PADA MATA PELAJARAN PKN ( di MIS Irsyadul Khair)
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh MULYANAH 809018300638
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
i
MULYANAH, “Peranan Model CTL (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata
Pelajaran PKn”, Skripsi Jurusan Pendidikan Guru madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Iwan Purwanto ,M.Pd.
Kata knci: Minat Belajar, hasil Belajar, PKn, Model CTL (Contextual Teaching Learning)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, salah satu hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran PKn adalah mengenai model pembelajaran yang tidak efektif. Untuk meengatasinya, peneliti menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair.
Hipotesis tindakannya adalah peneliti menerapkan model CTL (Contextual Teaching Learning) pada pelajaran PKn, dengan begitu minat dan hasil belajar PKn siswa akan mningkat. Adapun indikator keberhasilannya adalah 75% nilai
PKn siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair mencapai KKM ≥60.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kelas (PTK). Instrumen yang digunakan adalah instrument tes berupa pre test dan post test, serta instrument non tes berupa lembar observasi dan lembar wawancara.
Berdasarkan hasil Normal Gain, hasil belajar siswa siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model CTL (Contextal Teaching Learning) berhasil pada siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair. Rata-rata N-gain siklus I adalah 0,53, rata-rata N-Gain siklus II 0,67, dengan begitu indicator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai karena seluruh siswa kelas V nilai PKn mereka telah mencapai KKM yang telah ditentukan yakni 60. Berdasarkan hasil wawancara, minat siswa setelah belajar PKn dengan model CTL (Contectual Teaching Learning) adalah tinggi.
Setelah belajar dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching
Learning), siswa menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif serta
ii
MULYANAH, “The Role CTL (Contextual Teaching Learning) Models in Improving Student Result Interest and Class V on Civics Lesson”. Master’s thesis Department of Education Elementary Madrassa, Facculty of Teaching and Education, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Dr. Iwan Purwanto,M.Pd.
The key: Interest Learning, Learning outcomes, Civic, CTL (Contextual TeachingLearning) models.
Based on observations by researchers , one of the obstacles encountered in the learning of Civics is about learning model is not effective , researchers used learning CTL ( Contextual Teaching Learning ) . This study aims to determine the application of learning CTL ( Contextual Teaching Learning )models to increase interest and class V student learning outcomes in MIS Irsyadul.
Hypothesis actions are researchers applied a CTL ( Contextual Teaching Learning ) models in Civics , with interest and learning outcomes so students will study Civics . The indicator of success is 75 % value Civics class V students in MIS Irsyadul Khair achieve ≥ 60 KKM .
The method used in this study is a research method classes (CAR ) . The instrument used is a test instrument in the form of pre-test and post-test , as well as non- test instruments such as observation sheets and interview sheet .
Based on the results of Normal Gain , the results of the second cycle of student learning has increased compared to the learning outcomes of students in cycle I. It is proved that the application of the CTL ( Contextal Teaching Learning ) models are succeed in class V in MIS Irsyadul Khair . Average N - gain first cycle was 0.53 , the average N - Gain 0.67 second cycle , so indicator of success has been achieved in the study because the entire fifth grade students Civics value they have reached the predetermined KKM 60 . Based on the interview , after learning civics student interest with the CTL ( Contectual Teaching Learning ) model is high.
iii Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan sangat terbatas,
maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat:
1. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf jurusan PGMI.
5. Tasripin Rodjali selaku Kepala MI Irsyadul Khair yang telah membantu
penulis selama penelitian berlangsung.
6. Agus Suharyono, suami penulis yang telah memberikan semangat, doa dan
dorongan kepada penulis dalam selama penulisan skripsi ini.
7. Almarhum dan Almarhumah orang tua penulis, yang terus memberikan
semangat dan nasehat-nasehat yang berarti dalam kehidupan penulis, walupun
tidak dapat menemani penulis sampai skripsi ini selesai.
8. Teman-teman guru yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi
iv skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima segala amal kebaikan atas jasa baik
yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu
pengetahuan. Amiin.
