tanggungjawab moral adalah memiliki rasa tanggungjawab dan berkewajiban secara keseluruhan, serta kepada setiap anggota komunitas. Rasa tanggungjawab moral ini adalah hasil kolektif yang dilakukan dan memberikan kontribusi pada rasa kebersamaan dalam kelompok. Tanggungjawab moral tidak perlu terbatas untuk menghukum kekerasan, peduli pada hidup. Sisitem moral bisa halus dan kontekstual. Demikianlah halnya dengan komunitas merek. Sejauh ini tanggungjawab moral hanya terjadi dalam komunitas merek. Hal ini nyata paling tidak ada dua hal penting dan misi umum tradisional, yaitu :

1) Integrating and retaining members (Integrasi dan Mempertahankan Anggota)

(40)

dijelaskan secara resmi oleh anggota komunitas, ada rasa di antara anggota masyarakat bahwa adanya kesadaran sosial dan kontrak. Hal ini juga berlaku dalam komunitas merek.

2) Assisting in the use of the brand (Membantu Dalam Penggunaan Merek)

Tanggungjawab moral meliputi pencarian dan membantu anggota lain dalam penggunaan merek. Meskipun terbatas dalam cakupan, bantuan ini merupakan komponen penting dari komunitas. Sebagian besar informan melaporkan telah membantu orang lain baik yang dikenal maupun tidak. Ini adalah sesuatu yang mereka lakukan “tanpa berpikir,” hanya bertindak dari rasa tanggungjawab yang mereka rasakan terhadap anggota komunitas. Salah satu cara ini merupakan perwujudan dari diri sendiri, bantuan itu sendiri melalui tindakan untuk membantu sesama anggota komunitas memperbaiki produk atau memecahkan masalah, khususnya yang melibatkan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman beberapa tahun menggunakan merek.

2.2.5.2 Indikator Brand Community

(41)

konsumen sebagai hasil dari hubungan antara merek, identitas individu dan budaya, dengan dimensi :

a)

Dynamic, adalah suatu kegiatan untuk menarik perhatian dengan tujuan

untuk mempromosikan prodk tersebut, dengan indikator :

 Pelopor

 Menarik perhatian

 Aktif

b) Co-operative, adalah suatu sikap ramah dan suka membantu kepada konsumen, dengan indikator :

 Ramah

 Disukai

 Suka membantu

c) Character,adalah reputasi perusahaan dengan mengedepankan sikap dan etika dengan indikator :

 Mempunyai reputasi

 Etika

d) Withdrawns adalah sikap berhati-hati menjaga nama baik perusahaan dengan tujuan menjaga citra perusahaan dengan indikator :

 Menjauhkan diri

(42)

2.2.6. Pengaruh antara Komunitas Merek Terhadap WOM

Word of mouth sendiri telah menjadi suatu fenomena yang menarik di

dalam dunia pemasaran dan komunikasi, dimana word of mouth menjadi salah satu kekuatan dalam pasar (Kotler, 2000). Saat ini kekuatan word of mouth mulai disadari dan dimanfaatkan oleh banyak perusahaan, mengingat iklan-iklan di media massa tidak lagi efektif sebagai alat promosi karena konsumen hanya bisa mengingat lima sampai tujuh iklan per hari (Schiffman dan Kanuk, 2000). Word of mouth lebih dipercaya dibandingkan oleh seorang sales person, dan dapat

menjangkau konsumen lebih cepat daripada iklan maupun direct-mail, karena kekuatan word of mouth terletak pada kemampuannya dalam memberikan rekomendasi (referral). Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Dye (2000) bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang senang sekali untuk membagi pengalamannya tentang sesuatu.

Word of mouth lebih dipercaya dibandingkan oleh seorang sales person,

(43)

Komunitas Merek

(X)

WOM (Y)

Dynamic

Co-operative

Character

Withdrawns

Customer Satisfacition

(44)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan teori diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Untuk memudahkan di dalam memecahkan masalah, maka penulis mencoba mendefinisikan operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini yaitu segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan dalam suatu penelitian, yang didasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan. Adapun variabel yang dapat diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Komunitas Merek (X)

suatu komunitas yang disusun atas dasar kedekatan dengan suatu produk atau merek. Perkembangan terakhir dalam pemasaran dan penelitian perilaku konsumen sebagai hasil dari hubungan antara merek, identitas individu dan budaya, dengan dimensi :

c)

(X1) Dynamic, adalah suatu kegiatan untuk menarik perhatian dengan tujuan untuk mempromosikan prodk tersebut, dengan indikator :

(X1.1) Pelopor

(46)

d) (X2) Co-operative, adalah suatu sikap ramah dan suka membantu kepada konsumen, dengan indikator :

(X2.1) Ramah (X2.2) Disukai

(X2.3) Suka membantu

e) (X3) Character,adalah reputasi perusahaan dengan mengedepankan sikap dan etika dengan indikator :

(X3.1) Mempunyai reputasi (X3.2) Etika

f) (X4) Withdrawns adalah sikap berhati-hati menjaga nama baik perusahaan dengan tujuan menjaga citra perusahaan dengan indikator :

(X4.1) Menjauhkan diri (X4.2) Berhati-hati

Word-of-mouth (Y)

Adalah pesan tentang produk atau jasa suatu perusahaan, ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar tentang kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal lainnya yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada orang lain, dengan dimensi (Erida, 2009:3) :

(47)

(Y1.1) Puas terhadap produk (Y1.2) Iklan menarik

h) (Y2)Contagious Product, merupakan suatu kualitas produk Suzuki yang digambarkan dengan kenyamanan dan kebanggaan menggunakan produk tersebut dengan indikator :

(Y2.1) Produk yang bangga

(Y2.2) Produk yang mudah digunakan

3.1.2. Pengukuran Variabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. Skala interval adalah Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial. Skala ini dikembangkan oleh Osgood dan biasanya digunakan untuk mengukur obyek-obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik. Skala ini tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri atau sebaliknya, yang mempunyai skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

(48)

 Jawaban dengan nilai 1 menunjukkan nilai terendah, berarti sangat tidak membenarkan pernyataan yang diberikan

 Jawaban dengan nilai 7 menunjukkan nilai tertinggi, berarti sangat membenarkan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengguna Suzuki Shogun Surabaya.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45) Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengguna Suzuki Shogun Surabaya..

Jumlah sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

(49)

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Jadi total sampel yang digunakan adalah 148 kuesioner

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari responden yaitu pengguna Suzuki Shogun Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data 1. Interview

Yaitu teknik pegumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian guna melengkapi data dalam penelitian ini.

2. Kuisioner.

(50)

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

3.4.1 Uji Normalitas dan Linieritas

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis , penguji dapat menggunakan uji – uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skweness value dari data yang digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari hampir semua program statistic. Nilai statistic untuk menguji normalitas itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai berikut :

Nilai – z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel 6

N

(51)

kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar  2.58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01.

Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pada penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

3.4.2. Evaluasi Outliers

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karateristik unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel kombinasi. (Hair. Et.al. 1998).

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers (Hair. Et.al. 1998).

a. Outliers Univariat

(52)

rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1998 dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memilki z-score  3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

b. Outliers Multivariat

(53)

3.4.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau mendekati nol akan akan mengindikasikan adanya Determinant of sample

covariance matrix atau multikolinearitas atau singularitas

(Tabachnick, 1998, P.716), Rumus :

Determinant of Sample covariance matrix = 2.5709 e + 006

Atau multikolinearitas atau singularitas = 2.570.906,550 sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand,

2002:108).

3.4.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variabel dan laten veriabel. Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah  0,5. Variance extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

 [Standardize Loading] Variance Extracted =

(54)

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Coomposite Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 : 62) :

( Std. loading)2 Construct Realibility =

( Std. loading)2 + j Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. j adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1 – realibilitas indikator.

(55)

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel

data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan [Hartline,1966], dan karena keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model

pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair, et.al.,1998].

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

(56)

mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [] dan lambda [] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 kali  [Anderson dan Gerbing, 1998]. Perhitungan construct reliability [] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [] dan lambda [] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

Didalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen, pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data dengan analisis ini adalah :

1. Mengembangkan path diagram.

(57)

hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel. 2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas multicolonieritas dan singularity.