Jakarta, 09 September 2013
Penulis
v
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar a. Belajar menurut para ahli ... 8
b. Unsur-unsur belajar ... 10
c. Tipe-tpe belajar ... 10
d. Faktor-faktor belajar ... 11
e. Prinsip-prinsip belajar... 13
2. Pengerrtian Hasil Belajar ... 14
3. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 14
4. Kegunaan dan fungsi Hasil Belajar ... 15
vi
2. Faktor yang mempengaruhi Minat Belajat ... 18
C. MODEL PEMBELAJARAN CTL (Contextual Teaching Learning) ... 18
1. Pengertian Model CTL ... (Contextual Teaching Learning ... 18
2. Komponen-komponen CTL (Contextual Teaching Learning) ... 19
3. Prose belajar menurut Model CTL (Contextual Teaching Learning ... 20
4. Perbedaan model CTL dengan Konvensional ... 21
5. Langkah-langkah pembelajaran model CTL ... 22
D. HAKIKAT PEMBELAJARAN PKN ... 23
1. Pengertian PKn ... 23
2. Konsep dan tujuan PKn ... 24
E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 25
F. KERANGKA BERPIKIR ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian ... 28
B. Subyek atau pertisipasi yang terlibat dalam peneelitian ... 28
C. Peran dan posisi peneliti... 30
D. Metode Penelitian dan Intervensi Tindakan ... 29
1. Metode Penelitian... 29
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 31
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan ... 35
G. Data dan Sumber Data ... 36
H. Instrument Pengumpulan Data ... 36
I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 37
J. Teknik Analisis Belajar ... 40
K. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 42
vii
1.Sejarah Berdirinya MIS Irsyadul Khair ... 43
2.Visi dan Misi ... 43
B. Deskriptif Data Hasil Pengamatan Efek atau Hasil Intervensi Tindakan ... 46
C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 51
D. Analisis Data ... 51
1. Hasil Belajar Siswa ... 51
2. Hasil wawancara dengan siswa setelah tindakan ... 57
3. Hasil Observasi Aktifitas siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran ... 58
E. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... 84
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 87
B. Implikasi ... 88
C. Saran-saran ... 88
LAMPIRAN
viii
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 28
Table 4.1 : Data Tenaga Pendidik ... 44
Tabel 4.2 : Data Karyawan ... 45
Tabel 4.3 : Data Peserta Didik ... 45
Tabel 4.4 : Hasil Belajar Siklus I ... 52
Tabel 4.5 : Hasil Belajar Siklus II ... 54
Tabel 4.6 : Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I dan hasil belajar Siklus II ... 55
Tabel 4.7 : Hasil observasi aktivitas siswa siklus I ... 58
Tabel 4.8 : Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ... 59
Tabel 4.9 : Aktifitas Pembelajaran Siklus I ... 62
Tabel 4.10 : Aktifitas Guru Siklus II ... 64
ix
Lampiran I : Catatan Lapangan Siklus I ... 90
Lampiran II : Catatan Lapangan Siklus II ... 93
Lampiran III : Reliabilitas Tes ... 96
Lampiran IV : Skor Data Dibobot ... 98
Lampiran V : Daya Pembeda ... 100
Lampiran VI : Tingkat Kesukaran ... 101
Lampiran VII : Pedoman Wawancara Saat Observasi ... 102
Lampiran VIII : Hasil Wawancara Responden Siswa ... 103
Lampiran IX : Materi Siklus I ... 106
Lampiran X : Materi Siklus II ... 116
Lampiran XI : RPP Siklus I ... 132
Lampiran XII : RPP Siklus II ... 142
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak ada yang tidak berubah didalam realita ini dan sudah menjadi
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari
perkembangan masyarakat, karena perkembangan dan perubahan adalah cirri khas
dari peradaban manusia. Demikian halnya dengan pendidikan di Indonesia,
dikarenakan perkembangan masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masalah ilmiah baru yang timbul di sekitar kita menyebabkan
tuntutan masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan
dan perubahan.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya. Disebutkan pula tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis 1.
Pemerintah telah berusaha menjawab tuntutan masyarakat dalam hal
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi dewasa ini. Salah satu diantaranya berbagai usaha pemerintah
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengadakan
pembaharuan-pembaharuan didalam system pendidikan kita.
Rendahnya mutu pendidikan dapat diartikan kurang efektifnya proses
pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru, maupun saranan dan
prasarana yang ada, minat dan motivasi yang rendah, kinerja guru yang rendah
akan menyebabkan pembelajaran kurang efektif.
Permasalahan yang dialami dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi factor internal dan eksternal. Faktor internal yang
1 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pelaksanannya 2003-2004 (Jakarta: CV. Tamia Utama 2004),.h.38-39
dialami siswa salah satunya adalah kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran
PKn, faktor inilah yang akan menjadi masalah sejauh siswa sebagai tindak belajar
yang menghasilkan hasil belajar yang baik.
Hasil belajar merupakan daya serap siswa yang berupa kemampuan
kognitif atau kemampuan mengerjakan tes sampai sekarang masih menjadi
pedoman untuk menaikan siswa ke kelas yang lebih tinggi, dan menerima siswa
atau mahasiswa baru.
Didalam dunia pendidikan sering kita menemui bahwa siswa merasa
enggan mempelajari PKn, karena mereka beranggapan semua itu tidak penting
hanya sekedar cerita yang diulang dan mereka beranggapan bahwa dalam
pelajaran PKn banyak sekali hal-hal yang harus mereka hafalkan, dan tidak ada
tantangan yang menarik bagi siswa untuk membuat mereka berpikir lebih jauh
lagi ke depan, padahal sebagai warganegara yang baik mereka harus perlu
mengenal kewajiban dan hak mereka sebagai warganegara.
Karena kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran PKn maka
berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, cenderung mereka menyepelekan dan menganggap mudah hal
tersebut.
Dikarenakan minat mereka yang rendah terhadap mata pelajaran PKn,
maka hasil belajar mereka tidak sesuai dengan standar nilai yang telah ditentukan,
selama ini standar nilai yang diberikan untuk mata pelajaran PKn adalah 6,0,
tetapi pada saat dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa sebagian siswa
berada dibawah standar nilai yang sudah ada, sebagian besar siswa mengatakan
tidak tertarik pada mata pelajaran PKn dan membosankan karena gurunya banyak
sekali bercerita sehingga sebagian besar dari siswa hanya berfokus kepada guru
dan tidak ada tantangan yang siswa alami.
Telah kita ketahui bersama pandangan umum selama ini yang masih
dianut oleh guru sampai sekarang bahwa proses belajar mengajar adalah
pengetahuan guru yang diberikan kepada siswa. Keberhasilan mengajar diukur
sejauh mana siswa dapat menunjukkan bahwa mereka dapat mengungkapkan
dengan yang diinginkan oleh guru maka siswa tidak dianggap belajar. Dengan
asumsi ini maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi
(dengan metode ceramah) dan siswa hanya mendengar dan mengingat.
Kegiatan mengajar bukan hanya sekedar mengingat fakta-fakta untuk
persediaan jawaban tes sewaktu ujian tetapi harus lebih bermakna bagi siswa.
Seperti yang diungkapkan Ausubel “bahwa kegiatan mengajar atau materi
pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa haruslah bermakna bagi siswa,
artinya kegiatan tersebut haruslah relevan struktur kemampuan kognitif
kemampuan siswa”2
. Karena dengan kegiatan yang sesuai akan dapat melakukan
aktifitas mental (berpikir) dengan optimal.
Kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan
pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sejumlah sikap
positif yang direfleksikan siswa melalui cara berpikir dan bertindak sebagai
dampak hasil belajarnya. Untuk itu cara mengajar guru harus dirubah, guru
menyediakan beragam kegiatan yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman
belajar supaya siswa mampu mengembangkan kompetensi setelah menereapkan
pemahaman dan pengetahuannya, dimana model CTL (Contextual Teaching
Learning) sangat sesuai dipakai guru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran PKn.
Model CTL (Contextual Teaching Learning) merupakan “konsep belajar
yang membantu mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat”.
Dengan model ini diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
belajar dan mengalami, mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
2
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “PERANAN MODEL CTL (Contextual Teaching Learning) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN PKN”.
B. IDENTIFIKASI AREA DAN FOKUS
Berdasarkan hasil analisa pada latar belakang bahwa selama ini
pembelajaran yag dilakukan masih bersifat konvensional, maka masalah diatas
dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah yang akan digunakan
sebagai focus perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
1. Pengetahuan siswa relative rendah, karena kurangnya informasi yang mereka
terima dari guru atau media lain.
2. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dikarenakan para
guru jarang sekali membaca buku tentang model-model pembelajaran,
sementara kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran PKn masih
harus dilakukan dalam proses mengajar sehingga dapat menarik minat siswa.
3. Kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran PKn, karena sebagian besar
guru menyampaikan materi PKn lebih banyak bercerita atau menggunakan
cara-cara yang masih tradisional dan tidak membuat siswa menjadi aktif,
akhirnya timbul rasa bosan pada diri siswa.
C. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari pembiasan dalam memahami rencana penelitian ini,
maka saya mebatasi masalah pada Model Pembelajran CTL (Contextual Teaching
Learning) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas V pada mata
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan
model CTL (Contextual Teaching Learning) pada siswa kelas V di MIS
Irsyadul Khair, apakah akan banyak perubahan dibandingkan dengan model
konvensional yang selama ini dipakai dalam pembelajaran?
2. Bagaimana minat siswa kelas V pada mata pelajara PKn dengan menggunakan
model CTL (Contextual Teaching Learning) di MIS Irsyadul Khair, apakah
dapat merubah pandangan siswa yang selama ini dalam proses belajar
mengajar mereka kurang sekali perhatian karena cara guru kurang menarik
dalam penyampaian materi?
3. Bagaimnana hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan
menggunan model CTL (Contextual Teaching Learning), apakah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang sebagian besar masih kurang dari
KKM?
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini
dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) pada siswa
kelas V di MIS Irsyadul Khair, apakah akan banyak perubahan
dibandingkan dengan model konvensional yang selama ini dipakai dalam
pembelajaran?
b. Untuk mengetahui minat siswa kelas V pada mata pelajara PKn dengan
menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) di MIS
dalam proses belajar mengajar mereka kurang sekali perhatian karena cara
guru kurang menarik dalam penyampaian materi?
c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada mata
pelajaran PKn dengan menggunan model CTL (Contextual Teaching
Learning), apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang sebagian
besar masih kurang dari KKM?
2. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut penulis kemukakan manfaat
dari penelitian ini:
a. Scara teoritis
1) Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembuktian
bahwa model CTL (Contextual Teaching Learning) merupakan salah
satu hal penting dalam meningkatkan hasil belajar dan minat siswa
dalam mata pelajaran PKn.
2) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan
yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan model
CTL (Contextual Teaching Learning) terhadap peningkatan minat dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding, pertimbangan
dan pengembangan bagi peneltian dimasa yang akan dating dibidang
dan permasalahan yang sejenis atau berkaitan.
b. Tujuan Praktis
Bagi siswa
1) Meningkatkan minat siswadalam memahami materi pelajaran PKn.
2) Memiliki rasa tanggungjawab terhadap perolehan ilmu.
3) Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar.
4) Meningkatkan hasil belajar siswa.
5) Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam menyerap informasi yang
Bagi Guru
1) Hasil pembelajaran sebagai umpan balik umuk meningkatkan
efektifitas dan efesiensi pembelajaran
2) Mendorong profesional guru.
3) Memperbaiki kinerja guru
4) Menumbuhkan wawasan berpikir ilmiah.
5) Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Bagi Peneliti
1) Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama belajar dibangku
perkuliahan.
2) Sebagai bekal bagi peneliti kelak, agar tetap memperhatikan model
mengajar yang tepat.
Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran disekolah,
khususnya pada mata pelajaran PKn, sekolah dapat meningkatkan fasilitas
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. HASIL BELAJAR 1. Pengertian Belajar
Pendidikan memerlukan kaidah-kaidah teori psikologi dan belajar yang
shahih dan lengkap yang dapat digunakan untuk menunjang proses belajar
mengajar. Untuk itu ia dihadapkan kepada pilihan beberapa teori belajar.
Menurut Thorndike (salah satu pendiri aliran tingkah laku) :belajar adalah
interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan
dan respon yang juga bias berbentuk pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya
menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang
konkret (dapat diamati) atau yang non konkret (sesuatu yang tidak dapat
diamati)”3
.
Menurut pandangan Skiner “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka
responnya menurun”4
. Ada tida syarat terjadinya interaksi antara oerganisme dan
lingkungannya. Ketiga syarat tersebut adalah: (1) saat respon terjadi, (2) respon
itu sendiri, (3) konsekuensi penguatan respon 5.
Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli, namun pada
dasarnya terletak pada perubahan tingkah laku, seperti pengertian belajar yang di
kemukakan oleh M.Surui sebagai berikut “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut akan tampak dalam
penguasaan pola-pola respon terhadap lingkungan, yang berupa
3
Irawan P, Teori Belajar, (Jakarta: Pekerti-AA), h.3 4
Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Penerbit Rineka Cipta, April 2010),cet.4,h.9
5
Asep Herry Hermawan dkk, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung:UPI Press,September,2007),h.28
keterampilan sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan
sebagainya”6
.
Dari pengertian diatas secara komprehensif ada beberapa prinsip belajar
sebagai ciri dari perbuatan belajar yaitu:
a) Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.
b) Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku.
c) Belajar merupakan suatu proses.
d) Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang akan dicapai.
e) Belajar merupakan bentuk pengalaman.
Menurut Gage and Berliner belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku yang muncul karena pengalaman, sedangkan Holgard menegaskan bahwa
“belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanen
yang terjadi karena pengalaman”7.
a. Unsur-Unsur Belajar
Cronbach mengemukakan adanya tujuh unsure utama dalam proses belajar,
yaitu:
1) Tujuan, belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan.
2) Kesiapan untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau
individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis. Kesiapan
yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan
pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
3) Situasi kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar.
4) Interpretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi
belajar, makna dari hubunga tersebut dan menghubungkannya dengan
kemungkinan pencapaian tujuan.
6
Amin Budiman dan Hj. Setiawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Departemen agama RI,2009), cet.I, h. 105
5) Respons berpegang kepada hasil dari interprestasi apakah individu mungkin
atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan
respons.
6) Konsekuensi setiap usaha akan membawa hasil, akibat konsekuensi entah itu
keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar
siswa.
7) Reaksi terhadap kegagalan selain keberhasilan, kemungkinan lain yang
diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan 8.
b. Belajar, Refleksi dan Instink
1). Belajar
Proses belajar ditandai oleh adanya perubahan pada perilaku individu, tetapi
tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar.
2). Refleksi
Perilaku atau kemampuan tertentu dikuasai oleh individu karena refleksi untuk
menghindarkan diri dari bahaya atau gangguan-gangguan tertentu, individu
melakukan gerakan-gerakan reflek, seperti: mengedipkan mata, menarik
tangan dari sengatan api, meloncat jika akan jatuh, dan lain-lain. Gerakan ini
merupakan kecakapan yang dimiliki individu tanpa dipelajari. Suatu
pertahanan diri yang sifatnya otomatis.
3). Instink
Instink merupakan suatu kecakapan atau perilaku yang diperoleh tanpa
dipelajari tetapi muncul karena perkembangan. Misalnya kecakapan mngisap
air susu pada bayi, menyayangi anak pada orangtua, menyayangi jenis
kelamin lain pada remaja, dan lain-lain.
c. Belajar coba-coba kebiasaandan pemecahan masalah
Salah satu bentuk usaha belajar yang sederhana dan tanpa pemikiran adalah
belajar melalui mencoba
8
d. Tipe- tipe Belajar
Dalam buku The Condition 0f Learning (1970) Gagne mengemukakan 8 tipe
belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai
dengan yang paling kompleks yaitu:
1) Belajar tanda-tanda atau signal learning.
Belajar tanda merupakan tahap belajar yang paling sederhana, setahap
lebih tinggi dari perbuatan refleks. Individu belajar mengenal dan member
respon kepada tanda-tanda seperti: melirik kepada orang lewat,
memalingkan muka dari cahaya yang dating, memusatkan perhatian
kepada suara yang dating, memusatkan perhatian kepada bau makanan dan
sebagainya.
2) Belajar perangsang jawaban atau stimulus respon learning.
Setahap lebih tinggi dari belajar tanda-tanda. Belajar ini merupakan upaya
untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban.
3) Rantai perbuatan atau chaining.
Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu
kesatuan, mandi merupakan suatu rantai kegiatan dari mulai membuka
baju sampai mengeringkan dengan handuk dan berpakaian kembali.
4) Hubungan verbal atau verbal association.
Kalau dalam rantai kegiatan, hubungan itu berbentuk perilaku maka dalam
hubungan verbal ini berbentuk hubungan bahasa. Yang paling sederhana
dari hubungan verbal ini adalah hubungan antara benda dengan namanya,
hubungan antara subjek dengan sifatnya. Yang lebih tinggi adalah
hubungan antara konsep dengan konsep, konsep dengan perilaku atau nilai
dan sebagainya.
5) Belajar membedakan atau discrimination learning.
Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda
dengan yang lainnya. Atas dasar persamaan dan perbedaan itu individu
bias mengadakan pengelompokan. Membedakan disini bukan hanya
6) Belajar konsep atau concept learning.
Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep, seperti
konsep: warna merah atau putih, sifat jujur atau culas, kondisi seperti
aman, bahagia dan sebagainya.
7) Belajar aturan-aturan atau rule learning.
Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di
rumah ataupun aturan dalam perdagangan, pemerintaan bahkan ilmu
pengetahuan.
8) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning.
Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah
yang harus dipecahkannya, baik masalah yang bersifat praktis dalam
kehidupan maupun teoritis dalam suatu bidang ilmu.
1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Didalam proses belajar ada factor-faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk mencapai suatu keberhasilan yang diharapkan, diantaranya adalah:
a. Faktor-faktor dalam individu.
Banyak faktor yang ada dalam diri individu atau sipelajar yang mempengaruhi
usaha dan keberhasilan belajarnya, Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek
jasmaniah maupun rohaniah dari individu.
b. Faktor-faktor lingkungan.
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh factor-faktor diluar diri
siswa, baik factor fisik maupun social. Psikologis yang berada pada
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Prinsip-Prinsip Belajar.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada juga beberapa
prinsip dalam belajar sebagai penunjang daripada keberhasilan belajar, antara lain:
a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
b. Belajar berlangsung seumur hidup.
c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan: faktor
lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.
e. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
f. Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru.
g. Belajar berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
h. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan sangat
kompleks.
3) Beberapa Teori Belajar
a. Teori disiplin mental
Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau
potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan
potensi-potensi tersebut.
b. Teori behaviorisme.
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku
atau tingkah laku yang dapat diamati.
c. Teori cognitive-Gesalt-Field
Rumpun ketiga adalah kognitif-gestalt-field. Rumusan ini bersifat molar atau
bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori ini bahwa yang utama pada
kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. Teori ini
menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan stimulus respons.
4) Ciri Khas Perilaku Belajar
Menurut psikologi pendidikan oleh Surya disebut juga “ prinsip-prinsip
belajar”9
. Diantara cirri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku
belajar yang terpenting adalah:
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau
praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain
bukan kebetulan.
b. Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.
9
c. Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil
guna.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali,
dipahami dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak peserta didik. Peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami
proses belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak
penggiring 10.
Menurut Syaiful, hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok, sebagai hasil
dari kegiatan belajar 11.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil aktifitas dari mengajar.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi
kedalam factor internal dan eksternal:
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri
seperti: kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Faktor ini
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Faktor Jasmani (fisiologi), yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani
anak, misalnya keshatan, cacat tubuh.
2) Faktor Psikologi (Rohani).
10
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Jakarta: Direktoret jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI,2009),.Cet I,h.11
11
b. Faktor Eksternal
Eksternal dapat dipahami sebagai unsure-unsur yang terdapat disekitar
subyek yang seperti dikategorikan pada masalah ini. Dapat dikelompokan menjadi
tiga faktor yaitu: faktor keluarga, sekolah dan faktor masyarakat.
4. Kegunaan dan Fungsi Hasil Belajar
Secara teoritis hasil belajar dalam lembaga pendidikan mempunyai arti
yang sangat strategis jika ditinjau dari kegunaannya, antara lain seperti yang
tertera di bawah ini:
a. Sebagai bahan laporan tentang kemajuan siswa yang bersangkutan kepada
orangtuanya tentang kemampuan anaknya, disamping sebagai keterangan
didik siswa selama mengikuti pendidikan pada suatu lembaga tertentu.
b. Sebagai bahan masukan bagi bimbingan dan penyuluhan.
c. Hasil belajar siswa dapat meramalkan dan memproyeksikan perkembangan
dan kemajuan siswa secara individual maupun kelompok.
d. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan tentang
metode dan bahan yang diberikan guru dalam pelaksanaan supervise.
e. Sebagai keperluan penelitian, terutama mengenai penyelenggaraan
pembelajaran yang meliputi penelitian tentang model yang digunakan pada
waktu mengajar, kurikulum yang berlaku dan efisiensi lulusannya.
f. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan status
siswa dalam berbagai mata pelajaran.
g. Sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran
dan kinerja yang diharapkan.
Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk
perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru, pemanfaatan hasil
belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus
didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orangtua siswa.Dukungan ini akan
diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan
akurat. Untuk itu laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau
5. Metode Pengukuran Hasil Belajar
Hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.
Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari system yang digunakan
untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi
ranah afektif diperoleh melalui kuisioner, inventory dan pengamatan yang
sistematik.
Hasil belajar siswa harus digambarkan secara jelas dan dapat diukur dengan
teknik-teknik penilaian tertentu. Hasil belajar siswa dapat melalui ujian,kusioner,
wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan
psikomotorik diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui
angket, inventory, dan pengamatan”.
Hasil belajar siswa memiliki tingkat keberhasilan yang beragam sesuai
dengan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Untuk mengetahui
tingkat hasil belajar siswa diperlukan upaya untuk mengukurnya. Tingkat hasil
belajar siswa diantaranya dapat diketahui dengan melakukan pengukuran melalui
evaluasi atau ulangan. Untuk mengukur evaluasi tingkat belajar siswa melalui tes
prestasi belajar, yaitu ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan
semester.