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

[image:57.612.173.491.521.690.2]

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih kepada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digunakan serta nilai cut-off-nya dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 3.1. Goodness of Fit Index

Goodness-of-fit index Cut-off-value

X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Derajat bebas (DF) Positif

Signifikansi Probabilitas  0,05

GFI  0,90

AGFI  0,90

TLI  0,95

CFI  0,95

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan

PT Suzuki Indomobil Motor merupakan agen utama di Indonesia

dari Suzuki Motor Corporation Japan, perusahaan pendiri Suzuki. PT

Suzuki Indomobil Motor mendistribusikan produknya ke seluruh

dealer

di

Indonesia lewat PT Suzuki Indomobil Sales PT Suzuki Indomobil Motor

yang memiliki 6.014 tenaga kerja ssaat ini memasarkan 3 jenis produk,

yaitu mobil, sepeda motor, dan mesin kapal. Kegiatan yang dilakukan PT

Suzuki Indomobil Motor dibagi menjadi 6, yaitu :

a.

Memproduksi, merakit, dan mengirimkan mesin per bagian sepeda

motor dan mobil

b.

Memproduksi komponen dari mobil serta merakit menjadi mobil

c.

Memproduksi komponen-komponen bagian dari sepeda motor serta

merakit menjadi sepeda motor

d.

Pengerjaan suku cadang

e.

Pusat pelatihan mesin kapal

(59)

Berbagai jenis sepeda motor Suzuki pernah diproduksi di Indonesia

namun hanya tiga jenis motor yang masih diproduksi sampai sekarang

oleh PT Suzuki Indomobil Motor, yaitu sepeda motor jenis bebek, skutik,

dan sport. Sepeda motor Suzuki jenis bebek dan sport pertama kali

diproduksi pada tahun 1972, sedangkan sepeda motor Suzuki jenis skutik

mulai diproduksi pada tahun 2006. Sepeda motor bebek Suzuki yang

masih diproduksi sampai saat ini adalah Satria F 150, Smash 110, Shogun

125, dan Shogun 125 Fuel Injection. Untuk sepeda motor Suzuki jenis

sport yang masih diproduksi adalah Thunder 125. Sementara sepeda motor

Suzuki jenis skutik yang masih diproduksi adalah Spin 125, Skywave 125,

dan Skydrive 125.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1.

Analisis Statistik Deskriptif

Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran

jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap

unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.

a.

Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 148 responden 130 responden (88%)

(60)
[image:60.595.146.479.116.217.2]

Tabel 4.1

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

Laki-Laki 130

88

Perempuan 18

12

Total 148 100

Sumber : Lampiran.

b.

Deskripsi responden berdasarkan Umur

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 18-25 tahun

sejumlah 60 orang (41%) selanjutnya, yang berumur sekitar 26-30 tahun

sejumlah 66 orang (45%).

Tabel 4.2

Identitas Responden Menurut Umur

No Umur Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. 18 – 25 tahun

60

41

2. 26 – 30 tahun

66

45

3

31 – 35 tahun

22

24

[image:60.595.151.465.436.559.2]
(61)
[image:61.595.119.505.153.316.2]

4.2.2. Uji Outlier Multivariate

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 42.284 109.366 74.500 14.219 148

Std. Predicted Value -2.266 2.452 0.000 1.000 148

Standard Error of Predicted

Value 6.921 26.353 13.195 3.025 148

Adjusted Predicted Value 34.278 111.052 74.232 14.761 148

Residual -74.848 97.214 0.000 40.441 148

Std. Residual -1.760 2.286 0.000 0.951 148

Stud. Residual -1.878 2.429 0.003 1.002 148

Deleted Residual -85.198 109.722 0.268 44.898 148

Stud. Deleted Residual -1.896 2.476 0.003 1.006 148

Mahalanobis Distance [MD] 2.902 55.480 13.905 7.134 148

Cook's Distance 0.000 0.051 0.007 0.008 148

Centered Leverage Value 0.020 0.377 0.095 0.049 148

Sumber : Lampiran

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan

bahwa 'Terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum

55.480

36.123. 1 case outlier ini harus dieliminasi sehingga N pada

analsisis selanjutnya tinggal 148-1=147

4.2.3. Uji Reliabilitas

Koefisien cronbach’s alpha dihitung untuk mengestimasi

reliabilitas setiap skala. Sementara itu item to total correlation digunakan

untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yang

(62)
[image:62.595.146.478.155.346.2]