Ulangan harian digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
Ulangan tengah semester, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu, biasanya pada pertengahan
semester. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ulangan semester, tes ini untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya
adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam
Hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi, baik ulangan harian, ulangan
tengah semester, maupun ulangan semester, menggambarkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan siswa. Proses pembelajaran dan hasil belajar
tersebut keberhasilannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Syaiful Djamarah
menjelaskan “faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar secara garis besar ada empat faktor yaitu faktor lingkungan, instrumental, fisiologi,
psikologis”12
.
B. MINAT BELAJAR 1. Pengertian Minat belajar
Yang dimaksud dengan minat (interest) menurut psikologi adalah “suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus. Minat ini terkait dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu
dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang terhadap sesuatu”13
.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, minat adalah “kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan”14
.
Dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa minat belajar adalah minat
yang dapat menunjang belajar, yaitu minat kepada mata pelajaran atau bahan
pelajaran, dan juga kepada guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Apabila
siswa tidak memiliki minat terhadap mata pelajaran atau bahan pelajaran dan juga
gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar atau mempelajari mata pelajaran
tersebut. Oleh karena itu apabila siswa tidak memiliki minat kepada mata
pelajaran dan gurunya maka kewajiban seorang guru untuk membangkitkan atau
menumbuhkan sikap positif (menerima) kepada pelajaran tersebut dan kepada
gurunya, agar siswa belajar memperhatikan mata pelajaran yang diberikan guru.
Peranan minat dalam belajar lebih besar daripada sikap dalam belajar,
minat akan berperan sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang
mendorong siswa unuk belajar. Siswa yang memiliki minat (sikap senang)
12
Syaiful bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta,2008).h.177 13
H.M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Islam,(Jakarta:CV. Pedoman Ilmu Jaya),h.84 14
terhadap pelajaran, akan terus terdorong untuk tekun dan rajin dalam belajar,
berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima terhadap pelajaran, mereka
hanya tergerak untuk belajar dengan keterpaksaan tetapi sulit untuk terus tekun
karena tidak ada dorongan.
1. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Menurut Z.F kawareh “bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar antara lain: penguasaan pelajaran, konsern anak sendiri, situasi dan kondisi
belajar kurang menyenangkan”15
.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
diri siswa. Dibawah ini akan diuraikan faktor-faktor tersebut:
a. Faktor- faktor internal seperti:
1) Faktor biologi
2) Faktor kesehatan jasmani dan rohani
3) Cacat tubuh
4) Faktor psikologis seperti: perhatian, kesiapan, bakat.
b. Faktor-faktor eksternal seperti:
1) Faktor keluarga
2) Suasana rumah
3) Keadaan ekonomi keluarga
C. MODEL PEMBELAJARAN CTL (Contextual TeachingLearning) 1. Pengertian Model Pembelajaran CTL (Contextual TeachingLearning)
Pembelajaran selama ini diselenggarakan di sekolah-sekolah banyak
didominasi oleh pandangan yang menganggap pengetahuan itu sebagai perangkat
fakta-fakta yang harus dihafal. Guru sebagai sumber utama bahkan bisa dikatakan
satu-satunya sumber, sehingga ceramah sebagai strategi utama dalam
pembelajaran. Padahal pengetahuan bukan seperangkat fakta yang harus dihafal
tetapi suatu yang harus dikonstruksikan sendiri oleh siswa.
15
Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran yang dapat
memberdayakan pembelajar, tidak memaksanya menghafal fakta-fakta, dan dapat
mendorongnya untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, serta
memberikan pelayanan kepada siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
dimilikinya. Model yang tepat untuk pembelajaran PKn adalah CTL (Contextual
Teaching Learning)., model ini menggabungkan semua best practice,
prakte-praktek terbaik dari model yang ada. Disamping itu banyak pendekatan yang
dilibatkan untuk merumuskan prinsip-prinsipnya. Dengan kata lain CTL
(Contextual Teaching Learning) adalal sinergi berbagai pendekatan dan disiplin
ilmu.
CTL (Contextual Teaching Learning) disebut juga pendekatan kontekstual
karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi sehahri-hari siswa, sehingga dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Disamping itu
siswa dapat belajar melalui mengalami bukan menghafal, karena pengetahuan
bukan suatu perangkat fakta dan konsep yang siap diterima, akan tetap sesuatu
yang harus dikonstruksi oleh siswa.
2. Komponen-komponen CTL (Contextual Teaching Learning)
Ada tujuh komponen yang menandai pelaksanaan dalam proses pembelajaran
model CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu:
a. Konstruktivisme, konsep ini menuntun siwa untuk menyusun dan membangun
makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu.
Pembelajaran dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan.
b. Tanya Jawab (Quetioning), dalam konsep ini kegiatan Tanya jawab yang
dilakukan dengan baik oleh guru maupun siswa. Pertanyaan guru digunakan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
wujud keingintahuan. Dalam konsep ini proses perpindahan berlangsung dari
pengamatan menjadi pemahaman.
c. Inquiry, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau konsep
yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis,
kemudian membangun teori atau konsep.
d. Komunitas Belajar (Learning Community), yaitu kelompok belajar atau
komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi
pengalaman dan gagasan. Siswa dapat bertukar penglaman dengan yang
lainnya dan dapat berbagi ide dengan yang lain tentang apa yang sedang
dialami atau dilakukan.
e. Pemodelan (modeling), dalam konsep ini kegiatan mendemonstrasikan suatu
kerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai
dengan model yang diberikan.
f. Refleksi (reflection), yaitu melihat kembali atau merespon kejadian, kegiatan
dan penglaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah
diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan
penyempurnaan.
g. Penilaian Otentik (authentic assessment), adalah prosedur penilaian yang
menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara
nyata. Pembelajaran seharusnya mampu membantu siswa agar mampu
mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi diakhir periode.
Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan
berbagai cara menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa 16.
3. Proses Belajar Menurut Model CTL (Contextual Teaching Learning) a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan dipikiran mereka sendiri.
b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiripola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
16
c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
suatu persoalan.
d) Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu
dapat berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan
dan keterampilan seseorang 17.
4. Perbedaan Model CTL (Contextual Teaching Learning) dengan konvensional
Model CTL (Contextual Teaching Learning):
a) Menyandarkan pada memori spasial.
b) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
c) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang
disimulasikan.
d) Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki siswa.
e) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
f) Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
g) Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan
masalah (melalui kerja kelompok).
h) Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
i) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
j) Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri.
17
k) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan
merugikan
l) Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
m) Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting.
n) Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Model Konvensional:
a) Menyandarkan pada hafalan.
b) Pemilihan informasi ditentukan oleh guru.
c) Siswa secara pasif menerima informasi.
d) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
e) Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
f) Cenderung berfokus pada satu bidang.
g) Waktu belajar siswa sebagaian besar dipergunakan untuk mengerjakan
buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan
melalui kerja individual.
h) Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.
i) Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
j) Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapot.
k) Siswa tidak melakukan hal-hal yang buruk karena takut akan hukuman.
l) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
m) Pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.
n) Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes / ujian
/ulangan.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Model CTL (Contextual Teaching Learning)
Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran model CTL (Contextual
Teaching Learning) adalah sebagai berikut:
a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
d) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
D. HAKIKAT PEMBELAJARAN PKN 1. Pengertian PKn
PKn adalah pembelajaran atau ilmu pengetahuan yang membina agar siswa
(peserta didik) untuk menjadi warga Negara yang baik, agar siswa menyadari
potensi dan harga dirinya sebagai warga negara, paham dan terampil, berlaku
sebagai warganegara mengerti hak dan kewajiban dalam kehidupan antar manusia
dan antar lembaga kenegaraan. PKn adalah media pembelajaran yang akan
meng-Indonesiakan siswa swcara sadar, cerdas dan penuh tanggungjawab. Oleh karena
itu program pembelajaran PKn memuat konsep-konsep umum yang dipilih dari
ketatanegaraan, politik dan hokum dari negara yang bersangkutan, serta dari
teori-teori umum yang cocok dengan target tersebut. Karakter disiplin ilmu politik
dominan baik dalam pengorganisasian bahan materi (programnya) maupun dalam
pembelajarannya 18.
Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekaranng telah mengalami
perjalanan yang panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang
dikenal dengan mata pelajaran Civic di Sekolah Dasar dan merupakan embrio dari
Civic Education sebagai “The body of Knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai instrumen pengetahuan diarahkan untuk membangun masyarakat
demokrasi beradab. Secara normatif Pendidikan Kewarganegaraan memperoleh
dasar hukum yang diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Dasar No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Undang-Undang no.20 tahun 1989 tentang system Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu program
pendidikan yang berfungsi dalam memberikan bekal kepada peserta didik
18
mengenai pengetahuan, tentang hubungan antar Negara dan Warga Negara serta
pengetahuan tentang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Menurut
Zamroni “Pendidikaan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,
melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang palin menjamin
hak-hak warganegara”19
.
2. Konsep dan Tujuan PKn
Konsep Kewarganegaraan (citizenship) berdasarkan Depdiknas “merupakan
materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945”20
.
Berdasarkan UUD nomor 20 tahun 2003 penjelasan pasal 37 ayat (1),
ditegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pembentukan diri yang
beragam, baik dari segi bahasa, usia, agama, suku bangsa dan sosio-kultural untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter. Landasan
PK nada dua yaitu landasan Yuridis dan landasan ilmiah. Landasan Yuridis
meliputi: UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan
landasan landasan ilmiahnya adalah bahwa setiap bangsa dan negara bertujuan
meningkatkan taraf hidup warga negaranya, serta mampu mngantisipasi
19
A. Ubaedillah dan Abd.Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Tim Indonesian Center of Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah,2007), Edisi revisi,h.11-12.
20
perkembangan dan perubahan masa depannya berdasarkan nilai-nilai keagamaan,
nilai-nilai moral dan nilai-nilai budaya bangsa 21.
Tujuan umum PKn adalah membentuk peserta didik yang menguasai
kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai
manusia intelektual.
Tujuan khusus PKn adalah mengantarkan peserta didik memiliki wawasan
kesadaran berwarga negara untuk bela negara dan memiliki pola piker, pola sikap
dan pola perilaku untuk cinta tanah air Indonesia.
E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Penelitian dengan judul” Pengaruh Pendekatan Kontekstual (CTL) Terhadap
Hasil Belajar Matematika” oleh Ria Oktavianita, Pendidikan Matematika, UIN
Jakarta tahun 2008, menyatakan bahwa berdasarkan data yang telah penulis
analisis ternyata penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VII, SMP PGRI 2 Ciputau dan hasilnya lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safriadi, jurusan pendidikan IPS, UIN
Jakarta tahun 2008 dengan judul “Hubungan Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Dengan Kualitas Pembelajaran IPS di SMPN 253 Jakarta”.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan pendekatan kontekstual
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan
kualitaspembelajaran IPS di SMPN 253 Jakarta.
F. KERANGKA BERPIKIR
Permodelan adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat berbentuk
demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep dan aktifitas belajar, sedangkan
CTL (Contextual Teaching Learning) adalah “konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan materi dengan kehidupan nyata yang dialami
peserta didik sehari-hari”. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
21
salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi
sosio-kultural, bahasa, usia, agama, untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil dan berkarakter sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleg Depdiknas, mengemukakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga Indonesia sehingga
memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan
memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Belajar pada dasarnya merupakan suatu perubahan, proses usaha aktif
seseorang untuk memperoleh, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang
lebih baik. Kenyataannya, para peserta didik seringkali tidak mampu mencapai
tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana
yang diharapkan. Terutama pada mata pelajaran PKn, hal ini menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil
belajar.
Hal tersebut didasari oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari
luar, dan cara menghadapi itu ada kecenderungan tidak semua siswa dapat
memecahkan masalhnya sendiri, ia tidak tahu masalah yang sedang dihadapi,
adapula siswa yang tidak mempunyai masalah dalam belajar, padahal masalah
yang dihadapinya cukup berat.
Berdasarkan judul penelitian “Peranan Model CTL (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada
Mata Pelajaran PKN” maka pengajuan hipotesis yang digunakan adalah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual
Teaching Learning) yang dimulai dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), format observasi, tahap evaluasi setiap siklus dan lembar
questioner tanggapan siswa.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, selama ini hasil belajar dalam mata
pelajaran PKn selalu rendah dan dibawah KKM, dikarenakan minat siswa
terhadap mata pelajaran PKn yang rendah. Guru dalam mengajar pelajaran PKn
pun kurang menguasai model-model pembelajaran karena sering menggunakan
model konvensional atau tradisional yang mengakibatkan siswa merasa jenuh dari
permasalahan diatas peneliti melakukan penelitian tindakan kelas terhadap
pembelajaran PKn dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penilain Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
pada bulan Februari-Maret semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di MIS
Irsyadul Khair. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan terhadap seluruh siswa
kelas V sebanyak 30 siswa.
B. SUBYEK ATAU PARTISIPASI YANG TERLIBAT DALAM
PENELITIAN
Subyek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian kelas ini adalah
seluruh siswa kelas V MIS Irsyadul Khair yang berjumlah 30 orang, terdiri atas 12
siswa 18 siswi. Observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru mata
pelajaran PKn di MIS Irsyadul Khair Jakarta Selatan.
C. PERAN DAN POSISI PENELITI DALAM PENELITIAN
Peran dan posisi peneliti adalah sebagai observer dan juga sekaligus guru
kelas yang berkolaborasi dengan satu guru PKn sebagai sumber untuk
mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses pembelajaran
dengan menerapkan pembelajaran model CTL (Contextual Teaching Learning)
pada mata pelajaran PKn.
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian Nov jan Feb Mar Apr Mei
Pengajuan proposal √
Persiapan dan perencanaan √
Observasi √ √
Kegiatan Penelitian √ √
Analisis data √
Laporan penelitian √
D. METODE PENELITIAN DAN DESAIN INTERVENSI TINDAKAN 1) Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
yang lebih dikenal dengan nama Classroom Action Research. Penelitian Tindakan
Kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi
praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri 22.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) yang merupakan salah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Model
penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart, model ini merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya
saja komponen Acting (tindakan) dan observing merupakan kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati obyek
dengan aturan kegiatan tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang
bermanfaat untuk peneliti. Sedangkan tindakan merupakan suatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dan kelas merupakan tempat yang
didalmnya terdapat kelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan per silkus. Masing-masing
masuk dalam satu siklus yang merupakan putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting). Bentuk sesungguhnya jumlah siklus sangat tergantung pada masalah
yang perlu dipecahkan. Desain penelitian yang digunakan menunjuk pada model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto, digambarkan dibawah ini:
22
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
SIKLUS I
SIKLUS II
Sumber: Kemmis dan Mc Taggart
1) Perencanaan (planning)
Didalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu
perencanaan umum dimaksudkan untuk rancangan yang meliputi keseluruhan
aspek yang terkait dengan penelitian tindakan kelas. Sementara itu, perencanaan
khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh
karenanya, dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan ulang
(replanning).
Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan
hamper sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar mengajar.
Perencanaaan
Pelaksanaa Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Pengamatan
2) Pelaksanaan (acting)
Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan itu
yaitu mengenai tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap
ini pelaksana harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Jika
perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang
cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan
perencanaan itu 23.
3) Pengamatan (observing)
Pengamatan (observing) atau monitoring dapat dilakukan sendiri olah
peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat
monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di
kelas penelitian.
4) Refleksi (reflecting)
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan reflecting adalah upaya evaluasi
yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan cara
kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas
penelitian. Dengan demikian, refleksi dapat ditemukan sesudah adanya
implementasi tindakan dan hasil observasi.
E. TAHAPAN INTERVENSI TINDAKAN
Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan
(pra penelitian) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus I dan siklus selanjutnya
hingga mencapai indicator keberhasilan.
Adapaun dari tahapan-tahapan di atas adalah sebagai berikut:
23