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total

Correlation

Koefisien Cronbach's Alpha

X11 0.706

X12 0.676

Dynamic

X14 0.752

0.513

X21 0.598

X22 0.770

Cooperative

X23 0.562

0.297

X31 0.771

Character

X33 0.754 0.280

X41 0.776

Withdrawal

X44 0.631 0.001

Y11 0.650

Customer

Satisfaction Y12 0.697 -0.200

Y21 0.769

Contagious

Product Y22 0.807 0.389

Sumber : Lampiran

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada

indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena

nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya

0,5. Indikator

yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.

Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap

construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien

Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of

(63)
[image:63.595.130.496.212.400.2]

4.2.4. Uji Validitas

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas

Faktor Loading Konstrak Indikator

1 2 3 4

X11 0.460

X12 0.611

Dynamic

X14 0.508

X21 0.310

X22 0.717

Cooperative

X23 0.430

X31 0.216

Character

X33 0.650

X41 0.461

Withdrawal

X44 0.344

Y11 0.659

Customer

Satisfaction Y12 -0.122

Y21 0.540

Contagious

Product Y22 0.444

Sumber : Lampiran

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa

factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap

construct belum seluruhnya

0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap

konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha,

perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted.

Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan

memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa

(64)
[image:64.595.96.529.158.374.2]

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL

Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability

Variance Extrated

X11 0.460 0.212 0.788

X12 0.611 0.373 0.627

Dynamic

X14 0.508 0.258 0.742

0.536 0.281

X21 0.310 0.096 0.904

X22 0.717 0.514 0.486

Cooperative

X23 0.430 0.185 0.815

0.491 0.265

X31 0.216 0.047 0.953

Character

X33 0.650 0.423 0.578 0.329 0.235

X41 0.461 0.213 0.787

Withdrawal

X44 0.344 0.118 0.882 0.280 0.165

Y11 0.659 0.434 0.566

Customer

Satisfaction Y12 -0.122 0.015 0.985 0.157 0.225

Y21 0.540 0.292 0.708

Contagious

Product Y22 0.444 0.197 0.803 0.391 0.244

Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber : Lampiran

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s

Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance

extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal

yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa

indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.

'Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability

dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang

ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya

0,7.

Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya

bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70

pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang

terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan

(65)

4.2.6. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data

yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif.

Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z

[image:65.595.140.489.308.508.2]

lebih besar dari nilai kritis maka distribusi data adalah tidak normal.

Tabel 4.7. Assessment of Normality

Variable min max kurtosis c.r.

X11 3 7 -0.407 -1.011

X12 2 7 2.459 6.106

X13 3 7 -0.387 -0.960

X21 2 7 0.256 0.636

X22 1 7 1.686 4.186

X23 2 7 -0.255 -0.634

X31 1 7 0.787 1.955

X32 3 7 -0.266 -0.662

X41 2 7 -0.319 -0.792

X42 4 7 -0.628 -1.559

Y11 2 7 1.188 2.950

Y12 2 7 -0.359 -0.891

Y21 2 7 1.111 2.760

Y22 2 7 0.523 1.298

Multivariate 26.254 7.545

Batas Normal ± 2,58

Sumber : Lampiran

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data

yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih

besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak

normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01

[1%] yaitu sebesar ± 2,58.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di luar ±

(66)

menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa

jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood

estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat

menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam

estimasi selanjutnya.

4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural

parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak

mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan

terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan

structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach

to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori

[image:66.595.211.475.560.704.2]

yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, et,al, 1998).

Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Community, & WOM

Model Specification : One Step Approach - Base Model

Dynamic Cooperative 1 Brand Community d_dy 1 0,005 d_co 1 X11 er_8 1 1 X21

er_1 1 1

X22 er_2 1 Withdrawal 0,005 d_wt X41 er_11 1 1 1 Character d_ch X31 er_4 1 1 1 Contagious Product d_cp Y21 er_6 1 1 1 Y22 er_7 1

X12 1 er_9

X13 1er_10

X23 er_3 1

X32

er_5 1 X42 1er_12

(67)
[image:67.595.164.459.162.281.2]

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model

Cmin/DF 1.703 ≤ 2,00 kurang baik

Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik

RMSEA 0.069 ≤ 0,08 kurang baik

GFI 0.888 ≥ 0,90 kurang baik

AGFI 0.837 ≥ 0,90 kurang baik

TLI 0.672 ≥ 0,95 kurang baik

CFI 0.740 ≥ 0,94 kurang baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata

dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya

menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai

dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi

oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.

Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Community, & WOM

Model Specification : One Step Approach - Modification Model

Dynamic Cooperative 1 Brand Community d_dy 1 0,005 d_co 1 X11 er_8 1 1 X21 er_1 1 1

X22 er_2 1 Withdrawal 0,005 d_wt X41 er_11 1 1 1 Character d_ch X31 er_4 1 1 1 Contagious Product d_cp Y21 er_6 1 1 1 Y22 er_7 1

X12 1 er_9

X13 1er_10 X23

er_3 1

X32

er_5 1 X42 1er_12

Customer Satisfaction

d_cs Y11 er_13

[image:67.595.158.484.484.666.2]
(68)
[image:68.595.163.459.159.268.2]

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model

Cmin/DF 1.066 ≤ 2,00 baik

Probability 0.334 ≥ 0,05 baik

RMSEA 0.021 ≤ 0,08 baik

GFI 0.940 ≥ 0,90 baik

AGFI 0.904 ≥ 0,90 baik

TLI 0.969 ≥ 0,95 baik

CFI 0.978 ≥ 0,94 baik

4.2.8. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix :

9.244.678.123 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau

singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian

besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya

sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.

Tabel 4.8. Data Uji Kausalitas

Ustd Std

Faktor  Faktor Estimate Estimate Prob.

WOM  Brand_Community 0.136 0.887 0.079

Batas Signifikansi  ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis

yang menyatakan bahwa :

Faktor Brand Community berpengaruh positif terhadap Faktor WOM,

(69)

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa

variabel komunitas merek berpengaruh positif terhadap WOM (

Word Of

Mouth

). Hasil ini menunjukkan bahwa anggota komunitas Suzuki memberikan

dampak yang positif dengan menceritakan merek Suzuki kepada orang lain

sehingga akan membentuk keyakinan konsumen dan konsumen semakin loyal

menggunakan merek tersebut seperti menggunakan Suzuki dalam mela

Gambar

Tabel 1.1. Top Brand Sepeda Motor 2008-2010
Tabel 1.2. Data Penjualan Sepeda Motor Suzuki Shogun Tahun 2008-2010
Tabel 3.1. Goodness of Fit Index
Tabel  4.2 Identitas Responden Menurut Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kapasitas daya trafo karena pengaruh distorsi harmonik dengan cara melakukan pengukuran kandungan distorsi harmonik pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menyerang dengan smash untuk smash open, smash semi, smash quick (pull), dan smash belakang (back attack) atlet

Sedangkan faktor akuntansi lain yaitu leverage, size perusahaan, dan produktivitas serta faktor non keuangan yaitu umur obligasi dan jaminan tidak berpengaruh terhadap

Dari penelitian ini menunjukkan motif diversi/hiburan merupakan motif tertinggi dalam mendengarkan program radio Good Morning Hard Rockers, yang artinya masyarakat

Artikel ini bertujuan untuk mempelajari apakah jika ZoSS diterapkan di Kota Langsa ini akan merubah perilaku pengendara yang lewat di depan sekolah dengan mengurangi

Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas. SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta

Keputusan adanya Regional Competition Authority akan dibicarakan ketika semua Negara ASEAN sudah menjalankan kebijakan persaingan karena jika dimulai sekarang.

Di lokasi Sleko kandungan unsur logam terkecil yang terkandung dalam cuplikan ikan, kerang dan udang adalah Fe, yaitu pada cuplikan kerang (0,013 ppm), sedangkan kandungan unsur